Anda di halaman 1dari 33

DIAGNOSIS DAN

TATALAKSANA
KOMPREHENSIF
GANGGUAN TIDUR NON
ORGANIK
Oleh :
Maya Amanda P. 3524 B Preseptor :
Mutiara Oktavia P. 3529 B Dr. dr. Yaslinda Yaunin, Sp. KJ (K)
Siti Salsabilla Amri P. 3535.B
Outline
BAB
BAB 1
Pendahuluan 2Tinjauan Pustaka

BAB
3
Kesimpulan
01
PENDAHULUA
N
LATAR BELAKANG
.

Tidur memainkan peran penting pada fungsi


otak dan merupakan kebutuhan manusia
untuk menghilangkan kelelahan jasmani dan
mental

siklus tidur-bangun dikendalikan oleh jam


endogen yang beroperasi selama periode 24
jam ritme sirkadian
LATAR BELAKANG

Gangguan tidur kumpula suatu kondisi yang dikaitkan


dengan adanya gangguan dalam jumlah, kualitas, atau waktu
tidur pada individu.

Gangguan tidur dapat diakibatkan oleh penyebab primer atau


oleh berbagai kondisi kejiwaan dan medis.
LATAR BELAKANG
Gangguan tidur terjadi secara
global berkisar antara 23%- 56%
dari seluruh populasi

Tiap tahun orang dewasa mengalami


gangguan tidur dan 17% diantaranya
mengalami masalah serius
Kaplan dan Sadock ,40-50% dari
populasi usia lanjut menderita
gangguan tidur.
LATAR BELAKANG
 Gangguan tidur juga terintegrasi sebagai presentasi klinis dari beberapa
gangguan kejiwaan seperti depresi dan skizofrenia.

 ICD-10 ,Gangguan tidur non organik (F51)


F51.0 Insomnia non organik
F51.1 Hipersomnia non organik
F51.2 Gangguan Jadwal tidur – jaga non organik
F51.3 Somnambulisme/ sleep walking
F51.4 Teror tidur
F51.5 Mimpi Buruk
F51.8 Gangguan tidur non organik lainnya
F51.9 Gangguan tidur non organik YTT
LATAR BELAKANG
Kesulitan tidur dalam jangka panjang pada usia berapa pun
dapat menyebabkan defisit perhatian, respons, memori jangka
pendek, dan tingkat kinerja.

Penyebab gangguan tidur pada individu dapat berkaitan dengan


komorbiditas penyakit medis atau kejiwaan, obat-obatan,
gangguan ritme sirkadian, atau gangguan tidur-bangun tertentu
BATASAN MASALAH
Membahas mengenai gangguan tidur non organik
TUJUAN PENULISAN
Mengetahui dan mempelajari mengenai gangguan tidur non organik

MANFAAT PENULISAN
Menambah informasi dan pengetahuan penulis dan pembaca mengenai
gangguan tidur non organik
METODE PENULISAN
Tinjauan pustaka yang merujuk kepada berbagai literatur.
02
TINJAUAN
PUSTAKA
Tatalaksana Gangguan Tidur non
Organik
Insomnia
• . Terapi farmakologi
• Pengobatan Non Farmakologis dengan Terapi Perilaku Kognitif untuk
Insomnia (Cognitive-Behavioral Therapy for Insomnia /CBTI):
- universal sleep hygiene
- terapi kontrol stimulus
- terapi pembatasan tidur
- terapi relaksasi dan biofeedback
- terapi kognitif, dan kadang-kadang paradoxical intention
Tatalaksana Gangguan Tidur non
Organik
Insomnia
.

Benzodiazepin

zolpidem,
Nonbenzodiazepin –
Terapi farmakologi eszoplocone, zaleplon
hipnotik
ramelteon, trazodone

