Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Kesehatan Pertiwi

Politeknik Kesehatan Bhakti Pertiwi Husada


Volume 2 Nomor B Tahun 2020

Pengaruh Terapi Musik Keroncong terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Lansia


di Klinik Azzahra Tasikmalaya

Sartika, Ei Nurlaeli Rasidin


Politeknik Kesehatan Bhakti Pertiwi Husada Kota Cirebon
Email : Sartikaaikka@gmail.com

Abstrak Pendahuluan : Proses menua merupakan proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan
tersebut berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa
secara khusus pada lanjut usia. Peningkatan jumlah lanjut usia akibat peningkatan usia
harapan hidup akan menyebabkan masalah di bidang kesehatan antara lain perasaan tidak
berguna, mudah sedih, stres, depresi, ansietas, demensia, delirium dan mengalami gangguan
tidur baik kualitas maupun kuantitasnya.
Prevalensi gangguan tidur pada lanjut usia cukup tinggi, dilaporkan 40-50% dari populasi
lanjut usia di dunia menderita gangguan tidur. Beberapa dampak dari gangguan tidur pada
lanjut usia antara lain penurunan nafsu makan, kelemahan / kelelahan, peningkatan angka
kejadian kecelakaan baik di rumah maupun di jalan, terjatuh, iritabilitas, menyebabkan
emosi menjadi tidak stabil, sulit untuk berkonsentrasi, dan kesulitan dalam mengambil suatu
keputusan.
Cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah kualitas tidur terdiri dari terapi
farmakologi dan nonfarmakologi.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di klinik Azzahra Tasikmalaya didapatkan data
terdapat 20 lansia yang dirawat di sana. Hasil wawancara dan observasi pada 20 orang lansia
terdapat 11 orang lansia yang mengalami masalah gangguan tidur pada malam hari maupun
siang hari. Lansia mengeluh sulit untuk tertidur pada malam hari, sering terbangun malam
hari dan merasa tidur tidak nyeyak.

Kata Kunci Usia lanjut, masalah kesehatan,gangguan tidur, teraphy gangguan tidur

Abstract Introduction: The aging process is a natural process accompanied by a decrease in


physical, psychological and social conditions that interact with each other. This situation
has the potential to cause health problems in general and mental health in particular in the
elderly. An increase in the number of elderly due to an increase in life expectancy will cause
problems in the health sector, including feeling useless, easily sad, stress, depression,
anxiety, dementia, delirium and experiencing sleep disturbances both in quality and
quantity.
The prevalence of sleep disorders in the elderly is quite high, it is reported that 40-50% of
the elderly population in the world suffer from sleep disorders. Some of the effects of sleep
disorders in the elderly include decreased appetite, weakness/fatigue, increased number of
accidents both at home and on the road, falls, irritability, causes emotional instability,
difficulty concentrating, and difficulty in making decisions.
Ways that can be used to overcome sleep quality problems consist of pharmacological and
non-pharmacological therapies.
Based on the results of a preliminary study at the Azzahra Tasikmalaya clinic, it was found
that there were 20 elderly people being treated there. The results of interviews and
observations on 20 elderly people there are 11 elderly people who experience sleep problems
at night and during the day. The elderly complained that it was difficult to fall asleep at
night, often woke up at night and felt that they did not sleep well.

