Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

“FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI”

Disusun Oleh :

NAMA : Nurmalia

NIM : 34190298

KELOMPOK: A2-4

PROGRAM STUDI D III FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2021
I. Tujuan
Mahasiswa memahami pengertian,penggolongan, mekanisme kerja,
indikasi, kontra indikasi, dan efek samping, dari berbagai jenis obat
kortikosteroid.

II. Dasar Teori


Amfetamin merupakan salah satu zat kimia berbahaya yang dapat
menyebabkan kecanduan titik Meskipun demikian amfetamin juga
digunakan untuk pengobatan titik amfetamin yang digunakan untuk
pengobatan adalah kelas dan damvitamin dan metamfetamin
digunakan di beberapa negara untuk mengobati berbagai penyakit
seperti attention-deficit hyperactivedisorder ( ADHA). narkolepsi, dan
obesitas. Penggunaan amfetamin sebagai pengobatan sering digunakan
pada orang -orang yang memiliki gangguan mental comorbid dengan
asosiasi kompleks dan dua arah. Namun karena terjadi penyalahgunaan
amfetamin mulai dilarang penggunaannya baik untuk pengobatan atau
lainnya. amfetamin yang sering disalah gunakan adalah jenis
amfetamin; metamfetamin; 3-4, metilenedioksiamfetamin; penggunaan
dan 3,4 Metilenedioksimetamfetamin. diantara jenis-jenis amfetamin
yang paling sering di salah gunakan, metamfetamin memiliki potensi
yang lebih besar untuk menimbulkan kecanduan.

a. Obat anfetamin
Amfetamin adalah obat stimulan sistem saraf pusat yang digunakan
untuk menangani narkolepsi dan attention deficit hyperactivity
disorder (ADHD). Amfetamin bekerja dengan mengubah kadar zat
alami tertentu yang mengontrol impuls di dalam otak, sehingga
meredakan gejala dari kondisi yang diderita
b. Dosis Amfetamin
Dosis amfetamin pada tiap orang dapat berbeda. Berikut dosis
umum penggunaan amfetamin:
Kondisi: Narkolepsi

• Dewasa dan anak usia 12 tahun atau lebih: Dosis awal adalah 10
mg per-hari.Dosis pemeliharaan: Dosis dapat ditambahkan 10 mg
setiap satu minggu, jika dibutuhkan.
• Anak usia 6-11 tahun: Dosis awal adalah 5 mg/hari. Dosis dapat
ditingkatkan setiap minggu hingga tubuh merespon obat.

c. Kondisi: Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)


• Anak usia 3-5 tahun: Dosis awal adalah 2,5 mg/hari. Dapat
ditingkatkan sebanyak 2,5 mg setiap minggunya, jika dibutuhkan.
• Anak usia 6-17 tahun: Dosis awal adalah 5 mg, 1-2 kali dalam
sehari. Dosis dapat ditingkatkan sebanyak 5 mg setiap minggu, jika
dibutuhkan. Dosis maksimal adalah 40 mg/hari.

d. Berikut merupakan efek samping penggunaan amfetamin yang


mungkin terjadi: Mulut kering, Mual dan muntah, Diare, Sembelit,
Kram perut, Kehilangan nafsu makan, Penurunan berat badan,
Mimisan, Sakit kepala, Gugup, Gelisah, Perubahan pada
kemampuan seksual, Nyeri haid, Terasa sakit atau terbakar ketika
buang air kecil

III. C. SKENARIO I
BM, 35 tahun ditemukan tewas di apartemennya, padahal sehari
sebelumnya nampak segar bugar. diketahui ia menderita insomnia dan
mendapat terapi obat sedatif hipnotik. untuk mengetahui penyebab
kematiannya kepolisian bagian forensik meneliti sampel darah dan
mendapatkan hasil positif mengandung resiko Psikotropika jenis
amfetamin atau turunannya.

