Anda di halaman 1dari 76

PENERAPAN KOMBINASI TEKNIK RELAKSASI BENSON DAN

AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA


LANSIA DI WILAYAH BINAAN PUSKESMAS ROWOSARI
SEMARANG
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

Disusun oleh :
Seno Aji Prabowo
NIM 20101440117078

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


REPUBLIK INDONESIA
AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG
DIPLOMA III KEPERAWATAN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia (lansia) adalah bagian dari proses tumbuh kembang.

Manusia tidak secara tiba tiba menjadi tua tetapi berkembang dari bayi,

anak anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Semua orang akan

mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup

manusia yang terakhir dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,

mental dan sosial secara bertahap.1 Lansia merupakan suatu proses

penuaan serta perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri

atau menggantikan dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak

dapat bertahan terhadap infeksiatau kerusakan.2

Jumlah lansia pada tahun 2013 sebesar 8,1% dari total populasi

yang ada. Diperkirakan lansia akan terus meningkat pada tahun 2025 di

seluruh dunia hingga 1,2 miliar orang dan akan terus bertambah hingga 2

miliar orang di tahun 2050.3 Negara Indonesia saat ini mulai memasuki

periode aging population, dimana terjadi peningkatan umur harapan hidup

yang diikuti dengan peningkatan jumlah lansia. Indonesia mengalami

peningkatan jumlah penduduk lansia dua kali lipat pada tahun 2019 yaitu

mencapai 25,64 juta orang ( 9,60%) .4 Berdasarkan hasil angka proyeksi

penduduk tahun 2017. Jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat

1
2

menjadi 4,31 juta jiwa (12,59%),5 jumlah lansia di Semarang saat ini

adalah 81.657 jiwa dari 1,555,984 jiwa penduduk Kota Semarang.6 Jumlah

lansia di Kecamatan Tembalang yaitu 4799 jiwa.32

Peningkatan jumlah lansia dari tahun ke tahun semakin meningkat,

baik di dunia maupun di Indonesia. Hal tersebut dapat menimbulkan

berbagai masalah kesehatan pada lansia seperti mudah jatuh, mudah lelah,

gangguan kardiovaskuler, sesak nafas pada kerja fisik, palpitasi, edema

kaki, nyeri atau ketidaknyamanan, berat badan menurun, gangguan

eliminasi, gangguan ketajaman penglihatan, gangguan pendengaran, dan

gangguan tidur7. Semakin bertambahnya umur lansia akan disertai gejala –

gejala kemunduran fisik seperti kulit mulai mengendur, rambut kepala

mulai memutih, gigi mulai lepas, penglihatan dan pendengaran berkurang,

mudah lelah, nafsu makan menurun, penciuman mulai berkurang, gerakan

menjadi lamban, pola tidur berubah.8

Pola tidur yang tidak baik akan mempengaruhi kualitas tidur

seseorang. Kualitas tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang dijalani

seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran disaat bangun.

Proses tidur maupun kondisi saat tidur yang berlangsung optimal

menggambarkan tingginya kualitas tidur seseorang.9 Kualitas tidur

seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda

kekurangan tidur seperti tidak merasa segar saat bangun pagi, mengantuk

berlebihan di siang hari, area gelap disekitar mata, kepala terasa gelap,
3

kepala terasa berat, rasa letih yang berlebihan dan tidak mengalami

masalah dalam tidurnya.10

Hasil National Sleep Foundation (NSF) tahun 2017 sekitar 67%

dari 1.508 lansia di Amerika usia 65 tahun ke atas melaporkan mengalami

gangguan kualitas tidur dan sebanyak 7,3% lansia mengeluhkan gangguan

memulai dan mempertahankan tidur. Sedangkan di Indonesia gangguan

kualitas tidur menyerang 50% orang yang berusia 60 tahun ke atas.11

Menurunnya kualitas tidur lansia akan berdampak buruk terhadap

kesehatan karena dapat menyebabkan kerentanan terhadap penyakit, stres,

disorientasi, gangguan mood, menurunnya kemampuan berkonsentrasi dan

kemampuan membuat keputusan.12 Dampak lebih lanjut dari penurunan

kualitas tidur ini menyebabkan penurunan kemandirian lansia dalam

melakukan aktifitas sehari-hari yang nantinya akan berujung pada

penurunan kualitas hidup lansia.13

Peran perawat untuk mencegah masalah kualitas tidur lansia yaitu

dengan memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga. Ada

beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain, pengenal

kesehatan (health monitor), pemberian pelayanan pada anggota keluarga

yang sakit, Fasilitator, pendidikan kesehatan, penyuluh dan konsultan,

koordinator pelayanan kesehatan dan perawatan kesehatan keluarga. 14 Pada

UU NO 36 tahun 2009 tentang Kesehatan tertera peran perawat dalam

melakukan pelayanan seperti pelayanan kesehatan promotif, preventif,

rehabilitatif, kuratif,dan pelayanan kesehatan tradisional.29


4

Penanganan yang dilakukan oleh perawat keluarga untuk mengatasi

kualitas tidur lansia dapat menggunakan terapi farmakologi dan

nonfarmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan untuk mengatasi

gangguan tidur yaitu dengan memberikan obat dari golongan sedatif-

hipnotik seperti benzodiazepin (ativan, valium, dan diazepam). Terapi

farmakologis memiliki efek yang cepat, akan tetapi jika diberikan dalam

jangka panjang dapat menimbulkan efek bahaya bagi kesehatan. Terapi

nonfarmakologi untuk mengatasi kebutuhan tidur terdiri dari beberapa

tindakan penanganan seperti teknik relaksasi, terapi musik, terapi pijat, dan

terapi menggunakan aromaterapi.15Terapi relaksasi dapat dilakukan dengan

menggunakan teknik relaksasi benson dan aroma terapi lavender.

Terapi benson adalah teknik relaksasi yang menggabungkan antara

teknik respon relaksasi dan sistem keyakinan individu/faith factor

(difokuskan pada ungkapan nama-nama tertentu berupa nama-nama

Tuhan, atau kata yang memiliki makna menenangkan bagi pasien

tersebut), yang diucapkan berulang-ulang dengan ritme teratur disertai

sikap pasrah.16 Terapi relaksasi benson merupakan terapi religius yang

melibatkan faktor keyakinan agama, pada masa ini lansia cenderung lebih

meningkatkan spiritualnya dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan

sehingga teknik relaksasi yang tepat untuk dilakukan dalam menangani

masalah ketidaknyamanan yaitu dengan teknik relaksasi benson.17

Relaksasi rasional merupakan teknik mengatasi kekhawatiran dan

kecemasan/ stress melalui pengendoran otot – otot dan syaraf yang terjadi
5

pada objek objek tertentu. Relaksasi merupakan suatu kondisi istirahat

pada aspek fisik dan mental manusia, sementara aspek spirit tetap aktif

bekerja. Dalam keadaan relaksasi, seluruh tubuh dalam keadaan

homeostatis atau seimbang, dalam keadaan tenang tetapi tidak tertidur,

dan seluruh otot – otot dalam keadaan rileks dengan posisi tubuh yang

nyaman.15 Setelah di lakukan terapi relaksasi benson dengan latihan nafas

dalam yang teratur dan dilakukan dengan benar, tubuh akan menjadi lebih

rileks, menghilangkan ketegangan saat mengalami stress dan bebas dari

ancaman, Perasaan rileks akan diteruskan ke hipotalamus untuk

menghasilkan Corticotropin Releasing Factor (CRF). Selanjutnya CRF

merangsang kelenjar pituitary untuk meningkatkan produksi Pro opioid

melano cortin (POMC) sehingga produksi enkephalin oleh medulla

adrenal meningkat. Kelenjar pituitary juga menghasilkan β endorphin

sebagai neurotransmitter yang mempengaruhi suasana hati menjadi rileks.

Meningkatnya enkephalin dan β endorphin kebutuhan tidur akan terpenuhi

dan lansia akan merasa lebih rileks dan nyaman dalam tidurnya.31

Cara lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas tidur

yaitu dengan aromaterapi. Aromaterapi juga digolongkan dalam terapi

nonfarmakologi. Aromaterapi adalah salah satu bagian dari pengobatan

alternatif yang menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap

dikenal sebagai minyak esensial dan senyawa aromatik lainnya yang dapat

menenangkan jiwa emosi, fungsi kognitif, serta kesehatan seseorang. Salah

satu terapi aromaterapi yang sering digunakan adalah aromaterapi


6

lavender. Aromaterapi lavender merupakan suatu metode yang

menggunakan minyak astiri dari bunga lavender untuk menurunkan marah,

cemas, depresi, meningkatkan keseimbangan jiwa dan raga (memberikan

rasa nyaman, tenang, sedatif).18 Mekanisme aroma terapi dimulai dari

aroma yang dihirup melalui hidung dan berhubungan dengan silia,

penerima didalam silia dihubungkan dengan alat penghirup yang berada

diujung saluran bau. Bau-bauan diubah oleh silia menjadi impuls listrik

yang dipancarkan ke otak melalui sistem penghirup. Semua impuls

mencapai sistem limbik dihipotalamus selanjutnya akan meningkatkan

gelombang alfa didalam otak dan akan membantu kita untuk merasa rileks.

Posisi rileks akan menurunkan stimulus ke Retikular Aktivitas

Sistem(RAS), yang berlokasi pada batang otak teratas yang dapat

meningkatkan kewaspadaan dan terjaga akan diambil alih oleh bagian otak

yang lain yang disebut BSR (bulbar synchronizing region) yang fungsinya

berkebalikan dengan RAS, sehingga bisa menyebabkan tidur yang

diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas tidur sesorang.2

Penelitian yang dilakukan oleh Syahyani pada tahun 2019 tentang

kombinasi teknik relaksasi benson dan aroma terapi lavender terhadap

kualitas tidur pada lansia menunjukkan bahwa kualitas tidur sesudah

diberikan intervensi dengan teknik relaksasi benson dan aroma terapi

lavender pada kelompok intervensi yaitu kulitas tidur baik sebanyak 14

orang (78%) dan kualitas tidur buruk 4 orang (22%) dimana sebelum

dilakukan intervensi sebanyak 15 orang (83%) mengalami kualitas tidur


7

buruk . Penelitian ini sejalan dengan penelitian Maulinda (2017), yang

didapatkan hasil sebanyak 70% responden yang mengalami kualitas tidur

baik setelah diberikan terapi relaksasi benson dimana sebelum dilakukan

intervensi sebanyak 30% lansia memiliki kualitas tidur yang buruk. Hasil

penelitian ini juga didukung oleh penelitian Franciska (2018) didapatkan

hasil responden yang mengalami kualitas tidur baik sesudah diberikan

teknik relaksasi benson sebanyak 18 orang lansia (85,72%).19

B. Rumusan masalah

Bagaimana penerapan terapi kombinasi teknik relaksasi benson dan

aroma terapi lavender pada kualitas tidur lansia ?

C. Tujuan Studi Kasus

Menggambarkan penerapan terapi kombinasi teknik relaksasi

benson dan aroma terapi lavender terhadap kualitas tidur pada lansia.

D. Manfaat studi kasus

1. Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat dan

keluarga tentang penerapan terapi benson dan aromaterapi lavender

terhadap kualitas tidur pada pasien lansia

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi keperawatan

Menambah keluasan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang

keperawatan untuk penelitian dalam penerapan terapi benson dan

aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur pada pasien lansia.