Keywords Old age, health problems, sleep disorders, sleep disorder therapy

Jurnal Kesehatan Pertiwi Vol.2 No.B Tahun 2020 69


Pendahuluan bila dibandingkan dengan seseorang yang lama
Proses menua merupakan proses tidurnya antara 7-8 jam per hari 4.
alami yang disertai adanya penurunan kondisi Cara yang dapat digunakan untuk
fisik, psikologis maupun sosial yang saling mengatasi masalah kualitas tidur terdiri dari
berinteraksi satu sama lain. Keadaan tersebut terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Terapi
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan farmakologi yang biasa digunakan dan
secara umum maupun kesehatan jiwa secara dianggap paling efektif adalah obat tidur,
khusus pada lanjut usia 1. Jumlah penduduk dimana jika digunakan terus-menerus akan
lanjut usia di dunia pada tahun 2007 sebesar mengalami ketergantungan. Terapi
18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi nonfarmakologi untuk mengatasi gangguan
20.547.541 pada tahun 2009. Jumlah penduduk tidur yaitu terapi pengaturan tidur, terapi
lanjut usia di indonesia pada tahun 2006 sebesar psikologi, dan terapi relaksasi. Terapi
19 juta jiwa atau 8,9% dengan usia harapan pengaturan tidur ditujukan untuk mengatur
hidup 66,2 tahun dan pada tahun 2010 jadwal tidur penderita mengikuti irama
meningkat sebesar 23,9 juta jiwa atau 9,77% sirkadian tidur normal penderita dan penderita
dengan usia harapan hidup 67,4 tahun1. harus disipilin menjalankan waktu tidurnya.
Peningkatan jumlah lanjut usia akibat Terapi psikologi ditujukan untuk mengatasi
peningkatan usia harapan hidup akan gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan masalah di bidang kesehatan menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi
antara lain perasaan tidak berguna, mudah relaksasi dapat dilakukan dengan cara relaksasi
sedih, stres, depresi, ansietas, demensia, nafas dalam, relaksasi otot progresif, latihan
delirium dan mengalami gangguan tidur baik pasrah diri, terapi musik dan aromaterapi5.
kualitas maupun kuantitasnya 2. Gangguan tidur Relaksasi nafas dalam dilakukan
yang dialami oleh lanjut usia antara lain sering dengan menarik nafas dari hidung kemudian
terjaga pada malam hari, sering terbangun pada dikeluarkan lewat mulut untuk membuat lebih
dini hari, sulit untuk tertidur, dan rasa lelah rileks dan nyaman. Relaksasi otot progresif
pada siang hari4. Faktor yang dapat adalah relaksasi yang dilakukan dengan cara
menyebabkan terjadinya gangguan tidur pada melakukan peregangan otot dan
lanjut usia antara lain perubahan lingkungan mengistirahatkannya kembali secara bertahap
sosial, penggunaan obat-obatan yang dan teratur sehingga memberi keseimbangan
meningkat, penyakit dan perubahan aktivitas. emosi dan ketenangan pikiran. Latihan pasrah
Prevalensi gangguan tidur pada lanjut usia diri adalah suatu metode yang memadukan
cukup tinggi, dilaporkan 40-50% dari populasi antara relaksasi dan dzikir dengan fokus latihan
lanjut usia di dunia menderita gangguan tidur 3. pada pernafasan dan kata yang terkandung
Menurut National Sleep Foundation didalam dzikir (relaxation and repetitive
2007, saat wanita benar – benar berhenti prayer), dimana timbulnya respon relaksasi
menstruasi antara usia 45 hingga 51 tahun, 61% diharapkan mampu memperbaiki gejala stres
melaprkan bahwa mereka tidak bias tidur sehingga menjadi rileks dan nyaman6.
beberapa malam setiap minggu. Survei Penggunaan terapi musik ditentukan
menunjukan bahwa sekitar 57% orang yang oleh intervensi musikal dengan maksud
kesulitan tidur akan mengalami muka memulihkan, merelaksasi, menjaga,
memerah, cemas. Depresi, dan insomnia kronis. memperbaiki emosi, fisik, psikologis, dan
Sementara 43% lainnya memiliki kelainan tidur kesehatan serta kesejahteraan spiritual 7.
seperti sesak napas, narkolepsi atau sindrom Berdasarkan hasil studi pendahuluan
kaki gelisah4. di klinik Azzahra Tasikmalaya didapatkan data
Beberapa dampak dari gangguan terdapat 20 lansia yang dirawat di sana. Hasil
tidur pada lanjut usia antara lain penurunan wawancara dan observasi pada 20 orang lansia
nafsu makan, kelemahan / kelelahan, terdapat 11 orang lansia yang mengalami
