Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Para lansia akan menghadapi berbagai masalah kesehatan, termasuk

perubahan kondisi fisik yang terlihat dari penurunan kondisi organ tubuhnya

dari waktu ke waktu. Misalnya, berkurangnya sel-sel dalam tubuh

menyebabkan penurunan fungsi dan daya tahan tubuh, serta peningkatan

faktor risiko berbagai penyakit. Salah satu masalah yang dihadapi lansia

adalah insomnia. Berbagai tanda dan gejala yang dialami oleh lansia ketika

ingin tidur di malam hari antara lain: kesulitan tidur di malam hari, kesulitan

mempertahankan waktu tidur, sering terbangun di malam hari, dan rasa

kantuk yang berlebihan. Kurang tidur menggambarkan kondisi medis yang

sering dialami oleh lansia (Lendengtariang, 2018).

Menurut WHO (2015) angka kejadian insomnia pada lansia sangat

tinggi yaitu 67%. Berdasarkan Diagnostic and Statiscal Manual of Mental

Disorders-IV (DSMIV), sekitar 20-49% populasi dewasa di Amerika Serikat

pernah mengalami insomnia kronis. Data yang dikumpulkan juga

menyimpulkan bahwa wanita memiliki resiko 1,5 kali lebih tinggi untuk

mengalami insomnia dibandingkan dengan pria (Pramana, 2016). Semakin

lanjut seseorang, makin banyak terjadi insomnia. National Sleep Foundation

sekitar 67% dari 1,508 orang lansia di Amerika usia 65 tahun ke atas

melaporkan mengalami ganguan tidur/insomnia (Gafur, 2015).

1
Survey epidemiologi di Indonesia 2015 pravelensi kejadian insomnia

lansia 49% atau 9.3 juta lansia (Fransiska, 2015) Prevalensi Insomnia di

Indonesia pada lansia cukup tinggi, yaitu sebesar 67%. Penuaan dapat

mengubah pola tidur seseorang (Sayekti, 2016). Menurut statistik Badan

Pusat Statistik (2019), angka insomnia pada lansia di Indonesia meningkat

dua kali lipat dalam lima tahun terakhir menjadi sekitar 9,6% (25 juta). Skor

wanita lanjut usia 1% lebih tinggi dari pada wanita lansia. pria lanjut usia

(10.10%: 9.10%). Di seluruh dunia, prevalensi insomnia pada orang berusia

65 tahun ke atas cukup tinggi, diperkirakan 67%. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa wanita memiliki tingkat insomnia tertinggi, sekitar

78,1% antara usia 60-74 (Sulistyarini & Santoso, 2016).

Jumlah penduduk usia 65 tahun di Kaltim terus meningkat dari tahun

ke tahun. Pada tahun 2014 penduduk lanjut usia laki-laki dan perempuan

sebanyak 1.051.732 jiwa, sedangkan penduduk lanjut usia perempuan

sebanyak 1.315.202 jiwa, sehingga jumlah penduduk lanjut usia di

Kalimantan Timur adalah 2.366.934 (Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Pada kelompok lanjut usia (enam puluh tahun) ditemukan kasus (7%)

keluhan gangguan tidur (hanya tidur tidak lebih dari 5 jam sehari). Pada

kelompok umur 70 tahun proporsi ini juga ditemukan pada 22% kasus.

Begitu pula dengan kelompok lanjut usia yang mengeluh bangun lebih awal

dari pukul 05.00. Selain itu, terdapat (30%) usia 70 tahun yang bangun pada

malam hari (Nugroho, 2016). Artinya diperlukan intervensi holistik untuk

mengatasi masalah insomnia pada lansia.