antidepressant,
Obat golongan lain antihistamin,
antipsikotik
Tatalaksana Gangguan Tidur non
Organik
Insomnia
• . Benzodiazepam digunakan untuk insomnia sementara karena
penggunaan jangka panjang tidak dianjurkan.
• Penggunaan selama lebih dari 4 minggu menyebabkan toleransi dan
kecanduan.
• Benzodiazepam yang paling umum digunakan adalah temazepam. Dosis
temazepam adalah 1530 mg per malam. Efek samping dari BZDs
termasuk psikomotor dan defisit memori pada pasien yang diobati
dengan BZDs short-acting, dan sedasi residual terjadi pada pasien yang
diobati dengan BZDs long-acting.
Tatalaksana Gangguan Tidur non
Organik
Insomnia
Golongan non-benzodiazepam
− . Zolpidem adalah obat hipnotis yang secara selektif mengikat
reseptor benzodiazepine tipe 1 di otak. Obat ini efektif untuk
lansia karena tidak mempengaruhi struktur tidur. Dosis 5-10 mg.
Zolpidem dikontraindikasikan pada gangguan pernapasan dan
hati terkait tidur. Efek samping zolpidem adalah mual, pusing dan
kecanduan jika dikonsumsi lebih 4 dari minggu.
- Zaleplon adalah obat short-acting yang diindikasikan untuk
pengobatan insomnia dan telah terbukti mengurangi onset
insomnia. Zaleplon meningkatkan total waktu tidur dan
mengurangi terbangun di malam hari.
Tatalaksana Gangguan Tidur non
Organik
Insomnia
Golongan non-benzodiazepam
- . Eszopiclone (lunesta). Dosis yang direkomendasikan yaitu 3 mg untuk
dewasa sebelum tidur, 1mg untuk sleep-onset Insomnia, 2 mg untuk
sleep-maintenanceinsomnia pada lansia dan 1-2mg pada pasien dengan
gagal hati. Eszopiclone dengan dosis 2 mg bisa menurunkan gejala
seperti sleep latency, dan akan meningkatkan kedalaman dan kualitas
tidur, dan juga dapat meningkatkan TST pada pasien lansia dengan
insomnia primer. Eszopiclone dengan dosis 3 mg pada malam hari bisa
membantu mempertahankan tidur dan juga meningkatkan kualitas tidur
pada pasien lansia yang mengalami insomnia kronik.
Tatalaksana Gangguan Tidur non
Organik
Insomnia
Golongan non-benzodiazepam
.
- Ramelteon (rozerem). Ramelteon merupakan obat melatonin reseptor
agonis yang mempunyai selectivitas yang cukup tinggi terhadap reseptor
MT1 dan MT2 pada nucleus suprasiasma yang ada di hipotalamus.
Reseptor MT1 dan MT2 dapat memberikan efek berupa tertidur dan juga
memelihara ritme sirkadian. Waktu paruh dari ramelteon yaitu berkisar 1-
6 jam, sehingga cocok untuk terapi pada sleep-onset insomnia atau
sleep -maintenance insomnia. Ramelton secara signifikan meningkatkan
total dari waktu tidur pada chronic insomnia dan pasien lansia dengan
chronic insomnia. Dosis dari ramelteon ini adalah 8 mg yang diberikan 30
menit sebelum tidur.
Tatalaksana Gangguan Tidur non
Organik
Insomnia
− . Sedating antidepressant hanya diberikan pada pasien insomnia yang
diakibatkan oleh depresi.
Amitriptiline adalah salah satu sedating antidepressant yang digunakan
sebagai obat insomnia, akan tetapi pada usia lanjut menimbulkan beberapa
efek samping yaitu takikardi, retensi urin, konstipasi, gangguan fungsi
kognitif dan delirium. Pada pasien usia lanjut juga dihindari penggunaan
trisiklik antidepresan. Obat yang paling sering digunakan adalah trazodone.
Walsh dan Schweitzer menemukan bahwa trazodone dosis rendah efektif
pada pasien yang mengalami insomnia oleh karena obat psikotik atau
monoamnie oxidase inhibitor dan pada pasien yang memiliki kontraindikasi
terhadap BZDs.
Tatalaksana Gangguan Tidur non
Organik
Insomnia
- Universal
. Sleep Hygiene
Sleep hygiene dapat dilakukan dengan cara mengatur jadwal bangun dan
tidur setiap hari, berada di tempat tidur hanya saat tidur dan mengantuk,
membuat pikiran dan tubuh menjadi tenang dan rileks, tidur siang kurang
dari 30 menit, tidur dengan pencahayaan gelap, temperature kamar tidur
yang nyaman, menghindari suara ribut, mandi sore dengan air hangat,
membersihkan kamar tidur secara teratur, makan secara teratur setiap hari,
tidak makan terlalu banyak sebelum tidur, tidak minum kopi atau kafein
sebelum tidur, tidak merokok sebelum tidur dan berolahraga secara teratur
setiap pagi hari.
Tatalaksana Gangguan Tidur non
Organik
Insomnia
.

