Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Didik Iman Margatot

20201050027

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Mata Ajaran : Penyuluhan Pendidikan Kesehatan

Pokok Bahasan : Insomnia

Instansi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sasaran : Keluarga Lansia Mahasiswa M.Kep Angkatan 11

Waktu : 60 menit

Hari / tanggal : April 2021

Tempat : Via Zoom

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan tindakan penyuluhan pendidikan kesehatan selama 60 menit
diharapkan Keluarga Lansia mampu mengetahui dan memahami tentang insomnia

II. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti pembelajaran selama 60 menit, warga dapat:
1. Mengetahui pengertian insomnia
2. Mengetahui penyebab insomnia
3. Mengetahui tanda dan gejala insomnia
4. Mengetahui dampak dari insomnia
5. Mengetahui dan mendemonstrasikan penatalaksanaan insomnia dengan
menggunakan Terapi Guided Imagery combine Terapi Murrotal Surat Al-Fajr

III. Materi Pembelajaran


1. Pengertian
Tidur merupakan suatu kebutuhan manusia yang harus dipenuhi. Setelah
menjalankan aktivitas sehari-harinya, tidur yang cukup sangat di butuhkan untuk
memulihkan kondisi tubuh menjadi lebih segar agar dapat menghadapi aktivitas
kembali. Namun, apabila seseorang tidak dapat melakukan proses tidur, maka
seseorang tersebut dapat dicurigai mengalami gangguan tidur. Istilah insomnia,
digunakan secara baku untuk menyebutkan gangguan tidur ini (Patel et al., 2018).
Insomnia secara luas didefinisikan sebagai ketikdakpuasan dalam tidur baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Insomnia adalah kesehatan masyarakat yang
cukup menjadi perhatian dan salah satu yang paling umum keluhan dalam praktik
medis. Insomnia merupakan suatu kesulitan dengan kualitas tidur, memulai atau
mempertahankan tidur di mana keadaan sulit tidur ini dapat menyebabkan
gangguan klinis yang signifikan (Bollu & Kaur, 2019).
2. Penyebab Insomnia
Insomnia bisa menyerang semua kelompok umur, wanita dan lanjut usia (> 65
tahun) merupakan populasi lebih rentan terhadap perkembangan insomnia.
Insomnia pada lansia dapat dikaitkan dengan berbagai kondisi medis, perilaku,
dan lingkungan yang mendasari, dan juga efek samping terapi/obat-obatan.
Beberapa penyakit fisik yang mendasari penyebab terjadinya insomnia pada
lansia adalah nyeri arthritis, nyeri muskuloskeletal, nyeri lainnya. Selain itu juga
kondisi kardiovaskular lansia seperti gagal jantung, sesak napas di malam hari.
Pada saat malam hari juga lansia sering mengalami nokturia, retensi urin, BAK
yang tidak tuntas, dan inkontinensia. Lansia juga lebih sering mengalami
kecemasan, depresi, psikosis yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan tidur
(Kim et al., 2017).
Selain dari faktor penyakit, ada faktor perilaku yang dapat mempengaruhi
gangguan tidur pada lansia diantaranya adalah tidur siang yang berkepanjangan,
pensiun yang dimana aktifitas lansia di luar rumah berkurang sehingga
penggunaan tempat tidur yang lebih sering (misal membaca dan menonton
televisi), makan berat, kurang olah raga, dan gaya hidup yang tidak banyak
bergerak. Faktor Lingkungan yang dapat mempengaruhi gangguan tidur pada
lansia adalah kebisingan, cahaya, suhu ekstrim, tempat tidur yang tidak nyaman,
dan kurangnya paparan sinar matahari (Patel et al., 2018).
3. Tanda dan gejala Insomnia
Seorang dengan insomnia memiliki beberapa tanda diantaranya yaitu :
- Kesulitan untuk memulai tidur dan mempertahankan kualitas tidur
- Bangun terlalu awal
Selain itu juga terdapat gejala dari insomnia yang dialami pada waktu siang hari,
yaitu :