peningkatan angka kejadian kecelakaan baik di masalah gangguan tidur pada malam hari
rumah maupun di jalan, terjatuh, iritabilitas, maupun siang hari. Lansia mengeluh sulit untuk
menyebabkan emosi menjadi tidak stabil, sulit tertidur pada malam hari, sering terbangun
untuk berkonsentrasi, dan kesulitan dalam malam hari dan merasa tidur tidak nyeyak. Hal
mengambil suatu keputusan. Dampak tersebut ini dikarenakan adanya perubahan lingkungan
lebih tinggi pada seseorang yang lama tidurnya sosial yaitu suara yang berisik dan teman
lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per hari sekamar yang mengganggu kenyamanan lanjut
Jurnal Kesehatan Pertiwi Vol.2 No.B Tahun 2020 70
usia untuk tertidur. Hal yang dilakukan oleh Rerata Kualitas Tidur Setelah Diberikan
lansia untuk mengatasi masalah gangguan tidur Intervensi Terapi Musik Keroncong lansia di
mereka dengan berdoa dan memejamkan mata klinik Azzahra Tasikmalaya
VARIABEL MEAN SD MIN- 95%CI N
sampai akhirnya mereka tertidur dengan MAX
sendirinya dan cara tersebut dianggap efektif
SEBELUM 2.00 1.078 1-4 1.74-
untuk dapat tidur. Perlu adanya suatu cara agar 2.89 16
mereka dapat relaksasi dan akhirnya tertidur. 6.00 0.500 5-7 5.97-6,40
Beberapa penelitian yang berkaitan
dengan masalah gangguan tidur, yaitu SESUDAH
penelitian dengan judul perbedaan efektifitas
terapi musik dengan relaksasi otot progresif
terhadap peningkatan kualitas tidur lansia di Berdasarkan Tabel 4.1 didapatkan
Banjar Peken Desa Sumerta Kaja didapatkan rata-rata kualitas tidur sebelum terapi musik
hasil sebelum diberikan terapi musik kualitas keroncong adalah 2.00. Rata-rata kualitas tidur
tidur lansia kurang yaitu sebesar 56,2% dan setelah intervensi mengalami peningkatan 6.00.
setelah diberikan terapi musik kualitas tidur Selisih rerata tersebut sebanyak 4.00.
sedang memiliki proporsi yang paling banyak
yaitu sebesar 68,8% 8. Pengaruh Terapi Musik Keroncong
Sedangkan penelitian dengan judul Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Pada
perbedaan tingkat insomnia pada lansia Lansia Di Klinik Azzahra Tasikmalaya
sebelum dan sesudah pemberian terapi musik Tabel 4.2
keroncong di Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pengaruh Terapi Musik Keroncong Terhadap
Tulungagung dengan jumlah sampel 28 Peningkatan Kualitas Tidur Pada Lansia Di
responden didapatkan hasil ada perbedaan Klinik Azzahra Tasikmalaya
tingkat insomnia pada lansia sebelum dan VARIABEL ST.DEVIASI 95% CI
sesudah pemberian terapi musik keroncong. Upper Lower z P value n
Lansia dengan insomnia ringan sebanyak 18 SEBELUM 1.078 1.74 2.89
responden (64%), tidak insomnia sebanyak 8 INTERVENSI <0.0001 16
-
responden (29%) dan lansia dengan tetap 3.564b
SETELAH 0.403 5.97 6.40
mengalami tingkat insomnia sedang sebanyak 2 INTERVENSI
responden (7%)7.
Berdasarkan data tersebut diatas,
peneliti ingin mengetahui dan meneliti lebih Berdasarkan tabel 4.2 dengan tingkat
jauh mengenai “Pengaruh Terapi Musik kepercayaan 95% (< 0,05), nilai p value
Keroncong Terhadap Peningkatan Kualitas <0.0001, setelah terapi musik dengan standar
Tidur Lansia di Klinik Azzahra Tasikmalaya” deviasi 0.403, lower 5.97 dan upper 6.40 maka
Ha diterima. Berdasarkan hasil analisis tersebut
Metode Penelitian dapat disimpulkan bahwa pengaruh terapi
musik keroncong terhadap peningkatan kualitas
Jenis penelitian ini adalah true tidur pada lansia di klinik Azzahra Tasikmalaya
experiment design, yaitu membandingkan satu
kelompok intervensi yang berbeda pada saat Pembahasan
pre dan post test, yaitu membandingkan
kelompok intervensi sebelum dan sesudah Rerata Kualitas Tidur Setelah Diberikan
terapi. Intervensi Terapi Musik Keroncong lansia
di klinik Azzahra Tasikmalaya
Hasil Penelitian Berdasarkan Tabel 4.1 didapatkan
rata-rata kualitas tidur sebelum terapi musik
Rerata Kualitas Tidur Setelah Diberikan keroncong adalah 2.00. Rata-rata kualitas tidur
Intervensi Terapi Musik Keroncong lansia di setelah intervensi mengalami peningkatan 6.00.
klinik Azzahra Tasikmalaya Selisih rerata tersebut sebanyak 4.00.
Tidur merupakan salah satu
Tabel 4.1
kebutuhan dasar manusia yang termasuk
kedalam kebutuhan fisiologis. Tidur sangat

Jurnal Kesehatan Pertiwi Vol.2 No.B Tahun 2020 71


dibutuhkan bagi setiap orang yang hidup di lansia terutama dipengaruhi oleh masalah
dunia, karena sangat penting bagi kualitas psikologis (stres dan kecemasan).
hidup semua orang. Kebutuhan tidur setiap Hal ini sejalan oleh Lu (2006), bahwa
orang akan berbeda-beda, pada lanjut usia stres dan kecemasan merupakan masalah
membutuhkan durasi tidur 5-6 jam per hari2. psikologis yang sering dialami oleh lansia.
Namun karena kondisi tubuhnya sebagian besar Seseorang yang mengalami stres dapat
lansia berisiko tinggi mengalami gangguan menyebabkan perubahan pola tidur, kesulitan
tidur yang khas, gangguan tersebut mencakup mulai tidur, masuk tidur memerlukan waktu
kebiasaan tidur, terbangun pada dini hari, lebih dari 60 menit, timbulnya mimpi yang
peningkatan waktu tidur pada siang hari dan menakutkan, mengalami kesulitan untuk
membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat bangun pagi hari, dan merasa badan tidak segar
memulai tidur. ketika bangun. Selama ini intervensi yang
Hal ini didukung oleh penelitian sering dipakai untuk mengatasi masalah
Stahl (2008), menjelaskan tentang hasil gangguan psikologis pada lansia dengan
penelitiannya bahwa setelah diintervensi terapi penggunaan obat-obatan (antidepresan), namun
musik dengan rata-rata dikategori sedang 5.00. penggunaan obat ini memiliki efek samping
Intervensi yang diberikan berupa terapi musik seperti mual, muntah dan lain sebagainya.
klasik. Intervensi ini diberikan dengan Penggunaan jangka panjang pun tidak
frekuensi 1 kali sehari, selama 20 menit pada dianjurkan karena memiliki efek yang dapat
hari pertama dan kedua postoperasi. Penilaian menyebabkan masalah kesehatan lainnya
intensitas nyeri dilakukan sebelum (pre-test) (iatrogenesis) termasuk menyebabkan
dan sesudah (post-test) intervensi dengan insomnia, kondisi ini justru menyebabkan
menggunakan NRS (Numeric Rating Scale). lansia mengalami gangguan tidur yang lebih
Responden yang telah diberikan parah. Hal ini tentunya diperlukan intervensi
terapi musik banyak yang menikmati musik dan lain yang tidak membahayakan kesehatan
terlihat ada peningkatan kualitas tidur menjadi lansia.
baik setelah mendengarkan musik. Musik Secara umum tidur dibagi menjadi
klasik ataupun keroncong mempunyai fungsi dua tahap, yaitu (1) Tahap satu Non Rapid Eye
menenangkan fikiran dan katarsis emosi serta Movement (NREM), NREM adalah tahap tidur
dapat mengoptimalkan tempo, ritme, melodi yang tenang ditandai denyut jantung dan
dan harmoni yang teratur setra dapat frekuensi pernafasan yang stabil dan lambat,
menghasikan gelombang alfa dalam gendang serta tekanan darah yang rendah. NREM dibagi
telinga sehingga memberikan ketenangan yang menjadi 4 stadium yaitu: Stadium 1 merupakan
membuat fikiran otak siap menerima masukan fase transisi antara kondisi sadar dan tertidur
baru, efek rileks dan menidurkan. Musik berlangsung sekitar 5 menit, ditandai dengan
keroncong sendiri juga dapat merangsang mata bergerak lambat, aktivitas otot menurun,
peningkatan hormon endorfin yang merupakan dan mudah terbangun. Stadium 2 merupakan
substansi sejenis morfin yang disuplai oleh fase tidur pada tahap yang lebih dalam, ditandai
tubuh, sehingga pada saat neuron nyeri perifer dengan detak jantung mulai melambat,
dan neuron yang menuju otak tempat pergerakan bola mata terhenti, dan berlangsung
seharusnya substansi akan menghantarkan antara 10 sampai 30 menit. Stadium 3 dan 4