8

3. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur

terapi benson dan aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur pada

pasien lansia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian

Keluarga adalah suatu sistem, sebagai sistem didalam keluarga

terdapat anggota meliputi ayah, ibu, dan anak / semua individu yang

tinggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga saling

berinteraksi, interelasi, interdependensi untuk mencapai tujuan

bersama.20

2. Tujuan Keluarga

Tujuan dasar pembentukan keluarga adalah:20

a. Keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat

terhadap perkembangan individu.

b. Keluarga sebagai perantara bagi kebutuhan dan harapan anggota

keluarga dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

c. Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

anggota keluarga dengan menstabilkan kebutuhan kasih

sayang,sosio-ekonomi, dan kebutuhan seksual.

d. Keluarga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan

identitas seorang individu dan perasaan harga diri.

9
10

3. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut friedman dalam buku (sulistya,2012)

keluarga mempunyai fungsi:20

a. Fungsi afektif

Yaitu perlindungan psikologis, rasa aman, interaksi,

mendewasakan dan mengenal identitas diri individu.

b. Fungsi sosialisasi peran

Adalah fungsi danperan di masyarakat, serta sasaran untuk kontak

sosial didalam/ luar rumah.

c. Fungsi reproduksi

Adalah menjamin kelangsungan generasi dan kelangsungan hidup

masyarakat.

d. Fungsi memenuhi kebutuhan fisik dan perawatan

Merupakan pemenuhan sandang, pangan, serta papan dan

perawatan kesehatan.

e. Fungsi ekonomi

Adalah fungsi untuk pengadaan sumber dana, pengalokasian dana

serta pengaturan keseimbangan.

f. Fungsi pengontrol/pengatur

Adalah memberikan pendidikan dan norma-norma.


11

4. Tahap Perkembangan Keluarga

Salah satu kerangka paling baru yang digunakan untuk

mempelajari dan bekerja dengan keluarga adalah perkembangan

keluarga. Pendekatan teoritis ini mencoba mengungkapkanperubahan

dari sistem keluarga yang terjadi dari waktu ke waktu. Pendekatan

perkembangan keluarga didasarkan pada observasi bahwa keluarga

adalah kelompok berusia panjang dengan suatu sejarah alamiah, atau

siklus kehidupan. Perkembangan keluarga dimulai dari :20

a. Keluarga baru (beginning family)

Perkembangan keluarga tahap 1 adalahmulainya pembentukan

keluarga yang berakhir ketika anak 1 lahir. Pembentukan keluarga

pada umumnya dimulai dari perkawinan seseorang laki-laki dengan

perempuan serta perpindahan dari status lajang ke hubungan baru.

Perkembangan tahap 1 ini mempunyai tugas yaitu membangun

perkawinan yang memuaskan, menghubungkan jaringan

persaudaraan secara harmonis, keluarga berencana,masalah

kesehatan.

b. Keluarga mengasuh anak (child bearing)

Tahap kedua dimulai dari lahirnya anak pertama sampai dengan

anak tersebut berumur 30 bulan atau 2,5 tahun. Kehadiran bayi

pertama ini akan menimbulkan suatu perubahan yang besar dalam


12

kehidupan rumah tangga. Tahap ini mempunyai tujuan yaitu

membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap,

rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga, mempertahankan hubungan

perkawinan yang memuaskan.

c. Keluarga dengan anak prasekolah (families with presschool)

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai dariketika anak

berusia 30 bulan atau 2.5 tahun dan berakhir pada usia 5 tahun.

Tahap ini mempunyai tujuan yaitu memenuhi kebutuhan anggota

keluarga,menyosialisasikan anak, mengintrogasikan anak yang

baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang

lain,mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga.

d. Keluarga dengan anak usia sekolah ( famillies with school children)

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan

dimulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun,awal

dari masa remaja. Tahap ini mempunyai tugas yaitu

menyosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi

sekolah,mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,

memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga.

e. Keluarga dengan anak remaja ( families with teenagers)

Perkembangan keluarga tahap 5 adalah perkembangan dimulai

ketika anak pertama melewati umur 13 tahun. Tahap ini


13

berlangsung 6-7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika

anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak

masih tinggal dirumah hingga umur 19 atau 20 tahun. Pada tahap

ini mempunyai tugas yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan

tanggung jawab remaja untuk mencapai dewasa, memfokuskan

kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka

antara orangtua dan anak, mempertahankan etika dan standar moral

keluarga.

f. Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda (launching

center families)

Permulaan tahap kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama

meninggalkan rumah dan berakhir dengan rumah kosong atau

ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Pada tahap ini keluarga

mempunyai tugas yaitu memperluas siklus keluarga

denganmemasukkan keluarga baru yang dudapat melalui

perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk memperbarui dan

menyesuaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua

lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri.

g. Keluarga usia pertengahan (middle age familly)

Tahap ketuju dari siklus kehidupan keluarga adalah tahap usia

pertengahan yang dimulai dari anakterakhir meninggalkan rumah

dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan.

Pada tahap ini keluarga mempunyai tugas yaitu menyediakan


14

lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan

hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para

orang tua lanisa dan anak-anak, memperkokoh hubungan

perkawinan.

h. Keluarga lanjut usia

Merupakan tahap akhir dan perkembangan keluarga dimulai ketika

salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun sampai

salah satu pasangan meninggal dunia dan berakhir ketika kedua

pasangan meninggal. Pada tahapini keluarga mempunyai tuhuan

yaitu mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,

menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,

mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri

terhadap kehilangan keluarga.

5. Fungsi Perawat Keluarga

Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, ada

beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain:14

a. Pengenal kesehatan (health monitor)

Perawat membantu keluarga untuk mengenal penyimpangan dari

keadaan normal tentang kesehatannya dengan menganalisa data

secara objektif serta membuat keluarga sadar akan pentingnya

menjaga kesehatan.

b. Pemberian pelayanan pada anggota keluarga yang sakit


15

Memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang

sakit

c. Koordinator pelayanan kesehatan dan perawatan kesehatan

keluarga.

Berperan dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan keluarga baik

secara berkelompok maupun individu.

d. Fasilitator

Dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau

oleh keluarga dan membantu mencari jalan pemecahnya.

e. Pendidikan kesehatan

Merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi

perilaku sehat.

f. Penyuluh dan konsultan

Berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan keperawatan

dasar dalam keluarga.

B. Lansia

1. Pengertian

Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak

secara tiba tiba menjadi tua,tetapi berkembang dari bayi,anak anak,

dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan

fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua

orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis

tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh


16

Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi

tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir.dimasa

ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara

bertahap.1

2. Batasan Lansia

Menurut World Health Organization (WHO) ada 4 tahapan lansia

yaitu:8

a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

b. lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun

Menurut Prof. Dr. Koesmanto setyonegoro, lanjut usia

dikelompokkan menjadi usia dewasa muda (elderly adulhood), 18

atau 19-25 tahun, usia dewaa penuh (middle years) atau maturitas. 25-

60 tahun atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65tahun

atau 70 tahun dibagi lagi dengan 70-75 tahun (young old) 75-80 (old)

lebih dari 80 (very old) 1

3. Tipe-tipe Lansia

Tipe-tipe lansia antara lain:1

a. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah pengalaman menyesuaikan diri

dengan perubahan jaman, mempunyai kesibukan,


17

bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,

memenuhi undangan dan menjadi panutan.

b. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan

kegiatan-kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan,

teman pergaulan serta memenuhi undangan.

c. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang

menyebabkan kehilangan kecantikan, daya tarik

jasmaniah, kehilangan kekuasaan, status, teman yang

disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,

penuntut, sulit dilayani dan pengkritik

d. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep

habis gelap terbitlah terang, mengikuti kegiatan

beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.

e. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,

merasa minder, menyesal, pasif, mental sosial dan

ekonominya.

4. Masalah Yang Terjadi Pada Lansia

Masalah yang dapat dialami oleh lansia antara lain:7


18

a. Mudah jatuh

Jatuh pada lansia merupakan masalah yang sering terjadi.

Penyebabnya multi faktor. Banyak yang berperan didalamnya,

baik faktor intrinsik maupun dari dalam diri lanjut usia. Misalnya

gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah,dan

kekuatan sendi

b. Mudah lelah

Hal ini disebabkan oleh faktor psikologis ( perasaan bosan,

keletihan, atau depresi), gangguan organis (anemia, kekurangan

vitamin, perubahan pada tulang, gangguan pencernaan, dll),dan

pengaruh obat misalnya obat penenang dan obat jantung

c. Gangguan kardiovaskuler

Gangguan kardiovaskuler yang biasa menyerang lansia seperti

nyeri dada yang dapat disebabkan oleh penyakit jantung koroner,

aneurisme aorta, radang selaput jantung, dan gangguan sistem alat

pernapasan.

d. Sesak napas pada kerja fisik

Sesak nafas pada kerja fisik disebabkan oleh kelemahan jantung ,

gangguan sistem saluran nafas, berat badan berlebi, dan anemia.

e. Palpitasi

Palpitasi dapat disebabkan oleh gangguan irama jantung, keadaan

umum badan yang lemah karena penyakit kronis, faktor

psikologis.
19

f. Edema kaki

Edema pada kali dapat disebabkan oleh kaki yang lama

digantung, gagal jantung, bendungan pada vena bagian

bawah,penyakit ginjal

g. Nyeri atau ketidaknyamanan

Nyeri yang menyerang adalah nyeri pinggang atau punggung,

nyeri sendi pinggul, keluhan pusing, kesemutan pada anggota

badan.

h. Berat badan menurun

Berat badan menurun disebabkan oleh menurunnya nafsu makan

karena kurang adanya gairah hidup, adanya penyakit kronis,

gangguan pada sistem pencernaan sehingga penyerapan

terganggu,faktor sosio-ekonomi ( pensiun).

i. Gangguan eliminasi

Sering mengompol tanpa disadari merupakan salah satu keluhan

utama pada orang lanjut usia. Inkontinensia adalah pengeluaran

urine atau feses tanpa disadari dalam jumlah frekuensi yang

cukup.

j. Gangguan ketajaman penglihatan

Gangguan ini disebabkan oleh presbiopi, kelainanlensa mata,

kekeruhan pada lensa atau katarak, iris mengalami proses


20

degenerasi, pupil konstriksi, tekanan dalam mata meninggi, retina

mengalami degenerasi.

k. Gangguan pendengaran

Gangguan pendengaran yang terjadi pada lansia adalah keadaan

yang menyertai proses menua, gangguan pendengaran yang utama

adalah hilangnya nada murni berfrekuensi tinggi yang merupakan

suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjut uisa,bersifat

simetris.

l. Gangguan tidur

Gangguan tdur pada lansia disebabkan oleh faktor ekstrinsik

atau dari luar seperti lingkungan yang kurang tenang, dan faktor

intrinsik atau dari lansia itu sendiri baik organik maupun

psikogenik. Organik (nyeri, gatal, krambetis sakit gigi,dan lain

lain) psikogenik ( depresi, kecemasan, stress, iritabilitas). Dua

proses normal yang paling penting dalam kehidupan manusia

adalah makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan

tetapi karena sangat rutin maka kita sering melupakan proses itu

dan baru setelah adanya gangguan pada kedua proses tersebut

maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini. Berbagai

keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia

yakni sulit untuk masuk dalam proses tidur. Tidurnya tidak dalam

dan mudah terbangun, tidurnya banyak mimpi, jika terbangun

sukar tidur kembali, terbangun dini hari, lesu setelah bangun di


21

pagi hari.

m. Mudah gatal

Hal ini disebabkan karena kelainan kulit seperti kering,dan

penyakit sistemik seperti diabetes melitus, gagal ginjal, alergi, dan

lain lain.

5. Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Semakin bertambahnya umur manusia terjadi proses penuaan

secara degeneratif yang berdampak pada perubahan-perubahan pada

diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, sosial,

perasaan dan sexsual.1

a. Perubahan fisik

1) Perubahan sistem indra

Perubahan sistem pengelihatan pada lansia erat kaitannya

dengan presbiopi. Lensa kehilangan elastisitas dan kaku.

2) Perubahan sistem muskuloskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal antara lain jaringan

penghubung, kartilago, tulang, otot,dan sendi.

3) Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi

Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi mencangkup

masa jantung yang bertambah dan kenaikan volume cadangan

paru untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru.

4) Perubahan pencernaan dan metabolisme


22

Perubahan yang terjadi adalah penurunan produksi sebagai

kemunduran fungsi yang nyata. Kehilangan gigi. Indra pengecap

menurun, hilangnya sensitifitas lidah, asam lambung menurun,

pristaltik lemah, dan biasanya timbul konstipasi.

5) Perubahan sistem perkemihan

Banyaknya fungsi yang mengalami kemunduran, seperti laju

filtrasi, eksresi, dan reabsorbsi oleh ginjal.

6) Perubahan sistem syaraf

Perubahan anatomi dan atrofi yang progresif pada serabut saraf

lansia. Penurunan tersebut mengakibatkan keseimbangan

berkurang, kekuatan otot menurun, perubahan postur dan

peningkatan waktu reaksi.

7) Perubahan sistem reproduksi

Perubahan pada lansia di tandai dengan menciutnya ovari dan

uterus. Terjadi atrofi pada payudara. Pada laki laki testis masih

bisa memproduksi spermatozoa,meski ada penurunan berangsur

angsur.

b. Perubahan kognitif

1) Memory (daya ingat)

Pada lansia daya ingat adalah fungsi kognitif yang paling

pertama menurun ingatan jangka panjang kurang mengalami

perubahan,tetapi ingatan jangka pendek memburuk.

2) IQ (intelegen Quocient)
23

Kecepatan proses id pusat syaraf menurun sesuai pertambahan

usia.

3) Kemampuan Belajar

4) Kemampuan Pemahaman

5) Pemecahan masalah

Kemampuan pemecahan masalah pada lansia bermasalah karena

terjadi penurunan fungsi indra pada lansia.

6) Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan pada lansia sering lambat seolah olah

mengalami penundaan.

7) Kebijaksanaan

Pada lansia semakin bijaksana saat mengambil keputusan

8) Kinerja

Pada lansia mengalami penurunan kinerja baik secara kuantitatif

maupun kualitatif.

9) Motivasi

Motivasi pada lansia sangat besar tetapi keadaan fisik dan

maupun psikologi tidak mendukung,hal itu yang sering kali

membuat terhenti di tengah jalan.

c. Perubahan spiritual

Agama atau kepercayaan pada lansia akan semakin bertambah, hal

ini dibuktikan dengan semakin bertambahnya berdzikir.

d. Perubahan psikososial
24

1) Pensiun

2) Perubahan aspek kepribadian

3) Perubahan peran di masyarakat

4) Perubahan minat

e. Perubahan minat

Pada lansia perubahan minat mengalami perubahan,yang pertama

minat terhadap diri semakin bertambah,kedua minat terhadap

penampilan menurun, yang ketiga minat terhadap uang semakin

meningkat.

C. Kualitas Tidur

1. Pengertian

Kualitas Tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang dijalani

seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran ketika

terbangun. Proses tidur maupun kondisi saat tidur yang berlangsung

optimal menggambarkan tingginya kualitas tidur seseorang.9

2. Fase Tidur

Fase tidur normal ada 5 fase,yakni fase 1 sampai dengan 4 yang

disebut Non Rapid Eye Movement Sleep (NREM) dan fase yang ke 5

yang disebut dengan Rapid Eye Movement Sleep (REM).22

a. Fase Non Rapid Eye Movement Sleep (NREM)

1) Fase 1 NREM

Fase 1 atau juga disebut drowsiness merupakan fase transisi


25

yang ditandai dengan muculnya gerakan pendular pelan pada

bola mata.

2) Fase 2 NREM

Fase ini ditandai dengan adanya gelombang delta kurang dari

20%, kompleks K dan spindel tidur.fase ini meliputi 45%

sampai 55% total waktu tidur. Gelombang spindel tidur atau

disebut aktifitas sigma adalah gelombang ritme sinusolidal

yang berksiar antara 12-14 Hz dengan lokal frontosental.

3) Fase 3 dan 4 NREM

Fase3 dan 4 secara bersamaan disebut tidur dengan irama

delta atau slow wave sleep (SWS). Fase 3 NREM terjadi jika

20% sampai 50% dari gelombang dasar EEG yang terekam

berupa gelombang delta. Gelombang delta merupakan

gelombang amplitudo yang tinggi berkisar >75 microvolt

dengan kecepatan rendah yakni antara 2-4 Hz. Gelombang ini

berasal dari korteks. Fase 4 NREM terjadi jika paling tidak

terdapat 50% dari gelombang dasar EEG yang terekam

berupa gelombang delta. Pada umumnya tidak dibedakan fase

3 dan 4 NREM. Kedua fase ini meliputi13-25% dari waktu

tidur. Fase 3 dan 4 NREM dikatakan sebagai fase tidur yang

paling dalam dimana berfungsi mengembalikan kesegaran

tubuh dan merestorasikan kondisi tubuh setelah beraktifitas.


26

b. Fase REM

Fase REM ditandai dengan adanya gelombang bervoltage rendah

yang bercampur dengan aktifitas gelombang alfa yang biasanya

berkekuatan lebih rendah 1-2 Hz dari gelombang alfa saat

bangun. REM memiliki komponen fasik dan tonik, Selama fase

tonik terjadi surpresi dari aktifitas EMG dan gambaran EEG

menunjukkan gelombang voltage rendah yang bercampur alfa.

REM secara normal terjadi 60-90 menit setelah dimulainya tidur.

Onset dari fase REM tidak ditentukan dengan adanya gerakan

mata yang cepat yang terekam oleh EOG, namun dapat ditentukan

dengan munculnya gelombang gergji pada EEG.

3. Fisiologi Tidur

Rata-rata dewasa sehat membutuhkan waktu 7,5 sampai 8 jam

untuk tidur setiap malam. Tidur normal dipengaruhi oleh beberapa

faktor,misalnya usia. Seorang yang usianya muda cenderung tidur

lebih banyak dibanding dengan lansia. Waktu tidur lansia berkurang

berkaitan dengan faktor penuaan. Fisiologi tidur dapat dilihat melalui

gambaran elektrofisiologis sel-sel otak selama tidur. Polisomnografi

merupakan alat yang dapat mendeteksi aktifitas otak selama tidur .

Stadium tidur diukur dengan polisomnografi terdiri atas tidur rapid eye

movement (REM) dan tidur non rapid eye movement (NREM). Tidur

REM disebut juga tidur D atau bermimpi karena dihubungkan dengan

bermimpi atau tidur paradoks karena EEG aktif selama fase ini.Tidur
27

NREM diseburjuga tidur ortodoks atau tidur gelombang lambat23.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Tidur

Sejumlah faktor mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur.

Seringkali faktor tunggal tidak hanya menjadi penyebab masalah tidur.

Faktor fisiologis, psikologis, dan lingkungan dapat mengubah kualitas

dan kuantitas tidur.27

a. Penyakit Fisik

Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik

(misalnya kesulitan bernafas), atau masalah suasana hati, seperti

kecemasan atau depresi, dapat menyebabkan masalah tidur.

Seseorang dengan perubahan seperti itu mempunyai masalah

kesulitan tidur atau tetap tertidur. Penyakit juga dapat memaksa

klien untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa. Sebagai contoh,

memperoleh posisi yang aneh saat tangan atau lengan diimobilisasi

pada traksi dapat mengganggu tidur.

b. Obat-obatan dan Substansi

Medikasi yang diresepkan untuk seringkali memberi banyak

masalah dari pada keuntungan. Orang dewasa muda dan dewasa

tengah dapat tergantung pada obat tidur untuj mengatasi stressor

gaya hidupnya. Lansia seringkali menggunakan variaso obat untuk

mengontrol atau mengatasi penyakit kroniknya, dan efek


28

kombinasi dan beberapa obat dapat mengganggu tidur secara

serius.

c. Gaya Hidup

Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Individu yang

bekerja bergantian berputar (misalnya 2 minggu siang diikuti oleh

1 minggu malam) sering kali mempenyai kesulitan menyesuaikan

perubahan jadwal tidur. Jam internal tubuh diatur pukul 22, tetapi

sebaliknya jadwal kerja memaksa untuk tidur pada pukul 9 pagi.

Individu mempu untuk tidur hanya selama 3 sampai 4 jam karena

jam tubuh mempersepsikan bahwa ini adalah waktu terbangun

aktif. Kesulitasn mempertahankan kesadaran selama waktu kerja

menyebabkan penurunan dan bahkan penampilan yang berbahaya.

d. Stress Emosional

Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu

tidur. Stress emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang

dan seringkali mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stress juga

menyebabkan sesorang mencoba terlalu keras untuk tertidur, sering

terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stress

yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur buruk.

e. Lingkungan

Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada

kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik

adalah esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran, kekerasan, dan


29

posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur. Tempat tidur

rumah sakit seringkali lebih keras dari pada dirumah. Jika

seseorang biasanya tidur dengan individu lain, maka tidur sendiri

menyebabkan ia terjaga. Sebaliknya, tidur tanpa ketenangan atau

teman tidur yang mengorok juga mengganggu tidur.

Suara juga mempengaruhi tidur. Tingkat suara yang diperlukan

untuk membangunkan orang tergantung pada tahap tidur. Suara

yang rendah lebih sering membangunkan seorang dari tidur tahap

1, sementara suara yang keras membangunkan orang pada tahap

tidur 3 dan 4. Beberapa orang membutuhkan ketenangan untuk

tidur, sementara orang lain lebih menyukai suara sebagai latar

belakang seperti musik lembut atau televisi.

Tingkat cahaya dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur.

Beberapa klien menyukai ruangan yang gelap, sementara yang lain,

seperti anak-anak atau lansia, menyukai cahaya remang yang tetap

menyala selama tidur. Klien juga mungkin bermasalah tidur karena

suhu ruangan. Ruangan yang terlalu hangat atau terlalu dingin

seringkali menyebabkan pasien gelisah.

f. Latihan Fisik dan Kelelahan

seseorang yang kelelahan menengah (moderate) biasanya

memperoleh tidur yang mengistirahatkan, khususnya jika kelelahan

adalah hasil dari kerja atau latihan yang menyenangkan. Latihan

dalam 2 jam atau lebih sebelum waktu tidur membuat tubuh


30

mendingin dan mempertahankan suatu keadaan kelelahan yang

meningkatkan relaksasi. Akan tetapi, kelelahan yang berlebihan

yang dihasilkan dari kerja yang meletihkan atau stress membuat

sulit tidur. Hal ini dapat menjadi masalah yang umum bagi anak

sekolah dan remaja.

g. Asupan Makanan dan Kalori

Orang tidur lebih baik ketika sehat seingga mengikuti kebiasaan

baik adalah penting untuk kesehatan yang tepat dan tidur (Hauri

dan Linde, 1990). Makan besar, berat, dan/atau berbumbu pada

makan malam dapat menyebabkan tidak dapat dicerna yang

mengganggu tidur. Kafein dan alkohol yang dikonsumsi pada

malam hari mempunyai efek produksi-insomnia sehingga

mengurangi atau menghindari zat tersebut secara drastis adalah

strategi penting yang digunakan untuk meningkatkan tidur.

