system
saraf
pusat(SSP/CNS)
adalah
obat
yang
dapat
menimbulkan
Ethanol (alcohol)
Barbiturate:
i) longakting: Fenobarbital
ii) short acting: seconal
Benzodiazepam
Methaqualon
Dsb
b) Golongan analgesic
Yang termasuk golongan obat analgesic adalah obat yang berefek pada penghilangan rasa
nyeri (analgesic opioid) dan obat anti piretik serta obat anti inflamasi non-steroid.
Sedangkan yang dibahas dalam bab ini adalah obat analgesic opioid karena kelompok
obat tersebut dapat menimbulkan adiksi (ketagihan), misalnya:
-
Morphine
Codein
Pentazocine
Naloxone
Dsb
Obat stimulansia ini bekerja pada system saraf dengan meningkatkan transmisi yang
menuju atau meninggalkan otak. Stimulan tersebut dapat menyebabkan orang merasa
tidak dapat tidur, selalu siaga dan penuh percaya diri. Stimulan dapat meningkatkan
denyut jantung, suhu tubuh dan tekanan darah. Pengaruh fisik lainnya adalah
menurunkan nafsu makan, pupil dilatasi, banyak bicara, agitasi dan gangguan tidur.
Bila pemberian stimulant berlebihan dapat menyebabkan kegelisahan, panic, sakit
kepala, kejang perut, agresif dan paranoid. Bila pemberian berlanjut dan dalam waktu
lama dapat terjadi gejala tersebut diatas dalam waktu lama pula. Hal tersebut dapat
menghabat kerja obat depresan seperti alcohol, sehingga sangat menyulitkan
penggunaan obat tersebut.
i) Obat yang bersifat stimulansia sedang adalah:
a) Cafein dalam kopi, teh dan minuman kokakola
b) Ephedrin yang digunakan untuk pengobatan bronchitis dan asthma
c) Nikotin dalam tembakau, selain bagi perokok berat yang digunakan untuk
relaks/istirahat
ii) Obat yang bersifat stimulansia kuat:
a) Amphetamine, termasuk amphetamine yang illegal seperti Shabu
b) Kokaine atau coke atau crack
c) Ecstasy
d) Tablet diet seperti Duromine dsb.
Obat-obat tersebut yang termasuk dalam kelompok ii) adalah obat yang termasuk
golongan obat terlarang karena mengakibatkan pengguna menjadi orang yang bersifat
dan berkelakuan melawan hukum dan ketagihan
3) Obat halusinogenik
Obat halusinogenik berpengaruh terhadap persepsi bagi penggunanya. Orang
yang mengkonsumsi obat tersebut akan menjadi orang yang sering berhalusinasi,
misalnya mereka mendengar atau merasakan sesuatu yang ternyata tidak ada.
Pengaruh obat halusinogenik ini sangat bervariasi, sehingga sulit diramalkan
bagaimana atau kapan mereka mulai berhalusinasi.
Pengaruh lain dari obat halusinogenik ini ialah pupil dilatasi, aktifitas meningkat,
banyak bicara atau tertawa, emosionil, psykologik euphoria, berkeringat, panic,
paranoid, kehilangan kesadaran terhadap realitas, iraional, kejang lambung dan rasa
mual.
Yang termasuk obat halusinogenik ialah:
-
Datura
Ketamine atauK
PCP(Phencyclidine)
Penggunan alat suntik yang tidak steril dapat terjadi resiko infeksi penyakit
hepatitis dan HIV
Pemakaian obat yang tidak jelas asalnya dapat menimbulkan resiko terjadinya
overdosis, misalnya penggunaan heroin yang over dosis dapat menyebabkan
koma dan kematian
Ketagihan itu sendiri dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan tingkah laku
tidak normal.
Permasalahan pribadi
Dengan demikian terlihat bahwa ketergantungan terhadap narkoba terpusat pada sekitar
terjadinya sifat anti-sosial individu dan sifat sikopatologi lainnya (penyakit kejiwan).
Penyakit Parkinson
Definisi Parkinson adalah gangguan otak progresif yang menimbulkan gangguan
neurologik gerakan otot, dengan tanda2 tremor, kaku otot, bradikinesia (lambat
dalam memulai dan melakukan gerakan) kelainan posisi tubuh dan cara berjalan.
Etiologi Penyebab penyakit parkinson tidak diketahui, tetapi ada hubungannya
dengan penurunan aktivitas inhibitor neuron dopaminergik dalam substansi nigra dan
korpus stratum dari sistem ganglia basalis otak yang berfungsi mengatur gerakan.
Substansi nigra, merupakan sumber neuron dopaminergik yang berakhir dalam
striatum. Setiap neuron dopaminergik akan membuat ribuan kontaks dalam striatum
dan memodulasi sebagian aktivitas sel.
Striatum, striatum dan substansi nigra dihubungkan oleh neuron yang mengeluarkan
transmitter inhibitor GABA diterminal dalam substansi nigra. Sebaliknya sel2
substansi nigra mengirim neuron ke striatum dengan transmitter dopamin di ujung
terminalnya.