2
Tidur merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kepenatan fisik

dan mental, seseorang yang merasa lelah membutuhkan waktu istirahat yang

salah satunya melalui tidur. Tidur dapat mengembalikan tubuh ke keadaan

semula, karena pada saat tidur dapat memulihkan kekuatan fisik yang sangat

berguna untuk mengurangi kelelahan dan peremajaan tubuh. Jika seseorang

mengalami gangguan tidur atau insomnia, maka diperlukan cara untuk

mengatasi masalah tersebut. Banyak penelitian telah menguji metode

alternatif untuk mengurangi atau mengobati insomnia pada lansia. Penyebab

penurunan kualitas tidur pada lansia adalah latensi tidur yang lama, efisiensi

tidur yang berkurang, bangun lebih awal dan sulit tidur. Hal ini terkait

dengan proses degeneratif sistem dan fungsi organ tubuh pada lansia.

Faktor fisiologis yang menyebabkan lansia mengalami insomnia karena

ekskresi hormon yaitu kortisol serta ada perubahan temperatur tubuh yang

berfluktuasi dan kurang menonjol. Meningkatnya umur menyebabkan

penurunan hormon melantonin yang diekskresikan pada malam hari ketika

tertidur. Insomnia bisa berdampak sangat buruk hingga bisa menyebabkan

penurunan kualitas hidup seseorang, seperti performa motorik, suasana hati

yang kurang baik dan ketidakseimbangan dalam tubuh. Fungsi imun juga

akan menurun akibat tidur yang kurang sehingga dapat mengakibatkan

insomnia ringan hingga insomnia berat (Lunbantobing, 2015).

Penanganan insomnia dapat diatasi dengan dua cara, yaitu: penanganan

secara farmakologis dan penanganan secara non farmakologis. Penanganan

non farmakologis termasuk penanganan komplementer atau terapi alamiah

3
yang mempunyai efek aman, tanpa efek samping serta efektif untuk

pengobatan penyakit tertentu. Salah satunya adalah terapi pijat (massage)

kaki, dalam penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari (2018) menyebutkan

bahwa tekhnik memijat pada salah satu titik tertentu bisa membuat peredaran

darah lancar serta bisa mengembalikan sistem keseimbangan dalam tubuh

menjadi normal dan memberikan efek relaksasi..

Terapi farmakologi memiliki efek yang cepat, namun jika diminum

dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan jantung, penurunan daya

tahan tubuh, osteoporosis, alergi, resistensi bakteri, kerusakan ginjal,

infeksi, gangguan pencernaan, gangguan sensorik, dan gangguan neurologis

akut. orang tua sangat berbahaya. Oleh karena itu, non farmakologi dapat

digunakan untuk mengatasi insomnia, yang tidak menimbulkan efek

samping pusing dan mungkin tergantung pada obatnya. Terapi non

farmakologis merupakan terapi yang tidak menggunakan obat, sehingga

tidak menimbulkan efek samping seperti ketergantungan obat. Terapi

komplementer adalah pengobatan alami yang mengobati penyebab penyakit

dan merangsang tubuh untuk menyembuhkan penyakit itu sendiri,

sedangkan terapi obat terutama melibatkan pengobatan gejala penyakit.

Menurut peraturan National Institutes of Health (NIH), terapi

komplementer yang digunakan untuk mengatasi insomnia pada lansia dibagi

menjadi 5 kategori, yaitu 1.) Biological Based Practice: herbal, vitamin dan

suplemen lainnya. 2.) Mind Body Techniques : Meditasi. 3.) Manipulative

and Body Based Practice : pijat. 4.) Energy Therapies : terapi medan

4
magnet. 5.) Ancient Medical Systems : Pengobatan Cina, Ayurveda,

akupunktur (Suardi, 2011). Oleh karena itu, terapi pijat merupakan terapi

yang dapat digunakan untuk mengatasi insomnia pada lansia.