- Mengantuk
- Resah
- Sulit berkonsentrasi
- Sulit mengingat
- Mudah tersinggung
4. Dampak dari Insomnia
Dampak yang akan terjadi pada gangguan tidur atau insomnia yaitu :
- Obesitas,
- Infark miokard
- Gagal jantung kronis
- Diabetes tipe 2
- Hipertensi
- Penyakit kardiovaskular
- Gangguan neurologis
- Peningkatan jumlah kecelakaan di tempat kerja
- Kecelakaan kendaraan bermotor
5. Penatalaksanaan Insomnia
Penatalaksanaan pada penderita insomnia ini bisa dilakukan dengan cara
farmakologi dan non-farmakologi. Penatalasanaan yang diberikan berdasarkan
berat dan ringannya gejala insomnia itu sendiri. Terapi farmakologi terdiri dari
benzodiazepine, non-benzodiazepine, antidepresan, antipsikotik, antihistamin,
zat fitoterapi, melatonin dan miscellaneous sleep promoting agent. Sedangkan
pada terapi non-farmakologi terdiri dari terapi perilaku kognitif untuk insomnia
(CBT-I) dan pendekatan psikoterapi lainnya terapi perilaku kognitif untuk
insomnia biasanya terdiri dari psikoedukasi / higiene tidur, pelatihan relaksasi,
terapi kontrol stimulus, terapi pembatasan tidur dan terapi kognitif (Riemann et
al., 2017)
a. Terapi cahaya dan olahraga
Paparan cahaya telah digunakan sebagai alat eksperimental yang kuat pada
penelitian hewan tentang tidur-bangun dan sirkadianritme, dengan efek yang
jelas diamati pada berbagai variabel hasil biologis. Pada manusia, terapi
cahaya telah digunakan sebagai pengobatan untuk gangguan musiman dan
gangguan ritme sirkadian dengan khasiat klinis yang seharusnya baik. Latihan
tanpa keraguan memiliki efek positif pada kesehatan psikologis dan fisik, dan
banyak penelitian menunjukkan bahwa olahraga teratur mengurangi kematian.
Pentingnya khusus untuk pedoman saat ini, baik terapi cahaya dan olahraga
juga telah disarankan untuk menjadi pasien rawat inap yang efektif dengan
insomnia (Riemann et al., 2017).
b. Terapi Hipnotik
Terapi dengan metode hipnotik yang tersedia diindikasikan secara eksklusif,
dan disetujui, hanya untuk pengobatan jangka pendek di sebagian besar negara
Eropa. Namun, bisa dibilang, pengobatan jangka panjang insomnia
menggunakan hipnotik secara klinis relevan karena insomnia biasanya
kembali setelah penarikan.
c. Stimulus Kontrol
Stimulus kontrol merupakan terapi dengan tujuan membantu penderita
menyesuaikan onset tidur dengan tempat tidur. Pada terapi ini metode yang
dilakukan dengan cara mengatur onset tidur dalam waktu yang cepat.
Penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa jumlah tidur pada penderita
insomnia dapat meningkat 30-40 menit. Metode ini sangat tergantung kepada
kepatuhan dan motivasi penderita itu sendiri dalam menjalankan metode ini,
seperti : hanya berada di tempat tidur apabila sedang kelelahan dan merasa
ingin tidur, tidak melakukan aktifitas seperti menonton tv dan membaca di
tempat tidur, bangun dengan waktu awal hari, dan hindari tidur siang
(Ghaddafi, 2017).
d. Terapi Sleep Hygiene
Sleep hygiene yang tidak baik sering menyebabkan insomnia tipe primer.
Penelitian sebelumnya menjelaskan seseorang dengan kualitas buruk biasanya
mempunyai kebiasan sleep hygiene yang buruk. Penelitian lain menyatakan,
seseorang dengan sleep hygiene yang baik, bangun di pagi hari dalam suasana
yang lebih bersemangat dan ceria. Terkadang, penderita sering memikirkan
dan membawa masalah-masalah ditempat kerja, ekonomi, hubungan
kekeluargaan dan lain-lain ke tempat tidur, sehingga mengganggu tidur
mereka. Terdapat beberapa hal yang perlu dihindari dan dilakukan penderita
untuk menerapkan sleep hygiene yang baik, seperti tidak minum alkohol, tidak
memikirkan hal-hal lain pada saat tidur, selalu berolahraga setiap 3-4x
seminggu