impuls, pada saat tersebut endorphin dan merupakan fase tidur pada tahap yang paling
memblokir lepasnya substansi neuron sensorik, dalam dari tidur NREM, seseorang yang
sehingga transmisi nyeri di medulla spinalis memasuki tahap ini akan sulit untuk
menjadi terhambat dan sensasi nyeri menjadi dibangunkan, tidak ada aktivitas dari mata dan
berkurang. otot, kedua tahapan ini berlangsung selama 30
Kramer (2011) menjelaskan sampai 40 menit5.
gangguan tidur yang berkepanjangan Setelah berada di stadium 4, sikus
mengakibatkan penurunan kualitas tidur yang tidur akan berulang kembali ke stadium
akan berpengaruh pada perubahan-perubahan sebelumnya yaitu 3 dan 2, akhirnya akan masuk
siklus tidur biologiknya, daya tahan tubuh ke tahap tidur yang kedua yaitu Rapid Eye
menurun, prestasi kerja menurun, mudah Movement (REM). REM merupakan tahap
tersinggung, depresi, kurang konsentrasi dan tidur yang sangat dalam, seseorang yang berada
kelelahan. Kualitas tidur yang buruk pada pada tahap ini bisa merasakan mimpi yang
tampak nyata (lucid dream). REM berlangsung
Jurnal Kesehatan Pertiwi Vol.2 No.B Tahun 2020 72
sekitar 70-90 menit. Siklus tidur normal pada merasa lebih rileks dan nyaman dalam tidurnya
8
lansia umumnya mengikuti pola berikut: .
kondisi sadar, stadium 1, 2, 3, 4, 3, 2, REM, dan Menurut Djohan (2009) musik dapat
bangun tidur. Kebutuhan istirahat tidur pada digunakan untuk memenuhi kebutuhan
lansia berbeda dengan usia dewasa, lansia interaksi sosial melalui aktivitas kelompok
membutuhkan tidur sekitar 6 jam setiap musik yang berorientasi pada kesenangan
harinya. Namun karena kondisi fisik dan secara emosional. Menurut Arana (2000) salah
psikologis lansia sering mengeluh tidak bisa satu manfaat musik sebagai terapi adalah self-
tidur nyenyak, episode tidur cenderung lebih mastery yaitu kemampuan mngendalikan diri.
singkat karena sering terbangun ketika tidur, Musik mengandung vibrasi energi yang mampu
dan memerlukan lebih banyak waktu untuk mengaktifkan sel untuk meningkatkan system
dapat tertidur kembali. Gangguan tidur pada kekebalan di dalam tubuh, meningkatkan
lansia menurut Holbrook (2000) prevalensinya serotonin untuk menurunkan hormon ACTH
cukup tinggi yaitu sekitar 67%. Hasil penelitian (hormon stres).
juga menunjukkan bahwa, data awal sebelum
diberikan intervensi dari 56 responden Pengaruh Terapi Musik Keroncong
sebanyak 40 lansia (71,4%) mengalami Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Pada
gangguan pola tidur sehingga memiliki kualitas Lansia Di Klinik Azzahra Tasikmalaya
tidur yang buruk. Berdasarkan tabel 4.2 dengan tingkat
Gangguan tidur sering disebabkan kepercayaan 95% (< 0,05), nilai p value
karena masalah psikologis yaitu perasaan <0.0001, setelah terapi musik dengan standar
cemas dan stres karena pemenuhan kebutuhan deviasi 0.403, lower 5.97 dan upper 6.40 maka
hidup yang kurang. Hal ini sesuai dengan hasil Ha diterima. Berdasarkan hasil analisis tersebut
penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa dapat disimpulkan bahwa pengaruh terapi
adanya hubungan antara kecemasan lansia musik keroncong terhadap peningkatan kualitas
dengan kecenderungan insomnia Ancholi tidur pada lansia di klinik Azzahra
(2010). Gangguan tidur pada lansia yang Tasikmalaya.
berkepanjangan akan mengakibatkan Berdasarkan hasil analisis tersebut
penurunan kualitas tidurnya yang akan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
berpengaruh terhadap kesehatan fisik, terapi musik terhadap nyeri pasien post operasi