Kehilang atau peningkatan berat badan mempengaruhi pola tidur.

Ketika seseorang bertambah berat badannya, maka periode tidur

akan menjadi lebih panjang dengan lebih sedikit interupsi.

Kehilang berat badan dapat menyebabkan tidur pendek dan

terputus-putus. Gangguan tidur tertentu dapat dihasilkan dari diet

semipuasa (semistarvation) yang popular di dalam kelompok

masyarakat yang sadar-berat badan.

5. Gangguan Tidur
31

Terkadang seseorang mengalami kesusahan saat tidur. Hal

tersebut dikarenakan ada beberapa gangguan atau penyimpangan tidur

yang umum terjadi, diantaranya sebagai berikut:22

a. Insomnia

Insomnia merupakan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan

tidur, baik kualitas maupun kuantias. Biasanya terjadi pada

orang dewasa, dan penyebabnya karena gangguan fisik atau

karena faktor mental seperti perasaan gundah atau gelisah.

Adapun jenisnya sebagai berikut :

1) Insomnia inisial, kesulitan untuk memulai tidur.

2) Insomnia intermitel, kesulitan untuk tetap tertidur karena

seringnya terjaga.

3) Insomnia Terminal, bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur

kembali.

Beberpa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi

insomnia antara lain dengan mengembangkan pola tidur-

istirahat yang efektif melalui olahraga rutin, menghindari

rangsangan tidur di sore hari, melkukan relaksasi sebelum

tidur (membaca, mendengarkan musik), dan tidur jika

benar-benar mengantuk.

b. Parasomnia

Parasomnia merupakan perilaku yang dapat mengganggu atau

munculnya sar seseorang tidur. Gangguan ini sering terjadi pada


32

anak-anak. Beberapa turunan parasomnnia antara lain sering

terjaga (tidur berjalan, night terror), gangguan transisi bangun-

tidur (mengigau)

c. Hipersomnia

Hipersomnia kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang

berlebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini disebabkan

oleh kondisi medis tertentu, seperti kerusakan sistem saraf,

gangguan pada hati atau gijal, karena gangguan pada

metabolisme (hipertiroidisme)

d. Narkolepsi

Narkolepsi merupakan gelombang kantuk yang tak

tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari.

Gangguan ini disebut juga “ serangan tidur” atau sleep attack.

Pencegahannya dengan obat-obatan seperti amfetamin atau

metolpenidase hidroklorida, atau dengan antidepresen seperti

imipramin hidroklorida.

e. Apnea saat tidur

Kondisi ini berhentinya nafas secara periodik pada saat tidur.

Diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras, sering

terjaga di malam hari, insomnia, mengantuk berlebihan di siang

hari, sakit kepala di pagi hari, iritabilitas, atau mengalami

penurunan psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.

f. Sleep Walking
33

Merupakan perilaku yang mengganggu tidur dan muncul saat

seseorang tidur atau perilaku tidak normal. Gangguan ini terjadi

pada anak-anak. Beberapa keturunan parasomnia antara lain

sering terjaga (tidur berjalan, night terror), gangguan transisi

bangun-tidur (mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur

REM (mimpi buruk), dan yang lain.

g. Sleep Apnea

Gangguan tidur karena kesulitan bernafas berulang kali

ketika seseorang tidur. Ada dua jenis yaitu senral dan obstruktif,

terdapat juga campuran. Orang yang menderita hal ini biasanya

tidak sadar, walaupun setelah bangun. Sleep Apnea dikenal

sebagai masalah oleh orang lain yang mengamatinya, atau dapat

dikenali dari akibat terhadap tubuh (sequelae). Diagnosa Sleep

Apnea dengan polysomnograph. Apnea juga dapat diartikan

sebagai berhentinya pernafasan untuk sementara. Dispnea yang

dibarengi dengan apnea dapat menyebabkan kematian.

h. Delayed Sleep Phase Disorder

Biasanya ditandai dengan kesulitan tidur pada malam hari di

kondisi ini, sehingga menyebabkan kesulitan untuk bangun di

pagi hari. Sindrom ini biasanya berkembang pada usia anak atau

remaja.

i. Somnambulisme
34

Somnambulisme merupakan suatu keadaan perubahan

kesadaran, fenomena tidur- bangun terjadi pada saat bersamaan.

Sewaktu tidur, penderita melakukan aktivitas motorik yangbiasa

dilakukan seperti berjalan, berpakain, atau pergi ke kamar

mandi. Akhir kegiatan tersebut biasanya penderita terjaga

kemudian bingung dan tertidur kembali.

j. Mendengkur

Disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara

di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid

dapat menjadi faktor yang menyebabkan mendengkur. Pangkal

lidah yang menyumbat saluran pernafasan pada lansia.

k. Nightmare atau Night Terror

Ganguan ini biasanya terjadi pada saat sepertiga awal tidur,

umumnya terjadi pada anak usia enam tahun lebih. Seringkali

setelah tidur beberapa jam anak tersebut langsung terjaga dan

berteriak, pucat, dan ketakutan. Dengan gejala tiba-tiba

terbangun tengah malam disertai berteriak serta menangis dan

ketakutan. Hal ini dikarenakan tidur yang diertai dengan mimpi

buruk. Biasanya yang sering mengalami memiliki

kecenderungan untuk mengalami skizofrenia. Apabila bisa

mengelolanya maka dapat menjadi pribadi yang kreatif dan

artistik.

6. Waktu Tidur Menurut Usia


35

Usia merupakan salah satu faktor yag menentukan lamanya tidur

yang dibutuhkan seseorang. Semakin tua usianya, maka semakin

sedikit lama tidur yang dibutuhkannya. Berikut urutan usia yang

menentukan lamanya tidur, sebagai berikut:22

a. Bayi baru lahir/ masa neonatus (0-1 bulan)

Tidur 14-18 jam sehari, pernafasan teratur, gerak tubuh

sediki, 50% tidur NREM, banyak waktu tidurnya dilewatkan

pada tahap III dan IV tidur NREM. Setiap siklus sekitar 45-

60 menit.

b. Masa bayi (1-8 bulan)

Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih

lama pada malam hari dan punya pola terbangun sebentar.

c. Toddler/ masa anak (18 bulan sampai 3 tahun)

Tidur sekitar 10 -11 jam sehari ada teori yang mneyatakan

11-12 jam sehari, 25% tidur REM, banyak tidur di malam

hari, terbangun dini hari berkurang, siklus bangun tidur

normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun.

d. Prasekolah (3-6 tahun)

Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur REM, periode

terbangun kedua hilang pada umur 3 tahun. Pada usia 5

tahun, tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari.

e. Usia sekolah (6-12 tahun)


36

Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5 % tidur REM. Sisa waktu

tidur relatif konstan.

f. Remaja (12-18 tahun)

Tidur sekitar 8,5 jam sehari, 20% tidur REM.

g. Dewasa muda (18-20 tahun)

Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10%

tidur tahap 1,50% tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap II

dan IV.

h. Dewasa pertengahan (40-60 tahun)

Tidur sekitar 7 jam sehari, 20 % tidur REM, mungkin

mengalami insomnia dan sulit untuk dapat tidur.

i. Dewasa tua (60 tahun)

Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap

IV nyata berkurang kadang-kadang tidak ada. Mungkin

mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur

malam hari.

7. Alat ukur kualitas tidur

Alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kualias tidur

seseorang yaitu :22

a. Sleep diaries

Buku harian tidur adalah cara sederhana namun efektif untuk

mendapatkan wawasan pola tidur dan kebiasaan tidur seseorang.

Buku harian tidur merupakan catatan yang terdiri dari waktu ketika
37

pergi ke tempat tidur, latensi tidur, jumlah terbangun di malam

hari, waktu bangun tidur, kualitas tidur.

b. Epworth Sleepiness Scale (ESS)

Skala kantuk Epworth digunakan untuk mengukur secara umum

tingkat kantuk pasien disiang hari atau kecenderungan tidur rata-

rata mereka dalam kehidupan sehari-hari.

c. Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

PSQI merupakan instrumen yang efektif digunakan untuk

mengukur kualitas dan pola tidur pada orang dewasa. PSQI dapat

membedakan kualitas tidur buruk dan baik dengan mengukur 7

komponen : kualitas tidur subyektif, latensi tidur, durasi tidur,

efesiensi kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur

dan disfungsi pada siang hari selama satu bulan terakhir. Jika skor

keseluruhan > 5 dikatakan klien mengalami gangguan tidur, skor

maksimal yaitu 21.

d. Sleep Condition Indicator (SCI)

SCI adalah alat skrining klinis singkat,sensitif dan spesifik untuk

mengidentifikasi pasien dengan gangguan insomnia. SCI

mencangkup 2 item kuantitatif yang menilai kontinuitas tidur

(maslaah memulai dan mempertahankan tidur), dua item kualitatif

tentang kepuasan pasien dengan kualitas tidur, dua item kuantitatif

mengenai tingkat keparahan keluhan tidur.

D. Teknik Relaksasi Benson


38

1. Pengertian

Relaksasi benson adalah relaksasi yang menggabungkan antara

teknik respon relaksasi dan sistem keyakinan individu/faith factor

(disokuskan pada ungkapan tertentu berupa nama nama tuhan, atau

kata yang memiliki makna menenagkan bagi pasien itu sendiri) uang

diucapkan berulang ulang dengan ritme teratur disertai sikap pasrah. 16

Relaksasi Benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi

pernafasan dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang dapat

menciptakan suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu

pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan yang lebih

tinggi.28

2. Tujuan Relaksasi Benson

Relaksasi benson bertujuan untuk mengatasi atau mengurangi

kecemasan, menurunkan ketegangan otot dan tulang, dapat

mengatasi tekanan darah tinggi, serta dapat mengurangi nyeri. Tekhnik

relaksasi benson adalah relaksasi yang mudah dalam pelaksanaanya

serta tidak memerlukan biaya mahal, relaksasi yang merupakan

penggabungan antara teknik respon relaksasi dengan sistem keyakinan

individu16

3. Pendukung Relaksasi Benson

Teknik relaksasi benson berhasil,diperlukan 4 elemen dasar yaitu16:

a. Lingkungan yang tenang


39

b. Secara sadar, pasien dapat mengendurkan otot otot tubuhnya.

c. Pasien dapat memusatkan diri selama 10-15 menit pada ungkapan

yang dipilih.

d. Pasien bersikap pasif terhadap pikiran-pikiran yang mengganggu

4. Langkah-langkah Terapi Benson

Langkah-langkah relaksasi benson :19

1. Mengatur posisi yang nyaman menurut klien sesuai dengan

kondisi pasien

2. Mengatur lingkungan yang tenang dan nyaman

3. Menganjurkan klien untuk memilih kalimat spiritual yang akan

digunakan.

4. Meminta klien untuk memejamkan mata.

5. Meminta klien untuk memfokuskan pikiran pada kedua kaki,

kendorkan seluruh otot-otot kaki, anjurkan klien untuk

merasakan relaksasi pada kedua kaki.

6. Meminta klien untuk memindahkan fokus pikirannya ke kedua

tangan, kendorkan otot – otot kedua tangan, meminta klien untuk

merasakan relaksasi tangan.

Memindahkan fokus pikiran klien pada bagian tubuhnya,

memerintahkan klien untuk merilekskan otot-otot tubuh pasien

mulai dari otot pinggang sampai otot bahu, meminta klien untuk

merasakan relaksasi otot -otot tubuh pasien

7. Anjurkan klien untuk bernafas secara rileks.


40

8. Meminta klien untuk mulai mengucapkan kalimat spiritual yang

dibaca secara berulang – ulang.

