Anda di halaman 1dari 9

Nama: Putri Ayu Wirantika

Kelompok : 8

LAPORAN PENDAHULUAN INSOMNIA

LANDASAN TEORI POLA ISTIRAHAT

A. DEFINISI
Insomnia didefinisikan sebagai suatu persepsi dimana seseorang merasa tidak cukup
tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun orang tersebut sebenarnya memiliki
kesempatan tidur yang cukup, sehingga mengakibatkan perasaan yang tidak bugar sewaktu
atau setelah terbangun dari tidur .
Penderita insomnia berbeda dengan orang yang memang waktu tidurnya pendek (
short sleepers ), dimana pada short sleepers meskipun waktu tidur mereka pendek, mereka
tetap merasa bugar sewaktu bangun tidur, berfungsi secara normal di siang hari, dan mereka
tidak mengeluh tentang tidur mereka di malam hari.
Tidur tidak sekadar mengistirahatkan tubuh, tapi juga mengistirahatkan otak,
khususnya serebral korteks, yakni bagian otak terpenting atau fungsi mental tertinggi, yang
digunakan untuk mengingat, memvisualkan serta membayangkan, menilai dan memberikan
alasan sesuatu.
Tes yang pernah dilakukan terhadap beberapa ratus pria yang bersedia menjadi
sukarelawan untuk tidak tidur selama berhari-hari menunjukkan, setelah 4 - 8 hari, memang
tidak terjadi kemerosotan fisik yang berarti. Namun dalam 24 jam saja tidak tidur, gejala
gangguan mental serius sudah terlihat, seperti cepat marah, memori hilang, timbul halusinasi,
ilusi, dll. Meski begitu, dengan tidur kembali keesokan harinya semua gangguan itu hilang.
Malah ada ahli menyatakan, mendingan orang tidak makan dan minum daripada tidak tidur.
Tes laboratorium pada hewan menunjukkan, mereka bisa bertahan hidup tanpa makan dan
minum sampai 20 hari, tapi tidak tidur hanya bertahan tidak lebih dari lima hari.
Sejumlah ahli yang memonitor aktivitas tubuh menuju tidur menambahkan, saat
tidur pikiran dan otot-otot kita saling merangsang. Ketegangan otot menyebabkan korteks
terus aktif sedangkan ketegangan otak menyebabkan otot terus aktif. Kelelahan akan
mengurangi irama kerja otot, demikian juga di kala beristirahat, sehingga semua ini akan
menurunkan kegiatan dalam korteks.
Menurunnya aktivitas dalam korteks akan membiarkan otot-otot kita semakin rileks.
Begitu rangsangan antara pikiran dan otot menurun, kita akan mengantuk lalu tertidur. Selagi
tidur, jantung kita akan berdetak lebih lamban, tekanan darah menurun, dan pembuluh-
pembuluh darah melebar. Suhu badan turun sekitar 0,5oF (-17,5oC) tetapi perut dan usus tetap
bekerja. Sementara tidur, tubuh sekali-kali bergerak. Gerakan sebanyak 20 - 40 kali masih
dianggap normal. Terganggu insomnia berarti kerja pikiran dan otot tidak berjalan seiring.
Pikiran kita akan sulit tertidur bila otot masih tegang. Sebaliknya, akan sulit bagi otot untuk
tertidur jika pikiran masih terjaga, tegang, dsb.

