Anda di halaman 1dari 6

SENYAWA PSIKOTROPIKA

Kompetensi Dasar:
3.11 Mengevaluasi bahaya penggunaan senyawa psikotropika dan dampaknya
terhadap kesehatan diri, dan lingkungan masyarakat.
Indikator :
1.1.1. Menjelaskan konsep umum Psikotropika
1.1.2. Menganalisis pengaruh psikotropika terhadap sistem saraf
1.1.3. Menjelaskan psikotropika golongan I beserta dampaknya terhadap
kesehatan
1.1.4. Menjelaskan psikotropika golongan II beserta dampaknya terhadap
kesehatan
1.1.5. Menjelaskan psikotropika golongan III beserta dampaknya terhadap
kesehatan
1.1.6. Menjelaskan psikotropika golongan IV beserta dampaknya terhadap
kesehatan
1.1.7. Menjelaskan dampak penggunaan psikotropika terhadap lingkungan
1.1.8. Menjelaskan upaya pencegahan penyalahgunaan Psikotropika

A. Konsep Psikotropika
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal istilah NAPZA. NAPZA adalah singkatan dari
NArkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. NAPZA merupakan zat-zat yang jika
dikonsumsi akan mempengaruhi sistem saraf pusat, sehingga dapat mengubah perasaan dan
cara berpikir orang yang menggunakannya. Pengertian dari setiap istilah pada NAPZA
adalah sebagai berikut.
1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
2. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

1
3. Zat adiktif adalah obat serta bahan–bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat
menyebabkan ketergantungan (adiksi) yang sulit dihentikan dan berefek ingin
menggunakannya secara terus–menerus dan jika dihentikan dapat memberi efek lelah
atau rasa sakit. Zat adiktif merupakan zat yang bukan narkotika dan psikotropika tetapi
menimbulkan ketagihan.
B. Pengaruh Psikotropika terhadap sistem koordinasi
Penggunaan psikotropika memiliki pengaruh terhadap kerja sistem saraf,
misalnya hilangnya koordinasi tubuh, karena di dalam tubuh pemakai kekurangan
dopamin. Dopamin merupakan neurotransmitter yang terdapat di otak dan berperan
penting dalam merambatkan impuls saraf ke sel saraf lainnya. Hal ini menyebabkan
dopamin tidak dihasilkan. Apabila impuls saraf sampai pada bongkol sinapsis, maka
gelembung-gelembung sinapsis akan mendekati membran presinapsis. Namun karena
dopamin tidak dihasilkan, neurotransmitter tidak dapat melepaskan isinya ke celah
sinapsis sehingga impuls saraf yang dibawa tidak dapat menyebrang ke membran post
sinapsis. Kondisi tersebut menyebabkan tidak terjadinya depolarisasi pada membran post
sinapsis dan tidak terjadi potensial kerja karena impuls saraf tidak bisa merambat ke sel
saraf berikutnya. Pengaruh lainnya yaitu merusak organ-organ tubuh terutama otak, dan
syaraf yang mengatur pernafasan. Banyak yang meninggal karena sesak nafas, dan tiba-
tiba berhenti bernafas karena saraf yang mengendalikan pernafasan sudah rusak dan tidak
ada lagi instruksi untuk bernafas, sehingga pernafasannya putus atau berhenti, paranoid,
otak sulit digunakan untuk berpikir dan konsentrasi, nafsu makan menurun, memiliki rasa
gembira yang berlebihan, denyut jantung cepat, Pupil mata melebar, Tekanan darah
meningkat, berkeringat atau merasa dingin, sering mual atau muntah. Gangguan detak
jantung, perdarahan otak, Hiperpireksia atau syok pada pembuluh darah jantung yang
berakibat meninggal.
Mengonsumsi psikotropika secara terus-menerus menyebabkan peningkatan
toleransi tubuh sehingga pemakai tidak dapat mengontrol penggunaannya dan cenderung
untuk terus meningkatkan dosis pemakaian sampai akhirnya tubuhnya tidak dapat
menerima lagi (overdosis).
Saraf merupakan salah satu organ penting pada manusia yang mengatur sistem
tubuh. Jika ia mengalami kerusakan maka bisa menyebabkan kecacatan yang permanen
dan sulit untuk diperbaiki. Untuk itu diharapkan kepada peserta didik untuk tidak
mengonsumsi NAPZA, karena sangat berbahaya bagi kesehatan.