9. Anjurkan klien untuk melakukan 10 sampai 15 menit

10. Menganjurkan klien membuka mata.

11. Meminta klien menarik nafas dalam.

5. Mekanisme Relaksasi Benson

Cara kerja teknik relaksasi Benson ini adalah berfokus pada kata

atau kalimat tertentu yang diucapkan berulang kali dengan ritme

teratur yang disertai sikap pasrah pada Tuhan Yang Maha Esa sambil

menarik nafas dalam. Pernafasan yang panjang dapat memberikan

energi yang cukup, karena pada waktu menghembuskan nafas

mengeluarkan karbondioksida (CO2) dan saat menghirup nafas panjang

mendapatkan oksigen yang sangat diperlukan tubuh untuk

membersihkan darah dan mencegah kerusakan jaringan otak akibat

kekurangan oksigen (hipoksia). Saat tarik nafaspanjang otot-otot

dinding perut (Rektus abdominalis, transverses abdominalis,

internaldan ekternal obligue) menekan iga bagian bawah kearah

belakang serta mendorong sekat diafragma ke atas dapat berakibat

meninggikan tekanan intra abdominal, sehingga dapat merangsang

aliran darah baik vena cava inferior maupun aorta abdominalis,

mengakibatkan aliran darah (vaskularisasi) menjadi meningkat

keseluruh tubuh terutama organ - organ vital seperti otak, sehingga O2

tercukupi didalam otak dan tubuh menjadi rileks.29


41

E. Aroma terapi Lavender

1. Pengertian

Aromaterapi adalah metode yang menggunakan minyak esensial

untuk meningkatkan kesehatan fisik, emosi, dan spirit. Berbagai efek

minyak esensial adalah menurunkan nyeri dan kecemasan. 16

Aromaterapi adalah salah satu dari pengobatan alternatif yang

menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap dikenal

dengan minyak esensial yang dapat mempengaruhi jiwa, emosi, dan

fungsi kognitif dan kesehatan seseorang.18

2. Manfaat Aromaterapi Lavender

Komponen utama dalam aromaterapi adalah minyak astiri.

Minyak astiri dapat dimanfaatkan sebagai anti inflamasi, antiseptik,

merangsang nafsu makan, karminatif, koleretik, merangsang sirkulasi.

Manfaat aroma terapi sebagai berikut.25

a) Minyak astiri dapat digunakan sebagai antiseptik, anti mikrobia,

antivirus, dan anti jamur.

b) Minyak astiri dapat digunakan menjadi zat analgetik karena

berbagai alasan seperti sifat anti radang (anti-inflamasi)

c) Minyak astiri dapat digunakan sebagai zat anti toksin seperti

minyak chamonile mempunyai efek menginaktivasi racun.

d) Minyak astiri dapat digunakan sebagai zat balancing yaitu

ditandai oleh efek kontradiksi dari suatu minyak astiri.


42

e) Minyak astiri sebagai zat imunostimulan daya tahan badan

contohnya yaitu melaleuca virdiflora yang mempunyai efek

meningkatkan imunoglobin.

f) Minyak astiri sebagai zat pembunuh atau pengusir serangga.

Manfaat aroma terapi lavender adalah :

a. Relaksasi

Wangi dari aromaterapi tersebut akan mengakibatkan efek

tenang dan rileks, Penelitian membuktikan bahwa minyak

esensial yang dipakai dalam aroma terapi seperti minyak bunga

lavender dan kamomil dapat menenangkan ketika dilanda

kecemasan atau stres berlebih.

b. Peningkatan kualitas tidur

aromaterapi lavender dapat membantu seseorang untuk tidur

lebih nyenyak. Seperti seseorang dengan insomnia, dan sering

terbangun dimalam hari dapat menggunakan aroma terapi

lavender untuk membantu tidurnya.

c. Mengobati penyakit pada sistem pernapasan

Minya aromaterapi lavender memiliki antiseptik yang

dapat membantu membersihkan udara dari bakteri, kuman dan

jamur yang diketahui dapat mengganggu pernapasan dan

menyebabkan penyakit seperti batuk atau bersin dan pilek.

3. Cara Penggunaan Aromaterapi

Ada tiga cara untuk menggunakan aromaterapi yaitu .18


43

a. Cara diffusi yaitu melalui udara yang berisi uap dari minyak

esensial

b. Inhalasi langsung dengan menghirup uap minyak esensial seperti

disinfektans, dekonsgestan.

c. Penggunaan pada kulit untuk keperluan terapi pijat, mandi,

kompres, dan pengobatan untuk kulit.

4. Efek Aromaterapi Bagi Kesehatan

Aromaterapi pada umumnya memiliki efek stimulasi dan sedatif.

Efek aromaterapi dapat terjadi secara fisiologik dan psikologik

terhadap kesehatan manusia efek-efek aromaterapi sebagai berikut .18

a. Efek secara fisiologik

Efek aroma terhadap sistem syaraf dapat dinilai dari 2 bentuk

stimulasi yaitu : stimulasi kortikal seperti gelombang aktifitas dari

otak dan stimulasi autonomik seperti detak jantung dan konduksi

pada kulit. Jika terjadi stimulasi kortikal atau stimulasi autonomik

dapat diartikan terjadi efek sedatif/ relaksasi dan jika terjadi

sebaliknya berati terjadi efek stimulasi.

b. Efek aromaterapi terhadap detak jantung

Studi yang dilakukan oleh Yamaguci (1990, dalam

hongratanaworakit,2004) yang mengukur pengaruh aroma lemon

dan bunga ros terhadap detak jantung dan tekanan darah, hasil

penelitian terbukti bahwa aroma lemon dapat meningkatkan detak

jantung.
44

c. Efek aromaterapi terhadap tekanan darah

Tekanan darah merupakan salah satu variabel pengukuran

secara fisiologik dari fungsi tubuh. Penelitian oleh warren et al

(1987) membuktikan bahwa minyak biji pala dapat menurunkan

tekanan darah sistolik sebesar 9 mmhg, menenangkan, menurunkan

kecemasan, marah dan rasa malu.

d. Efek secara psikologik

Pada saat aroma dari minyak esensial dihirup maka molekul

aroma tertangkap oleh syaraf sensori pada membran olfactorius

kemudian secara elektrikal impuls- impuls tadi diteruskan ke pusat

gustatory ke sistem limbik ( pusat emosi) pada lobus limbic.

Limbik lobus terdiri dari hippocampus dan amigdala yang secara

langsung dapat mengaktifkan hipotalamus untuk pengaturan

pengeluaran hormon dalam tubuh seperti hormon seksual,

pertumbuhan, thyroid dan neurotransmiler.

Molekul minyak esensial secara langsung menstimulasi lobus

limbic dan hipotalamus dan sistem limbik langsung berhubungan

kepada bagian otak lain yang mengontrol detak jantung, tekanan

darah, pernafasan, memori, tingkatan stress, dan keseimbangan

hormonal dimana aroma akan memacu emosi sehingga

menimbulkan efek fisiologikal dan psikologikal .

5. Mekanisme aromaterapi lavender untuk meningkatkan kualitas

tidur
45

Mekanisme aroma terapi dimulai dari aroma yang dihirup melalui

hidung dan berhubungan dengan silia, penerima didalam silia

dihubungkan dengan alat penghirup yang berada diujung saluran bau.

Bau-bauan diubah oleh silia menjadi impuls listrik yang dipancarkan

ke otak melalui sistem penghirup. Semua impuls mencapai sistem

limbik dihipotalamus selanjutnya akan meningkatkan gelombang alfa

didalam otak dan akan membantu kita untuk merasa rileks. Posisi

rileks akan menurunkan stimulus ke Retikular Aktivitas Sistem(RAS),

yang berlokasi pada batang otak teratas yang dapat meningkatkan

kewaspadaan dan terjaga akan diambil alih oleh bagian otak yang lain

yang disebut BSR (bulbar synchronizing region) yang fungsinya

berkebalikan dengan RAS, sehingga bisa menyebabkan tidur yang

diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas tidur sesorang.2

BAB III

METODE STUDI KASUS


46

A. Rancangan Studi Kasus

Rencana studi kasus adalah suatu tahapan yang sangat penting

dalam studi kasus yang dapat digunakan peneliti sebagai petunjuk dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan dan

menjawab suatu pertanyaan penelitian. Jenis studi kasus ini menggunakan

studi kasus deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan studi yang

berhubungan tentang suatu variabel yang ada dengan tidak

membandingkan atau menghubungkan dengan variabel lain. Penelitian

deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa

peristiwa penting yang terjadi pada masa kini, deskripsi peristiwa

dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual

daripada menyimpulkan.26

B. Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus dalam penerapan terapi ini adalah 2 responden

yang diamati secara mendalam. Subyek studi kasus mempertimbangkan

kriteria inklusi dan ekslusi berdasarkan jurnal yang diterapkan.

Kriteria inklusi berdasarkan jurnal yang akan diterapkan oleh penulis

adalah :19

a. Bersedia menjadi responden

b. Lansia dengan gangguan tidur umur 60-74 tahun

c. Skor PSQI >5

d. Dapat berkomunikasi dengan baik


47

e. Tidak alergi terhadap aroma terapi lavender

Kriteria ekslusi berdasarkan jurnal yang akan diterapkan oleh penulis

adalah:19

a. Responden yang tidak mengikuti kegiatan secara lengkap

mulai dari pretest, intervensi dan post test.

b. Responden yang mengalami gangguan pernapasan selama

mengikuti kegiatan.

C. Fokus Studi Kasus

Fokus studi adalah kajian utama dalam masalah yang akan

dijadikan titik acuan studi kasus. Hal ini fokus studi kasus penulis

adalah penerapan kombinasi teknik relaksasi benson dan

aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur pada lansia.

D. Definisi Operasional Studi Kasus

1) Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia

tidak secara tiba tiba menjadi tua,tetapi berkembang dari

bayi,anak anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua.

2) Kualitas Tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang

dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan

kebugaran ketika terbangun. Kualitas tidur mencakup aspek

kuantitatif seperti durasi tidur, latensi, serta aspek subjektif

seperti tidur dalam dan istirahat. Kualitas tidur diukur

menggunakan kuesioner PSQI (Pittsburgh Sleep Quality

Index) pada waktu sebelum dilakukan intervensi dan sesudah


48

intervensi untuk menilai perubahan yang terjadi pada klien.

3) Relaksasi benson adalah relaksasi yang menggabungkan

antara teknik respon relaksasi dan sistem keyakinan

individu/faith factor (disokuskan pada ungkapan tertentu

berupa nama nama tuhan, atau kata yang memiliki makna

menenagkan bagi pasien itu sendiri) uang diucapkan berulang

ulang dengan ritme teratur disertai sikap pasrah. Relaksasi ini

dilakukan selama 15-30 menit setiap malam hari selama 7 hari

4) Aromaterapi lavender adalah metode yang menggunakan

minyak esensial lavender untuk meningkatkan kesehatan fisik,

emosi, dan spirit. Berbagai efek minyak esensial adalah

menurunkan nyeri dan kecemasan. Aromaterapi lavender akan

di lakukan selama 30 menit pada malam hari selama 7 hari.

E. Instrumen Penelitian

Alat penelitian dalam penelitian ini adalah SOP kombinasi

teknik relaksasi benson dan aroma terapi lavender. Alat

pengumpulan data nilai kualitas tidur berupa lembar kuesioner

PSQI. Skoring PSQI jika > 5 klien mengalami gangguan tidur,

skor maksimal dari pengukuran Pittsburgh Sleep Quality Index

(PSQI) adalah 21.

F. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling


49

strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian

adalah mendapatkan data. Mengumpulkan data menggunakan data

primer dan data skunder

1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya.

Penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuisioner

kualitas tidur pada lansia.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara

langsung dari sumbernya. Data sekunder dalam penelitian ini

diperoleh melalui literatur yang relevan dan sumber lain yang

mendukung penelitian ini.

Langkah- langkah pengumpulan data sebagai berikut :

a) Mengurus perijinan dengan institusi terkait lahan untuk

melakukan studi kasus.

b) Mahasiswa meminta kerja sama dengan pihak puskesmas

terkait penerapan studi kasus.

c) Mahasiswa melakukan kontrak waktu dengan pihak

puskesmas terkait penerapan studi kasus.

d) Setelah dilakukan kontrak waktu dengan pihak puskesmas,

selanjutnya mahasiswa melakukan pendekatan dengan calon

responden untuk menjelaskan maksud dan tujuan.

e) Setelah responden bersedia untuk menjadi responden


50

selanjutnya meminta untuk responden tanda tangani lembar

permohonan dan lembar persetujuan untuk menjadi

responden.

f) Mahasiswa mengumpulkan data umum lansia dan

melakukan pretest menggunakan PSQI untuk kualitas tidur

g) Mahasiswa menyiapkan alat dan bahan untuk memberikan

teknik aromaterapi lavender dan relakasasi benson.

Penerapan studi kasus tersebut dilakukan pada pukul 18.00

sampai dengan 22.00.

h) Mengajarkan dan menganjurkan responden untuk

melakukan kombinasi terapi benson dan aromaterapi

lavender selama 15- 30 menit, dan dilakukan selama 7 hari

berturut-turut.

i) Menyiapkan aromaterapi lavender di dekat tempat tidur

responden dan mengajarkan cara menghirup aroma terapi

selama 15-30 menit. Aroma terapi lavender 5 sampai 6

tetes, air, dispo 5cc dan tungku pemanas.

j) Setelah 7 hari penerapan kemudian mengumpulkan data

primer dari responden dengan bantuan pihak puskesmas.

k) Data primer didapatkan dengan post test menggunakan

kuisoner PSQI pada hari ke 8.

l) Menyajikan hasil pengolahan data atau studi kasus


51

G. Lokasi Dan Waktu Studi kasus

Penerapan studi kasus dilakukan di kelurahan Rowosari,

kecamatan Tembalang pada tanggal 9 maret 2020 – 21 maret

2020.

H. Analisa Dan Penyajian Data

Pengolahan data menggunakan analisis deskriptif. Analisa

deskriptif adalah digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan data yang terkumpul untuk membuat suatu

kesimpulan. Pengolahan data ini dilakukan dengan mengukur

perubahan kualitas tidur sebelum dan sesudah dilakukan tindakan

intervensi kombinasi teknik relaksasi benson dan aromaterapi

lavender terhadap kualitas tidur pada lansia sebanyak 2

responden. Data kemudian dianalisa dengan kriteria kualitas tidur

jika >5 dikategorikan gangguan tidur, data disajikan

menggunakan tabel, diagram, grafik untuk mengetahui hasil

perubahan pola tidur.

I. Etika Penelitian

Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subyek

yang menggunakan subyek manusia menjadi isu sentral yang

berkembang saat ini. Pada ilmu keperawatan, karena hampir 90%

subyek yang dipergunakan adalah manusia, maka peneliti harus

memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Secara umum prinsip

etika dalam penelitian/ pengumpulan data dapat dibedakan


52

menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai

hak-hak subyek, dan prinsip keadilan:26

1. Prinsip autonomy

Memberikan penjelasan kepada responden dalam

pelaksanaan mengenai penelitian meliputi maksud dan tujuan

penelitian, serta menyampaikan permohonan untuk

berpartisipasi dalam penelitian. Peneliti menjelaskan cara

pengisian instrumen, membebaskan pemilihan wktu kepada

responden dalam pengisian instrumen. Tidak ada responden

yang mengundurkan diri selama proses intervensi.

2. Prinsip manfaat

a. Bebas dari penderitaan.

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan

penderitaan pada subyek.

b. Bebas dari eksplotasi.

Partisipasi subyek dalam penelitian, harus dihindarkan

dari keadaan yang tidak menguntungkan.

c. Resiko (benefits ratio)

Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan resiko dan

keuntungan yang akan berakibat kepada subyek setiap

tindakan.

3. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human

dignity)
53

a. Hak untuk ikut/ tidak menjadi responden (right to self

determination)

Subyek harus diperlakukan secara manusiawi. Subyek

mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia

menjadi subyek maupun tidak.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang

diberikan ( right to full disclosure)

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara

rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang

terjadi pada subyek.

c. Informed consent

Subyek harus mendapatkan informasi secara lengkap

tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan,

mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak

menjadi responden.

4. Prinsip keadilan (right to justic)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in

fair treatment)

Subyek harus diperlakukan secara adil baik sebelum,

selama dan sesudah keikutsertaan dalam penelitian tanpa

adanya diskriminasi apabila subyek tidak ikut serta dalam

penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)


54

Subyek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang

diberikan harus dirahasiakan.

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN


55

Bab ini menguraikan hasil studi kasus beserta pembahasan yang

meliputi penjabaran data umum dan data khusus serta analisis mengenai

pemberian terapi kombinasi teknik relaksasi benson dan aroma terapi

lavender pada kualitas tidur lansia di Wilayah Binaan Puskesmas Rowosari

Semarang.

A. Hasil Studi Kasus

1. Gambaran Lokasi Studi Kasus

Studi kasus ini dilakukan di Wilayah Binaan Puskesmas Rowosari

yang terletak di Desa Krasak, RT 01 dan RT 03/RW 03 Kelurahan

Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Puskesmas Rowosari adalah unit organisasi fungsional yang melaksanakan

tugas dari Dinas Kesehatan Kota Semarang yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan di Kecamatan Tembalang yaitu Rowosari, Bulusan,

Meteseh, Kramas, dan Tembalang.

Pelayanan kesehatan yang diberikan pada masyarakat yaitu berupa

pengobatan langsung ke puskesmas Rowosari sebagai upaya kuratif.

Upaya promotif dan preventif dilakukan melalui pembinaan di puskesmas

masing-masing wilayah. Deteksi dini lansia yang mengalami kualitas tidur

dapat dilakukan melalui kegiatan di puskesmas melalui posyandu lansia,

semua masalah kesehatan yang terjadi pada lansia dapat dilaporkan saat

posyandu tersebut.

2. Gambaran Subyek Studi Kasus


56

Dalam studi kasus ini penulis telah memilih 2 subyek yang menjadi

subyek studi kasus yaitu Subyek I dan Subyek II. Kedua subyek studi kasus

dipilih berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu:

a) Subyek I

Subyek dilakukan pengkajian pada hari Senin tanggal 9 maret 2020,

berjenis kelamin perempuan bernama Ny.A, berusia 62 tahun, beragama

Islam, pendidikan terakhir SMP. Ny.A mengatakan sering merasa cepat

lelah, mengantuk pada siang hari, sering terbangun di malam hari, dan

kadang sulit memulai tidur. Pemeriksaan tekanan darah adalah 130/90

mmHg. Subyek I memiliki pola makan yang terkontrol. Subyek I

mengatakan tidak mempunyai riwayat darah tinggi dan gula. Keluarga

subjek 1 mengatakan subjek sering merasa cepat lelah dan pagi hari

mengantuk. Subjek mengatakan belum pernah melakukan latihan

nonfarmakologi untuk meningkatkan kualitas tidur. Hasil pengkajian

PSQI menunjukkan skor 10 yang berarti kualitas tidur buruk. Subjek I

mengatakan mengalami gangguan tidur sejak 2 bulan yang lalu, ia

mengalami hal tersebut karena merasa terganggu dengan orang-orang

yang lewat memakai speda motor dan remaja yang nongkrong di dekat

rumah sampai tengah malam . Subjek I tidak mengkonsumsi obat-obatan

untuk membantu tidurnya, subjek I mengatakan selalu mengantuk dan

lemas saat aktifitas. Tampak kehitaman pada sekitar mata subjek I yang

menandakan kurangnya tidur yang efektif.


57

Hasil pengkajian lima fungsi keperawatan pada keluarga subjek I

diperoleh data subjek dan keluarga mengetahui tentang kualitas tidur

namun tidak mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur.

Subyek sehari-hari hanya dirumah dan mengasuh cucunya, kadang

membantu anaknya membersihkan rumah dan memasak tetapi sangat

jarang. Keluarga melaksanakan tindakan keperawatan melalui

monitoring, tindakan keperawatan , mengantar ke fasilitas pelayanan

kesehatan dan memodifikasi lingkungan yaitu membuat tempat tidurnya

nyaman dan lampu yang terang seperti keinginan subjek I dan menegur

remaja yang tongkrong didekat rumah subjek I agar tidak mengganggu

warga. Tipe keluarga Subjek Extended family karena didalam rumahnya

terdapat subjek I dan anaknya dan cucunya, selama penerapan subjek

ditemani oleh anaknya yang perempuan.

b) Subyek II

Subyek dilakukan pengkajian pada hari Senin tanggal 9 maret

2020, berjenis kelamin Laki-laki bernama Tn.A, berusia 60 tahun,

beragama Islam, pendidikan terakhir SD, Tn.A mengatakan sering

merasa cepat lelah, mengantuk pada pagi hari, sering terbangun di malam

hari, dan kadang sulit memulai tidur. Pemeriksaan tekanan darah adalah

120/80 mmHg. Subyek II memiliki pola makan yang terkontrol. Subyek

II mengatakan tidak mempunyai riwayat darah tinggi dan gula tetapi

pernah mengalami kecelakaan dan melukai bagian kaki dan kepalanya

sampai saat ini kadang nyeri masih terasa skala nyeri 4.


58

Keluarga subjek II mengatakan subjek saat pagi hari selalu

mengantuk. Subjek mengatakan belum pernah melakukan latihan

nonfarmakologi untuk meningkatkan kualitas tidur. Hasil pengkajian

PSQI menunjukkan skor 9 yang berarti kualitas tidur buruk. Subjek II

mengatakan mengalami gangguan tidur sejak 4 bulan yang lalu, ia

mengalami hal tersebut karena nyeri yang dirasakan waktu tengah malam

dan kadang terasa saat pagi hari. Subjek II tidak mengkonsumsi obat-

obatan untuk membantu tidurnya, subjek II mengatakan mengantuk pada

pagi hari apalagi jika angin yang berhembus diluar rumah terasa samapi

dalam akan membuat subjek II lebih mengantuk. Tampak kehitaman

pada sekitar mata subjek II yang menandakan kurangnya tidur yang

efektif.

Hasil pengkajian lima fungsi keperawatan pada keluarga subjek II

diperoleh data subjek dan keluarga tidak mengetahui tentang kualitas

tidur, tidak mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur.

Subyek sehari-hari hanya dirumah dan melakukan pekerjaan rumah serta

melakukan kegiatan agar tidak jenuh dirumah. Keluarga melaksanakan

tindakan keperawatan melalui monitoring, dan mengantar ke fasilitas

pelayanan kesehatan dan memodifikasi lingkungan agar nyaman dan

aman untuk subyek. Keluarga mengganti kasur subjek II tidak terlalu

tinggi dan subjek II tidur dengan istrinya, penerangan di kamar dibuat

sesuai keinginan subjek II. Tipe keluarga Subjek II extended family.