kemampuan kognitif dan juga kualitas hidup. section caesarea.
Lansia yang berada dalam kondisi cemas dan Hasil ini didukung oleh penelitian
stres, maka tubuhnya akan mengalami Keumalahayati (2018) menunjukkan ada
perubahan fisiologis yaitu terjadinya pengaruh pemberian terapi musik klasik
peningkatan kerja pada organ jantung (denyut terhadap penurunan nyeri pada pasien post
jantung meningkat), penyempitan pembuluh sectio caesarea dibangsal kenanga RSUD
darah, peningkatan tekanan darah, organ paru Karanganyar dengan p value 0,000 dengan
meningkat (pernafasan meningkat) dan menggunakan uji wilcoxon.
sebagainya, kondisi seperti ini akan Hasil penelitian ini didukung juga
berpengaruh pada kualitas tidur lansia. penelitian dari Hastono (2007) dengan hasil
Intervensi untuk meningkatkan kualitas tidur bahwa ada pengaruh yang signifikan terapi
pada lansia adalah dengan menghilangkan musik terhadap penurunan tingkat nyeri pasien
faktor penyebab yaitu mengatasi masalah post operasi ORIF. Teknik distraksi dilakukan
psikologis pada lansia (stres dan kecemasan). dengan memfokuskan perhatian pasien pada
Terapi musik keroncong merupakan sesuatu selain nyeri. Distraksi diduga dapat
suatu layanan kesehatan yang mirip dengan menurunkan persepsi nyeri dengan
terapi occupational dan fisik. Terapi musik menstimulasi sistem kontrol desenden, yang
masuk melalui stimulus intelektual di dalam mengakibatkan lebih sedikit stimulasi nyeri
otak dan langsung berpindah kealam bawah yang ditransmisikan ke otak. Keefektifan
sadar, mampu meningkatkan hormon trasmisi tergantung pada kemampuan pasien
endorphin dan menurunkan hormon epineprin untuk menerima dan membangkitkan input
yang mampu mempengaruhi fungsi fisiologis sensori selain nyeri.
seperti pernafasan, detak jantung dan tekanan Melahirkan merupakan puncak
darah. Kondisi ini menyebabkan lansia akan peristiwa dari serangkaian proses kehamilan.
Banyak ibu hamil merasa khawatir, cemas, dan
Jurnal Kesehatan Pertiwi Vol.2 No.B Tahun 2020 73
gelisah menanti saat kelahiran tiba. Ibu hamil yang diberikan kepada responden. Semua
menginginkan persalinannya berjalan lancar responden diberi terapi musik klasik tanpa
dan dapat melahirkan bayi yang sempurna, menanyakan terlebih dahulu pemahaman
akan tetapi terkadang pula proses persalinan responden tentang musik klasik atau musik
tidak berjalan dengan semestinya dan tidak kesukaan responden. Lebih dari separuh
dapat melahir secara normal, bahkan berakhir responden pada penelitian ini dapat menerima
dengan kematian1. dan menikmati terapi musik klasik mozart,
Berdasarkan hasil studi pendahuluan sehingga dapat terlihat penurunan intensitas
yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 18 nyeri melalui pengkajian nyeri dengan NRS.
sampai 20 Maret 2020 di wilayah kerja Namun, ada pula beberapa responden pada
puskesmas Cimanggung Kabupaten Sumedang, penelitian ini tidak mengetahui musik klasik
dari empat ibu postpartum, dua orang dan kurang menikmatinya.
diantaranya melahirkan dengan operasi section Musik yang digunakan tidak sesuai
secarea di rumah sakit rujukan utama untuk ibu dengan jenis musik yang disukai responden,
dan anak. Setelah pulang ke rumah, ibu selain itu responden belum pernah mendengar
merasakan masih cemas dan merasakan nyeri musik klasik sebelumnya sehingga tidak bisa
serta ngilu akibat luka sayatan operasi. menikmati serta menghayati musik yang
Perasaan yang ibu rasakan dapat diberikan, hal tersebut menyebabkan tidak