Terapi pijat adalah perawatan yang aman, efektif dan bebas efek

samping yang dapat digunakan sendiri atau dengan bantuan ahli (Firdaus,

2011). Pijat adalah manipulasi jaringan lunak, biasanya menggunakan

tangan untuk menstimulasi dan merelaksasi serta mengurangi stres dan

kecemasan (Craven & Hirnle, 2002). Pijat (massage) ini dapat

mengendurkan darah dan pembuluh limfatik serta meningkatkan respon

refleks baroreseptor, sehingga mempengaruhi penurunan aktivitas sistem

saraf simpatis dan peningkatan aktivitas saraf parasimpatis, serta proses

anggota aferen aferen mencapai pusat saraf. jantung. Karena kelancaran

sirkulasi darah ke organ muskuloskeletal dan kardiovaskular, aliran darah

meningkat, dan pembuangan sisa metabolisme lebih lancar, yang memicu

hormon endokrin dan berperan dalam memberikan kenyamanan. Keadaan

rileks yang dirasakan akibat relaksasi dapat memberikan pijatan lembut ke

berbagai kelenjar tubuh, menurunkan produksi kortisol dalam darah,

memulihkan konsumsi hormon yang cukup, dan memberikan keseimbangan

ketegangan emosi dan pikiran (Olney, 2005) pada area kaki dapat secara

bertahap meningkatkan tekanan pada otot untuk melepaskan ketegangan,

sehingga meningkatkan aliran darah ke jantung.

Pijat (massage) juga dapat memperbaiki masalah otot dan persendian,

melenturkan tubuh, meredakan ketegangan dan meredakan nyeri. Selain itu

5
dapat meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi kecemasan dan depresi

(Handoyo, 2000). Selain itu juga mempengaruhi aliran getah bening, otot,

saraf, saluran pencernaan dan stress (B. Mahendra, Yoan Destriana, 2009).

Salah satu manfaat langsung dari pijat adalah ketenangan yang dapat

memberikan kenyamanan saat tidur (Ayu, 2009).

Melakukan pijatan (massage) pada kaki dan mengakhiri pijatan pada

telapak kaki akan merangsang dan menyegarkan kaki, sehingga

mengembalikan sistem keseimbangan dan membantu rileks. Teknik

pemijatan pada posisi tertentu dapat menghilangkan sumbatan pada darah,

dan energi dalam tubuh akan kembali lancar (Pamungkas, 2010). Terapi

pijat kaki adalah metode rehabilitasi yang efektif dan aman tanpa efek

samping. Relaksasi dapat mengurangi stres, memicu pelepasan endorfin,

dan menghadirkan kenyamanan, sedangkan bahan kimia sendiri dapat

menghasilkan kenyamanan (Azis, 2014). Pada pengobatan non famakologis

ini aman dan hemat karena tidak ada obat yang tidak terpakai, pembedahan,

dan alat kesehatan. Cara ini dianggap lebih aman karena hanya

menimbulkan sedikit efek samping (Galea, 2008). Pijat atau pijatan akan

dikombinasikan dengan minyak esensial lavender yang menenangkan.

Minyak esensial lavender paling sering digunakan untuk pijat karena

kandungan aldehida hanya 2% mengiritasi kulit dan tidak beracun.

Kandungan ester dalam bunga lavender bekerja dengan lembut pada kulit

dan memiliki efek menenangkan (Price, 1997).

6
Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 27 Maret di

Kelinik Panorama Balikpapan dari 10 responden diketahui bahwa

terdapat 7 responden atau lansia yang mengalami gangguan tidur atau

insomnia dan 3 orang tidak mengalami gangguan tidur atau insomnia.

Berdasarkan uraian fenomena dan permasalahan tersebut, maka penulis

tertarik untuk meneliti pengaruh minyak esensial lavender pijat kaki

terhadap insomnia pada lansia.

