PENDAHULUAN
Penuaan merupakan suatu proses alamiah yang akan dialami oleh setiap
manusia. Dalam proses ini terjadi penurunan fisik, psikologis maupun sosial
ketergantungan kepada orang lain. Salah satu perubahan yang terjadi pada
lansia adalah kebutuhan tidur yang akan semakin berkurang seiring dengan
bertambahnya usia. Kebutuhan tidur pada usia dua belas tahun berkurang
menjadi delapan jam, usia empat puluh tahun sebanyak tujuh jam, dan usia
delapan puluh tahun adalah enam jam. Secara fisiologis pada struktur tidur
lansia, terjadi peningkatan fase terjaga dan penurunan fase tidur lansia menjadi
Gangguan tidur terjadi paling sering dialami oleh lansia adalah insomnia.
dengan proporsi sekitar 50-70% terjadi pada usia diatas 65 tahun. Sebuah
angka prevalensi insomnia pada lansia sekitar 67%. Namun sayangnya hanya
pengobatan dokter.
1
masalah kesehatan yang sering dijumpai disemua lingkungan, baik pada
terbatas pada kisaran umur tertentu. Semua usia rawan terkena insomnia, baik
pada bayi, anak-anak, remaja, dewasa, maupun lanjut usia. Sebesar 60-75%
al, 2010) menyatakan bahwa lansia dengan penyakit yang mendasari seperti
depresi, hipertensi, penyakit jantung atau paru, stroke, diabetes melitus, atau
arthritis memiliki kualitas tidur yang lebih buruk dan durasi tidur yang
pada lansia yang mengalami insomnia yaitu kesulitan untuk tidur, sering
terbangun lebih awal, sakit kepala disiang hari, kesulitan berkosentrasi, dan
mudah marah. Dampak yang lebih luas akan terlihat depresi, insomnia juga
Rafiudin, 2004). Jika lansia kurang tidur yaitu perasaan bingung, curiga,
2
yang mendasarinya, suasana hati menjadi negatif, mengakibatkan kecelakaan,
seperti terjatuh, serta kecelakaan dalam rumah tangga. Insomnia juga dapat
dari insomnia terdiri dari penurunan kadar melatonin darah, kurang cukup
tidur REMS maka keesokan harinya keadaan fisik menjadi kurang gesif,
hubungan sosial dan keluarga, kematian orang yang tidur dari 5 jam semalam
memiliki angka harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam
semalam.
meningkatnya level stres kerja, dan sering absen kerja karena sakit. Jadi
dengan kata lain orang yang menderita insomnia kurang produktif dalam
hidupnya.
suatu terapi pengobatan yang ideal bagi lansia penderita insomnia. Pengobatan
3
farmakologis seperti golongan hipnotik sedatif dapat diberikan berdasarkan
sehingga dapat terhindar dari stress dan dapat tidur dengan nyenyak, rapihkan
mengibaskan debu halus dan membuat rapih tempat tidur sehingga membantu
menjadi lebih nyaman sangat disarankan untuk tidur dalam keadaan gelap
gulita yang membuat kualitas tidur menjadi sangat baik dan mempercepat
tidur dimalam hari, berwudhu sebelum tidur dengan berwudhu maka badan
menjadi segar dan merilekskan otot sebelum tidur, gunakan penutup mata
dan pikiran, fokuskan pikiran untuk tidur, asupan kalsium yang cukup untuk
nyenyak dan nyaman, lakukan gerakan terapi yaitu dengan mengambil napas
dalam lalu berhenti bernapas selama 10 detik kemudian ulangi hingga 3 kali
atau lebih gerakan ini untuk mengurangi aktivitas gelombang otak sehingga
membuat tubuh secara cepat bisa ke tahap awal sebelum tidur, lakukan
tekanan pada telapak kaki selama 5 menit seperti berjalan-jalan biasa dikamar
4
hal ini karena jari-jari dan telapak kaki secara langsung berhubungan dengan
bermanfaat untuk mendorong syaraf otak menjadi nyaman dan rileks sehingga
lebih mudah untuk tidur, jangan mengkonsumsi makanan berat sebelum tidur
karena hal ini agar perut tidak penuh ketika tidur, lakukan terapi pernapasan
hati.
teknik relaksasi dan tindakan sleep hygiene. Perilaku tindakan sleep hygiene
yang tepat untuk membuat pola tidur yang tepat sehingga pola tidur baik dan
Menurut Suastari, dkk (2014) terapi non farmakologis yang paling efektif
untuk mengatasi insomnia adalah terapi perilaku, yaitu sleep hygiene. Sleep
terbaik dalam mengatasi masalah insomnia pada usia lanjut (Depkes, 2006).