mempengaruhi emosi ibu, yang akhirnya terjadi perubahan intensitas nyeri setelah diberi
berkaitan dengan mengasuh bayinya. Ibu yang intervensi. Pemilihan musik kesukaan yang
cemas akan menimbulkan emosi yang labil, sesuai dengan selerapendengar merupakan hal
sehingga bias dan mengakibatkan potpartum yang penting, karena musik bersifat subyektif
blues. Hal ini perlu dan harus diantisipasi, agar sehingga memberi pengaruh yang berbeda pada
tidak terjadi dan timbul permasalah seperti itu. setiap orang. Musik akan mudah diterima
Musik klasik mozart merupakan apabila sudah familiar ditelinga pendengar.
salah satu jenis musik musik yang memiliki
magnitude yang luar biasa dalam Kesimpulan
perkembangan ilmu kesehatan, diantaranya 1. Ada kenaikan kulitas tidur setelah
memiliki nada yang lembut, nadanya dilakukan intervensi dari rerata 2.00
memberikan stimulasi gelombang alfa, menjadi 6.00 dilakukan intervensi berupa
ketenangan, dan membuat pendengarnya lebih terapi musik klasik keroncong.
rileks karena bertempo 60 ketukan per menit. 2. Terdapat pengaruh terapi musik keroncong
Bila dibandingkan musik klasik lainnya, melodi terhadap kualitas tidur lansia dengan nilai
dan frekuensi yang tinggi pada musik klasik signifikansi p value 0.0001.
mozart mampu merangsang dan
memberdayakan kreatifitas dan motivatif Saran
diotak. 1. Sebagai acuan informasi dan masukan
Musik menghasilkan perubahan untuk mengatasi gangguan tidur khususnya
status kesadaran melalui bunyi, kesunyian, pada lansia dengan pemberian terapi musik
ruang, dan waktu. Musik harus didengarkan keroncong.
minimal 15 menit agar dapat memberikan efek 2. Sebagai bahan referensi untuk
terapeutik. Dikeadaan perawatan akut, meningkatkan pengetahuan dan dapat
mendengarkan musik dapat memberikan hasil diterapkan dalam pembelajaran untuk
yang sangat efektif dalam upaya mengurangi penanganan gangguan tidur tentang
nyeri. Mendengarkan musik dapat pengaruh terapi musik keroncong terhadap
memproduksi zat endorfin yang memiliki efek peningkatan kualitas tidur pada lansia.
relaksasi pada tubuh6. 3. Membantu responden mengatasi keluhan,
Hasil penelitian menemukan bahwa terautama dalam memperbaiki pola tidur
lebih dari separuh responden pada penelitian ini melalui terapi nonfarmakologi.
dapat menerima dan menikmati terapi musik
klasik mozart,sehingga dapat terlihat
penurunan intensitas nyeri melalui pengkajian
nyeri dengan NRS. Musik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah musik klasik
mozart, peneliti menghomogenkan intervensi
Jurnal Kesehatan Pertiwi Vol.2 No.B Tahun 2020 74
DAFTAR PUSTAKA Pada Pasien Post Operasi Di Rumah
Sakit Baptis Batu
Hawari, D. 2013. Manajemen Stres Cemas dan Bastien, C.H., Le Blanc, M., Carrier, J. 2003.
Depresi. Fakultas Kedokteran Sleep EEG Power Spectra, Insomnia,
Universitas Indonesia. Jakarta and Chronic Use of
Ancoli, S. 2010. Sleep Disorders in Older Benzodiazepines. Canada.
Adults a Mini Review. USA: Chen, L., Bell, S. et al. 2016. The Association
Gerontology; 56:181–189. Between Benzodiazepine Use and
Castillo, A; Sotillo, C; Mariategui, J. 2008. Sleep Quality in Residential Aged
Alprazolam Compared to Clobazam Care Facilities: a Cross Sectional
and Placebo in Anxious Outpatients. Study. Research article. BMC
Instituto Nacional de salud Mental, Geriatrics. 16:196.
Honorio Delgado-Lima, Peru. Contreras F.H., Lopez E.M., Roman P.A.L.,
Curcio G., Tempesta D., Scarlanta S., Marzano Garrido F., Santos M.A., Amat A.M.,
C., Moroni F., Rossini P., et al. 2012. 2014. Reliability and validity of the