D. SKENARIO II
SJ, 16 tahun datang ke ugd dengan mulut berbusa, diduga sj baru saja
melakukan percobaan bunuh diri dengan meminum satu botol itu
insektisida, c dokter segera memberikan injeksi atropim sulfat sebagai
terapi antidotum.

IV. PEMBAHASAN

1. SKENARIO 1
Lansia merupakan seorang laki-laki atau perempuan yang berusia
60 tahun atau lebih, secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun
karena suatu hal yang tidak mampu lagi maupun berperan secara aktif
dalam pembangunan (tidak potensial). Jadi lanjut usia adalah mereka yang
mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar , kulit sudah tidak
kencang, otot-otot sudah mengendor, dan organ-organ tubuhnya kurang
berfungsi dengan baik.
Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan
secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial,
ekonomi, dan psikologi. Dengan bergesernya pola perekonomian dari
pertanian ke industri maka pola penyakit juga bergeser dari penyakit
menular menjadi penyakit tidak menular atau degeneratife
(Nugroho,2000). Penyakit yang umum dijumpai pada lansia adalah
penyakit gangguan tidur atau insomnia. Tidur merupakan suatu proses
otak yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat berfungsi dengan baik.
Keluhan-keluhan seputar masalah tidur menduduki peringkat tinggi
di antara masalah-masalah yang berhubungan dengan lansia. Walaupun
beberapa keluhan mengenai kualitas tidur dapat berhubungan dengan
proses penuan alami, tetapi biasa juga sebagai kombinasi dari perubahan
karena faktor resiko pada usia lanjut.
Gangguan dalam pola tidur normal pada orang tua mempunyai
konsekuensi kesehatan yang penting, terutama mood dan fungsi kognitif.
Masalah tidur dapat mengganggu pekerjaan kehidupan keluarga dan
masyarakat. Secara fungsional perubahan tersebut mempunyai pengaruh
pada kehidupan sehari-hari usia lanjut. Ada persepsi bahwa gangguan tidur
mempunyai konsekuensi psikososial yang mempengaruhi kualitas hidup
lansia. Perubahan pola tidur tersebut membawa dampak secara
keseluruhan terhadap kualitas dan kuantitas tidur lansia, Masalah tidur itu
seperti (hanya dapat tidur tidak lebih dari lima jam sehari ). Hal yang sama
dijumpai pada lansia di Panti Wredha Puncang Gading Semarang. Pada
kelompok usia lanjut lebih banyak mengeluh berupa kesulitan memulai
tidur, sering terbanggun pada tengah malam dan kesulitan tidur kembali.
(Prayitno,2002)

Penyebab insomnia bervariasi dan mencangkup masalah medis


kronis atau akut, kebiasaan jam tidur atau rutinitas tidur yang buruk, stress,
dan lingkungan yang mengubah irama hidup. Apabila insomnia diduga
disebabkan oleh masalah mental mental atau fisik, maka harus
diperlakukan sebagai gangguan mental atau fisik. Apabila insomnia
diduga disebabkan oleh faktor lingkungan, maka harus menggubah faktor
tersebut dan memberikan perawatan yang responsive terhadap insomnia.
Keluhan ini biasa jadi karena persoalan medik atau kondisi psikologis,
misalnya akibat stress dan depresi, sakit fisik, atau pengaruh gaya hidup
seperti seringkali minum kopi, alkohol dan merokok.
Insomnia adalah gejala yang dialami oleh klien yang, mengalami
kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur atau tidur singkat
atau tidur non restoratife. Penderita insomnia mengeluarkan rasa ngantuk
yang berlebihan di siang hari dan kuantitas dan kualitas tidurnya tidak
cukup. Insomnia dapat menandakan adanya gangguan fisik atau
psikologis. Seseorang dapat mengalami insomnia transient akibat stress
situsional seperti masalah keluarga, kerja, sekolah, kehilangan orang yang
dicintai, Insomnia dapat terjadi berulang tetapi di antara episode tersebut
klien dapat tidur dengan baik. Namun, kasua insomnia temporer akibat
situasi stress dapat menyebabkan kesulitan kronik untuk mendapatkan
tidur yang cukup, mungkin disebabkan oleh kekhawatiran dan kecemasan
yang terjadi untuk mendapatkan tidur yang adekuat tersebut.
Sedatif-hipnotik adalah senyawa yang dapat menekan sistem saraf
pusat sehingga menimbulkan efek sedasi lemah sampai tidur pulas. Sedatif
adalah senyawa yang menimbulkan sedasi, yaitu suatu keadaan terjadinya
penurunan kepekaan terhadap rangsangan dari luar karena ada penekanan
sistem saraf pusat yang ringan (Siswandono dan Soekardjo, 1995). Sedatif
menekan reaksi terhadap perangsangan, terutama rangsangan emosi tanpa
menimbulkan kantuk yang berat (Djamhuri, 1990). Efek sedasi merupakan
efek samping beberapa golongan obat yang tidak termasuk obat golongan
depresan SSP (Wiria dan Handoko, 1995).