B. Rumusan Masalah

Menurunnya kualitas tidur pada lansia disebabkan oleh meningkatnya


latensi tidur, berkurangnya efisiensi tidur, terbangun lebih awal dan
kesulitan untuk memulai tidur kembali. Menurunnya kualitas tidur pada
lansia akan berdampak buruk bagi kesehatan, karena dapat menyebabkan
kerentanan terhadap penyakit, stress, konfusi, disorientasi, gangguan
mood, kurang fresh, menurunnya kemampuan berkonsentrasi dan
kemampuan membuat keputusan. Insomnia merupakan suatu keadaan
ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun
kuantitas, dengan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur. Dampak
dari insomnia sendiri yaitu dapat menurunkan kemandirian lansia dalam
melakukan aktivitas sehari-hari yang akan berujung pada penurunan
kualitas hidup pada lansia. Pengobatan untuk insomnia dapat
menggunakan dua cara meliputi pengobatan farmakologis dan non-
farmakologis. Secara farmakologis penatalaksanaan insomnia yaitu
menggunakan obat dari golongan sedative- hipnotik seperti
benzodiazepine.Dengan demikian pengobatan insomnia juga dapat
dilakukan dengan terapi non- farmakologis yaitu terapi foot massage
dengan minyak essensial lavender. Dari uraian diatas peneliti ingin
meneliti apakah ada pengaruh foot massage dengan minyak esensial
lavender terhadap kualitas tidur terhadap lansia dengan insomnia ?

7
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mempelajari apakah

ada pengaruh foot massage dengan minyak esensial lavender terhadap

insomnia pada lansia di Klinik Panorama Balikpapan ?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Mengidentifikasi pengaruh foot massage dengan minyak esensial

lavender untuk mengendalikan insomnia pada lansia di Klinik Panorama

Balikpapan.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi insomnia pada lansia sebelum diberikan foot

massage dengan minyak esensial lavender pada kelompok intervensi

di Klinik Panorama Balikpapan

b. Mengidentifikasi insomnia pada lansia setelah diberikan terapi foot

massage dengan minyak esensial lavender pada kelompok intervensi

di Klinik Panorama Balikpapan

c. Menganalisis pengaruh foot massage dengan minyak esensial

lavender terhadap insomnia di Klinik Panorama Balikpapan

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai dua aspek yaitu manfaat teoritis dan

manfaat praktis sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan digunakan sebagai informasi

tentang pengaruh foot massage dengan minyak esensial lavender

8
terhadap insomnia pada lansia, sehingga penelitian ini dapat digunakan

sebagai landasan pengembangan ilmu khususnya dalam bidang ilmu

keperawatan komunitas dan gerontik.

2. Manfaat praktis

a. Bagi tempat penelitian

Dapat digunakan sebagai masukan untuk membuat standar prosedur

operasional (SOP) penatalaksanaan pasien insomnia.

b. Bagi perawat

Memberikan pengetahuan baru mengenai intervensi keperawatan

non-farmakologis yang efektif digunakan dalam mengatasi ganguan

tidur pada lansia dengan insomnia.

c. Bagi responden

Dapat memberikan pengetahuan dan digunakan sebagai pilihan

alternatif baru dalam mengatasi gangguan tidur yang lebih efektif

dan efisien secara nonfarmakologis.

9
E. Keaslian penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Author Tahun Volume, Judul Metode Hasil Penelitian Database