Gambar 2.2 Do’s and Don’ts for Good Sleep Hygiene


Tatalaksana Gangguan Tidur non
Organik
Insomnia
- Terapi kontrol stimulus
Perawatan ini bertujuan untuk memutus siklus masalah secara umum
.
berhubungan dengan kesulitan memulai tidur. Dengan mencoba membatalkan
pengkondisian yang merusak tidur, terapi kontrol stimulus membantu mengurangi
faktor primer dan reaktif yang terlibat dalam insomnia.
Aturan pertama adalah pergi tidur hanya saat mengantuk memaksimalkan
kesuksesan. Kedua, gunakan tempat tidur hanya untuk tidur. Jangan lihat televisi
di tempat tidur, jangan membaca, jangan makan, dan jangan berbicara di telepon
saat di tempat tidur. Ketiga, jangan berbaring di tempat tidur dan menjadi frustasi
jika tidak mampu tidur. Setelah beberapa menit (jangan melihat jam), bangun,
pergi ke yang lain ruangan, dan lakukan sesuatu yang tidak membangkitkan rasa
kantuk sampai rasa kantuk kembali. Tujuannya adalah mengasosiasikan tempat
tidur dengan onset tidur yang cepat.
Tatalaksana Gangguan Tidur non
Organik
Insomnia
- Terapi pembatasan tidur
Terapi pembatasan tidur adalah strategi yang dirancang untuk meningkatkan
.
efisiensi tidur dengan mengurangi jumlah waktu yang dihabiskan untuk terjaga
sambil berbaring di tempat tidur.
Jika pasien melaporkan tidur hanya 5 jam dari waktu 8 jam yang dijadwalkan di
tempat tidur, kurangi waktu di tempat tidur. Namun, disarankan untuk tidak
mengurangi waktu tidur menjadi kurang dari 4 jam per malam dan untuk
memperingatkan pasien tentang bahaya kantuk di siang hari. Tidur di lain waktu
di siang hari harus dihindari, kecuali pada lansia yang rutin tidur siang 30 menit.
Klinisi kemudian memantau efisiensi tidur (waktu tidur seperti persentase waktu
di tempat tidur). Saat efisiensi tidur mencapai 85 persen (rata-rata selama lima
malam), waktu di tempat tidur bertambah 15 menit.
Tatalaksana Gangguan Tidur non
Organik
Insomnia
- Terapi relaksasi dan biofeedback
Aspek terpenting dari terapi relaksasi adalah bahwa hal itu dilakukan dengan
.
benar dan dipelajari secara berulang.
Relaksasi otot progresif sangat berguna bagi pasien yang mengalami
ketegangan otot. Tegang dengan sengaja (5 hingga 6 detik) lalu rilekskan
kelompok otot (20 hingga 30 detik) mulai dari kepala dan berakhir di kaki. Latihan
pernapasan dilakukan setidaknya selama 20 menit per hari selama 2 minggu.
Setelah dikuasai, gunakan teknik ini sekali sebelum tidur selama 30 menit. Jika
tidak berhasil, coba lagi di malam lain.
Tatalaksana Gangguan Tidur non
Organik
Insomnia
- Terapi kognitif
Aspek kognitif pengobatan insomnia menargetkan respons emosional negatif
.
terhadap penilaian situasi yang berhubungan dengan tidur. Respons emosional
negatif dianggap menghasilkan gairah emosional yang pada gilirannya
berkontribusi atau melanggengkan insomnia. Orang yang memiliki kognisi
maladaptif cenderung melebih-lebihkan konsekuensi negatif dari insomnia: “pasti
ada sesuatu yang salah dengan saya jika saya tidak bisa tidur dalam 40 menit.”
Mereka juga cenderung memiliki harapan yang tidak realistis tentang kebutuhan
tidur mereka: “jika saya tidak tidur 8 jam semalam maka seluruh hariku akan
hancur.” Langkah pertama adalah mengidentifikasi kognisi ini, selanjutnya
menantang validitasnya dan akhirnya menggantikannya dengan kognisi yang
lebih adaptif. Keyakinan yang dipegang kuat bahwa sulit tidur akan berdampak
negatif kesehatan fisik dan mental.
Tatalaksana Gangguan Tidur non
Organik
Hipersomnia primer
Terapi
. hipersonrnia primer terutama terdiri atas obat stimulan, seperti amfetamin
yang diberikan di pagi atau sore hari. Obat antidepresan nonsedasi seperti
buproprion (Welllbutrin) dan stimulan baru seperti modafinil (Provigil) juga
mungkin berguna pada beberapa pasien. Sebagai tambahan terapi obat,
pendekatan terapeutik secara keseluruhan biasanya mencakup penyesuaian
gaya hidup, konseling psikologis, berhenti mengunakan narkoba untuk
mengurangi toleransi (jika stimulan digunakan), dan monitoring, kesehatan
umum, dan status jantung.
Tatalaksana Gangguan Tidur non
Organik
Narkolepsi
Stimulan adalah obat yang paling lazim digunakan. Modafinil (Provigil), suatu
agonis
. reseptor a-adrenergik, untuk mengurangi jumlah serangan tidur dan
meningkatkan kinerja psikomotor pada narkolepsi.
Obat trisiklik atau serotonin selective reuploke inhibitors (SSRI) untuk
mengurangi katapleksi. Karena katapleksi dianggap merupakan gangguan
fenomena tidur REM ke dalam keadaan terjaga, rasionalisasinya menjadi jelas.
Beberapa laporan menunjukkan bahwa imipramine (Tofranil), modafinil dan
fluoxetine (Prozac) cukup efektif mengurangi atau menghilangkan katapleksi.
Walaupun terapi obat adalah terapi pililran, keseluruhan pendekatan terapeutik
harus mencakup tidur siang yang terjadwal, penyesuaian gaya hidup, konseling
psikologis, libur obat untuk mengurangi toleransi, dan pengawasan teliti terhadap
pembelian ulang obat, kesehatan umum, dan keadaan jantung.
Tatalaksana Gangguan Tidur non
Organik
Gangguan tidur yang berhubungan dengan pernafasan atau sleep
apnea syndrome