e. Cognitive Behavior Therapy


Cognitive Behavior Therapy (CBT) merupakan Metode terapi yang
dikembangkan oleh Aaron Beck yang bertujuan untuk mengubah distorsi
kognitif untuk menghasilkan satu perilaku baru yang lebih adaptif. Terapi ini
merupakan terapi yang menggunakan konsep dengan cara mengubah pola
pikir seseorang yang sedang mengalami masalah tidur. Sebagian besar
seseorang yang mengalami insomnia merasa cemas dan ketakutan karena
kondisi mereka yang mengalami kesulitan dalam tidur. Dalam hal ini untuk
memenuhi kualitas tidurnya penderita memanfaatkan waktu di siang hari
untuk tidur lebih lama. Pemikiran seperti ini harus diubah oleh semua
penderita insomnia agar tidak menerapkan pemikiran seperti itu. CBT
dianggap efektif menangani insomnia karena dalam intervensinya CBT
merupakan gabungan dari terapi secara kognitif dan perilaku yang mana
penanganan insomnia kronis memerlukan intervensi secara langsung untuk
memperbaiki perilaku, pola pikir yang salah, dan hubungan antarkeduanya
yang memperparah kondisi penderita (Artani Hapsari, 2019).
f. Terapi Hipnosis Lima Jari dengan Pendekatan Spiritual
Terapi hipnosis lima jari merupakan metode terapi relaksasi. Terapi ini
menciptakan kondisi santai untuk sistem saraf otonom, untuk tetap menyuplai
darah di otot, dan mengurangi konsumsi oksigen, detak jantung, keringat, dan
aktivitas otot. Terapi ini merupakan terapi yang memanfaatkan kekuatan
pikiran agar seseorang dapat berfikir lebih rileks. Terapi ini juga dapat di
kombinasikan dengan terapi spiritual dimana pada metode terapi spiritual
adalah membuat pikiran lebih tenang dengan menyebut nama Allah agar
pikiran dan tubuh menjadi lebih rileks ketika akan tidur
g. Terapi Guided Imagery
Guided imagery merupakan teknik relaksasi yang bertujuan untuk mengurangi
stres dan meningkatkan ketenangan dan kedamaian dan merupakan obat
penenang untuk situasi sulit dalam hidup. Guided imagination atau mental
imagination adalah teknik untuk menilai kekuatan pikiran ketika secara sadar
atau tidak sadar untuk menciptakan bayangan bayangan yang menghadirkan
kedamaian dan keheningan. Relaksasi dengan teknik Guided imagery akan
membuat tubuh lebih rileks dan nyaman dalam tidur. Dengan melakukan nafas
dalam secara perlahan, tubuh akan menjadi lebih rileks. Perasaan rileks akan
diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing
Factor (CRF). Selanjutnya CRF merangsang kelenjar pituitari untuk
meningkatkan produksi proopioid melanocortin (POMC) sehingga produksi
enkefalin oleh medula adrenal meningkat. Kelenjar pituitari juga
menghasilkan endorfin sebagai neurotransmiter yang memengaruhi suasana
hati untuk rileks. Oleh karena itu pemberian terapi guided imagery bertujuan
untuk mengalihkan perhatian lansia tersebut dengan membayangkan sesuatu
yang menyenangkan karena guided imagery memiliki efek analgesik dan
meningkatkan kadar endorfin, dan kadar endorfin itu sendiri bertindak seperti
morfin bahkan dikatakan lebih besar dari morfin, sehingga dapat
meningkatkan kadar endorfin. Dengan cara relaksasi dan menggugah
kesenangan dengan konsentrasi memusatkan pikiran pada hal-hal yang di
sukai dan dilupakan sedangkan masalah-masalah yang dialami oleh para lansia
dan akhirnya para lansia dapat tidur nyenyak. Hal tersebut sesuai dengan hasil
penelitian setelah diberikan intervensi guided imagery dari 11 responden yang
mengalami insomnia turun menjadi 4 responden. Berdasarkan penjelasan
diatas dapat disimpulkan bahwa guided imagery dapat meningkatkan kualitas
tidur lansia (Aprilyawan, 2019).
h. Terapi Murrotal
Terapi murrotal merupakan terapi dengan menggunakan metode membaca dan
mendengarkan Al-Qur’an. Membaca maupun mendengarkan Al-Quran
dipercayai akan memberikan efek relaksasi, sehingga pembuluh darah nadi
dan denyut jantung mengalami penurunan, terapi bacaan Al-Qur’an ketika
diperdengarkan pada orang dan klien akan membawa gelombang suara dan
mendorong otak untuk memproduksi zat kimia yang disebut neuropepti.
Molekul ini akan mempengaruhi reseptor-reseptor didalam tubuh merasa
nyaman. Hasil Penelitian Iksan (2020) menunjukan bahwa terapi murottal
mempunyai manfaat meningkatkan kualitas tidur lansia (Riskiana Ayu Safitri,
2021).

6. Pengukuran Kualitas Tidur / Insomnia


Untuk menilai dan mengukur kualitas tidur seseorang terdapat beberapa index
pengukuran kualitas tidur diantaranya yaitu :
a. Insomnia Severity Index (ISI)
Merupakan suatu pengukuran untuk mengetahui tingkat insomnia pada
seseorang. Kuesioner insomnia severity index memiliki tujuh komponen
pertanyaan dimana masing-masing jawaban memiliki skor 0 sampai 4. Skor
ini kemudian dijumlahkan untuk mengetahui kategori insomnia seseorang.
Total skor 0 sampai 7 masuk dalam kategori tidak signifikan secara klinis, 8
sampai 14 insomnia ringan, 15 sampai 21 insomnia sedang dan total skor 22
sampai 28 termasuk kategori insomnia berat (Yohanes Satrio, 2018).
b. Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
Merupakan suatu instrumen penilaian untuk mengukur kualitas tidur
seseorang. Kuesioner dalam instrumen ini terdiri dari 19 pertanyaan dengan
rentang nilai 0-3 untuk setiap jawaban. Alat ukur dalam penilaian kuesioner
ini dibagi menjadi 7 komponen yang terdiri dari kualitas tidur subyektif,
latensi tidur, durasi tidur, efisiensi kebiasaan tidur, gangguan saat tidur,
penggunaan obat tidur, disfungsi tidur pada siang hari (Artani Hapsari, 2019).
c. Sleep Diary
Merupakan salah satu indikator tambahan dalam pengukuran kualitas tidur
seseorang dan untuk menilai efisiensi kebiasaan tidur. Instrumen ini diberikan
setiap minggu kepada pasien yang menderita insomnia (Artani Hapsari,
2019).
IV. METODE
a. Ceramah
b. Tanya Jawab

V. KEGIATAN PEMBELAJARAN

NO KEGIATAN PENGAJAR WAKTU KEGIATAN KELUARGA

1. Mengucapkan salam , 5 menit Menjawab salam, berdoa,


mempersilahkan berdoa, dan memperhatikan
memperkenalkan diri
2. Apresepsi tentang pengertian 5 menit Menanggapi dan menjawab
Insomnia pertanyaan

3. Menjelaskan tujuan 5 menit Memperhatikan penjelasan


pembelajaran secara lengkap dan pengajar
jelas

4. Menjelaskan mengenai 15 menit Memperhatikan penjelasan


pengertian Insomnia, tanda dan pengajar
gejala, dan Penatalaksanaan
Insomnia

5. Memberikan kesempatan untuk 5 menit Memberikan pertanyaan


tanya jawab

6. Memotivasi Lansia untuk aktif 15 menit Lansia aktif


mendemonstrasikan mendemonstrasikan Terapi
penatalaksanaan insomnia Guided imagery combine
Terapi Murrotal Surat Al-
Fajr

7. Evaluasi respon lansia 5 menit Lansia memberikan respon


terhadap terapi tersebut

8. Menutup dan mengucapkan 5 menit Memperhatikan dan


salam menjawab salam

Total 60 menit

VI. MEDIA

a. Laptop (PPT)
b. Video Terapi Guided Imagery combine Terapi Murrotal Surat Al-Fajr
Script Terapi Guided Imagery

Sebelum memulai terapi ini posisikan terlebih dahulu diri anda pada posisi yang tenang dan
rileks. Mulailah secara mental menyatakan bahwa anda meluangkan waktu saat ini khusus
untuk anda sendiri. Mulai dengan perlahan tarik nafas dalam dan hembuskan secara teratur.
sekarang tutuplah kedua mata anda tarik nafas dalam kembali dan hembuskan. Rilekskan diri
anda… sekarang bayangkan anda bersama orang yang anda cintai saat ini sedang berada di
tempat yang paling nyaman dan paling indah. Di tempat anda saat ini banyak pemandangan
berupa lahan hijau, air terjun, pegunungan, kebun bunga. Sembari membayangkan tempat
indah ini atur kembali nafas anda perlahan tarik nafas dalam dan hembuskan…. kemudian
tenangkan fikiran anda, hilangkan sejenak semua beban yang anda rasakan saat ini, semakin
dalam… sekarang mulailah berjalan ke tempat yang anda senangi itu…. Jalanlah sampai ke
suatu tempat dimana anda merasa nyaman untuk berhenti dan beristirahat sejenak,
bayangkanlah anda sedang beristirahat di tempat yang indah, mulailah rasakan suasana di
sekitar anda, rasakan hembusan angin yang menyentuh kulit dengan lembut dengan suara –
suara burung yang indah… suasana inilah yang membuat tempat ini sangat indah bagi
anda
Rasakan keindahan dan ketenangan yang ada…rasakanlah kelimpahan karena anda menjadi
bagian dari semua keindahan dan ketenangan ini. Izinkan fikiran anda untuk berfikir betapa
indahnya ciptaan tuhan, bersyukurlah dengan kehidupan anda saat ini, dan ingatlah bahwa
kehidupan ini tak akan abadi. Kita akan kembali padanya, bersyukurlah setiap saat.
Sekarang tarik nafas anda kembali dan hembuskan perlahan dan teruslah menikmati
keindahan dan ketenangan dari tempat ini bersama keluarga ataupun orang yang anda cintai.
Baik, sekarang perlahan bayangkan kembali saat ini anda beranjak kembali ke tempat yang
paling suci bersama keluarga dan orang yang anda cintai, perlahan anda rasakan kembali dan
dengarkan setiap lantunan ayat suci yang sedang anda dengarkan saat ini. Rilekskan kembali
fikiran anda, perlahan tarik nafas kembali dan hembuskan. Sekarang silahkan anda nikmati
setiap lantunan ayat suci Al-Quran ini.