Hipnotik menimbulkan rasa kantuk (drowsiness), mempercepat


tidur, dan sepanjang malam mempertahankan keadaan tidur alamiah
mengenai sifat-sifat EEG-nya. Selain sifat-sifat ini, secara ideal obat tidur
tidak memiliki aktivitas sisa pada keesokan harinya (Tjay dan Rahardja,
2002). Hipnotik menyebabkan pasien tidur seperti tidur faali, artinya dapat
dibangunkan dengan rangsangan dari luar (Rogers dan Spector, 1990).
Efek hipnotik melibatkan depresi susunan saraf pusat yang lebih menonjol
daripada sedasi dan ini dapat dicapai dengan sebagian besar obat sedatif
hanya dengan meningkatkan dosis.

Sifat umum hipnotik:

a. Menyebabkan tidur dengan:


1) REM yang dihambat
2) Tidur fase 4 dihambat
3) Menekan dilepaskannya hormon pertumbuhan
4) Lonjakan tidur REM bila obat dihentikan
b. Potensi depresi SSP bila diberikan bersamaan penghambat sentral
lain
c. Menyebabkan ketergantungan fisik dan psikis
d. Menimbulkan toleransi
e. Menyebabkan hangover
f. Pada orang tua menyebabkan bingung
g. Pada anak kadang timbul initial excitement
h. Menyebabkan kecenderungan bunuh diri
i. Dalam dosis kecil semua hipnotik bersifat antiansietas (sering
disebut
hipnosedatif)
j. Depresi napas dan kardiovaskuler akibat penekanan SSP
k. Memacu enzim mikrosom (Rogers dan Spector, 1990).

Dikenal 2 kelompok besar golongan sedatif-hipnotik, yaitu


kelompok
barbiturat dan kelompok non barbiturat. Jumlah kelompok non
barbiturat semakin
meningkat dengan penemuan baru, tetapi belum ada yang
menandingi golongan
barbiturat dari segi keamanan untuk dipasarkan (Djamhuri, 1990).
a) Golongan barbiturat
Golongan barbiturat merupakan golongan obat tidur yang
banyak
digunakan. Efek hipnotiknya antara 7 dan 9 jam dengan efek
sisa (hangover)
sampai sekurang-kurangnya keesokan harinya (Widjajanti,
1988). Contoh obatnya adalah fenobarbital, pentobarbital,
sekobarbital, dan tiopental (Djamhuri, 1990).
b) Golongan non barbiturat
Contoh obat golongan non barbiturat antara lain
benzodiazepin, kloralhidrat, alkohol dari alkohol tersier
(etilklorfenol, metil parafinol), dan
karbamat (Anonim, 1994).
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
yang bisa memengaruhi saraf pusat, sehingga menyebabkan perubahan
pada aktivitas mental dan perilaku.