Angka (Desain,Sampel,Variabel,
Instrumen, Analisa)
1. Andrian Edy 2016 Vol. 22 Pengaruh massage D: Quasy eksperimen Hasil dari penelitian tersebut Google
Prananto. No. 2 kaki dan rendam S: Simple random sampling menyatakan bahwa ada pengaruh yang Scholar
air hangat pada V: Massage kaki dan rendam air signifikan antara massage kaki dan
kaki terhadap hangat pada kaki rendam air hangat pada kaki terhadap
penurunan I: Standart operasional prosedur penurunan insomnia pada lansia
insomnia pada (SOP) dan kelompok studi dengan jumlah sampel penelitian 15
lansia psikiatri biologik Jakarta - responden untuk kelompok kontrol
insomnia rating scale (KSPBJ- yaitu lansia yang berada di griya PMI
IRS) peduli Surakarta dan 15 responden
A: Paired simple t-test, untuk kelompok eksperimen yaitu
independen sample t-test lansia yang berada di panti wreda
dharma bakti pajang Surakarta.
2. Allehe 2016 Vol. 2 The effect of D: Blinded study Hasil penelitian tersebut menyatakan Pubmed
Seyyedrasooli, No. 4 footbath on sleep S: Simple random sampling bahwa ada perubahan dalam skor
Leila Valizadeh, quality of the V: Rendam kaki dengan air hangat kualitas tidur pria tua yang
Vahid elderly I: Pittsburgh sleep quality index menunjukkan durasi tidur dan total
Zamanzadeh, (PSQI) A: Kolmogorof smirnov, kualitas tidur telah meningkat secara
Khadijeh Nasiri, mann whithney, Wilcoxon signifikan pada kelompok ekperimen.
Hossain Kalantri
3. Arshpreet Kaur, 2017 Vol. 7 Effectiveness of D: Pra eksperimental Hasil penelitian tersebut menunjukkan Pubmed
C. Naveen Kumar No. 1 warm water foot S: Purposive sampling bahwa ada nilai signifikan antara
bath on quality of V: Rendam kaki dengan air hangat merendam kaki dengan air hangat
sleep among I: Skala kualitas tidur sebelum tidur selama 5 hari berturut-
hospitalized Groningen (GSQS) turut terhadap kualitas tidur diantara
patients A: Chi-square pasien yang dirawat dirumah sakit,
dengan nilai p<0,001.

10
No Author Tahun Volume, Judul Metode Hasil Penelitian Database
Angka (Desain,Sampel,Variabel,
Instrumen, Analisa)
4. Subandi 2017 Vol. 2 Pengaruh rendam D: Quasy eksperimen Hasil penelitian tersebut menyatakan Google
No. 6 kaki dengan air S: Total sampling bahwa hasil pre-test didapatkan bahwa Scholar
hangat terhadap V: Rendam kaki dengan air sebagian besar dengan kualitas tidur
kualitas tidur hangat buruk yaitu 28 orang (82,4%) dan
lansia I: Standart operasional sangat buruk yaitu 2 orang (5,9%). Hasil
prosedur (SOP) dan post-test didapatkan hasil bahwa
Pittsburgh sleep quality sebagian besar dengan kualitas tidur baik
index (PSQI) yaitu 18 orang (52,9%). Berdasarkan
A: Wilcoxon, mann whitney analisa statistik didapatkan perbedaan
rata-rata kualitas tidur lansia sebelum
rendam kaki dengan air hangat sebesar
10-12% dan sesudah rendam kaki
dengan air hangat sebesar 7,85% dengan
Thitung 21,356>Ttabel 2,035. Serta nilai
probabilitas (p=0,000), maka H0
ditolak dan H1 diterima.
5. Putra 2017 Vol. 6 Pengaruh D: Quasy eksperimen Hasil uji normalitas dengan uji paired Google
No. 2 rendaman air S: Purposive sampling simple t- test di peroleh mean pre test Scholar
hangat pada kaki V: Rendam kaki dengan air 7,70 dan untuk mean post test 4,10.
sebelum tidur hangat Hal ini menunjukan bahwa hasil
terhadap insomnia I: insomnia rating scale pengukuran skor insomnia mengalami
A: pairet sample t-test penurunan rata-rata antara sebelum dan
sesudah intervensi. Semakin kecil skor
dari insomnia mengindikasikan bahwa
kualitas tidur semakin membaik. Hasil
intervensi diperoleh ρ value 0,001
(<0,005) sehingga dapat disimpulkan
bahwa intervensi merendam kaki dengan
air hangat dapat menurunkan insomnia
pada lansia.