VII. SUMBER BAHAN


Aprilyawan, G. (2019). Analysis of Lavender Aroma and Guided Imagery on
Insomnia in Lansia in Technical Specific Unit Social Tresna Wherda Glenmore
District Banyuwangi. Journal for Quality in Public Health, Volume 2, 151-160.
https://doi.org/10.30994/jqph.v2i2.38
Artani Hapsari, A. K. (2019). Efektifitas Cognitive Behavior Therapy (CBT) Untuk
Meningkatkan Kualitas Tidur Penderita Gejala Insomnia Usia Dewasa Awal.
Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, Volume 12, 223-235.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.24156/jikk.2019.12.3.223
Bollu, P. C., & Kaur, H. (2019). Sleep Medicine: Insomnia and Sleep. Mo Med,
116(1), 68-75. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/30862990
Ghaddafi, M. (2017). Tatalaksana Insomnia Dengan Farmakologi Atau Non-
Farmakologi Universitas Udayana]. Denpasar. Patel, D., Steinberg, J., & Patel,
P. (2018). Insomnia in the Elderly: A Review. J Clin Sleep Med, 14(6), 1017-
1024. https://doi.org/10.5664/jcsm.7172
Kim, K. W., Kang, S. H., Yoon, I. Y., Lee, S. D., Ju, G., Han, J. W., Kim, T. H., Lee,
C. S., & Kim, T. (2017). Prevalence and clinical characteristics of insomnia
and its subtypes in the Korean elderly. Arch Gerontol Geriatr, 68, 68-75.
https://doi.org/10.1016/j.archger.2016.09.005
Riemann, D., Baglioni, C., Bassetti, C., Bjorvatn, B., Dolenc Groselj, L., Ellis, J. G.,
Espie, C. A., Garcia-Borreguero, D., Gjerstad, M., Goncalves, M., Hertenstein,
E., Jansson-Frojmark, M., Jennum, P. J., Leger, D., Nissen, C., Parrino, L.,
Paunio, T., Pevernagie, D., Verbraecken, J., Weess, H. G., Wichniak, A.,
Zavalko, I., Arnardottir, E. S., Deleanu, O. C., Strazisar, B., Zoetmulder, M., &
Spiegelhalder, K. (2017). European guideline for the diagnosis and treatment of
insomnia. J Sleep Res, 26(6), 675-700. https://doi.org/10.1111/jsr.12594
Riskiana Ayu Safitri, E. S. (2021). Penerapan Terapi Murrotal Al-Quran Untuk
Mengatasi Insomnia Pada Lansia. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan,
Volume 5, 14-23.
Yohanes Satrio, W., Muhammad Ibnu Kahtan. (2018). Perbedaan Kejadian Insomnia
pada mahasiswa Tingkat Pertama dan Akhir Program Studi Pendidikan Dokter
FK UNTAN. Jurnal Cerebellum, Volume 4, 1016-1023

VIII. EVALUASI
a. Prosedur : lisan
b. Jenis : formatif
c. Bentuk :-

Soal:
1. Jelaskan pengertian dari insomnia
2. Sebutkan penyebab dari insomnia
3. Sebutkan tanda dan gejala insomnia
4. Sebutkan dampak yang terjadi dari insmonia
5. Sebutkan penatalaksanaan untuk insomnia
6. Bagaimana perasaan Lansia setelah mendemonstrasikan Terapi Guided
imagery combine Terapi Murrotal Surat Al-Fajr

Anda mungkin juga menyukai