Perilaku sleep hygiene pada usia lanjut merupakan cara yang sederhana namun
5
Bourgeois et al (2008) menyatakan bahwa sleep hygiene berperan penting
tahun 2018
6
1.4 Manfaat Penelitian
3. Bagi Peneliti
4. Bagi Responden
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lansia
(2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut
adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk,
2008).
apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
terhadap kondisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya
2009).
Penetapan usia 65 tahun keatas sebagai awal masa lanjut usia (Lansia)
dimulai pada abad ke-19 di negara Jerman. Usia 65 tahun merupakan batas
minimal untuk kategori lansia. Namun, banyak lansia yang masih menganggap
dirinya berada pada masa usia pertengahan. Usia kronologis biasanya tidak
8
menua dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya.
Setiap lansia adalah unik, oleh karena itu perawat harus memberikan pendekatan
yang berbeda antara satu lansia dengan lansia lainnya (Nugroho, 2008).
usia pada Bab I pasal 1 ayat 2 yang berbunyi lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas. Lanjut usia adalah suatu yang akan pasti dialami
oleh semua orang yang dikarunia usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh
19 ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya
mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan
kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap
dipelihara dan ditingkatkkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif
sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam
pembangunan.
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik, didalam nukleus
sel dan akan berhenti bila kita meninggal dunia. Melalui teori ini dapat
Secara teoritis jam ini dapat diputar lagi untuk beberapa waktu dengan
9
obat-obatan dan tindakan-tindakan tertentu. Pengontrolan genetik umur
(RNA ke sintesa protein atau enzim). Sehingga akan terbentuk enzim yang
permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya sistem imun
Martono, 2006).
10
5) Teori kerusakan akibat radikal bebas
bertambahnya umur.
dan rokok, radiasi, sinar ultra violet dll dapat mengakibatkan terjadinya
sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, asam lemak tak jenuh,
walaupun telah ada system penangkal namun sebagian radikal bebas tetap
lolos, bahkan makin tua makin banyak radikal bebas yang terbentuk
sehingga proses kerusakan sel terus terjadi (Darmojo dan Martono, 2006).
empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun,
11
lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90
3. Menurut Dra. Jos Masdani (psikolog UI) terdapat empat fase yaitu :
pertama (fase invetus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55
tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium)
age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75
tahun), old (75-80 tahun), dan very old (>80 tahun). (Bandiyah, 2009)
3. Lansia resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih
5. Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
2008)
berikut:
12
1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13
tentang kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai titik,
hingga maladaptive.
Menurut Stanley, dkk (2007), perubahan yang terjadi pada lanjut usia
meliputi :
1. Perubahan fisik
a. Sel
intraseluler menurun.
b. Persyarafan
c. Sistem Pernapasan
13
mengalami penurunan, alveoli jumlahnya berkurang dan semakin
d. Sistem Pendengaran
e. Sistem Penglihatan
dan hijau.
f. Sistem Kardiovaskuler
g. Sistem Perkemihan
14
h. Sistem Pencernaan
berkurang.
i. Sistem Integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan tidak
aliran darah dan sel penghasil pigmen, kuku kaki dan tangan rapuh dan
j. Sitem Endokrin
k. Sistem Muskulokeletal
15
2. Perubahan mental atau psikologis pada lansia
a. Perubahan fisik
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (herediter)
e. Lingkungan
3. Perubahan psikososial
a. Pensiunan
16
c. Perubahan dalam hidup, yaitu memasuki rumah perawatan lebih
sempit.