validity of the Pittsburgh Sleep Pittsburgh Sleep Quality Index
Quality Index (PSQI) Neuronal Sci. (PSQI). Int.34 929-936.
Pubmed US National Library of Guyton,A.C., Hall,J.E. 2014. Buku Ajar
Medicine. Fisiologi Kedokteran. Mississipi:
Andri, 2011. Psikosomatik Apa dan Saunder –Elsevier. .779-782.
Bagaimana?. Medik Publishing. Kaplan, H., Sadock, B. 2006. Benzodiazepine
Jakarta and Drugs Acting on Benzodiazepine
Holbrook, A.M., et al. 2000. Meta-Analysis of Receptors. Pocket Handbook of
Benzodiazepine Use in The Psychiatric Drug Treatment, 4th ed.
Treatment of Insomnia. Review Lippincott Williams & Wilkins. New
article. 162(2):225-33. York. 72-81.
Arana, G.W., Rosenbaum, J.F. 2000. Kaplan, H., Sadock, B. 2010. Gangguan
Benzodiazepine, Handbook of Kecemasan. Sinopsis Psikiatri Jilid 2.
Psychiatry Drug Teraphy, 4th ed. Binarupa Aksara. Jakarta. 17-76
Baltimore, Lippincott Williams & Kramer M., Ruth M., 2011. Long Term Use of
Wilkins, USA, 170-52. Hypnotic Agents in The Treatment
Amir, N. 2007. Gangguan Tidur pada Lanjut Insomnia. (online)
Usia Diagnosis dan Penatalaksanaan. http://ps.psychiatryonline.org/vol.56
Fakultas Kedokteran Universitas /no.6, diakses 6 Juni 2017.
Indonesia. Jakarta. 196-206 Lu, J., Greco, M.A. 2006. Sleep Circuit and The
Tabitha Trahan,Simon J. Durrant ,Daniel Hypnotic Mechanisme of GABA-A
Müllensiefen,Victoria J. Williamson Drugs. Journal of Clinical Sleep
Published: November 14, 2018. The music that Medicine Vol.2. No.2. Menlo Park.
helps people sleep and the reasons CA.
they believe it works: A mixed Lumbantobing, S.M. 2008. Gangguan Tidur.
methods analysis of online survey Fakultas Kedokteran Universitas
reports. Indonesia. Jakarta.
https://doi.org/10.1371/journal.pone. Potter, Perry. 2010. Fundamental of
0206531. Diakses tanggal 20 April Physiology: Nursing concept,
2020 practical. Edisi 7. Vol.3. EGC.
Yingshou Xing, Scientific Reports. Keroncong, Jakarta.
Keroncong Rhythm and Retrograde Rickels, K. et al. 2008. Effect of Long-Term
Keroncong Effects: Evidences from Benzodiazepine use, British Journal
Behaviours and Neurobiology Bases. Clinical Pharmacology.107–113.
volume 6, Stahl, S.M., 2008. Disorder of Sleep and
Article number: 18744 (2016) Wakefulness and Their Treatment.
Yasinta Nadu Ndode, Vita Maryah Ardiyani, Stahl’l Essential
Dudella Desnani Firman Yasin. Psychopharmacology –
2018. Pengaruh Terapi Musik Klasik Neuroscietific Basis and practical
Keroncong Terhadap Kualitas Tidur Applications. Third Edition.
Jurnal Kesehatan Pertiwi Vol.2 No.B Tahun 2020 75
Cambridge University Press. 732-
741.
Vicens, C., Benloucif, S. et al. 2014. Morning
or Evening Activity Improves
Neuropsychological Performance
and Subjective Sleep Quality in
Older Adults Sleep. The British
Journal of Psychiatry.
Vinkers, C.H., and Olivier, B. 2011.
Mechanisme Underlying Tolerance
after long-term Benzodiazepine Use:
A Future Subtype-Selective GABAA
Receptors Modulators?. Review
Article.
Bungin, M. Burhan. 2013. Metodologi
Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup
Alsa, Asmadi. (2004) Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dalam Penelitian
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2011). Metodologi Penelitian
Pendidikan Kompetensi dan
Praktiknya. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Suryabrata, Sumadi. (2011). Metode Penelitian.
Jakarta: PT Raja Gravindo Persada.

Jurnal Kesehatan Pertiwi Vol.2 No.B Tahun 2020 76

Anda mungkin juga menyukai