Mekanisme terjadinya ganggguan neurotransmitter yang menyebabkan penyakit
parinson,
1. Dopamin bekerja sebagai neurotransmiter inhibisi, Acetilkolin bekerja
neurotransmiter eksitasi. Dan bekerja saling menyeimbangkan.
Gambar 7.1
Penyebab Penyakit Parkinson
Parkinson sekunder : disebabkan oleh ensefalitis virus atau lesi caskuler kecil yang
multifel. Obat2 seperti fenotiazin dan haloperidol yang berfungsi menghambat
reseptor dopamin di otak dapat menyebabkan parkinson sehingga tidak boleh
digunakan untuk penderita parkinson.
Levodopa
Levodopa adalah prekursor metabolik dopamin. Mekanisme kerja Levodopa adalah
mengendalikan kadar dopamin substansia nigra, di dalam neuron tsb levodopa akan
berkonversi menjadi dopamin, tetapi pada pengobatan yang terlambat dimana
jumlah neuron dan sel2 yang mampu mengambil levodopa berkurang akibat
penyakit.
Kesembuhan bersifat simptomatik dan berlangsung selama obat berada dalam
tubuh. Parkinson diakibatkan dopamin yang tidak mencukupi pada daerah tertentu di
otak. Dopamin tidak dapat melewati sawar darah otak, sementara levodopa dapat,
sehingga lebih mudah levodopa lebih mudah diubah menjadi dopamin di otak.
Efek kerja dari levodopa yaitu mengurangi kekakuan, tremor dan gejala parkinson
lainnya
Karbidopa
Karbidopa dipakai untuk memperkuat efek levodopa , suatu inhibitordekarboksilase
dopamin yang tidak menembus sawar darah otak. Mekanisme kerja Karbidopa
adalah mengurangi metabolisme levodopa pada saluran cerna dan jaringan perifer,
shg meningkatkan ketersediaan levodopa di SSP dan selain itu karena karbidopa
membantu memperkuat efek levodopa secara tidak langsung, jadi keuntungannya
dapat merendahkan dosis pemakaian levodopa sehingga menurunkan efek samping.
Bromokriptin
Bromokriptin suatu derivat ergotamin (alkaloid ergot yang terdapat pada gantum
hitam yang terkontaminasi jamur rye) dan mempunyai sifat vasokontriktor
merupakan agonis reseptor dopamin (atau dapat berikatan dengan reseptor
dopamin). Tetapi karena Respon yang ditimbulkan bromokriptin kecil maka sering
diberikan bersama dengan levodopa. Penggunaan Bromokriptin harus diwaspadai
pada pasien dengan infark miokard karena akan menimbulkan masalah jantung, dan
penggunaan pada pasien dengan tukak lambung akan semakin parah.
Amantadin
Amantadin merupakan obat anti virus influensa yang berpengaruh sebagai
antiparkinson.
Mekanisme kerjanya adalah meningkatkan sintesa, pengeluaran atau ambilan
dopamin dari neuron yang sehat. (shg bila pelepasan dopamin sudah maksimum,
amantadin tidak bermanfaat)
Efek samping yang ditimbulkan yaitu, gelisah, halusinasi, agitasi, dan bingung. Pada
dosis tinggi akan menyebabkan psikosis toksik akut. Dibanding levodopaefek kerja
amantadin kecil dan dapat menimbulkan toleransi, namun efek samping lebih kecil.
Deprenil
Deprenil disebut juga selegilin bekerja secara selektif menghambat MAO B (yang
memetabolisme dopamin) (lihat gambar 7.2) tapi tidak menghambat MAO A
(metabolisator NE dan Serotonin)
Fungsi deprenil, menurunkan metabolisme dopamin, meningkatkan kadar dopamin di
otak, meningkatkan kerja levodopa (sehingga mengurangi pengguanaan dosis
levodopa)
Harus diwaspadai bila penggunaan dosis besar karena dapat menghilangkan
selektifitas (menjadi tidak selektif lagi) dan menimbulkan hipertensi yang berbahaya.
Gambar mekanisme kerja Deprenil
BAB VIII
Golongan Obat pada Penyakit Gangguan Kejiwaan
Keadaan yang tidak sesuai dengan kehidupan yang bersangkutan disertai hambatan
emosi menyeluruh. Depresi berbeda denga skizoprenia yang menggangu dalam
pemikiran. Penyakit depresi mayor dan bipolar adalah penyakit alam perasan yang
menyimpang, mengganggu energi, pola tidur, napsu makan, libido dan kemampuan
bekerja.
Gejala depresi yaitu, emosi yang jatuh, tanpa harapan, tiada nafsu makan, dan tidak
bisa tidur. Cara berfikir pasien itu2 aja berkisar hanya pada diri sendiri. Disertai
gejala bandaniah rasa penat, nyeri lambung, nyeri jantung. Bila ditutupi oleh
keluhan2 organis disebut depresi terselubung. Depresi berbahaya akan
menyebabkan bunuh diri.
Depresi disebabkan karena defisiensi monoamin seperti norepinefrin dan serotonin
otak pada tempat2 penting di otak. Sementara manik (bipolar) disebabkan karena
peningkatan neurotransmiter diatas pada otak.