(economic deprivation).
biaya pengobatan.
17
2. Tipe tidak puas
banyak menuntut.
3. Tipe pasrah
4. Tipe binggung
Menurut Patricia dan Anne (2005) tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus
yang bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur
merupakan bagian penting dalam siklus 24 jam dimana organisme manusia harus
berfungsi (Hudack dan Gallo, 1998). Sedangkan menurut Amir (2007) tidur
merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh seseorang untuk berfungsi
dengan baik. Tujuan tidur untuk mencegah kelelahan fisik dan psikis. Kurang
18
2.2.2 Fisiologi Tidur
menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktifitas tidur
ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang
terletak pada batang otak teratas. RAS terdiri dari sel khusus yang
dan proses tidur. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepas
impuls yang diterima dipusat otak dan sistem limbie. Dengan demikian
sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur
berada dalam posisi rileks, stimulasi ke RAS akan menurun. Jika ruangan
gelap dan terang, maka aktivasi RAS selanjutnya akan menurun. Pada
19
beberapa bagian BSR akan mengalami alih kemudian menyebabkan tidur
1) Tahapan Tidur
(REM). Tidur malam normal merupakan sebuah siklus yang terdiri dari 4
tahap NREM dan I tahap REM. Diperkirakan 75-80% waktu tidur adalah
Tidur NREM tahap I merupakan tidur dengan tingkatan yang paling ringan
terjadi gerakan tubuh dan dapat dibangunkan dengan stimulus yang kuat.
REM biasanya terjadi setiap 90 menit sekali dengan durasi 5-10 menit.
Karakteristik tidur tahap REM antara lain pergerakan mata cepat, fluktasi
fisiologi lain yang terjadi pada tahap REM antara lain peningkatan sekresi
darah serebal.
20
2) Siklus Tidur
kembali ke tahap NREM III dan II. Setelah itu memasuki tahap REM
3) Mekanisme
galaninergic yang aktif selama tidur dan diperlukan untuk tidur normal.
aktivitas sel-sel otak yang berhubungan dengan terjaga pada saat tidur.
keatas. Proses menua akan dialami oleh semua lansia. Penuaan adalah
21
normalnya. Penuaan membawa perubahan kebutuhan dan pola tidur
tahun, turun menjadi 7 jam pada usia 40 tahun dan pada usia 60 tahun
Penurunan waktu tidur dimalam hari dan peningkatan waktu tidur siang
waktu tidur dalam, lebih mudah dan sering terbangun. Tahap tidur pada
untuk NREM tahap I dan II mengalami peningkatan. Di sisi lain tidur pada
tahap NREM IV. Tidur tahap REM juga biasanya terganggu karena sering
dan ansietas.
Gangguan tidur pada lansia terdiri dari: insomnia, apnea, periode Limb
memulai tidur atau selalu terbangun ditengah malam hari dan tidak dapat
kembali tidur. Ada 3 jenis gangguan insomnia, yaitu: sulit tidur, selalu
terbangun ditengah malam, dan selalu bangun lebih awal pagi. Apnea
terjadi karena adanya gangguan jalan napas bagian atas, hilangnya fungsi
22
saraf-saraf yang menggerakan pernafasan atau kombinasi keduanya. Tidur
kaki pada satu atau dua bagian yang terjadi secara tiba-tiba dan singkat
yang terjadi pada otot kaki, tidak dapat mengendalikan kaki untuk dapat
tidak terlalu berpengaruh pada kuantitas tidur lansia, akan tetapi memiliki
dampak yang besar terhadap kualitas tidur dan kuantitas istirahat lansia.
Efisiensi tidur pada lansia hanya sekitar 70% sementara efisiensi tidur
pada orang yang lebih muda berkisar antara 80-95%. Efisiensi tidur
yang memiliki kualitas tidur malam buruk akan merasa letih, less alert dan
kurang produktif saat beraktivitas. Kualitas tidur yang rendah juga dapat
seperti tremor.