C. Penggolongan beserta Dampak penggunaan Psikotropika


1. Penggolongan beserta dampak negatif psikotropika terhadap kesehatan
Psikotropika mempunyai potensi mengakibatkan sindrom ketergantungan, Psikotropika
terbagi menjadi empat golongan sebagai berikut.
a. Golongan I (Jenis Halusinogen Psikomimetika)
Psikotropika golongan I adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat
kuat untuk menyebabkan ketergantungan. Obat ini dapat menimbulkan halusinasi
2
atau daya khayal yang kuat yaitu salah persepsi tentang lingkungan dan dirinya, baik
pendengaran, penglihatan maupun perasaan. Orang yang mengkonsumsinya mungkin
akan melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau apa yang
dilihatnya terganggu. Efek dari halusinogen sangat besar yaitu membuat sistem kerja
susunan syaraf terganggu (terganggunya persepsi sensori). Contoh: LSD (Lysegic
Acid Diethlamide), PCP (phencyclidine), ganja, Meskalin, dan Psilosibin. Dampak
penggunaan psikotropika golongan I terhadap kesehatan adalah:
1) Dampak pengguna tahap awal
a) Terjadi ilusi dan halusinasi
b) Hilangnya kesadaran diri
c) Kemampuan melihat dan mengingat menjadi berubah.
2) Dampak yang terjadi pada tingkat overdosis:
a) Berkhayal
b) Schizoprenia (terjadi gangguan jiwa/gila)
c) Koma (tidak sadarkan diri), sampai meninggal dunia.
3) Dampak jika putus obat:
a) Kehilangan kemampuan bekerja atau belajar
b) Rasa lemah dan tidak berdaya
b. Golongan II (Jenis Psikostimulan)
Psikotropika golongan II merupakan psikotropika dengan daya aktif yang kuat
untuk menyebabkan Sindroma ketergantungan serta berguna untuk pengobatan dan
penelitian. Obat ini bekerja pada susunan syaraf pusat untuk memacu atau
mempercepat pesan menuju dan dari otak. Stimulant memacu detak jantung, tekanan
darah, dan suhu tubuh. Obat–obatan ini melepaskan gula lebih banyak ke pembuluh
darah, sehingga menambah kewaspadaan dan mengurangi kelelahan serta rasa lapar.
Contoh: esktasi (menthylendioxy menthaphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul),
sabu–sabu (berbentuk kristal berisi zat menthaphetamin), dan ampetamin. Dampak
penggunaan psikotropika golongan II terhadap kesehatan adalah:
1) Dampak pengguna tahap awal :
a) Bergairah dan merasa senang
b) Pupil mata melebar
c) Jantung berdebar dan tekanan darah meningkat
d) Terlalu waspada sampai timbul rasa curiga yang berlebihan (paranoid)
e) Kurang nafsu makan
2) Dampak yang terjadi pada tingkat overdosis :
a) Gelisah dan cemas
b) Demam
c) Timbul ilusi dan khayalan
d) Tertawa tidak wajar
e) Dalam kondisi parah dapat meninggal
3) Dampak jika putus obat:
3
a) Letih
b) Malas melakukan aktifitas
c) Mengalami depresi
c. Golongan III (Jenis Antidepresan sedang)
Psikotropika golongan III adalah psikotropika dengan daya adiktif yang
sedang berguna untuk pengobatan dan penelitian. Pengaruh obat ini akan
mengendorkan atau mengurangi aktifitas atau kegiatan susunan syaraf, termasuk
respon dari dan menuju otak. Dalam dosis kecil, dapat membuat orang menjadi lebih
santai, dan tenang, sedangkan dalam dosis yang lebih besar obat-obatan ini bisa
menyebabkan tidak sadar, bahkan kematian. Depressant mempengaruhi konsentrasi
dan koordinasi, memperlambat kemampuan respon terhadap situasi yang tiba – tiba.
Contoh: Amobarbital, buprenofrina, dan flunitrazepam.
1) Amobarbital adalah obat yang digunakan dalam jangka pendek untuk mengobati
insomnia. Amobarbital juga digunakan sebagai pengobatan darurat untuk kejang,
dan pembiusan saat praoperasi. Jika digunakan secara berlebihan (overdosis), obat