11
No Author Tahun Volume, Judul Metode Hasil Penelitian Database
Angka (Desain,Sampel,Variabel,
Instrumen, Analisa)
6. Ming-Jang 2018 Vol. 31 A warm footbath D: Crossover Hasil penelitian tersebut menyatakan Pubmed
Chiu, Carol A. No. 2 before bedtime and S: Purposive sampling bahwa ada pengaruh yang signifikan
Landis sleep in older V: Rendam kaki dengan air antara rendam kaki dengan air hangat
Taiwanese with hangat terhadap kualitas tidur pada pasien lansia
sleep disturbance. I: Pittsburgh sleep quality di Rumah Sakit Universitas Nasional
index (PSQI) Taiwan dengan jumlah sampel 15
A: Shapiro wilk, mann whitney responden. Peserta atau responden
menerima terapi rendam kaki dengan air
hangat yang bersuhu 40-410C pada
malam hari 30-40 menit sebelum tidur.
7. Wungouw dan 2018 Vol. 6 Pengaruh rendam D: Pra ekperimental dengan Hasil dari penelitian terebut diperoleh Google
Hamel No. 1 air hangat pada kaki metode The static group nilai signifikansi yaitu 0,000< 0,05 yang Scholar
terhadap penurunan comparison artinya terdapat pengaruh terapi rendam
insomnia pada S: Purposive sampling air hangat pada kaki terhadap penurunan
lansia V: Rendam air hangat pada insomnia pada lansia di kelurahan
kaki Angges Kecamatan Tahuna Barat.
I: Standart operasional
prosedur (SOP) dan Pittsburgh
sleep quality index (PSQI)
A: Independent sample t-test
8. Hardono 2019 Vol. 13 Rendam kaki D: Quasy eksperimen Dari penelitian ini dapat disimpulkan Google
No. 1 dengan air hangat S: Total sampling bahwa dari 17 lansia nilai rerata skor Scholar
salah satu terapi V: Rendam kaki dengan air insomnia sebelumnya 25.76 (insomnia
yang mampu hangat ringan) dan sesudahnya 17.18 (tidak
mengatasi I: Kelompok studi psikiatri insomnia) yang mengalami penurunan
insomnia pada biologik Jakarta - insomnia sebanyak 8.588. Nilai p value 0.000<0.005
lansia rating scale (KSPBJ- IRS) jadi Ha diterima sehingga ada pengaruh
A: Paired t test. rendam kaki dengan air hangat terhadap
penurunan insomnia pada lansia.

12
No Author Tahun Volume, Judul Metode Hasil Penelitian Database
Angka (Desain,Sampel,Variabel,
Instrumen, Analisa)
9. Mayangsari 2018 Vol. 6 Pengaruh massage D: Pra eksperimental Hasil dari penelitian tersebut menyatakan Google
No. 4 kaki terhadap S: Simple random sampling bahwa ada pengaruh yang signifikan Scholar
penurunan insomnia V: Massage kaki antara massage kaki terhadap penurunan
pada lansia I: Standart operasional prosedur insomnia pada lansia dengan jumlah
(SOP) dan kelompok studi sampel 48 orang. Dengan uji wilcoxon
psikiatri biologik Jakarta - yang diperoleh nilai probabilitas (0,000)
insomnia rating scale (KSPBJ- jauh lebih rendah standart signifikan dari
IRS) 0,05 atau (p<), yang artinya H1
A: Wilcoxon diterima atau ada pengaruh antara
massage kaki terhadap penurunan
insomnia pada lansia.
10. Widiana 2019 Vol. 9 Pengaruh massage D: Pre eksperimental one group Hasil penelitian tersebut didapatkan Google
No. 2 kaki terhadap pre-test and post test sebelum diberikan massage kaki pada Scholar
penurunan insomnia S: Purposive sampling lansia yang mengalami insomnia sedang
pada lansia V: Massage kaki sebanyak 9 orang (60%), sesudah
I: Standart operasional diberikan massage kaki menjadi
prosedur (SOP) dan insomnia insomnia rendah (86,7%). Berdasarkan
rating scale (IRS) uji statistik wilcoxon didapatkan hasil
A: Wilcoxon bahwa nilai P + value + 0,001 yang
berarti P < α (0,05) berarti ada pengaruh
massage kaki terhadap penurunan
insomnia pada lansia di Banjar Temesi
Desa Temesi. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut, disarankan agar
massage kaki dapat digunakan sebagai
salah satu alternatif dalam menurunkan
insomnia pada lansia.

13

Anda mungkin juga menyukai