59

Karena didalam rumahnya terdapat subjek II, istri dan anaknya dan

cucunya, selama penerapan subjek ditemani oleh anaknya yang Laki-laki.

3. Pemaparan hasil studi kasus

a. Hasil Pengkajian Awal Kualitas Tidur Subyek Studi Kasus

Langkah pertama yang harus dilakukan pada subyek dengan

gangguan kualitas tidur adalah pengkajian. Dalam studi kasus ini

pengkajian awal yang dilakukan berfokus pada Kualitas tidur subyek.

Berdasarkan hasil studi kasus diketahui bahwa saat pengkajian awal

dilakukan pengukuran Kualitas tidur menggunakan kuisoner PSQI

didapatkan hasil bahwa subyek I dan subyek II lebih dari batas normal atau

lebih dari 5 atau yang disebut dengan kualitas tidur buruk. Dilihat seperti

pada tabel 1.1

Tabel 1.1
Hasil Pengkajian Awal Kualitas Tidur Subyek Studi Kasus Sebelum
Penerapan Relaksasi Benson dan Aromaterapi Lavender

Subyek Hari Ke- Skor PSQI Kualitas Tidur


I 1 10 Buruk
II 1 9 Buruk

Selanjutnya untuk memperjelas kualitas tidur pada kedua subyek

dengan observasi sebelum penerapan relaksasi benson dan aromaterapi

lavender dapat di gambarkan pada diagram 1.1 berikut.


60

Hasil Pengkajian Awal Kualitas Tidur Subyek Studi Kasus


Sebelum Penerapan Relaksasi Benson dan Aromaterapi
Lavender
10.2
10
10
9.8
9.6
9.4 Skor PSQI

9.2
9
9
8.8
8.6
8.4
Subyek I Subyek II

Diagram 1.1
Hasil Pengkajian Awal Kualitas Tidur Subyek Studi Kasus Sebelum
Penerapan Relaksasi Benson dan Aromaterapi Lavender

Berdasarkan diagram tersebut diketahui bahwa skor PSQI awal

sebelum pemberian relaksasi benson dan aroma terapi lavender pada kedua

subyek tidak memiliki perbedaan yang jauh, dapat diketahui bahwa skor

PSQI subyek I adalah 10 dan skor PSQI subyek II adalah 9. Berdasarkan

hasil pengkajian dapat diketahui bahwa kedua subyek berada dalam

kategori gangguan kualitas tidur.

Setelah melakukan pengkajian pada subyek studi kasus, kemudian

penulis memberikan intervensi keperawatan menggunakan relaksasi

benson dan aroma terapi lavender. relaksasi benson dan aroma terapi

lavender dilakukan untuk merelaksasikan tubuh sehingga tubuh dan


61

pikiran menjadi rileks dan nyaman sehingga dapat meningkatkan kualitas

tidur kedua subyek.

b. Hasil Evaluasi Kualitas tidur pada Subyek Studi Kasus Sesudah Dilakukan

Intervensi

Berdasarkan hasil studi kasus diketahui bahwa setelah dilakukan tindakan

keperawatan menggunakan relaksasi benson dan aromaterapi lavender,

Kualitas tidur subyek I dan subyek II mengalami peningkatan yang

segnifikan. Agar efektif dan berhasil meningkatkan kualitas tidur relaksasi

benson dan aromaterapi lavender dilakukan selama 15-30 menit sebanyak

satu kali sehari pada malam hari selama 7 hari berturut-turut .19

Sesudah memberikan intervensi keperawatan dengan relaksasi benson dan

aromaterapi lavender, penulis melakukan evaluasi kualitas tidur

menggunakan kuisoner PSQI untuk mengetahui perubahan kualitas tidur

pada kedua subyek studi kasus. Hasil pengukuran di tuangkan dalam tabel

1.2.

Tabel 1.2
Hasil Evaluasi Kualitas Tidur Subyek Studi Kasus Sesudah Dilakukan
Penerapan Relaksasi Benson dan Aromaterapi Lavender.

TD
Subyek Intervensi Kategori
(mmHg)
I Sebelum (H1) 10 Buruk
Sesudah (H8) 3 Baik
II Sebelum (H1) 9 Buruk
Sesudah (H8) 4 Baik
62

Selanjutnya untuk memperjelas hasil kualitas tidur kedua subyek

setelah penerapan relaksasi benson dan aromaterapi lavender dapat

digambarkan pada diagram 1.2.

Hasil Evaluasi Kualitas Tidur Subyek Studi Kasus Sesudah


Penerapan Relaksasi Benson dan Aromaterapi Lavender
4.5
4
4
3.5
3
3
2.5 Skor PSQI

2
1.5
1
0.5
0
Subyek I Subyek II

Diagram 1.2
Hasil Evaluasi Kualitas Tidur Subyek Studi Kasus Sesudah Dilakukan
Penerapan Relaksasi Benson dan Aromaterapi Lavender.

Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui bahwa setelah diberikan intervensi

keperawatan dengan menggunakan relaksasi benson dan aromaterapi

lavender pada kedua subjek efektif untuk meningkatkan kualitas tidur.

Dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan terapi pada kedua subyek,

kedua subyek mengalami kualitas tidur buruk dengan skor PSQI lebih dari

5. Setelah diberikan terapi selama 7 hari berturut turut kedua subyek


63

mengalami peningkatan kualitas tidur, subjek I skor PSQI awal 10 menjadi

3 dan subjek II skor PSQI awal menjadi 4.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan relaksasi benson dan

aromaterapi lavender untuk meningkatkan kualitas tidur pada lansia

didapatkan gambaran umur subyek I berusia 63 tahun dan subyek II

berusia 60 tahun. Usia kedua subyek studi dikategorikan sebagai lanjut

usia.1 Dikatakan lanjut usia adalah dimana usia seseorang lebih dari 60

tahun dan terbagi menjadi elderly (usia 60-74 tahun), old (usia 75-89

tahun), very old (usia > 90 tahun).8 Semakin bertambahnya umur lansia

akan disertai gejala – gejala kemunduran fisik seperti kulit mulai

mengendur, rambut kepala mulai memutih, gigi mulai lepas, penglihatan

dan pendengaran berkurang, mudah lelah, nafsu makan menurun,

penciuman mulai berkurang, gerakan menjadi lamban, pola tidur berubah.8

faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang selain

umur adalah penyakit fisik dan lingkungan. Subyek I mengatakan tidak

bisa tidur karena merasa terganggu dengan orang-orang yang lewat

memakai speda motor dan remaja yang nongkrong di dekat rumah sampai

tengah malam , subjek II mengatakan tidak bisa tidur karena merasakan

nyeri skala 4 pada kaki dan kepalanya. Gangguan tersebut berdampak pada

kualitas tidur lansia.27


64

Aktivitas sehari-hari subyek I hanya dirumah dan mengasuh cucunya,

kadang membantu anaknya membersihkan rumah dan memasak tetapi sangat

jarang. Subjek I mengatakan mengalami gangguan tidur sejak 2 bulan yang lalu,

ia mengalami hal tersebut karena lingkungan yang kurang mendukung. Faktor

lingkungan dapat menyebabkan gangguan kualitas tidur seseorang, Tingkat suara

yang diperlukan untuk membangunkan orang tergantung pada tahap tidur. Suara

yang rendah lebih sering membangunkan seorang dari tidur tahap 1, sementara

suara yang keras membangunkan orang pada tahap tidur 3 dan 4. 27 Pada tidur

tahap 1 atau Fase 1 disebut drowsiness merupakan fase transisi yang ditandai

dengan muculnya gerakan pendular pelan pada bola mata, fase 2 ditandai dengan

adanya gelombang delta kurang dari 20%, kompleks K dan spindel tidur.fase ini

meliputi 45% sampai 55% total waktu tidur, fase ini ditandai dengan adanya

gelombang delta kurang dari 20%, kompleks K dan spindel tidur. Fase ini

meliputi 45% sampai 55% total waktu tidur, pada umumnya tidak dibedakan fase

3 dan 4 NREM. Kedua fase ini meliputi 13-25% dari waktu tidur. Fase 3 dan 4

NREM dikatakan sebagai fase tidur yang paling dalam dimana berfungsi

mengembalikan kesegaran tubuh dan merestorasikan kondisi tubuh setelah

beraktifitas. Yang terakhir yaitu fase REM Fase REM ditandai dengan adanya

gelombang bervoltage rendah yang bercampur dengan aktifitas gelombang alfa

yang biasanya berkekuatan lebih rendah 1-2 Hz dari gelombang alfa saat bangun.

REM secara normal terjadi 60-90 menit setelah dimulainya tidur.

Aktivitas sehari-hari subyek II hanya dirumah dan melakukan

pekerjaan rumah serta melakukan kegiatan agar tidak jenuh dirumah.

Subjek II mengatakan mengalami gangguan tidur sejak 4 bulan yang lalu,

ia mengalami hal tersebut karena nyeri yang dirasakan waktu tengah


65

malam dan kadang terasa saat pagi hari. Penyakit fisik dapat menyebabkan

gangguan kualitas tidur seseorang, seseorang dengan perubahan seperti itu

mempunyai masalah kesulitan tidur atau tetap tertidur. Penyakit juga dapat

memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa.27

Berdasarkan paparan hasil studi kasus mengenai terapi benson dan

aromaterapi lavender pada lansia yang mengalami gangguan kualitas tidur,

didapatkan hasil adanya peningkatan kualitas tidur lansia yang sebelumnya

skor PSQI lebih dari 5 setelah diberikan terapi tersebut skor PSQI

menurun menjadi kurang dari 5. Respon subyek masing masih mengatakan

setelah diberikan terapi tersebut badan menjadi lebih segar dan otot-otot

dalam tubuh menjadi rileks, setelah diberikan terapi kedua subyek menjadi

nyaman dan mengantuk. Efek yang dihasilkan terasa pada pagi hari kedua

subjek mengatakan segar dan semangat menjalankan aktifitas. Kualitas

tidur yang baik dilihatdari tanda gejala kualitas tidur diantaranya yaitu,

terlihat segar dan bugar disaat bangun dipagi hari.33

Relaksasi benson dan aromaterapi lavender dapat memberikan efek

secara cepat terhadap kualitas tidur seseorang jika dilakukan secara

teratur selama tujuh hari berturut-turut pada malam hari selama 15-30

menit. Hal ini sesuai dengan peneliti sebelumnya bahwa waktu yang

diperlukan untuk melakukan relaksasi benson dan aromaterapi lavender

sehingga dapat menimbulkan efek peningkatan kualitas tidur lansia yaitu

pelaksanaan relaksasi satu kali sehari pada malam hari dalam kurun

waktu 15-30 menit selama tujuh hari berturut-turut.19


66

Perbedaan peningkatan kualitas tidur pada kedua subyek studi kasus

dapat dilihat dari hasil pengukuran kualitas tidur menggunakan kuisoner

PSQI sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi benson dan aromaterapi

lavender selama 7 hari berturut-turut. Pada subyek I evaluasi pengukuran

kualitas tidur mengalami penurunan yaitu skor PSQI menjadi 3,

sedangkan pada subyek II evaluasi pengukuran kualitas tidur mengalami

penurunan skor PSQI menjadi 4.