ini bisa menyebabkan kebingungan, halusinasi, napas lemah dan pendek, denyut
jantung lambat, denyut nadi lemah, perasaan seperti akan pingsan, kehilangan
keseimbangan, dan mabuk.
2) Buprenofrina
Buprenorfin adalah opiat sintetis yang dapat dipakai oleh pengguna narkoba
suntikan untuk mengganti heroin bila dia tidak dapat berhenti memakainya akibat
kecanduan. Karena kemungkinan ada interaksi antara buprenorfin dengan
beberapa obat yang dipakai, dokter yang menatalaksanakan pengalihan dengan
buprenorfin harus mengetahui bila klien mulai atau berhenti penggunaan obat
baru, agar takaran buprenorfin dapat dipantau dan disesuaikan bila dibutuhkan.
Efek samping buprenorfin pada awalnya serupa dengan opiat lain, termasuk sakit
kepala, mual, muntah dan sembelit. Namun klien yang dialihkan dari heroin ke
buprenorfin jarang mengalami efek samping. Sebelum mulai memakai
buprenorfin, berhenti memakai heroin atau metadon untuk beberapa waktu
sehingga gejala putus zat timbul, sedikitnya delapan jam untuk heroin dan 24 jam
untuk metadon. Bila mulai lebih cepat, dosis pertama buprenorfin akan langsung
membuat sakaw.
3) Flunitrazepam
Obat Flunitrazepam digunakan untuk pengobatan seperti gangguan kecemasan
dan insomnia.Tapi efek kuat dari obat ini yang membuat orang tertidur panjang
hingga 2-8 jam kadang digunakan untuk kejahatan agar si korban tertidur.
Flunitrazepam memiliki efek fisiologis yang mirip dengan valium (diazepam),
tapi 10 kali lipat lebih kuat. Efek samping dari penggunaan obat ini termasuk
penurunan tekanan darah, gangguan memori, mengantuk, gangguan penglihatan,
pusing, merasa bingung, gangguan pencernaan dan gangguan pada retensi urine.
d. Golongan IV (Jenis Antidepresan ringan)
4
Psikotropika golongan IV ialah psikotropika dengan daya adiktif ringan
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: Fenobarbital, nitrazepam,
diazepam.
1) Fenobarbital adalah obat untuk meredakan aktivitas kelistrikan yang berlebihan di
dalam otak sehingga membantu mencegah timbulnya kejang yang biasanya
dialami penderita epilepsy. Jika digunakan secara berlebihan (overdosis), obat ini
bisa menyebabkan perubahan suasana hati, merasa lelah dan mengantuk, merasa
tidak stabil atau goyah (perasaan tertekan yang parah).
2) Nitrazepam adalah obat dengan fungsi untuk mengobati masalah tidur, selain itu
juga digunakan untuk mengobati jenis kejang tertentu. Jika digunakan secara
berlebihan (overdosis), obat ini bisa menyebabkan depresi (kecenderungan untuk
bunuh diri), mengamuk, perilaku yang tidak pantas, merasa gembira, linglung,
gelisah, mimpi buruk, halusinasi, dan masalah perilaku lainnya.
3) Diazepam termasuk kelompok obat yang mempengaruhi system saraf otak dan
memberikan efek penenang. Obat ini digunakan untuk mengatasi serangan
kecemasan, insomnia, kejang-kejang, gejala putus alcohol akut, serta sebagai obat
bius untuk praoperasi. Obat ini dapat mengakibatkan ketergantungan, sehingga
dokter meresepkan obat ini dalam jangka pendek umumnya selama 4 minggu
untuk mencegah tubuh menjadi ketergantungan terhadapnya. Obat ini bisa
menyebabkan perubahan pola pikir dan tingkah laku, menyebabkan kebingungan,
penglihatan kabur, halusinasi, bahkan pikiran untuk bunuh diri.
2. Dampak negatif psikotropika terhadap lingkungan masyarakat.
a. Menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban.
b. Mengakibatkan hilangnya kepercayaan.
c. Mendorong tindak kejahatan.
d. Menimbulkan beban sosial yang besar.
e. Dikucilkan oleh lingkungan.
f. Merepotkan dan menjadi beban keluarga.
g. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram.