Amfetamin adalah obat stimulan sistem saraf pusat yang bisa


digunakan untuk menangani pasien yang menderita Attention Deficit
Hyperactivity disorder (ADHD) atau Bipolar Disorder Type II. Cara
kerjanya dengan mengubah kadar zat alami tertentu yang mengontrol
impuls di dalam otak, sehingga meredakan gejala dari kondisi yang
diderita. Amfetamin juga bisa bersifat meningkatkan mood seseorang yang
mengonsumsinya karena kemampuannya untuk menstimulasi otak untuk
terus menghasilkan dompamine
Amfetamin merupakan Psikotropika Golongan 2 yaitu jenis
psikotropika yang bisa menyebabkan ketergantungan. Biasanya obat-
obatan golongan ini dimanfaatkan untuk menyembuhkan penyakit. Oleh
karena itu, penggunaannya harus sesuai dengan resep dokter.
Beberapa efek samping paling umum dari penggunaan obat
amfetamin adalah:
Jantung berdebar-debar (palpitasi), Gugup, Gelisah, Sakit kepala, Mulut
kering, Kram perut, Diare atau sembelit, Nafsu makan menurun,
Penurunan berat badan, Insomnia, Tremor. Efek samping obat ini mungkin
berbeda-beda pada setiap pasien. Jadi, tidak semua orang mengalami efek
samping tersebut. Mungkin ada beberapa efek samping yang tidak
disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran mengenai efek
samping tertentu, konsultasikanlah pada dokter atau apoteker Anda.
Pada kasus ini pasien menderita insomnia dan mendapat terapi obat
sedatif hipnotik sudah sesuai untuk pengobatan insomnia, namun salah
satu penyebab kematiannya adalah dalam darah pasien positif
mengandung psikotropik jenis Amfetamine atau turunannya, dimana jenis
obat Amfetamin efek samping secara umum adalah insomnia.
Kemungkinan pasien mengkonsumsi obat jenis Amfetamine tanpa
sepengetahuan dari dokter, sehingga mengakibatkan kematian.

2. SKENARIO 2
Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai
untuk membunuh serangga. Insektisida dapat memengaruhi
pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan,
kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta aktivitas biologis
lainnya hingga berujung pada kematian serangga pengganggu
tanaman.

Atropin adalah obat yang digunakan untuk menangani


melambatnya denyut jantung dan gejala keracunan insektisida.
Kondisi: Keracunan insektisida (jenis organofosfat) untuk Kondisi:
Keracunan insektisida (jenis organofosfat) Disuntik ke pembuluh
darah atau otot dengan Dosis Dewasa: 2 mg, setiap 10-30 menit hingga
efek racun menghilang. Sedangkan untuk kondisi keracunan parah,
akan diberikan setiap 5 menit hingga gejala keracunan menghilang.
Anak-anak: 20 mcg/kgBB, diberikan setiap 5-10 menit.

Pada kasus ini obat yang diberikan kepada pasien sudah sesuai
karena pasien mengalami keracunan insektisida dan penangannya
dengan injeksi antropin sulfat dengan menggunakan dosis dewasa
yaitu setiap 10-30 menit disuntikan antropin sulfat 2 mg. sampai efek
racunnya menghilang.
V. KESIMPULAN
Amfetamin merupakan salah satu zat kimia berbahaya yang dapat
menyebabkan kecanduan titik Meskipun demikian amfetamin juga
digunakan untuk pengobatan titik amfetamin yang digunakan untuk
pengobatan adalah kelas dan damvitamin dan metamfetamin
digunakan di beberapa negara untuk mengobati berbagai penyakit
seperti attention-deficit hyperactivedisorder ( ADHA).

VI. Daftar Pustaka


https://hellosehat.com/obatan-suplemen/obat/amfetamin/#gref diakses
pada 06/01/2021
http://eprints.ums.ac.id/15404/2/bab_1.pdf diakses pada 06/01/2021
Anggraeni Dyah dan Yunianti Ananda Rizki. 2020. Buku Petunjut
Praktikum Farmakologi II. Yogyakarta : Stikes Surya Global diakses 05
january 2021 pukul 14.56
https://www.alodokter.com/cetirizine diakses 4 January 2021 pukul 15.52
5-2021pukul 17.2

Anda mungkin juga menyukai