.
Bagian ini mencakup beberapa kondisi yang ditandai dengan gangguan
pernafasan saat tidur: central sleep apnea, obstruction sleep apnea syndrom,
sleep-related hypoventilation disorders.
Intervensi yang tersedia untuk mengobati OSA yaitu tekanan udara positif (PAP),
peralatan oral, terapi posisi, intervensi bedah, dan penurunan berat badan.
Medroksiprogesteron asetat awalnya dianggap membantu tetapi OSA jarang
digunakan sekarang.
Tatalaksana Gangguan Tidur non
Organik
Gangguan Tidur Irama Sirkadian
- Light therapy
Penelitian menunjukkan bahwa paparan cahaya dapat mengatur ulang alat pacu
jantung. sirkadian. Hal ini terutama terjadi ketika cahaya terang (lebih besar dari
10.000 lx) atau dalam spektrum biru. Dengan pengaturan waktu paparan cahaya
terang yang tepat, jam biologis dapat disetel ulang.
- Pengobatan
Pemberian melatonin pada individu yang buta sejak lahir berhasil melatih ritme
tidur-bangun sirkadian mereka. Para peneliti berpendapat bahwa sekresi melatonin
bertindak sebagai substrat biologis untuk osilator sirkadian internal. Dalam keadaan
normal, kadar melatonin mulai meningkat saat senja dan tetap tinggi hingga fajar.
- Kronoterapi
Chronotherapy melibatkan penundaan fase secara progresif seseorang sampai
osilator sirkadian disinkronkan dengan jadwal tidur-bangun yang diinginkan.
03
Kesimpulan
• Tidur merupakan suatu proses di otak yang dibutuhkan seseorang untuk dapat
berfungsi dengan baik. Gangguan tidur merupakan kumpulan suatu kondisi yang
dikaitkan dengan adanya gangguan dalam jumlah, kualitas, atau waktu tidur pada
individu yang dapat mengganggu kualitas hidup pasien.
• Gangguan tidur dapat diakibatkan oleh penyebab primer atau oleh berbagai
kondisi kejiwaan dan medis.
• Berdasarkan dugaan etiologinya, gangguan tidur dibagi menjadi empat kelompok
yaitu, gangguan tidur primer, gangguan tidur akibat gangguan mental lain,
gangguan tidur akibat kondisi medik umum, dan gangguan tidur yang diinduksi
oleh zat.
• Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan.
• Sekitar 67% lansia mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur yang paling sering
ditemukan pada lansia yaitu insomnia, gangguan ritmik tidur, dan apnea tidur.
• Pendekatan secara sistematik terhadap gangguan tidur lebih ditekankan pada
pendekatan komprehensif terhadap seluruh kondisi kesehatan fisik dan mentalnya
dan lebih bersifat konservatif.
• Upaya meningkatkan higiene tidur perlu dilaksanakan untuk menghasilkan tidur
yang berkualitas. Terapi dengan obat-obatan psikotropika perlu diberikan dengan
dimulai dosis efektif paling kecil sehingga tidak menimbulkan efek kumulatif
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai