Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyalahgunaan obat-obatan merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Peningkatan yang sangat besar dari kasus Acqiured Immunodeficiency Syndrome (AIDS) telah memaksa masyarakat untuk memperhatikan konsekuensi dari penyalahgunaan obat-obatan terlarang ini. Masalah AIDS sekarang ini muncul dan merabah dalam masyarakat pada dasarnya merupakan fenomena gunung es yang terjadi akibat dari penyalahgunaan obat-obatan. Telah menjadi life style dalam masyarakat ketika individu mengalami masalah atau stress kemudian lari pada penggunaan obat-obatan. Baik itu obat-obatan yang hanya bersifat meyembuhkan sakit kepala maupun yang bersifat anti depresant dan sebagainya. Hal ini sudah menjadi frame berpikir masyarakat kita yang telah terkonstruk bahwa obat-obatan penenang dapat menghilangkan masalah (mengurangi beban masalah). Pada kenyataannya, masyarakat yang menggunakan obat

psikotropika untuk kepentingan sendiri (non medical use) kebanyakan disertai dengan munculnya masalah sosial, seperti tindakan kriminal dan kenakalan remaja. Sejak dekade 1960an banyak remaja yang tergolong usia dewasa muda menderita gangguan penggunaan zat. Mereka menggunakan zat bahan atau psikoaktif dalam jumlah berlebihan sebagai respon mereka terhadap masalah yang mereka hadapi. Tentu saja hal ini merugikan bagi individu yang menggunakan obat-obatan untuk lari dari masalahnya. Penyalahgunaan obat penenang dapat mengakibatkan overdosis, infeksi virus maupun bakteri juga dapat terjadi akibat penyuntikan narkotika, termasuk human immunodeficiency virus (HIV).

1.2 Rumusan Masalah Rumusan yang kami angkat yaitu pengertian, dan cara penanganan orang yang terkena implikasi dari narkoba (drug).

DRUG ABUSE | 1

1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui bagaimana cara penanganan dampak dari narkoba 1.3.2 Tujuan Khusus a. Pengertian narkoba b. Macam-macam narkoba c. Efek dari pemakaian narkoba d. Faktor-faktor penyebab pemakaian e. Cara penanggulangan pemakaian

1.4 Manfaat 1.4.1 Bagi mahasiswa Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan. 1.4.2 Bagi petugas kesehatan Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.

DRUG ABUSE | 2

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Pemahaman Mengenai Drug Abuse Penyalahgunaan obat atau drug abuse berasal dari kata salah guna atau tidak tepat guna, merupakan suatu penyelewengan penggunaan obat bukan untuk tujuan medis atau pengobatan atau tidak sesuai dengan indikasinya. Bahan atau zat psikoaktif yaitu obat yang dapat diterima oleh masyarakat atau memperoleh persetujuan medis untuk memperbaiki suasana hati dan keadaan pikiran. Misalnya saja penggunaan obat antianxietas untuk mengatasi keadaan kecemasan akut, sesuai dengan resep yang diberikan oleh dokter. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, megurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya adalah opium, morphine, cocaine, ganja/marihuana, dan sebagainnya. Bahan psikotropika adalah bahan atau obat yang mempengaruhi jiwa atau keadaan jiwa, yaitu: a. Keadaan kejiwaan diubah menjadi lebih tenang, ada perasaan nyaman, sampai tertidur. b. Dalam hal ini pemakai menjadi gembira, hilang rasa susah/sedih, capek/depresi. c. Bahan memberi halusinasi, yaitu si pemakai melihat/merasakan segala sesuatu lebih indah dari yang sebenarnya terjadi. Menurut Undang-undang No. 5/1997, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktuvitas mental dan perilaku. Baik narkotika, psikotropika, maupun zat adiktif lainnya, seperti minuman beralkohol, inhalansia (zat yang dihirup) dan solven (zat pelarut), serta tembakau dapat menyebabkan kecanduan yang merugikan bagi diri sendiri maupun orang lain. Meskipun digunakan dalam ilmu kedokteran, penggunaan NAPZA (Narkotika,
DRUG ABUSE | 3

Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) harus dimanfaatkan secara tepat guna dan tidak boleh disalahgunakan. Penggunaan yang berlebihan akan menyebabkan

kecanduan/adiksi, yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan pencarian atau penggunaan berulang dan kompulsif dari suatu bahan psikosktif meskipun hal tersebut akan membawa dampak merugikan bagi psokologis, fisik, maupun sosial. Ketika kecanduan ini terus diatasi dengan penggunaan obat, maka tubuh akan mengalamitoleransi, yaitu suatu keadaan dimana obat menghasilkan pengurangan respon biologis maupun respon perilaku, sehingga untuk menhgasilkan efek yang sama, dibutuhkan dosis yang lebih besar daripada dosis awal yang pernah diberikan.

2.2 Penggolongan NAPZA

2.2.1 Penggolongan Narkotika Narkotika dibedakan menjadi: a. Narkotika golongan I Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : heroin/putaw, kokain, ganja b. Narkotika golongan II Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : morfin, petidin c. Narkotika golongan III Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakandalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : kodein Narkotika yang sering digunakan adalah Narkotika golongan I Opiat: morfin, herion (putaw), petidin, candu, dan lain-lain Ganja atau kanabis, marihuana, hashis Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, dan koka

DRUG ABUSE | 4

2.2.2 Penggolongan Psikotropika Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma

ketergantungan digolongkan menjadi: a. Psikotropika golongan I Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : ekstasi, shabu, LSD b. Psikotropika golongan II Psikotropika yang berkhasiatpengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan Contoh : amfetamin, metilfenidat atau ritalin c. Psikotropika golongan III Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : pentobarbital, flunitrazepam d. Psikotropika golongan IV Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : diazepam, bromazepam, fenobarbital, klonazepam, klordiazepaxide, nitrazepam, seperti pil BK/ Sedatin, Rohip, Dum, MG Psikotropika yang sering digunakan antara lain: Psikostimulansia: amfetamin, ekstasi, shabu Sedatif dan hipnotika (obat penenang, obat tidur): MG, BK, DUM, Pil Koplo dan lain-lain Halusinogenika: liysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom

DRUG ABUSE | 5

2.3 Bahaya atau dampak negatif penggunaan obat terlarang

Adanya tindak penyalahgunaan obat terlarang membawa dampak yang membahayakan bagi tubuh penderita dan orang lain. Dari segi hukum, tentunya tindakan ini merupakan tindak pidana yang bertentangan dengan UU. Dalam UU Narkotika dan UU Psikotropika disebutkan bahwa semua yang terlibat baik produsen, penyalur, pemakai dapat dikenai berupa hukuman penjara, denda, bahkan hukuman mati. Orang yang mempersulit upaya penyidikan pun dikenai sanksi denda minimal Rp. 750 juta dan hukuman maksimal adalah mati. Dari segi kesehatan, sangat bervariasi tergantung dari jenis obat yang dipakai. Namun, semua obat tersebut membawa efek ketergantungan,, ketagihan, rasa terus membutuhkan oleh pemakai, dan adiksi serta gejala putus obat apabila dihentikan pemakainnnya. Introksikasi yang umumnya menyebabkan kematian pun sering terjadi karena timbul sebagai akibat dari dosisi pemakaian disis yang berlebihan. Gejala terganggunya fungsi normal tubuh, misal berkeringat, nyeri seluruh tubuh, demam, mual sampai muntah dapat terjadi bila pemakaian obat terlarang tersebut dihentikan. Bila tidak mengkonsumsi obat tersebut, gejala ini akan makin hebat sehingga hanya akan menghilang bila diberikan lagi obat tersebut. Secara farmakologi, efek yang ditimbuklan dibagi menjadi depresan, stimulan, dan halusinogen. Depresan Obat terlarang yang akan menyebabkan depresi (menekan) aktivitas susunan saraf pusat. Efek yang dirasakan oleh pemakai adalah menjadi tenang pada awalnya, kemudian apatis, mengantuk dan tidak sadarkan diri. Semua gerak refleks menurun, mata menjadi sayu, daya penilaian menurun, gangguan terhadap sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah). Termasuk kelompok depresan ini adalah: a. Opioid seperti heroin, morfin, dan turunannya b. Sedativa seperti barbiturat dan diazepam, nitrazepam, dan turunannya Stimulan Memiliki efek dapat merangsang fungsi tubuh. Pasa awalnya pemakai akan merasa segar, penuh percatya diri, kemudian berlanjut menjadi susah tidur,

DRUG ABUSE | 6

perilaku hiperaktif, agresif, denyut jantung menjadi cepat, dan mudah tersinggung. Contoh : kokain, amfetamin, ekstasi, dan kafein Halusonogeni Kelompok obat yang menyebabkan penyimpangan persepsi termasuk halusinasi seperti mendengar suara atau melihat sesuatu tanpa ada rangsangan, dan sering menjadi aneh. Para pemakai menjadi psikopat (curiga berlebihan), mata menjadi merah dan agresif serta disorentasi. Termasuk dalam kelompok ini contohnya ialah LSD, meskalin, mariyuana/ganja. Dampak negatif dari penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja antara lain: a. Perubahan dalam sikap, perangai, dan kepribadian b. Sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai pelajaran c. Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah d. Sering menguap, mengantuk, dan malas e. Tidak mempedulikan kesehatan diri f. Suka mencuri untuk membeli narkoba Dampak Fisik: 1. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi 2. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah 3. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim 4. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru 5. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur 6. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual 7. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)

DRUG ABUSE | 7

8. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya 9. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian.

2.4 Cara pencegahan tindak penyalahgunaan obat terlarang

Adanya dampak negatif atau bahaya yang ditimbulkan dari pemakaian obat terlarang baik bagi diri sendiri maupun orang lain perlu diminimalisir. Pencegahan dini yang perlu dilakukan adalah mulai dari keluarga, karena keluarga merupakan sumber pendidikan yang pertama dan utama. Berbagai alasan pengguna memakai obat tersebut, sangat bervariatif mulai dari kurangnya kasih sayang sampai terpengaruh bujukan teman. Penggunaan obat terlarang tersebut sudah melanggar hukum, agar generasi muda tidak semakin terjerumus maka perlu adanya pencegahan. Upaya-upaya yang dapat ditempuh antara lain: a. Melakukan kerjasama dengan pihak yang berwenang untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba. Misalnya dengan mengadakan seminar, maupun temu wicara antara gerakan anti narkoba dengan para pelajar, penyuluhan kepada masyarakat umum maupun sekolah-sekolah mengenai bahaya narkoba. b. Mengadakan razia mendadak secara rutin. Razia ini perlu dilakukan agar para pengedar, pengguna dapat terjaring disaat tanpa mereka ketahui (saat transaksi jual beli obat terlarang). Razia dapat dilakukan disekolah, diskotik, club malam, cafe, maupun tempat-tempat sunyi yang diduga sebagai tempat transaksi. c. Pendampingan dari orangtua siswa itu sendiri dengan memberikan perhatian dan kasih sayang. Salah satu penyebab banyaknya remaja terjerumus dalam pemakaian obat terlarang adalah kurangnya kasih sayang dari keluarga, sebab mereka berpikir tidak perlu lagi ada beban pikiran keluarga ketika mereka memakai obat tersebut. d. Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik anak didiknya, karena biasanya penyebaran (transaksi) narkoba sering terjadi di sekitar lingkungan sekolah.

DRUG ABUSE | 8

e. Pendidikan moral dan keagamaan harus lebih ditekankan kepada siswa, karena salah satu penyebab terjerumusnya anak-anak ke dalam lingkaran setan ini adalah kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang mereka serap, sehingga perbuatan tercela seperti ini pun akhirnya mereka jalani. 2.5 Solusi atau cara megatasi tindak penyalahgunaan obat terlarang

Pemakain obat terlarang semakin marak terjadi di masyarakat baik oleh kalangan pelajar maupun orangtua. Himpitan ekonomi, tekanan keluarga,

ketidakpuasan merupakan pemicu untuk adanya tindakan ini. Berbagai cara ditempuh untuk mencegah terjadinya tindak penyalahgunaan obat ini. Namun, apabila sudah tidak dapat dicegah, maka cara mengatasi yang merupakan pilihan utama untuk keluar dari penggunaan obat ini. Berbagai solusi ataupun cara mengatasi yang dapat ditempuh baik oleh individu itu sendiri, keluarga, masyarakat (institusi) antara lain: a. Membawa anggota keluarga (pemakai) ke panti rehabilitas untuk mendapatkan penaganan yang memadai. b. Pembinaan kehidupan beragama, baik di sekolah, keluarga, dan lngkungan. c. Adanya komunikasi yang harmonis antara remaja dan orang tua, guru serta lingkungannya. d. Selalu berprilaku positif dengan melakukan aktifitas fisik dalam penyaluran energi remaja yang tinggi seperti berolahraga. e. Perlunya pengembangan diri dengan berbagai program atau hobi baik di sekolah maupun dirumah dan lingkungan sekitar. f. Mengetahui secara pasti gaya hidup sehat sehingga mampu menangkal pengaruh atau bujukan memakai obat terlarang. g. Saling menghargai sesama remaja (peer group) dan anggota keluarga. h. Penyelesaian berbagai masalah di kalangan remaja atau pelajar secara positif dan konstruktif.

2.6 Tingkat pemakaian

a. Eksperimen use : sekedar mencoba-coba dan memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian akan berhenti tp ada juga yg meneruskan.
DRUG ABUSE | 9

b. Recreation use : hanya untuk bersenang-senang, rekreasi atau santai. c. Situasional use : memakai zat pada saat tertentu saja ( saat sedih, kecewa, tegang) dan bertujuan menghilangkan perasaan. d. Abuse ; pemakai sebagai pola penggunaan bersifat patologik yg ditandai untuk mengendalikan, terus menggunakan walaupaun sakit fisiknya kambuh, yg akan menimbulkan gangguan fungsional / okupasional. e. Dependence use : telah terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila pemakaian zat dihentikan atau dikurangi dosisnya.

DRUG ABUSE | 10

BAB III TINJAUAN KASUS


Lion Air Si Pesawat Maut, 60-70% Dikemudikan Pilot Narkoba Ketika terdapat 3 pilot Lion Air terkena kasus pengguna narkoba di dunia penerbangan Indonesia kembali terguncang. Tetapi ketika disebut 60-70% pilotnya pengguna narkoba dunia penerbangan Indonesia bukan hanya terguncang tetapi menjadikan Lion Air di juluki pesawat maut . Penumpang pesawat di Indonesia bukan hanya membayar uang saat bepergian tetapi juga menyetor nyawa ke pesawat maut itu hanya gara-gara diawaki oleh si Pilot Shabu. Badan Narkotika Nasional (BNN) melakukan penangkapan terhadap seorang pilot Lion Air, SS, di Hotel Garden Palace, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu pukul 03.30 WIB. Si Pilot Sabu itu tertangkap di kamar hotel dengan barang bukti berupa bong berisi sabu 0,04 gram. Dari hasil tes urin diketahui SS positif menggunakan sabu. Beberapa pengamat mengatakan rasio kecelakaan baik accident ataupun incident maskapai Lion Air terbilang tinggi di antara maskapai lainnya di Indonesia. Pada tahun 2006, Pilot pernah salah mendaratkan pesawat di bandara Tabing, Padang, seharusnya pesawat mendarat di Bandara Internasional Minangkabau. Di Papua juga ada cerita yang sama ketika sayap sebuah pesawat ketika memarkirkan pesawatnya. Cerita memilukan lainnya mengatakan ketika pilot dan ko-pilot bersitegang ketika pilot mengatakan landasan masih jauh, tetapi ko-pilot bersikeras mengatakan landasan sudah dekat. Ke dua cerita tadi dilakukan oleh salah seorang oknum Pilot Sabu. Shabu berbahan dasar amphetamine yang dalam dunia kedokteran dipakai sebagai obat perangsang. Salah satunya untuk mengatasi depresi ringan. Oleh para pengguna shabu dipakai untuk memperoleh rasa gembira dan tidak mengenal rasa lelah. Efek shabu hampir mirip seperti adrenalin namun mempunyai efek kerja yang lebih lama. Obat ini bekerja dengan cara yang mirip dengan kokain dimana akan membuat penggunanya merasa energik. Shabu akan merangsang sistem saraf pusat penggunanya. Zat bekerja pada sistem neurotransmiter norepinefrin dan dopamin otak. Menggunakan amfetamin dapat menyebabkan otak untuk menghasilkan tingkat dopamin yang lebih tinggi. Jumlah dopamin yang berlebih di dalam otak akan
DRUG ABUSE | 11

menghasilkan perasaan euforia atau kesenangan yang dikalangan pengguna dikenal sebagai fly Seiring berjalannya waktu pengguna akan membutuhkan dosis yang lebih tinggi untuk mendapatkan efek yang sama. Jika sejumlah dosis yang dibutuhkan tidak terpenuhi maka pengguna zat amfetamin akan muncul perasaan craving atau withdrawal yang sering dikenal dengan sakaw. Sensasi yang ditimbulkan akan membuat otak lebih jernih dan bisa berpikir lebih fokus. Otak menjadi lebih bertenaga untuk berpikir berat dan bekerja keras, namun akan muncul kondisi arogan yang tanpa sengaja muncul akibat penggunaan zat ini. Pupil akan berdilatasi (melebar). Secara mental, pengguna akan mempunyai rasa percaya diri yang berlebih dan merasa lebih happy. Pengguna akan lebih talkative, banyak ngomong dan meningkatkan pola komunikasi dengan orang lain. Pengguna seringkali berbicara terus dengan cepat dan terus menerus. Amfetamin dosis rendah akan habis durasinya di dalam tubuh kita antara 3 sampai 8 jam, Setelah itu pengguna akan merasa kelelahan. Shabu-shabu yang banyak dipakai para pilot, berdampak stimulan yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran. Dampak fisik dan psikis yang bisa berpengaruh saat mengoperasikan pesawat adalah berpengaruh koordinasi gerak dan unrefleks sehingga berkesan lamban bekerja. Pengguna sabu juga sering terganggu indera penglihatannya, khususnya mispersepsi dan disorientasi dalam menilai dimensi, bentuk dan ruang. Sehingga berkesan kecerobohan dalam kerja. Bila hal ini dilakukan oleh pilot, maka salah satunya adalah kesalahan dalam melakukan penilaian dimensi jarak karena salah persepsi.

DRUG ABUSE | 12

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Narkoba adalah barang yang sangat berbahaya dan bisa merusak susunan syaraf. Dengan demikian penggunaan drugs dapat mengakibatkan kepribadian seorang individu berubah menjadi semakin buruk. Narkoba adalah sumber dari tindakan kriminalitas yang bisa merusak norma dan ketentraman umum. Menimbulkan dampak negative yang berpengaruh terhadap tubuh individu baik secara baik secara fisik maupun secara mental. Dengan demikian drug abuse merupakan salah satu bentuk patologi sosial Di samping itu, penangananya dapat dimulai dari lingkungan keluarga dengan pemberian dukungan dan juga menjalani rehabilitas di tempat rehabilitas yang diyakini berkualitas baik.

4.2 Saran Bagi para keluarga Agar dapat menjalin relasi yang dekat dengan setiap anggota keluarga, terutama anak-anak pada usia remaja dan dewasa awal. Hal ini dilakukan agar dalam keluarga tercipta komunikasi yang baik, sehingga ketika salah satu anggota memiliki suatu masalah, maka tidak mencari tempat pelarian yang salah juga. Bagi anak remaja atau dewasa Agar dapat menjaga pergaulan. Hindarilah pergaulan yang akan merumuskan ke hal-hal negative yang salah satunya adalah pemggunaan obat-obatan terlarang.

DRUG ABUSE | 13

DAFTAR PUSTAKA

Widyastuti Yuni, (2009). Kesehatan reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya http://www.scribd.com/erwin_santoso_4/d http://hendracliquerz001.blogspot.com/2011/05 Http//: Kesehatan reproduksi remaja.com

DRUG ABUSE | 14

Anda mungkin juga menyukai