Kerja Semua golongan antidepresi bekerja dengan memperkuat langsung atau tidak
langsung kerja norepinefrin, dopamin dan atau serotonin otak,
Pasien dengan gangguan bipolar, mengalami dua situasi yang sangat berbeda, pada
saat tertentu pasien mengalami fase depresi, kemudian mengalami fase manik,
dimana perubahan yang terjadi sangat ekstrim. Bila pasien berada dalam fase manik
maka gejala gejalanya adalah bahagia, berharap dan gembira berlebihan,
Perubahan mendadak dari merasa gembira ke lekas marah atau permusuhan,
Keresahan.
Tutur kata cepat dan kurang konsentrasi, Dorongan seksual tinggi, Cenderung
membuat rencana besar dan sulit dicapai
Prometazin, Tioridazin.
2. Golongan Butirofenon yaitu, haloperidol.
3. Golongan Benzisoksazol yaitu, Risperidon.
4. Golongan Tioxanti yaitu, Tiotiksen.
5. Golongan Dibenzodiazepin yaitu, Klozapin.
Mekanisme Kerja Obat Neuroleptika (Antiskizoprenia) secara umum adalah
menghambat reseptor dopamin dalam otak dan perifer dan serotonin dalam otak.
(lihat gambar 8.2)
Gambar 8.2
Indikasi neuroleptika (antiskizorenia) adalah,
1. sebagai antipsikotik/antiskizoprenia : mengurangi halusinasi dan agitasi dengan
cara menghambat reseptor dopamin di otak. Efek menenangkan dan mengurangi
gerakan spontan. Berbeda dengan depresan SSP lain, golongan neuroleptik tidak
menekan fungsi intelektual.
2. sebagai pencegahan mual dan muntah (pada peristiwa mual muntah juga terjadi
peningkatan pelepasan dopamin)
Telah dikatakan bahwa mual muntah juga diakibatkan karena peningkatan dopamin,
maka penggunaan neuroleptika dapat juga diberikan untuk kasus mual muntah
selain sebagai antiskizoprenia, dibawah ini penggunaan neuroleptika untuk gejala
mual muntah sesuai penyebabnya (lebih spesifik).
- Obat Meklizin, dimenhidrinat digunakan untuk antiemetik karena vertigo.
- Obat Skopolamin, Prometazin, digunakan sebagai antiemetik pada mabuk jalan.
- Obat Domperidon,metoklorpramid, digunakan untuk antiEmetik pada kemoterapi
kanker
- Obat Tietilperazin,domperidon adalah antiemetik pada terapi radiasi
Kerja obat neuroleptik menghambat dopamin dan atau serotonin, selain itu banyak
obat2 neuroleptik yang menghambat reseptor kolinergik, adrenergik, histamin
dengan berbagai efek samping, diantaranya efek antimuskarinik seperti kabur, mulut
kering, sedasi, bingung, kontipasi, retensi urin. Efek anti adrenergik seperti
hipotensi, pusing
Semua obat neuroleptika bekerja menghambat dopamin sehingga hampir semuan
mempunyai efek antiemetik (seperti diterangkan diatas)
Gambar 8.3
BAB IX
Golongan Obat pada Penyakit Epilepsi
Epilepsi adalah suatu kelainan kejang kambuhan yang berbeda -beda yang memiliki
persamaan yaitu lepasan saraf otak yang mendadak, berlebihan dan tidak normal.
Lepasan neuron yang mendadak ini menyebabkan gerakan - gerakan atau persepsi
yang abnormal yang berlagsung singkat tetapi cenderung berulang.
Perbedaan tempat lepasan listrik yang terjadi menentukan perbedaan gejala yang
timbul, misal epilepsi yang menyebabkan kejang kejang jika motor korteks yang
terlibat. Tetapi jika korteks parietal atau oksipital yang terlibat, gejala serangan
halusinasi penglihatan, pendengaran atau penciuman yang timbul.
Etiologi epilepsi primer terjadi bila tidak ada penyebab anatomik yang spesifik untuk
kejang, seperti trauma. Kejang2 ditimbulkan karena abnormalitas turunan dalam
SSP. Biasanya pasien diobati dengan obat antiepileptik.
Sementara etiologi epilepsi sekunder disebabkan oleh sejumlah gangguan yang
reversibel, seperti tumor, luka kepala, hipoglikemik, infeksi meningen atau
penghentian alkohol secara cepat pada peminum.
Klasifikasi Epilepsi terdapat 2 (dua) jenis yaitu yang bersifat parsial dan generalisata.
Parsial (fokal)
A. Parsial sederhana, dimana selama kejang kesadaran tidak terganggu.
B. Parsial kompleks, dimana selama kejang kesadaran terganggu.
Generalisata :
A. Tonik-klonik (gran mal), bila kejang diawali fase tonik adalah kontraksi kuat dan
kaku otot lengan dan tungkai. Lalu diikuti fase klonik yaitu kontraksi dan relaksasi
Fenitoin
Untuk serangan tonik-klonik dan parsial (fokal) untuk pasien dewasa. Interaksi obat
terjadi bila fenitoin diberikan bersamaan dengan kloramfenikol, dikumarol, cimetidin,
sulfonamid. INH, karena obat obat tersebut dapat menghambat metabolisme
fenitoin, sehingga konsentrasi fenitoin meningkat dalam plasma. Sebaliknya apabila
diberikan bersamaan dengan karbamazepin akan memperkuat metabolisme fenitoin.
Karbamazepin
Karbamazepin efektif untuk serangan epilepsi parsial (sederhana dan kompleks),
Merupakan obat pilihan pertama. Dapat juga digunakan untuk terapi manik depresi
dalam memperbaiki gejala manik depresi.
Interaksi obat terjadi bila diberikan bersamaan dengan simetidin, diltiazem,
Fenobarbital
Beberapa indikasi Fenobarbital, yaitu digunakan untuk serangan kejang parsial
sederhana, kurang efektif untuk serangan parsial kompleks, Status epileptikus pada
anak - anak, Serangan kejang demam pada anak - anak, serangan tonik-klonik
kambuhan bila tidak responsif terhadap kombinasi diazepam dan fenitoin.
Dapat juda dipakai sebagai sedatip ringan untuk menghilangkan ansietas ketegangan
mental dan insomnia, walaupun benzodiazepin lebih baik.
Asam valproat
Asam valproat digunajan pada serangan mioklonik, petit mal, tonik-klonik. Asam
valproat juga digunakan untuk pengobatan bipolar pada fase manik. Interaksi obat
akan terjadi bila dgunakan bersamaan dengan fenobarbital, karena asam valproat
akan menghambat metabolisme fenobarbital.
Benzodiazepam
Golongan benzodiazepam yang digunakan untuk epilepsi kronik adalah klonazepam,
klorazepat. Sedangkan untuk gejala epilepsi akut digunakan diazepam. Golongan
Benzodiazepam paling aman dan sedikit sekali memberikan efek samping. Tapi
kekurangannya dapat menimbulkan sedatif atau mengantuk.
Gabapentin
Gabapentin merupakan kelas obat baru pada penyakit epilepsi. Dapat digunakan
pada serangan parsial sederhana dan kompleks, serangan generalisata tonik-klonik.
BAB X
Golongan Obat Analgetika Kuat
Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering, sebenarnya nyeri
berfungsi untuk mengingatkan atau melindungi atau memudahkan diagnosa. Tetapi
Sebenarnya yang terjadi dalam tubuh, apabila terjadi rangsang yang dapat
menimbulkan nyeri, secara otomatis tubuh akan mengaktifkan System penghambat
nyeri yang diperankan oleh senyawa endogen, yaitu Endorfin dan Enkefalin.
Endorfin (endogen) dan obat gol analgetika kuat (eksogen) bekerja pada reseptor
yang sama, yang disebut reseptor opiat, sama farmakodinamika sama tapi berbeda
dalam farmakokinetikanya, karena sifat peptida pada endorfin.
Meferidin (Pethidin)
Komposisi :
Pethidine HCl injeksi 50 mg/ml
Petidin tablet 50 mg
Indikasi : analgesia untuk semua tipe nyeri yang berat.
Nyeri sedang sampai berat, sebagai suplemen sedasi sebelum pembedahan, nyeri
pada infark miokardium walaupun tidak seefektif morfin sulfat, untuk menghilangkan
ansietas pada pasien dgn dispnea karena acute pulmonary edema & acute left
ventricular failure
Cara kerja obat : Petidin merupakan narkotika sintetik derivat fenilpiperidinan dan
terutama berefek terhadap susunan saraf pusat. Petidin terutama bekerja sebagai
agonis reseptor .
Efeknya terhadap SSP adalah menimbulkan analgesia, sedasi, euphoria, dapresi
pernafasan serta efek sentral lain. Efek analgesik petidin timbul aga lebih cepat
daripada efek analgetik morfin, yaitu kira-kira 10 menit, setelah suntikan subkutan
atau intramuscular, tetapi masa kerjanya lebih pendek, yaitu 2-4 jam. Absorbsi
petidin melalui pemberian oral maupun secara suntikan berlangsung dengan baik.
Obat ini mengalami metabolism di hati dan diekskresikan melalui urin.
Dosis dan cara pemberian :
Analgesi Obstetrik : Dosis tunggal 100-150 mg IM, Boleh diulang hanya sekali, tapi
jarang.
Hindari penggunaan total lebih dari 1,5 mg/kg
Penghilang nyeri neonatal : Dosis 1 mg/kg IM atau IV (diulang setelah 6-8 jam),
Morfin
Komposisi : Mengandung morfin sulfat 10 mg/ml
Indikasi : Digunakan untuk pre-medikasi bedah, mengatasi nyeri pasca bedah, nyeri
akibat kanker.
Cara kerja obat : Morfin mengikat reseptor opioid, terutama reseptor ( lihat tabel
1.1 )
Dosis dan cara pemberian :
Untuk mendapatkan dosis bolus tunggal 1 mg/ml adalah 0,1 ml (1 mg) ad 1 ml
dengan NaCL 0,9%.
Untuk infus kontinu, encerkan 1 ml preparat dengan 10 ml NaCL 0,9%, ambil 1 ml
yang telah diencerkan tadi kemudian di encerkan lagi dengan 50 ml Dektrose 10%,
Fentanil
Komposisi : Cairan injek 0,05 mg/ml
Indikasi : Analgetik narkotik tambahan pada anestesi umum atau regional,
memperkuat Anesthesia, nyeri berat pada pasien yang telah mendapatkan terapi
opioid untuk mengatasi nyeri kanker kronis, depresan nafas pada pasien dengan
assisted respiretion
Cara kerja obat :
Fentanyl merupakan golongan opioid sintetik dari kelompok fenilpiperidin
dan bekerja sebagai agonis reseptor M. fentanyl banyak digunakan untuk anestetik
karena waktu untuk mencapai puncak analgesia lebih singkat dibanding morfin dan
meperidin (sekitar 5 menit) efek cepat berakhir setelah dosis kecil yang diberikan
secara bolus dan relatif kurang mempengaruhi kardiovaskuler.
Dosis dan cara pemberian :
Penggunaan IV dan IM
IV 25 50 mcg / jam ; IM 0,05 0,1 mcg tiap 1 2 jam
Penggunaan Transdermal 25 mcg/jam tiap 72 jam
Penggunaan transmukosal 200 mcg dapat diulang satu kali, 30 menit setelah dosis
pertama lalu dititrasi/disesuaikan secara bertahap.
Kontra indikasi : Depresi pernapasan., Luka kepala., Alkoholisme akut. Dan Serangan
asmatis akut.
Peringatan : Pasien berusia lanjut dan lemah, Difungsi hati & ginjal, Penyakit paru.
Menurunnya cadangan pernapasan, Anak berusia kurang dari 2 tahun,
Hipotiroidisme, Pembesaran prostat, Syok, Sumbatan usus besar, Penyakit
kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah).
Tramadol
Komposisi : Mengandung Tramadol Hidroklorid 50 mg
Indikasi : Pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca pembedahan.
Dosis dan cara pemberian :
Dewasa dan anak > 16 thn
Dosis umum : dosis tunggal 50 mg, dosis tersebut biasanya cukup untuk meredakan
nyeri, apabila masih terasa nyeri dapat ditambah 50 mg setelah selang waktu 30-60
menit.
Dosis maksimum : 400 mg sehari, dosis sangat tergantungpada intenstas rasa nyeri
yang diderita
Penderita gangguan hati dan ginjal dengan bersihan klirens < 30 ml/menit : dosis
tramadolnya 50-100 mg setiap 12 jam, maksimum 200 mg per hari.
Pasien dengan cirrhosis : dosis tramadolnya 50 mg setiap 12 jam.
Kontra indikasi : hipersensitifitas terhadap tramadol dan opiat
BAB XI
Golongan Obat Analgetik Lemah
akan diproduksi lebih banyak, prostaglandin ini berasal dari fosfolipid membran sel
yang rusak akibat kerusakan, infeksi atau luka tersebut, sehingga prostaglandin
beredar dalam darah.
Prostaglandin yang dilepaskan tersebut dapat menyebabkan inflamasi dan nyeri,
sebenarnya merupakan penanda bahwa di dalam tubuh telah terjadi sesuatu yang
abnormal, dan manifestasi yang dirasakan oleh penderita adalah nyeri.
Sintesa Prostaglandin, berasal dari prekursor asam arakidonat yang terdapat dalam
fosfolopid membran sel (salah satu komponen membran sel)
Dalam proses nyeri dan inflamasi terjadi dua jalur sintesa mediator kimia yaitu,
Jalur Siklooksigenase sebagai jalur sintesa prostaglandin, tromboksan dan
prostasiklin dari asam arakidonat. Dan Jalur Lipooksigenase sebagai jalur sintesa
leukotrien dari asam arakidonat.
Enzim yang berperan dalam pembentukan prostaglandin adalah Enzim
siklooksigenase, enzim tersebut terdapat sebagai jenis COX1 dan COX2.
Luka/trauma
Kerusakan Membran sel
Phospolipod
Asam Arakhidonat
Endoperoksid PGG2
Prostaglandin
Hidroperoksid
Leukotrien
Enzim Lipooksigenase
Enzim Siklooksigenase
Dihambat AIS
Dihanbat AINS
Gambar 11.1
Cara obat analgetika bekerja terhadap nyeri, yaitu :
- Mencegah sensibilitas reseptor nyeri dengan cara penghambatan sintetik
prostaglandin dengan analgetika yang bekerja perifer.
- Mencegah pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri dengan mamakai
anastetika permukaan atau anestetika infiltrasi.
- Menghambat penerusan rangsang dalam serabut sensorik dengan anestetika
konduksi.
- Meringankan nyeri atau meniadakan nyeri melalui kerja dalam sistem saraf pusat
dengan analgetika yang bekerja pada pusat atau obat narkosis.
- Mempengaruhi pengalaman nyeri dengan psikofarmaka (trankuilansia,
neuroleptika, antidepresiv)
Piroksikam
OBAT AINS
Parasetamol
Komposisi : Mengandung parasetamol 500 mg
Indikasi : Meringankan rasa sakit pada sakit kepala, sakit gigi, menurunkan demam,
setelah vaksinasi.
Cara kerja obat :
Dosis dan cara pemberian :
Dewasa : 3-4 kali sehari 500 mg
Umur 6-12 thn : 250-500 mg per 6-8 jam
Umur >1-5 thn : 125-250 mg per 6-8 jam
Umur <1 thn : 60-120 mg per 6-8 jam atau menurut petumjuk dokter.
Kontra indikasi :
Tidak boleh digunakan pada pederita dengan gangguan hati berat.
Hipersensitif terhadap parasetamol da defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase.
Peringatan :
Dapat menimbulkan gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat (disfungsi hati dan
ginjal)
Hati-hati pada penderita forpiria, peminum alkohol karena dapat meningkatkan
resiko kerusakan hati.
Efek samping :
Penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar dapat menyebabkan
gangguan fungsi hati dan hipersensitifitas.
Ruam kulit dan reaksi alergi lainnya.
Kasus khusus : purpura trombositopenik, anemia hemolitik dan agranulositosis.
Ibuprofen
Komposisi : Ibuprofen 200 mg
Indikasi :
Meredakan demam, mengurangi rasa nyeri pada sakit gigi, sakit kepala nyeri otot,
nyeri setelah operasi cabut gigi dan penyakit reumatik.
Dosis dan cara pemberian :
Asam Mefenamat
Komposisi : Tiap kaplet mengandung 500 mg asam mefenamat.
Indikasi : meredakan nyeri ringan sampai berat pada sakit kepala, sakit gigi, nyeri
otot tulang, nyeri karena luka, nyeri setelah operasi, nyeri setelah melahirkan,
dismenore, nyeri rematik, nyeri tulang belakang, demam.
Dosis dan cara pemberian :
Dewasa dan anak > 14 tahun : awal 500 mg, kemudian 250 mg tiap 6 jam.
Dismenore : awal 500 mg, kemudian 250 mg tiap 6 jam.
Kontra indikasi : Pasien dengan tukak peptik, kerusakan ginjal dan pasien asma yang
sensitif terhadap Anti inflamasi Non steroid.
Peringatan :
Penggunaan asam mefenamat maksimal 7 hari.
Penggunaan obat diberikan segera sesudah makan.
Hati hati penggunaan pada ibu hamil dan menyusui.
Pada pasien dengan peradangan abdomen efek samping diare dapat menjadi berat.
Tidak dianjurkan penggunaan pada anak dibawah 14 tahun.
Efek samping :
Diare, mengantuk, konstipasi dan anemia hemolitik, eritema kulit, bronkokontriksi.
Interaksi obat :
Pemberian Asam Mefenamat bersama dengan Anti Koagulan (mencegah pembekuan
darah) akan menyebabkan efek anti koagulan meningkat sehingga resiko perdarahan
meningkat.
Ketoprofen
Kontra indikasi :
Hipersensitif terhadap ketoprofen, aspirin dan AINS lain.
Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat
Ulkus peptikum dan pada penderita asma.
Peringatan :
Hati-hati bila diberikan pada penderita hiperasiditas lambung.
Tidak dianjurkan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui.
Hati-hati pada penderita gangguan fungsi ginjal.
Efek samping :
ulkus gastrointestinal, penurunan jumlah sel darah merah (akibat pendarahan GI),
dan jarang kerusakan ginjal, protein kerugian, dan gangguan perdarahan.
Interaksi obat :
Ketoprofen tidak boleh digunakan dalam dengan NSAID atau kortikosteroid lainnya,
karena hal ini meningkatkan risiko ulserasi GI. Ini juga harus digunakan dengan hatihati dengan antikoagulan lain. Hal ini umumnya digunakan dengan omeprazol,
sucralfate, dan simetidin untuk membantu melindungi saluran GI.
Petunjuk konsultasi :
Katakan pada dokter, jika anda alergi atau mengalami reaksi apapun yang tidak
lazim, atau terhadap obat obatan seperti aspirin atau salisilat yang lain, ketorolak,
oksifenbutazon, suprofen, zomepirak.
Jangan memakai ketoprofen selama 3 bulan terakhir kehamilan, kecuali atas
perintah dokter.
Efek yang timbul pada anak anak sama dengan efek yang timbul pada orang
dewasa.
Katakana pada dokter, jika anda mengalami masalah kesehatan berikut : alcohol,
masalah perdarahan, colitis ( tukak lambung, atau gangguan saluran cerna lain ),
diabetes mellitus, hepatitis atau gangguan hati lainnya, sedang atau punya riwayat
gangguan ginjal, baru baru ini mengalami iritasi atau perdarahan pada anus,
system lupus erythematous, merokok atau pernah merokok, anemia, asma, epilepsy,
retensi cairan ( kaki membengkak), penyakit jantung, penyakit jiwa, Parkinson,
tukak, bintik putih atau merah di mulut ( jika timbul setelah memakai obat, kadang
kadang menunjukan efek samping yang serius.
Untuk mengurangi gangguan cerna, sebaiknya diminum bersama makanan atau
antasida.
Tidak perlu diminum bersama makanan, jika sediaan salut enteric karena dapat
melindungi lambung dari iritasi obat.
Jika menggunakan antasida, sebaiknya jenis kombinasi alumunium dengan
magnesium kecuali jika dokter memberikan antasida jenis lain.
Minumlah obat ini dengan segelas air putih (250 ml).
Beberapa sediaan obat harus ditelan utuh, tidak boleh digerus atau dihancurkan.
Agar efektif dan aman, jangan minum melebihi anjuran dosis, frekuensi dan lamanya
pengobatan dari dokter anda.
Simpan di tempat yang terhindar dari panas dan cahay serta jauhkan dari jangkauan
anak anak.
Jangan di simpan di tempat yang lembab atau panas karena akan merusak obat.
Jagalah agar suppositoria atau sediaan cair obat ini tidak beku
Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau tidak digunakan lagi.
Piroxicam
Indikasi : Rematoid artritis, osteoartritis, anklilosing spondilitis, gout akut dan
gangguan muskulo skeletal akut.
Dosis dan cara pemberian :
Dewasa :
Rematoid artritis, osteoartritis, ankilosing spondilitis : 20 mg dalam dosis tunggal
atau dosis terbagi
Gout akut : 40 mg sehari dalam dosis terbagi selama 4-6 hari. Tidak dianjurkan
untuk pemakaian lama.
Gangguan muskulo skeletal akut : 40 mg sehari dalam dosis tunggal / dosis terbagi
selama 2 hari, selanjutnya 20 mg sehari dalam dosis tunggal selama 7-14 hari.
Kontra indikasi :
pada penderita yang hipersensitif terhadap Piroxicam, cross sensitivitas yang
potensial terhadap aspirin dan obat-obat anti inflamasi non steroid lain dapat
mengalami bonchospasm, nasal polip dan angioedema.
Penderita yang mempunyai riwayat tukak lambung aktifatau sejarah tukak yang
berulang perforasi atau pendarahan lambung.
Peringatan :
hati-hati bila digunakan pada pendeita dengan riwayat penyakit saluran cerna bagian
atas, kegagalan fungsi ginjal, kegagalan fungsi jantung, hipertensi, dan keadaan lain
yang berhubungan dengan retensi cairan, kaena dapat memperburuk keadaan.
Gangguan fungsi hati
Data-data yang menunjang keamanan pemakaian pada wanita hamil dan menyusui
belum mencukupi.
Keamanan pnggunaan pada anak-anak belum diketahui dngan pasti.
Efek samping :
Ikatan dengan protein darah kuat dan menggantikan ikatan albumin dengan obat
lain.
Piroxicam dan aspirin tidak boleh diberikan secara bersamaan.
Hati-hati bila diberikan bersama-sama dengan litium akan meningkatkan kada litium
dalam plasma.
Interaksi obat :
Ikatan dengan protein darah kuat dan menggantikan ikatan albumin dengan obat
lain.
piroxicam dan aspirin diberikan secara bersamaan.akan meningkatkan efek analgetik
hati-hati bila diberikan bersama-sama dengan litium akan meningkatkan kadar litium
dalam plasma.
BAB XI
Golongan Obat Anestesi
Ketamin
Ketamin anestesi non barbiturat kerja secara singkat, dimana penderita tampaknya
bangun tapi tidak sadar dan tidak merasakan sakit.
Ketamin digunakan untuk anak - anak dan dewasa muda untuk tindakan singkat,
efek ketamin dapat meningkatkan aliran darah otak dan halusinasi pasca bedah
(mimpi buruk)
Kombinasi dengan barbiturat dengan tujuan untuk menghilangkan stadium mimpi
buruk,
Benzodiazepin
Banyak sekali golongan benzodiazepin yang digunakan untuk tujuan antiansietas
(lihat bab ansietas) tetapi untuk penggunaan anestesi lebih banyak dignakan
benzodiazepin jenis Lorazepam dan midazolam dimana efek anestesinya lebih kuat
dibanding diazepam.
Penggunaan anestesi dari golongan benzodiazepin dapat menimbulkan terjadi
amnesia, efek analgesia kurang dan menimbulkan aktivitas otot rangka tak
terkendali.
Barbiturat
Golongan barniturat adalah Tiopental, tiamilal, metoheksital. Bersifat anestetika kuat
dan analgesia lemah. Banyak diberikan secara IV, cepat masuk SSP dan menekan
SSP, kurang dari 1 menit.distribusinya luas ke jaringan tubuh, otot rangka dan
jaringan adiposa, dari adiposa (gudang obatnya ) kemudian merembes berlahan2
kemudian dimetabolisbagai (bersama analgetika kuat gol opioid.
Opioid
Golongan opioid yang sering digunakan dalam anestesi adalah morfib dan fentanil.
Morfin digunakan dalam anestesi adalah efek analgetika nya yang kuat sehingga
harus ditambahkan nitrogen oksida, dan ini merupakan anestesi yang bagus untuk
pembedahan jantung. Tetapi kenyataannya fentanil lebih sering digunakan daripada
morfin.
Nalokson merupakan antagonis opioid (menghambat kerja efek opioid)
Propofol
Profopol merupakan sedatif/hipnotik IV yang digunakan untuk menginduksi atau
memelihara anestesi. Mula kerja pelan terjadi pada waktu 40 detik.
Dan preanestesi untuk propofol yaitu golongan narkotik sebagai analgesi.
Diposkan oleh dinna di 07:31
Nervous system
Function?
1. Pemeliharaan kondisi internal tubuh
2. Sistem homeostatis
Jadi seperti yg udah disebutin di atas kalo efektor dari sistem syaraf
otonom meliputi otot polos, otot jantung dan kelenjar2 tubuh. Jadi
regulasinya sistem syaraf otonom pada otot polos misalnya otot polos yg
ada di gastrointestinal, di trakea dll.
Classification
Sistem syaraf otonom sendiri dibagi menjadi 2:
cekikikan melihat ke arahmu dan bisik2 g enak. dan saat itulah mereka
mengejarmu!
saat itulah saraf simpatik menunjukkan kegunaannya. What happens
saat 5 banci mengejarmu? Aliran darah meningkat, denyut jantung
meningkat dag dig dug g karuan, tekanan darah juga.
Nah saat itu apa yg anda lakukan?
Would u?
1. Fight: melawan banci2 itu. entah dengan ninju, atau teriak2 ngatain
mereka
or
2. Flee: yg tidak punya nyali ya kabuuuurrr
*diambil dari pengalaman pribadi dan tolong jangan ketawa ==
Additional information
Biosintesis norepinefrin
1. Tyrosine
Asam amino Tyrsine memasuk sel syaraf secara transport aktif. Tyrosine
mengalami hidroksilasi dengan bantuan Tyrosine hydroxylase menjadi LDOPA di sitosol sel syaraf
2. DOPA
DOPA mengalami dekarboksilasi menjadi DOPAMINE dengan bantuan Lamino acid decarboxylase
3. DOPAMINE
Dopamine dioksidasi oleh dopamine--hydroxylase (hanya terdapat di
vesikel) menjadi Norepinephrine dengan kofaktor askorbat
4. Norepinephrine
Reseptor Norepinephrine
Reseptor norepinephrine adalah reseptor adrenergik / adrenoreseptor.
Reseptor adrenergik dibagi menjadi:
1. Reseptor alfa adrenergik, dibagi menjadi 2 :
1) alfa-1 adrenergik
menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh darah, saluran
gastrointestinal, vasodilatasi otot bronkus (efeknya lebih kecil dibanding
beta-2)
2) alfa-2 adrenergik
inhibisi pelepasan insulin, induksi pelepasan glukagon, kontraksi spincher
pada gastro intestinal
2. Reseptor beta adrenergik, dibagi menjadi 3:
Obat lain
1. Fenileprin, metaraminol, dan methoxamine
ketiga obat di atas efeknya terhadap reseptor jadi g ngefek ke jantung
secara langsung
mereka menyebabkan vasokonstriksi dan peningkatan tekanan darah baik
sistolik maupun diastolik. tp di jantungnya ada reflexi bradikardia jadi
tekanan darah di jantung g terlalu berubah.
Karena efeknya sebagai vasokonstriktor maka ketiga obat tersebut
digunakan untuk mengembalikan tekanan darah selama anestesi spinal
maupun keadaan hipotensif lainnya.
Obatnya
1. Efedrin
Dapat menembus sawar darah otak dan mempengaruhi sistem saraf
pusat. Obat ini dipake per oral dan durasinya lebih lama dari
Dibagi menjadi :
1. Blocker
obat atau senyawa yang mengeblok reseptor alfa adrenergik, dibagi
menjadi:
1.) Pengeblok
mengeblok reseptor secara tidak spesifik ( 1 dan 2 sama2 diblok).
karenanya jarang digunakan.
contoh obat: fentolamin, tolazolin
fungsinya? ya untuk vasodilator
2.) Pengeblok -1
kalo yg ini udah spesifik hanya untuk -1.
contoh obat: prazosin, trimazolin, terazolin
fungsinya? sebagai obat antihipertensi. kan seperti yg dijelaskan di awal
kalo -1 itu bikin vasokonstriksi.
3.) Pengeblok -2
sama kalo yg ini spesifiknya tp hanya untuk -2
contoh obat: yohimbin
efek samping: aprodisiaka (meningkatkan libido, bisa untuk obat disfungsi
jg )
2. Blocker
obat atau senyawa yg mengeblok resptor beta adrenergik, dibagi
menjadi:
1.) Pengeblok
mengeblok reseptor secara tidak spesifik. karenanya jarang digunakan.
contoh obat: propanolol, karteolol, pindolol, timolol
fungsinya? menurunkan denyut jantung, kardiak output, tekanan darah
2.) Pengeblok -1
kalo yg ini udah spesifik hanya untuk -1.
contoh obat: asebutolol, atenolol, betaxolol
3. Central Blocker
Mekanismenya dengan menurunkan aktivitas sel syaraf simpatik. dengan
menghambat rangsan simpatetik dari otak dmaupun menghambat
pengeluaran NE dari ujung syaraf simpatik