23
Kualitas tidur yang tidak terpenuhi dengan baik dipengaruhi oleh
a) Lingkungan
kebutuhan tidur lebih besar. Lansia yang tidak aktif setelah pensiun
mungkin tidak merasa lelah dan tidak merasa kantuk saat waktu tidur.
menggangu tidur.
24
d) Diet
Lapar atau haus dapat membuat seseorang tidak bisa tidur. Makanan
ringan sebelum tidur dan sedikit minum akan membuat tidur lebih
tidur. Kafein dalam teh, kopi dan softdrink dapat menghambat tidur.
e) Obat-obatan
f) Stress emosional
REM.
25
g) Dimensia
Kualitas tidur yang baik dapat memberikan perasaan tenang di pagi hari,
perasaan energik dan tidak mengeluh gangguan tidur. Dengan kata lain,
kualitas tidur yang baik sangat penting dan vital dalam melakukan
kegiatan sehari-hari. Sisi lain kualitas tidur yang baik adalah kualitas tidur
yang buruk. Kualiatas tidur yang buruk dapat dibagi 2, yaitu secara
Dampak fisiologis dari kualitas tidur yang buruk adalah rasa kantuk
dampak fisik dari kualitas tidur yang tidak terpenuhi adalah peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah, peningkatan nafsu makan dan kadar
yang tidak terpenuhi pada lansia dapat menimbulkan rasa kecemasan yang
26
suasana hati yang buruk, depresi, hingga penurunan kepuasan hidup yang
lebih rendah. Secara bersamaan hal ini akan berhubungan positif dengan
1. Insomnia
2. Hipersomnia
3. Narkolepsi
4. Somnabulisme
saat tidur.
2.3. Insomnia
1997). Pada penderita depresi sering timbul keluhan tidur tidak nyenyak pada
malam hari dan telah terbangun pada dini hari (early morning insomnia)
(Soewadi, 1999). Insomnia adalah gejalah yang dialami oleh klien yang
27
mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur atau tidur
singkat atau tidur non restoratife. Penderita insomnia mengeluarkan rasa ngantuk
yang berlebihan di siang hari dan kuantitas dan kualitas tidurnya tidak cukup.
keluarga, kerja, sekolah, kehilangan orang yang dicintai. Insomnia dapat terjadi
berulang tetapi diantara episode tersebut klien dapat tidur dengan baik. Namun,
kasus insomnia temporer akibat situasi stres dapat menyebabkan kesulitan kronik
untuk mendapatkan tidur yang cukup, mungkin disebabkan oleh kekhawatiran dan
kecemasan yang terjadi untuk mendapatkan tidur yang adekuat tersebut (Patricia
kurang lebih ditemukan sama pada pria dan wanita dan episode berulang
juga cukup sering ditemukan, faktor yang memicu antara lain akibat
akibat jet lag atau rotasi waktu kerja, stress situasional akibat lingkungan
28
kerja baru, dan lain-lainnya. Transient insomnia biasanya tidak
Yakni gangguan tidur yang terjadi dalam jangka waktu dua sampai tiga
minggu. Kedua jenis insomnia ini biasanya menyerang orang yang sedang
pengobatan.
c) Insomnia kronis
Kesulitan tidur dialami hampir setiap malam selama sebulan atau lebih.
Setelah satu penyebab chronic insomnia yang paling umum adalah depresi.
tidur/bangun yang disebabkan oleh kerja lembur dan kegiatan malam hari
2.3.3 Etiologi
mencakup:
29
a) Faktor psikologi (Stress dan Depresi )
lebih pagi dari biasanya yang tidak diinginkan adalah gejala paling umum
dari awal depresi, cemas, neorosa dan gangguan psikologi lainnya sering
b) Sakit fisik
Sesak nafas pada orang yang terserang asma, hipertensi, penyakit jantung
frekuensi terbangun yang sering, nokturia atau berkemih pada malam hari,
dan lansia yang mempunyai sindrome kaki tak berdaya yang terjadi pada
c) Faktor lingkungan
kereta api, pabrik atau TV tetangga dapat menjadi faktor penyebab susah
tidur.
d) Gaya hidup
Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak
30
e) Usia
S.Tamber (2009).
f) Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan status gender dari seseorang yaitu laki-laki dan
kelamin. Identitas kelamin terbentuk sekitar usia tiga tahun, anak laki-laki
Suatu kelompok kerja dari Nasional Center for Sleep Disorders Research
31
atau berkualitas buruk atau miskin, yang ditandai oleh satu atau lebih gejala
berikut, yaitu :
tubuh.