Berdasarkan keterangan dari kedua keluarga subyek diketahui bahwa

masing-masing subyek memiliki aktivitas fisik. Pada subyek I untuk

aktivitas sehari-hari di rumah kadang membantu kegitan rumah tangga

serta membantu mengasuh cucu yang sedang aktif-aktifnya. Keluarga

mengatakan subyek I sering mengalami sulit tidur dan selalu terbangun di

tengah malam hal itu berdampak pada pagi hari yaitu subjek menjadi

mudal lelah dan mengantuk. Sedangkan subyek II untuk aktivitas sehari-

hari hanya dirumah dan melakukan pekerjaan rumah serta melakukan

kegiatan agar tidak jenuh dirumah. Keluarga mengatakan subjek setiap

pagi mengalami mengantuk dan lemas, setiap malam sulit memulai tidur

dan selalu terbangun ditengah malam. Riwayat subyek II mengalami

kecelakaan dan melukai bagian kaki dan kepalanya samapi saat ini kadang

nyeri masih terasa skala nyeri 4. Karena kualitas tidur pada kedua subjek

tersebut mengalami gangguan, dampak yang dihasilkan cukup menganggu

kegiatan sehari-hari subjek jika tidak segera ditangani akan menimbulkan

penurunan kualitas hidup subjek tersebut.


67

Dalam studi kasus ini terapi relaksasi benson dan aromaterapi lavender

efekstif dalam meningkatkan kualitas tidur lansia. Hal ini dapat terjadi

karena tingkat konsentrasi seseorang yang menyebabkan perbedaan hasil

setelah pelaksanaan relaksasi benson dan aromaterapi lavender, dan

kondisi lingkungan sekitar. Pada saat pemberian terapi Pada subyek I

konsentrasi fokus tertuju pada penulis saat memberikan instruksi, untuk

lingkungan sekitar cukup mendukung karena keluarga subyek juga

mendukung dan fokus saat subyek diberikan terapi. subyek II pada saat

konsentrasi kurang karena saat ini keluarga subjek sedang mengalami

masalah sehingga pikiran subjek tidak fokus untuk lingkungan sekitar

keluarga subyek II tenang dan keluarga ikut serta dalam pemberian terapi.

Dasar pemikiran terapi benson dan aromaterapi lavender ini adalah

dengan cara kerja kedua terapi tersebut yang memberikan efek nyaman

pada subyek. Cara kerja terapi benson yaitu Pernafasan yang panjang dapat

memberikan energi yang cukup, karena pada waktu menghembuskan nafas

mengeluarkan karbondioksida (CO2) dan saat menghirup nafas panjang

mendapatkan oksigen yang sangat diperlukan tubuh untuk membersihkan darah

dan mencegah kerusakan jaringan otak akibat kekurangan oksigen (hipoksia).

Saat tarik nafas panjang otot-otot dinding perut (Rektus abdominalis, transverses

abdominalis, internaldan ekternal obligue) menekan iga bagian bawah kearah

belakang serta mendorong sekat diafragma ke atas dapat berakibat meninggikan

tekanan intra abdominal, sehingga dapat merangsang aliran darah baik vena cava

inferior maupun aorta abdominalis, mengakibatkan aliran darah (vaskularisasi)


68

menjadi meningkat keseluruh tubuh terutama organ - organ vital seperti otak,

sehingga O2 tercukupi didalam otak dan tubuh menjadi rileks.29

Digabungkan dengan aromaterapi lavender yang mempunyai cara kerja

aroma yang dihirup melalui hidung dan berhubungan dengan silia,

penerima didalam silia dihubungkan dengan alat penghirup yang berada

diujung saluran bau. Bau-bauan diubah oleh silia menjadi impuls listrik

yang dipancarkan ke otak melalui sistem penghirup. Semua impuls

mencapai sistem limbik dihipotalamus selanjutnya akan meningkatkan

gelombang alfa didalam otak dan akan membantu kita untuk merasa rileks.

Posisi rileks akan menurunkan stimulus ke Retikular Aktivitas

Sistem(RAS), yang berlokasi pada batang otak teratas yang dapat

meningkatkan kewaspadaan dan terjaga akan diambil alih oleh bagian otak

yang lain yang disebut BSR (bulbar synchronizing region) yang fungsinya

berkebalikan dengan RAS, sehingga bisa menyebabkan tidur yang

diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas tidur sesorang.2 Kedua terapi

tersebut pada intinyasama menimbulkan efek rileks dan tenang yang dapat

mempercepat peningkatan kualitas tidur seseorang.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam studi kasus ini penulis menemui hambatan sehingga menjadi

keterbatasan dalam pelaksanaan yang menjadikan studi kasus ini belum

maksimal. Keterbatasannya yaitu studi kasus dilaksanakan pada subyek II

mengalami hambatan berupa suatu masalah yang terjadi dalam keluarga

tersebut yang membuat pikiran subjek II kurang fokus dan konsentrasi saat

mengikuti terapi.
69

Untuk mengurangi pikiran yang menggaggu itu subjek II mengucapkan

beberapa kalimat-kalimat yang diyakini akan menenangkan pikirannya,

dan hasil yang didapatkan sesuai dengan keinginan subjek dan penulis

yaitu kualitas tidur subjek II menjadi baik.


70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengukuran kualitas tidur sebelum penerapan relaksasi benson dan

aromaterapi lavender dengan kuisoner PSQI didapatkan subyek I skor

10 yang berarti kualitas tidur buruk dan subyek II skor 9 yang berarti

kualitas tidur buruk.

2. Pengukuran kualitas tidur sesudah penerapan relaksasi benson dan

aromaterapi lavender dengan kuisoner PSQI didapatkan subyek I skor 3

yang berarti kualitas tidur baik dan subyek II skor 4 yang berarti

kualitas tidur baik.

3. Berdasarkan hasil studi kasus tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

penerapan relaksasi benson dan aromaterapi lavender efektif diterapkan

pada lansia yang mengalami gangguan kualitas tidur.

B. Saran

Berdasarkan analisa dan kesimpulan studi kasus, maka penulis akan

menyampaikan beberapa saran, antara lain:

1. Bagi Masyarakat

Meningkatkan kesehatan masyarakat dalam meningkatkan kualitas

tidur lansia dengan mengaplikasikan melalui tekhnik Relaksasi benson

dan aromaterapi lavender.


71

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Diharapkan perawat dapat mengembangkan dan menerapkan

tekhnologi terapan bidang keperawatan dalam meningkatkan kualitas

tidur lansia dengan menggunakan terapi benson dan aromaterapi

lavender.

3. Penulis

Diharapkan penulis dapat menerapkan tindakan prosedur Relaksasi

benson dan aromaterapi lavender untuk meningkatkan kualitas tidur

lansia.
72
DAFTAR PUSTAKA

1. Lilik M. Keperawatan Lanjut Usia. Surabaya : Graha Ilmu; 2011.

2. Dian S, Devid. Pengaruh Aroma Terapi Lavender Terhadap Kualitas Tidur


Lansia Di Wisma Cinta Kasih. Program studi S 1 Keperawatan, STIKes
Dharma Landbow Padang. 2018

3. Infodatin. Situasi Dan Analisa Lanjut Usia. Jakarta: Kemenkes RI; 2014.

4. Badan Pusat Statistik. Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta:


Badan Pusat Statistik.

5. Badan Pusat Statistik. Jumlah penduduk menurut kelompok umur.


Diakses pada tanggal 20 desember 2019 dari
https://jateng.bps.go.id/stastistictable.

6. Badan Pusat Statistik Kota Semarang (2017). Penduduk Menurut


Umur Dan Jenis kelamin. Diakses pada tanggal 4 januari 2020 dari
https://semarangkota.bps.go.id/statictable.

7. Wahjudi N. Keperawatan gerontik &geriatrik edisi 3. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC;2018.

8. Padila. Keperawatan gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika;2013

9. Fuad N, E. Psikologi Tidur Dari Kualitas Tidur Hingga Insomnia.


Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia; 2019.

10. Intan Nurfa Amalia ( 2017). Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan
Kelelahan Fisik Pada Lansia. Departemen Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro. Diakses Pada tanggal 25 desember
2019

11. Dwi R, Ifana Z. Rahmah, Rista Apriana (2018). Hubungan Sleep Hygiene
Dengan Kualitas Tidur Pada Lanjut Usia. Program Studi Ners Widya
Husada Semarang. Diakses pada tanggal 15 Januari 2020

12. Potter P. Fundamental Keperawatan. Buku 3 Edisi 7; 2009.

13. Heri Wahyudi (2016). Efek Hidroterapi Kaki Dalam Menurunkan


Insomnia Lansia Di Panti Wredha Salib Putih Salatiga. Jurusan Ilmu

73
74

Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.


Diakses pada tanggal 11 januari 2020

14. Padila. Buku ajar: keperawatan keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika;2012.

15. Erma K. Analisa Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Dengan Acute
Coronary Syndrome (ACS) Non Stemi Dengan Intervensi Inovasi
Relaksasi Benson Modifikasi Dan Aromaterapi Mawar Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Dan Perbaikan Kualitas Tidur Di Ruang ICCU
RSUD A.W. Sjahranie Samarinda Program Profesi Ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Samarinda; 2017.

16. Tetti S, Cecep. Konsep Dan Aplikasi Relaksasi Dalam Keperawatan


Maternitas. Bandung: PT Refika Aditama; 2015.

17. Handono F ,Baitus Pengaruh Terapi Benson Terhadap Kualitas Tidur


Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bondowoso;2017.

18. Endeh N. Terapi alternatif & komplementer dalam bidang keperawatan.


Bandung : In Media; 2017.

19. Andi S. Efektivitas Kombinasi Teknik Relaksasi Benso Dan Aromaterapi


Lavender Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Di Panti Wredha Dharma
Bhakti Kasih Surakarta; 2019.

20. Sulistya A. Keperawatan keluarga: konsep teori, proses, dan praktik


keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu; 2012.

21. Padila. Buku ajar: keperawatan keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika;


2012.

22. Wardah R. Panduan tatalaksana gangguan tidur. Jakarta: CV. Sagung Seto;
2018.

23. Priyoto. Nursing intervention classification (NIC) dalam keperawatan


gerontik. Jakarta : Salemba Medika; 2015.

24. Koensoemardiyah (2009). A-Z aromaterapi untuk kesehatan, kebugaran,


dan kecantikan. Yogyakarta : ANDI

25. Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:Pendekatan Praktis.


Jakarta: Salemba Medika; 2013.
75

26. Tarwoto W. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 5.


Jakarta : Salemba Medika; 2015.

27. Eka Yunitasari (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Modifikasi


Terhadap Kecemasan Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha
Nirwana Puri Samarinda. Program studi ilmu keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Dan Farmasi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.
Diakses pada tanggal 20 januari 2020

28. Undang-Undang Republik Indonesia (2019). Undang-undang Republik


Indonesia Nomer 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Diakses pada tanggal
29 januari 2020

29. Indah M. Pengaruh Relakasasi Benson Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di


Posyandu Permadi Tlogomas Kota Malang. Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana
Tunggadewi Malang. Diakses pada tanggal 16 februari 2020

30. Sri Franciska (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap


Pemenuhan Kebutuhan Tidur Pada Lanjut Usia Di Posyandu Lansia
Srikandi Wilayah Pilang Kelurahan Sumbersari Kecamatan Lowokwaru
Kota Malang. Program studi ilmu keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Diakses pada tanggal 17
februari 2020

31. Fatkhur Rahman (2019) Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap


Kualitas Tidur Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bondowoso.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo.
Diakses pada tanggal 2 februari 2020.

32. Profil puskesmas. Puskesmas Rowosari (2019). Diakses pada tanggal 18


maret 2020.

33. Dian Sari (2018). Pengaruh aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur
lansia di wisma cinta kasih. Program Studi S1 Keperawatan, STIKes
Dharma Landbouw Padang. Padang. Diakses pada tanggal 26 maret 2020

Anda mungkin juga menyukai