D. Upaya Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA


Kita semua harus berupaya untuk terhindar dari penyalahgunaan psikotropika.
Pencegahan penyalahgunaan psikotropika memerlukan peran bersama antara keluarga,
masyarakat, dan pemerintah.
1. Upaya dari diri sendiri
a. Tidak mencoba-coba menggunakan obat-obat terlarang
b. Meyakinkan diri untuk tidak membutuhkan NAPZA dalam menghadapi persoalan
hidup.
c. Membatasi pergaulan dengan kelompok pengguna NAPZA.
2. Peran Anggota Keluarga
Setiap anggota keluarga harus saling menjaga agar tidak ada anggota keluarga
yang terlibat dalam penyalahgunaan psikotropika. Kalangan remaja ternyata merupakan

5
kelompok terbesar yang menyalahgunakan zat-zat tersebut. Oleh karena itu, setiap orang
tua memiliki tanggung jawab membimbing anak-anaknya agar menjadi manusia yang
bertaqwa kepada Tuhan. Karena ketaqwaan inilah yang akan menjadi perisai ampuh
untuk membentengi anak dari menyalahgunakan obat-obat terlarang dan pengaruh buruk
yang mungkin datang dari lingkungan di luar rumah.
3. Peran Anggota Masyarakat
Kita sebagai anggota masyarakat perlu mendorong peningkatan pengetahuan
setiap anggota masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan obat-obat terlarang. Selain itu,
kita sebagai anggota masyarakat perlu memberi informasi kepada pihak yang berwajib
jika ada pemakai dan pengedar narkoba di lingkungan tempat tinggal.
4. Peran Sekolah
Sekolah perlu memberikan wawasan yang cukup kepada para siswa tentang
bahaya penyalahgunaan psikotropika bagi diri pribadi, keluarga, dan orang lain. Selain
itu, sekolah perlu mendorong setiap siswa untuk melaporkan pada pihak sekolah jika ada
pemakai atau pengedar psikotropika di lingkungan sekolah. Sekolah perlu memberikan
sanksi yang mendidik untuk setiap siswa yang terbukti menjadi pemakai atau pengedar
narkoba.
5. Peran Pemerintah
Pemerintah berperan mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika dengan cara mengeluarkan aturan hukum yang jelas dan tegas. Di samping
itu, setiap penyalahgunaan, pengedar, pemasok, pengimpor, pembuat, dan penyimpan
narkoba perlu diberikan sanksi atau hukuman yang membuat efek jera bagi si pelaku dan
mencegah yang lain dari kesalahan yang sama.

Sumber
Anggreni, Dewi. 2015. Dampak Bagi Pengguna Narkotika, Psikotropika Dan Zat Adiktif
(Napza) Di Kelurahan Gunung Kelua Samarinda Ulu. Samarinda: FISPOL UNMUL.
Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA/MA kelas XI kelompok Peminatan Matematika dan
Ilmu Alam. Jakarta: Erlangga.
Lestari, Endang Sri. 2019. Biologi Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Undang-undang nomor 15 tahun 1997 tentang psikotropika.
Utomo, M.Pranjoto. 2007. Psikotropika Yang Berbahaya Bagi Kesehatan. Yogyakarta: FMIPA
UNY.
Pusat Rehabilitasi Bagi Pengguna Narkoba Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai