Di susun oleh :
Prodi D3 Keperawatan
F. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan gangguan tidur selain menjelaskan, memastikan dan
memberikan saran juga mengoptimalkan pola tidur yang sehat, baik dari segi kualitas
ataupun waktunya. Terapi insomnia dapat dilakukan dengan menggunakan obat ataupun
tanpa obat. Terapi tersebut dapat berupa :
1. Psikoterapi
Keberhasilan mengatasi insomnia, sangat tergantung dari kemampuan pasien
untuk santai dan belajar bagaimana cara-cara tidur yang benar. Terapi perilaku bisa
menyembuhkan insomnia kronik dan terapi ini efektif untuk segala usia, terutama
pada pasien usia tua.
2. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam
memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk meningkatkan rasa
percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya atau merasa bahwa dirinya
masih berharga.
3. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si penderita
insomnia.
4. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi si
penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan melarang si
penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.
5. Relaxation Therapy
Relaxation Therapy berguna untuk membuat si penderita rileks pada saat
dihadapkan pada kondisi yang penuh ketegangan.
6. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang
tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.
7. Herbal
Bahan-bahan seperti valerian (untuk relaksasi otot), melatonin (untuk gangguan
irama sirkadian seperti jetlag). Melatonin menurunkan fase tidur laten, meningkatkan
efisiensi tidur, dan meningkatkan persentasi tidur REM (Rapid Eye Movement), dan
chamomile (untuk mengurangi kecemasan) banyak dipakai untuk terapi insomnia.
8. Farmakoterapi
Tujuan pengobatan dengan obat-obatan hipnotik bukan hanya untuk
meningkatkan kualitas dan durasi tidur, tapi juga untuk meningkatkan derajat
kewaspadaan pada siang harinya dan untuk menghilangkan hyperarousal state.
Sayangnya, banyak dosis obat hipnotik yang dibutuhkan untuk memperbaiki kualitas
tidur pada malam hari juga menyebabkan sedasi pada siang harinya. Untuk
menghindari komplikasi ini, short acting benzodiazepine dapat digunakan. Obat
hipnotik long actingbisa mengganggu kualitas psikomotorik yang bisa menyebabkan
kecelakaan yang berhubungan dengan kendaraan bermotor Terapi dengan obat-obatan
hipnotik sedatif harus dimulai dengan dosis kecil dan untuk maintenancenya
menggunakan dosis efektif yang terkecil. Efek toleransi terjadi pada penggunaan
kebanyakan obat hipnotik, karena itu penggunaan obat ini tidak boleh lebih dari 1
bulan. . Rebound insomnia bisa terjadi jika penghentian obat dilakukan secara
mendadak. Untuk menghindari efek ini, digunakan obat dengan dosis kecil
dan tappering off.
Banyak di antara para penderita insomnia karena factor psikologis yang
menggunakan obat tidur untuk mengatasi insomnianya. Namun penggunaan yang
terus menerus tentu menimbulkan efek samping yang negative, baik secara fisiologis
(efek terhadap organ dan fungsi organ tubuh) serta efek psikologis. Logikanya,
insomnia yang disebabkan factor psikologis, berarti factor psikologis itu lah yang
harus di atasi, bukan symtomnya. Kalau kita hanya focus mengatasi simtom-nya
dengan minum berbagai obat tidur, maka ketika mata terbuka, masalah akan datang
kembali, bahkan akan dirasa lebih berat karena dibiarkan berlarut-larut tanpa solusi
pada akar masalah.
Perlu diketahui, bahwa keberhasilan terapi tergantung dari motivasi si penderita
untuk sembuh sehingga si penderita harus sabar, tekun dan bersungguh-sungguh
dalam menjalani sesi terapi. Selain itu, sebaiknya terapi yang dilakukan juga diiringi
dengan pemberian terapi keluarga. Hal ini disebabkan, dalam terapi keluarga, anggota
keluarga si penderita dilibatkan untuk membantu kesembuhan si penderita. Dalam
terapi keluarga, anggota keluarga si penderita juga diberi tahu tentang seluk beluk
kondisi si penderita dan diharapkan anggota keluarganya dapat berempati untuk
membantu kesembuhan si penderita.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian keperawatan pada masalah tidur dapat meliputi pengkajian khusus
masalah kebutuhan pola tidur antara lain:
a. Identitas
b. Umur
Pengkajian ini terkait dengan tumbuh kembang klien. pada umur usia tua tidur
kurang lebih 6 jam/hari.
c. Jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi pola tidur seseorang, kaum wanita
tidur lebih nyenyak dan bangun lebih sedikit pada malam hari dibandingkan
dengan pria. Wanita juga lebih bisa mengatasi efek kekurangan tidur yang
dialami. Pola tidur yang berbeda antara pria dan wanita juga membuat wanita
Lebih segar ketika bangun tidur.
d. Tinggi badan dan berat badan
Hal ini mempengaruhi gangguan pola tidur. Pada saat tidur, kadar melatonin
dalam tubuh bertambah, melatonin ini adalah pengatur hormon di mana hormon
pertumbuhan berperan sangat penting.
e. Lingkungan tidur klien
Bagaimana kondisi lingkungan tidur klien? Apakah kondisinya bising, gelap, atau
suhunya dingin?
f. Status emosi dan mental klien
Status emosi dan mental mempengaruhi terhadap kemampuan klien untuk istirahat
dan tidur.
2. Riwayat Tidur
Pengkajian riwayat tidur antara lain: kuantitas (lama tidur) dan kualitas tidur di siang
maupun malam hari, aktivitas dan rekreasi yang dilakukan sebelumnya, kebiasaan
sebelum ataupun pada saat tidur, lingkungan tidur, dengan siapa pasien tidur, obat
yang dikonsumsi sebelum tidur, asupan dan stimulan, perasaan pasien mengenai
tidurnya, apakah ada kesulitan tidur, dan apakah ada perubahan pola tidur.
3. Riwayat Kesehatan
a. Adanya keluhan saat istirahat tidur malam.
b. Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pola tidur.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Klien tampak lemas, wajah pucat, kesadaran compos mentis,perilaku dan tingkatb
energy pasien menurun, TD 110/90 mmHg, Nadi 90 x/m, Respirasi 22 x/m, Suhu
36,8°𝑐
1) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot bagian wajah
- Observasi penampilan wajah, dan tingkat energi pasien
- Adanya lingkaran hitam di sekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva
merah.
2) Lakukan inspeksi dan palpasi pada integumen
- Kulit tampak pucat
- Elastisitas berkurang
5. Penyimpangan Tidur
Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan auditorik, meningkatnya
kegelisahan, gangguan persepsi, halusinasi visul dan auditorik, bingung dan
disorientasi tempat dan waktu, gangguan koordinasi, serta bicara rancu, tidak sesuai,
dan Intonasinya tidak teratur.
6. KATZ Indeks
Termasuk/kategori yang manakah klien?
a. Mandiri dalam makan,kontinensia (BAK,BAB) menggunakan pakaian,pergi ke
toilet,berpindah dan mandi
b. Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas
c. Mandiri,kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain
d. Mandiri,kecuali mandi,berpakaian, dan satu fungsi lain
e. Mandiri,kecuali mandi,berpakaian,ke toilet dan satu fungsi lain
f. Mandi,kecuali mandi,berpakaian,ke toilet,berpindah dan satu fungsi lain
g. Ketergantungan untuk semua fungsi
7. Modifikasi dari Barthel Indeks
2. Minum 5 10 Frekuensi:
Jumlah:
Jenis:
9. Mengenakan pakaian 5 10
∑= ∑=
Score Total =
Interpretasi total :
a. Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10 : Kerusakan intelektual berat
b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam)
NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA
KOGNITIF MAKS. KLIEN
1. Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar :
□ Tahun
□ Musim
□ Tanggal
□ Hari
□ Bulan
Orientasi 5 Dimana kita sekarang berada?
□ Negara Indonesia
□ Propinsi Jawa Barat
□ Kota...
□ PSTW
□ Wisma...
2. Registrasi 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh pemeriksa)
1 detik untuk mengatakan masing masing
obyek. Kemudian tanyakan kepada klien
ketiga obyek tadi
□ Obyek
□ Obyek
□ Obyek
3. Perhatian dan 5 Minta klien untuk menghitung dari angka
Kalkulasi 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat
□ 93
□ 86
□ 79
□ 72
□ 65
4. Mengingat 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada No 2 (registrasi) tadi, bila
benar 3 point untuk masing masing obyek
Interpretasi hasil :
>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
<17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Pola Tidur b.d kecemasan (D.0055)
2. Nyeri Akut b.d kondisi pembedahan (D.0077)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Gangguan Pola Tidur (L.05045) Dukungan tidur (I.05174)
Pola Tidur Setelah dilakukan Observasi
b.d tindakan keperawatan - Identifikasi pola aktivitas
kecemasan selam …x24 jam dan tidur
ditandai diharapkan Pola Tidur - Identifikasi faktor
sering teratasi dengan penggangu tidur (fisik dan
terbangun Kriteria hasil: psikologis)
pada malam 1. Keluhan suli tidur - Identifikasi obat tidur
hari menurun dari 5 yang dikonsumsi
(D.0055) menjadi 1 Terapeutik
2. Keluhan sering - Modifikasi lingkungan
terjaga menurun (mis. Pencahayaan,
dari 5 menjadi 1 kebisingan, suhu, matras,
Keluhan istirahat dan tempat tidur) batasi
tidak cukup waktu tidur siang, jika
menurun dari 5 perlu.
menjadi 1 - Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal rutin
Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
- Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung supressor
terhadap tidur REM
Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, Boedhi, dan Martono, Hadi. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut)
Edisi 2. 2000. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Stockslager, Jaime L. 2007. Buku Saku Gerontik edisi: 2. Jakarta: EGC.
Stanley M, Patricia GB.2006 Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC
PPNI, T. p. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik
Edisi I Cetakan III (Revisi). jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasiaonal
Indonesia.