2) Bangun terlalu awal yaitu dapat dimulai tidur dengan normal namun
tidur mudah terputus atau bangun lebih awal dari waktu tidur serta
kemudian tidak tidur lagi gejala ini sering muncul seiring dengan
(Lumbantobing,2004).
32
2.3.6 Dampak Insomnia
a) Depresi
depresi, serangan jantung, stroke dan berbagai kondisi fisik dan fisiologis
33
2.3.7 Komplikasi Insomnia
sebagainya.
d. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah
e. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka
harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini
memperpendek angka harapan hidup atau karena high arousal state yang
Insomnia adalah suatu keadaan seseorang sulit masuk tidur, atau kesulitan
34
fungsi-fungsi kehidupan sehari-hari. Pada umumnya penderita mengeluh di waktu
pagi mengalami kelelahan fisik dan mental, pada siang hari merasa ekspresif,
yang terlambat, baru tidur menjelang pagi hari, biasa bangun dengan perasaan
kebiasaan tidur yang baik, yang meliputi hal-hal yang dapat dilakukan untuk
memberikan kesempatan terbaik untuk tidur yang rileks. Perilaku sleep hygiene
adalah latihan atau kebiasaan yang dapat mengoptimalkan tidur yang baik
sehingga dapat melakukan aktivitas maksimal di siang hari. Tujuan dari menjaga
durasi REM yang cukup. Perbaikan sleep hygiene pada usia lanjut merupakan cara
untuk mengatasi insomnia adalah terapi perilaku, yaitu sleep hygiene. Sleep
35
Sebagaimana dijelaskan bahwa “higiene tidur merupakan suatu manipulasi
pada lanjut usia (Depkes, 2006). Perbaikan sleep hygiene pada lanjut usia
sebelum tidur guna membantu kita mendapatkan kualitas tidur yang lebih baik.
yang terdiri dari jadwal tidur-bangun, lingkungan, diet dan kebiasaan tidur yang
1) Jadwal tidur-bangun
jam tidur, kebiasaan jam bangun, dan aktivitas latihan sebelum tidur.
Tidur siang hari dapat menyebabkan kualitas tidur malam yang lebih
dengan durasi tidur siang yang berbeda, yaitu antara 11,5 sampai 108,5
menit. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Yoon yang menyebutkan
kebiasaan tidur siang teratur memiliki tidur malam yang lebih dari
36
2) Lingkungan
matras dan guling yang tidak nyaman, selimut yang terlalu tebal atau
terlalu tipis). Kamar tidur yang tidak nyaman (terlalu terang, suhu
ruangan yang panas, suara berisik). Perasaan yang buruk sebelum tidur
Kamar yang tetap terang saat tidur akan mengurangi kadar melatonin
hingga 50%.
malam hari dan merasa bangun dalam keadaan segar. Lampu yang
3) Diet
37
adenosine berikatan dengan kafein, maka aktivitas sel saraf akan tetap
terjaga dalam waktu yang lama akan mulai mereda setelah tidur.
lainnya adalah blocking tidur pada fase REM. Fase REM yang
Proses ini akan menyebabkan proses jatuh tidur semakin lama. Vaora
38
neuroleptic dapat meningkatan rasa kantuk dan tidur REM, namun
dilakukan dengan bangun pada waktu yang sama setiap hari, batasi
waktu ditempat tidur, hindari tidur sekejap disiang hari, aktif olahraga
di sore hari. Meredam dalam air panas menjelang waktu tidur selama
tidur lansia.
