Anda di halaman 1dari 16

INSOMNIA

Oleh :
Kelompok 1
Anggota Kelompok:
Ade Arif Hiang Iqbal
Cindy Ade Nastasya A
Dea C. Nurul Izha
Erna Wanti Ridho D
Farhan Banu Sofia Ardhina
PENGERTIAN
Insomnia adalah kondisi saat seseorang mengalami kesulitan untuk tidur atau tidak
bisa tidur cukup lamasesuai dengan waktu yang dibutuhkan tubuh meski dia
memiliki kesempatan untuk melakukannya
Sebuah penelitian menyatakan bahwa angka kasus insomnia dinegara-negara
berkembang termasuk Indonesia mencapai 150 juta kasus ditahun 2010. Penelitian
yang sama menyatakan bahwa di antara delapan negara yang diteliti,Indonesia
memiliki kasus insomnia yang termasuk sedikit, yaitu 3.9 persen untuk pria, dan 4.6
persen untuk wanita.
Bila tidak mendapatkan penanganan yang sesuai insomnia dapat mengakibatkan
kelelahan mental, depresi, terlalu sensitif, penurunan konsentrasi, serta kualitas
hidup.
LANJUTAN......
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders fourth edition (DSM-IV)
mendefinisikan insomnia sebagai suatu kesulitan dalam memulai tidur;
mempertahankan tidur (tidak terbangun); atau tidur yang tidak menyegarkan
selama 1 bulan atau lebih.

Tidur normal terdiri atas 2 tipe yaitu: Rapid Eye Movement (REM), tipe Non
Rapid Eye Movement (NREM). Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang
terdiri dari 4 tahap, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase
NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam.
DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaianterhadap:
•Rutinitas tidur seseorang
•Gaya hidup yang buruk, misalnya kebiasaanmengonsumsi kopi atau minuman
keras secaraberlebihan
•Porsi olahraga / aktivitas fisik seseorang
•Riwayat kesehatan (penyakit yang mungkin derita)
•Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obatterlarang
•Tingkatanstres psikis
Penegakan diagnosis insomnia bisa juga didapat melalui anamnesis, dan
pemeriksaan tambahan seperti sleep wake diaries, aktigrapi, polisomnograpi.
PENYEBAB
Ada beberapa faktor penyebab insomnia yang pada akhirnya berujung kepada kondisi
sulit tidur pada jangka waktu yang cukup lama. Mulai dari akibat gaya hidup dan
masalah kenyamanan ruangan kamar,hingga akibat gangguan psikologi, masalah
kesehatan fisik, dan efek samping obat-obatan.
GEJALA
Sulit untuk menentukan ukuran tidur normal karenakebutuhan
tidur berbeda-beda bagi tiap orang. Haltersebut dipengaruhi oleh
usia, gaya hidup, lingkungan,dan pola makan. Gejala-gejala
insomniayang palingumum di antaranya:
•Susah tidur.
•Terbangun di malam hari atau dini hari dan tidak bisatidur
kembali.
•Merasa lelah, uring-uringan, sulit berkonsentrasi, dantidak bisa
melakukan aktivitas secara baik pada siangharinya.
•Tidak bisa tidur siang meskipun tubuh lelah
PATOFISIOLOGI
Etiologi dan patofisiologi insomnia belum bisa dijelaskan secara pasti
tetapi insomnia dihubungkan dengan hipotesis peningkatan arousal.
4,9,10 Arousal dikaitkan dengan struktur yang memicu kesiagaan di
ARAS ( ascending reticular activating system), hipotalamus, basal
forebrain yang berinteraksi dengan pusat-pusat pemicu tidur pada otak
di anterior hipotalamus dan thalamus. Hyperarousal merupakan
keadaan yang ditandai dengan tingginya tingkat kesiagaan yang
merupakan respon terhadap situasi spesifik seperti lingkungan tidur.
TERAPI FARMAKOLOGI
Secara parmakologi obat-obat yang dapat digunakan untuk menangani
insomnia kronik yaitu benzodiasepin reseptor agonis, antihistamin,
antidepresan. Benzodiazepin reseptor agonis dibagi menjadi 2 kategori
yaitu benzodiazepine (estazolam, flurazepam, quazepam, temazepam,
triazolam) dan baru-baru ini diperkenalkan obat yang bekerja pada
reseptor benzodiazepine tetapi strukturnya bukan benzodiazepine
(zaleplon, zolpidem, eszopiklon).
Delapan jenis obat tersebut disetujui oleh FDA sebagai penanganan
insomnia, obat tesebut efektif untuk menangani insomnia yang akut. Pada
kondisi insomnia kronik kenyataannya hanya ada 1 obat yaitu eszopiklon
yang disetujui digunakan tanpa batasan waktu yang spesifik.
TERAPI NON FARMAKOLOGI
Sleep Hygine Sleep hygine adalah salah satu komponen terapi perilaku
untuk insomnia.
Sleep Restriction Membatasi waktu di tempat tidur hanya untuk tidur
sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur.
Relaxation Therapy Relaxation therapy meliputi relaksasi otot
progresif, latihan pernafasan dalam serta meditasi.
Stimulus Control Therapy stimulus control therapy
MEKANISME OBAT
Mekanisme kerja benzodiazepin merupakan potensiasi inhibisi neuron yang
menggunakan GABA sebagai mediatornya.
GABA (gamma-aminobutyric acid) merupakan inhibitor utama
neurotransmiter di susunan saraf pusat (SSP), melalui neuron-neuron modulasi
GABA nergik.
Reseptor Benzodiazepin berikatan dengan reseptor subtipe GABAA. Berikatan
dengan reseptor agonis menyebabkan masuknya ion klorida dalam sel, yang
menyebabakan hiperpolarisasi dari membran postsinpatik, dimana dapat
membuat neuron ini resisten terhadap rangsangan. Dengan cara demikian obat
ini memfasilitasi efek inhibitor dari GABA sehingga meningkatkan efek GABA
dan menghasilkan efek sedasi, tidur dan berbagai macam efek seperti
mengurangi kegelisahan dan sebagai muscle relaxant.
Ringkasan Diskusi:

1. Jika insomnia terus berkepanjangan apakah akan menyebabkan halusinasi?


Jawab : insomnia atau sulit tidur bisa menyebabkan halusinasi pada beberapa orang.
Insomnia bisa meningkatkan risiko terjadinya halusinasi hipnagogik, yaitu halusinasi yang
terjadi ketika seseorang akan tidur malam dan atau sudah merasakan kantuk tetapi ditahan
sekuat tenaga untuk tetap bisa terjaga

2. Apakah ada terapi non farmakologi dari insomnia? Dan apakah dapat menyebabkan penyakit
lain?
Jawab : Penanganan terapi non farmakologi terdiri dari cognitive and behavioral therapy
meliputi: sleep hygine, sleep restriction atau pembatasan tidur, relaxation therapy atau terapi
relaksasi dan stimulus control therapy. insomnia juga dapat menyebabkan mudah merasa
lelah, penurunan sistem kekebalan tubuh, kurang fokus, gangguan kecemasan (anxiety
disorder), dan lain sebagainya.
3.Mengapa insomnia sering terjadi pada remaja?
Jawab : Faktor penyebab insomnia pada remaja disebabkan karena pola tidur yang buruk,
penggunaan media elektronik (televisi, gadget, dan lain sebagainya), penyakit migrain,
nyeri, gangguan psikologi, depresi, kafein, nikotin, dan rokok (Zahara, dkk., 2018).

4.Faktor risiko dari insomnia?


Jawab : Beberapa faktor risiko yang dapat berkontribusi terhadap insomnia adalah sebagai
berikut:
Stres: Tingkat stres yang tinggi, baik itu stres akibat pekerjaan, masalah pribadi, atau keadaan
hidup yang sulit, dapat mempengaruhi tidur dan menyebabkan Insomnia.
Gangguan Kesehatan Mental: Kondisi seperti depresi, kecemasan, gangguan bipolar, atau
gangguan kecemasan dapat menyebabkan sulit tidur atau insomnia.
Gangguan Medis: Beberapa kondisi medis seperti nyeri kronis, gangguan pernapasan seperti
sleep apnea, refluks asam lambung, atau gangguan tiroid dapat mengganggu tidur dan
menyebabkan insomnia.
Kebiasaan Tidur yang Buruk: Pola tidur yang tidak teratur, tidur slang yang berlebihan,
mengonsumsi kafein atau alkohol secara berlebihan, atau penggunaan gadget di tempat
tidur dapat mengganggu ritme tidur dan menyebabkan insomnia.
Lingkungan Tidur yang Tidak Mendukung: Faktor-faktor seperti suhu ruangan yang tidak
nyaman, kebisingan, cahaya yang terlalu terang, atau kasur dan bantal yang tidak nyaman
dapat mempengaruhi kualitas tidur dan menyebabkan Insomnia.
Usia: Insomnia lebih umum terjadi pada orang dewasa muda dan orang tua, meskipun dapat
terjadi pada usia apa pun.
Jenis Kelamin: Wanita cenderung memiliki risiko lebih tinggi mengalami insomnia
dibandingkan pria, mungkin karena perubahan hormon yang terjadi selama siklus
menstruasi, kehamilan, atau menopause.
Faktor Lingkungan dan Sosial: Stabilitas sosial, perubahan jadwal kerja yang sering, atau
perjalanan yang sering dapat mempengaruhi pola tidur dan menyebabkan insomnia.
5. Jika seorang pasien berumur 50 tahun datang ke apotek dengan keluhan susah
tidur sebagai apoteker apa kalian lakukan?
Jawab: Di cari tahu penyebab mengapa susah tidur , Jika karna efek samping obat di
konsultasikan kembali ke dokter untuk di ganti ataupun di hentikan, jika gejala
insomnia ringan maka bisa di berikan obat lelap ataupun obat antihistamin seperti
CTM. Jika insomnia berat diberi terapi lini pertama golongan benzodiasepin reseptor
agonis, antihistamin, antidepresan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai