PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyalahgunaan psikotropika merupakan permasalahan kompleks baik dilihat dari faktor
penyebab maupun akibatnya. Penyebabnya merupakan kompleksitas dari berbagai faktor,
termasuk faktor fisik dan kejiwaan pelaku, serta faktor lingkungan baik mikro maupun makro.
Akibatnya juga sangat kompleks dan luas tidak hanya terhadap pelakunya, tetapi juga
menimbulkan beban psikologis, sosial dan ekonomis, bagi orang tua dan keluarganya, serta
menimbulkan dampak yang merugikan terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat, bangsa
dan umat manusia.
Sebagaimana kita ketahui, generasi muda adalah tonggak keberlangsungan masa depan
Indonesia. Mereka adalah harapan kita, sinar matahari yang akan memberikan warna bagi masa
depan bangsa. Namun dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi, kemajuan
informasi dan transformasi, selain membawa nilai positif, juga membawa nilai negatif seperti
maraknya penyalahgunaan psikotropika.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan psikotropika ?
2. Apa dampak penyalahgunaan psikotropika ?
3. Mengapa psikotropika berpengaruh hadap sistem kerja saraf ?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi psikotropika
2. Mengetahui dampak penyalahgunaan psikotropika
3. Mengetahui pengaruh psikotropika terhadap sistem saraf
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian psikotropika
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
B. Penggolongan psikotropika
Zat yang termasuk golongan psikotropika dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu :
1. Golongan I, mempunyai potensi yang sangat kuat dalam menyebabkan ketergantungan
dan dinyatakan sebagai barang terlarang. Contoh: ekstasi (MDMA=
3,4methylenedeoxy methamfetamine), LSD (lysergic acid diethylamid), dan DOM.
2. Golongan II, mempunyai potensi yang kuat dalam menyebabkan ketergantungan.
Contoh: amfetamin, metamfetamin (sabu), dan fenetilin.
3. Golongan III, mempunyai potensi sedang dalam menyebabkan ketergantungan, dapat
digunakan untuk pengobatan tetapi harus dengan resep dokter. Contoh: amorbarbital,
brupornorfina, dan magadon (sering disalahgunakan).
4. Golongan IV, mempunyai potensi ringan dalam menyebabkan ketergantungan, dapat
digunakan untuk pengobatan terapi harus dengan resep dokter. Contoh: diazepam,
nitrazepam, lexotan (sering disalahgunakan), pil koplo (sering disalahgunakan), obat
penenang (sedativa), dan obat tidur (hipnotika).
2. Halusinogen
Obat halusinogen merupakan obat yang dapat menimbulkan halusinasi, yaitu mendengar atau
melihat sesuatu yang tidak nyata. Contohnya adalah Licercik Acid Dhietilamide (LSD),
psylocibine, micraline dan mariyuana. Yang paling banyak dipakai adalah marijuana atau ganja.
3. Depresan
Pada umumnya depresan membuat susunan saraf menjadi pasip. Depresan berfungsi
untuk mengurangi kegiatan sistem saraf sehingga menurunkan aktivitas pemakainya.
Dalam bidang kedokteran obat tersebut berguna untuk meredakan ketegangan jiwa,
membantu mengurangi rasa cemas dan gelisah, pengobatan darah tinggi dan epilepsi.
Contoh, depresan misalnya sedatif ( barbiturat , alkohol, dan obat-obat penenang ).
2
D. Cara kerja psikotropika
Cara kerja psikotropika adalah memengaruhi susunan saraf pusat manusia sehingga
memengaruhi mental dan perilaku orang yang mengonsumsinya. Biasanya, orang yang
mengonsumsi psikotropika ini menjadi hiperaktif dan percaya diri, aktivitas yang ditimbulkan
umumnya disertai halusinasi, ilusi, dan gangguan cara berpikir.
Penggunaan psikotropika akan mempengaruhi sistem kerja saraf, hal ini dikarenakan dalam
sel otak terdapat macam-macam zat kimia yang dikenal dengan neurotransmitter, yang ternyata
mirip dengan beberapa jenis narkoba.
Neurotransmitter bekerja pada sambungan sel saraf satu dan lainnya. Zat-zat psikoaktif
seperti narkotika, psikotropika dan bahan aktif lainnya dapat mengubah perilaku, perasaan serta
pikiran melalui salah satu atau pun beberapa neurotransmitter.
Neurotransmitter yang paling berperan saat terjadinya ketergantungan dalam tubuh adalah
dopamin. Ketika narkoba masuk ke dalam tubuh, maka akan mengubah susunan biokimiawi
neurotransmitter pada sistem limbus yang bertanggung jawab atas perasaan seseorang.
Asupan narkoba yang berasal dari luar akan membuat produksi dalam tubuh terhenti atau
pun terganggu yang akhirnya membuat orang tersebut membutuhkan narkoba dari luar. Jika
seseorang yang telah mengalami kecanduan tidak menghentikan penggunaan narkoba, maka
akan timbul gejala putus zat yang akan menimbulkan beberapa efek tergantung dengan zat apa
yang telah dikonsumsi.
Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:
a) Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak
sebagai reseptor adalah organ indera.
b) Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut
penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan
meluas. Šel saraf disebut neuron.
c) Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh
penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar.
3
Gangguan ini menyebabkan gerakan yang tidak dikehendaki melalui gerak motorik. Sehingga
orang yang dalam keadaan mabuk bisa melakukan apa saja di luar kesadarannya. Misalnya saat
mabuk, para pemakai ini bisa mengganggu orang, berkelahi dan sebagainya.
Orang yang menggunakan zat psikotropika dapat dikenali dengan memperhatikan ciri-ciri
fisiknya, yaitu:
4
a) Badannya lemas dan tidak bertenaga.
b) Mukanya pucat dan tubuhnya kurus.
c) Tubuh menggigil disertai dengan teriakan histeris.
d) Rambut dan giginya rontok.
A. Kesimpulan
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Psikotropika memiliki manfaat dalam bidang kedokteran, namun memiliki dampak negatif
apabila disalah gunakan oleh orang tak bertanggung jawab.
Selain merusak fungsi organ, psikotropika juga mengganggu fungsi syaraf dan otak.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan tersebut, saran penulis adalah sebagai berikut:
• Jangan pernah mencoba psikotropika walaupun itu hanya sedikit.
• Orang tua harus lebih memperhatikan anaknya agar tidak terjerumus ke dalam jurang
narkoba, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.
• Melaksanakan penyuluhan mengenai bahaya penyalahgunaan psikotropika khususnya
kepada generasi muda dan anak usia sekolah, dengan memasukkan pendidikan
tentang bahaya penyalahgunaan psikotropika dalam kurikulum sekolah dasar sampai
dengan sekolah lanjutan tingkat atas.
• Penguatan nilai nilai keagamaan dan Budi pekerti.
DAFTAR PUSTAKA
• https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/SMA%20Bio%20Psikotrop
ika/topik1.html
• https://hellosehat.com/obat-suplemen/narkoba-terpopuler-di-indonesia-apa-
efeknyapada-tubuh/?amp=1
5
• https://m.liputan6.com/hot/read/4672794/psikotropika-adalah-obat-
yangmemengaruhi-saraf-pusat-ini-jenis-dan-bahayanya
• https://youtu.be/jG-7oC69QpU
• https://youtu.be/T1_JB9fv0WE