selain tidur yang dilakukan oleh lansia di tempat tidur), diet dan penggunaan obat-
39
obatan, serta hal-hal umum meliputi kecemasan dan aktivitas di siang hari (Amir,
2007). Hasil penelitian dari Rahman & Syaifudin (2014) menyimpulkan bahwa
semakin rendah perilaku sleep hygiene maka akan semakin buruk pula kualitas
Menurut Suastari, dkk (2014), sikap sleep hygiene adalah sikap yang dapat
a. Perilaku
b. Lingkungan
c. Diet
40
5) Tidak merokok sebelum tidur
d. Olahraga
Berolahraga secara teratur selama 20-30 menit sebanyak 3-4 kali dalam
seminggu.
tindakan higiene tidur yang tepat bermanfaat untuk membuat pola tidur yang tepat
sehingga pola tidur baik dan tidak memerlukan penggunaan obat”. Perilaku sleep
hygiene yang baik dapat mencegah berkembangnya gangguan dan masalah tidur.
Hal itu berarti perilaku sleep hygiene yang baik dapat membantu seseorang dalam
seseorang mempunyai sleep hygiene yang buruk. Perilaku sleep hygiene yang
buruk pada lansia misalnya lansia sering menghabiskan lebih banyak waktunya
ditempat tidur atau sebentar-bentar tertidur di siang hari lebih banyak terjaga di
index (SHI). Kuesioner ini digunakan sebagai alat ukur baik atau buruknya
perilaku atau kebiasaan tidur dan lingkungan tidur seseorang. SHI terdiri dari 13
item pertanyaan dengan pilihan jawaban dalam rentang 1-5 per item, 13
41
1) saya tidur siang 2 jam atau lebih
2) saya pergi ke tempat tidur dalam waktu yang berbeda setiap hari
3) saya meninggalkan tempat tidur pada waktu yang berbeda setiap hari
8) saya pergi ke tempat tidur dengan perasaan stress, marah, kecewa, dan
cemas
9) saya menggunakan tempat tidur untuk kegiatan lain selain tidur (seperti :
10) saya tidur dengan tempat tidur yang tidak nyaman ( seperti ; matras, atau
bantal yang buruk, selimut yang terlalu tebal atau terlalu tipis )
11) saya tidur diruangan yang tidak nyaman ( seperti; terlalu terang, terlalu
13) saya berpikir, membuat rencana atau merasa khawatir ketika saya di
tempat tidur
hasil interprestasi SHI dibagi menjadi 3, yaitu skor 13-27 (baik), 28-40
42
2.5 Hubungan antara sleep hygiene dengan insomnia
insomnia yaitu terapi sleep hygiene. Tujuan dari menjaga sleep hygiene yaitu
untuk meningkatkan periode REM dan mempertahankan durasi REM yang cukup.
Sikap sleep hygiene adalah sikap yang dapat menyebabkan tidur seseorang
menjadi lebih nyenyak dengan melalui perubahan perilaku, lingkungan, diet, dan
gangguan masalah tidur dan dapat meningkatkan kualitas tidur pada seseorang.
43
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
a. Berkurangnya Meningkatnya
Lansia dengan Gangguan
tingkat kualitas tidur
insomnia tidur
insomnia pada pada lansia di
(Insomnia)
lansia UPT PSLU
b. Dapat Jombang di Pare.
Faktor yang memahami
mempengaruhi akan dampak
: insomnia
1. Lingkungan
2. Rasa Untuk meningkatkan
ketidaknya periode REM dan
man mempertahankan
3. Perubahan durasi REM yang cukup
gaya hidup
4. Diet
5. Obat-
Meningkatkan
obatan
kualitas tidur
6. Stress
emosional
7. Dimensia
Manipulasi lingkungan dengan
cara mengatur jadwal tidur
seseorang, membuat pikiran dan
tubuh menjadi tenang dan rileks,
dan tidur menjadi nyenyak
1. Perilaku
2. Lingkungan
3. Diet
4. Olahraga
44
Keterangan :
Diteliti :
Tidak diteliti :
Arah hubungan :
Keterangan:
Berdasarkan gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa input pada kerangka konseptual
yang akan diteliti adalah pada lansia di UPT PSLU Jombang di Pare. Proses
dalam penelitian ini yaitu terapi sleep hygiene (tindakan-tindakan yang dapat
dilakukan sebelum tidur untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik dan
Dengan diberikan terapi sleep hygienie ini diharapkan dapat menghasilkan output
yang diharapkan yaitu dapat berkurangnya tingkat insomnia pada lansia dan dapat
memahami akan dampak dari insomnia, sehingga dengan demikian outcome yang
diperoleh dapat meningkatkan kualitas tidur pada lansia di UPT PSLU Jombang
di Pare.
adanya hubungan tindakan sleep hygiene terhadap insomnia pada lansia di UPT
PSLU Jombang di Pare tahun 2018. Selanjutnya hipotesis ini diubah menjadi
hipotesis statistik (H0) yang berbunyi tidak hubungan tindakan sleep hygiene
terhadap insomnia pada lansia di UPT PSLU Jombang di Pare tahun 2018.
45
BAB 4
METODE PENELITIAN
lapangan.
expost facto.
crossectional.
Korelasi.
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia di UPT PSLU Jombang
46
4.2.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari lansia di UPT PSLU
𝑁
n= 1+𝑁(𝑑)2
keterangan :
n =jumlah sampel
N =jumlah populasi
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑)2
85
𝑛=
1 + 85(0,01)2
85
𝑛=
1 + 0,85
n = 45,94
n=46 responden
47
4.2.4 Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang di pilih adalah non
penelitian ini adalah insomnia pada lansia sedangkan variabel dependen adalah
sleep hygiene.
pada lansi
48
Sleep Menggambar Kuesioner Lembar Ordinal Skor tingkat
hygiene kan sleep observasi sleep hygiene
kebiasaan hygiene 1. 13-27
tidur yang (SHI) baik
baik,yang 2. 28-40
meliputi hal- sedan
hal yang g
dapat 3. 41-75
dilakukan buruk
untuk
memberikan
kesempatan
terbaik untuk
tidur yang
rileks
yaitu lansia yang mengalami insomnia di UPT PSLU Jombang di Pare tahun 2018
pendidikan ke Panti Tresna Werdha UPT PSLU Jombang di Pare. Peneliti datang
ke panti Tresna Werdha UPT PSLU Jombang di Pare. Menemui responden dan
49
menjelaskan maksud, manfaat, tujuan, prosedur pelaksanaan dan memberikan
informed consent pada calon responden. Jika calon responden menyetujui baru
hygiene untuk diisi oleh responden, yang sebelumnya peneliti menerangkan cara
menginterprestasikan data.
a) Editing
lengkap maka peneliti harus melengkapi data sesuai dengan yang ada.
b) Coding
analisis data.
Data umum :
1) Usia lansia
2) Pendidikan lansia
50
c. Sekolah menenga : kode 3
3) Jenis kelamin
a. Laki-laki : kode 1
b. Perempuan : kode 2
a. Ya : kode 1
b. Tidak : kode 2
5) Kebiasaan merokok
a. Ya : kode 1
b. Tidak : kode 2
a. Ya : kode 1
b. Tidak : kode 2
Data khusus :
1) Kejadian insomnia
a. Buruk : kode 1
b. Sedang : kode 2
c. Baik : kode 3
51
c) Scoring
a. Baik : kode 1
b. Sedang : kode 2
c. Buruk : kode 3
d) Tabulating
frekuensi, mulai dari penyusunan tabel utama berisi seluruh data informed
yang telah ditentukan, setelah berbentuk tabel maka data tersebut siap
dianalisa dan dinyatakan dalam bentuk penulisan. Hal ini bertujuan untuk
𝑆𝑝
N= 𝑆𝑚 x 100%
52
Keterangan :
1) 100% : seluruhnya
4) 50% : setengahnya
7) 0% : tidak satupun
independen dan dependen dalam penelitian ini adalah menggunakan analisa data
53
Interprestasi hasil uji hipotesis :
1. Nilai ρ
b. Jika ρ>α maka H0 diterima dan H1 ditolak maka tidak ada hubungan
terkait, adalah :
1) Hubungan negatif maka negatif, yaitu jika variabel terkait naik maka
2) Hubungan positif maka positif, yaitu jika variabel terikat naik maka
54
55