B. ETIOLOGI
Beberapa factor yang merupakan penyebab Insomnia yaitu :
1. Faktor Psikologi :
Stres yang berkepanjangan paling sering menjadi penyabab dari Insomnia jenis kronis,
sedangkan berita-berita buruk gagal rencana dapat menjadi penyebab insomnia transient.
Problem Psikiatri
Depresi paling sering ditemukan. Jika bangun lebih pagi dari biasanya yang tidak
diingininkan, adalah gejala paling umum dari awal depresi, Cemas, Neorosa, dan gangguan
psikologi lainnya sering menjadi penyebab dari gangguan tidur.
Sakit Fisik
Sesak nafas pada orang yang terserang asma, sinus, flu sehingga hidung yang tersumbat dapat
merupakan penyebab gangguan tidur. Selama penyebab fisik atau sakit fisik tersebut belum
dapat ditanggulangi dengan baik, gangguan tidur atau sulit tidur akan dapat tetap dapat
terjadi.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang bising seperti lingkungan lintasan pesawat jet, lintasan kereta api, pabrik
atau bahkan TV tetangga dapat menjadi faktor penyebab susah tidur.
Gaya Hidup
Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak teratur, juga dapat
menjadi faktor penyebab sulit tidur.
3. Karena Kondisi Medis
Tiap kondisi yang menyakitkan atau tidak menyenangkan,sindroma apnea tidur, restless leggs
syndrome,faktor diet, parasomnia, efek zat langsung (drugs/alcohol), efek putus zat, penyakit
endokrin/metabolik, penyakit infeksi, neoplastic, nyeri/ketidaknyamanan,lesi batang
otak/hipotalamus, akibat penuaan.

C. Patofisiologi

D. KLASIFIKASI INSOMNIA
Adapun macam-macam dari tipe insomnia yaitu :
a. Insomnia sementara (transient)
Yakni insomnia yang berlangsung beberapa malam dan biasanya berhubungan dengan
kejadian-kejadian tertentu yang berlangsung sementara dan biasanya menimbulkan stress dan
dapat dikenali dengan mudah oleh pasien sendiri. Diagnosis transient insomnia biasanya
dibuat secara retrospektif setelah keluhan pasien sudah hilang. Keluhan ini kurang lebih
ditemukan sama pada pria dan wanita dan episode berulang juga cukup sering ditemukan,
faktor yang memicu antara lain akibat lingkungan tidur yang berbeda, gangguan irama
sirkadian sementara akibat jet lag atau rotasi waktu kerja, stress situasional akibat lingkungan
kerja baru, dan lain-lainnya. Transient insomnia biasanya tidak memerlukan terapi khusus
dan jarang membawa pasien ke dokter.
b. Insomnia jangka pendek
Yakni gangguan tidur yang terjadi dalam jangka waktu dua sampai tiga minggu.
Kedua jenis insomnia ini biasanya menyerang orang yang sedang mengalami stress, berada di
lingkungan yang ribut-ramai, berada di lingkungan yang mengalami perubahan temperatur
ekstrim, masalah dengan jadwal tidur-bangun seperti yang terjadi saat jetlag, efek samping
pengobatan.
c. Insomnia kronis
Kesulitan tidur yang dialami hampir setiap malam selama sebulan atau lebih. Salah
satu penyebab chronic insomnia yang paling umum adalah depresi. Penyebab lainnya bisa
berupa arthritis, gangguan ginjal, gagal jantung, sleep apnea, sindrom restless legs,
Parkinson, dan hyperthyroidism. Namun demikian, insomnia kronis bisa juga disebabkan
oleh faktor perilaku, termasuk penyalahgunaan kafein, alkohol, dan substansi lain, siklus
tidur/bangun yang disebabkan oleh kerja lembur dan kegiatan malam hari lainnya, dan stres
kronis.

E. MANIFESTASI INSOMNIA
a. Perasaan sulit tidur, bangun terlalu awal
b. Wajah kelihatan kusam
c. Mata merah, hingga timbul bayangan gelap di bawah mata
d. Lemas, mudah mengantuk
e. Resah dan mudah cemas
f. Sulit berkonsentrasi, depresi, gangguan memori, dan gampang tersinggung.

F. DAMPAK INSOMNIA
Berbagai dampak merugikan yang ditimbul dari insomni yaitu :
1. Depresi
2. Kesulitan untuk berkonsentrasi
3. Aktivitas sehari-hari menjadi terganggu
4. Prestasi kerja atau belajar mengalami penurunan
5. Mengalami kelelahan di siang hari
6. Hubungan interpersonal dengan orang lain menjadi buruk
7. Meningkatkan risiko kematian
8. Menyebabkan kecelakaan karena mengalami kelelahan yang berlebihan
9. Memunculkan berbagai penyakit fisik
Dampak insomnia tidak dapat di anggap remeh, karena bisa menimbulkan kondisi
yang lebih serius dan membahayakan kesehatan dan keselamatan. Oleh karenanya, setiap
penderita insomnia perlu mencari jalan keluar yang tepat (www.e-psikologi.com).

G. KOMPLIKASI INSOMNIA
a. Efek fisiologis. Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress, terdapat peningkatan
noradrenalin serum, peningkatan ACTH dan kortisol, juga penurunan produksi melatonin.
b. Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi , irritable,
kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
c. Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.
d. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat promosi
pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan keluarga.
e. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup lebih
sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit
yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau karena high
arousal state yang terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi
kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki
kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan
dengan orang normal.

H. PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan gangguan tidur selain menjelaskan, memastikan dan memberikan
saran juga mengoptimalkan pola tidur yang sehat, baik dari segi kualitas ataupun waktunya.
Terapi insomnia dapat dilakukan dengan menggunakan obat ataupun tanpa obat. Terapi
tersebut dapat berupa :
1. Psikoterapi
Keberhasilan mengatasi insomnia, sangat tergantung dari kemampuan pasien untuk santai
dan belajar bagaimana cara-cara tidur yang benar. Terapi perilaku bisa menyembuhkan
insomnia kronik dan terapi ini efektif untuk segala usia, terutama pada pasien usia tua.
2. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam memandang dirinya,
lingkungannya, masa depannya, dan untuk meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si
penderita merasa berdaya atau merasa bahwa dirinya masih berharga.
3. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si penderita insomnia.
4. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun pagi si penderita
secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan melarang si penderita untuk
tidur pada siang hari meski hanya sesaat.
5. Relaxation Therapy
Relaxation Therapy berguna untuk membuat si penderita rileks pada saat dihadapkan pada
kondisi yang penuh ketegangan.
6. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita yang tidak
menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.
7. Herbal
Bahan-bahan seperti valerian (untuk relaksasi otot), melatonin (untuk gangguan irama
sirkadian seperti jetlag). Melatonin menurunkan fase tidur laten, meningkatkan efisiensi tidur,
dan meningkatkan persentasi tidur REM (Rapid Eye Movement), dan chamomile (untuk
mengurangi kecemasan) banyak dipakai untuk terapi insomnia.
8. Terapi cahaya
Prinsip terapi ini adalah bahwa cahaya terang dapat mengurangi rasa mengantuk dan
kegelapan bisa menyebabkan mengantuk.
9. Farmakoterapi
Tujuan pengobatan dengan obat-obatan hipnotik bukan hanya untuk meningkatkan
kualitas dan durasi tidur, tapi juga untuk meningkatkan derajat kewaspadaan pada siang
harinya dan untuk menghilangkan hyperarousal state. Sayangnya, banyak dosis obat hipnotik
yang dibutuhkan untuk memperbaiki kualitas tidur pada malam hari juga menyebabkan
sedasi pada siang harinya. Untuk menghindari komplikasi ini, short acting benzodiazepine
dapat digunakan. Obat hipnotik long acting bisa mengganggu kualitas psikomotorik yang
bisa menyebabkan kecelakaan yang berhubungan dengan kendaraan bermotor Terapi dengan
obat-obatan hipnotik sedatif harus dimulai dengan dosis kecil dan untuk maintenancenya
menggunakan dosis efektif yang terkecil. Efek toleransi terjadi pada penggunaan kebanyakan
obat hipnotik, karena itu penggunaan obat ini tidak boleh lebih dari 1 bulan. . Rebound
insomnia bisa terjadi jika penghentian obat dilakukan secara mendadak. Untuk menghindari
efek ini, digunakan obat dengan dosis kecil dan tappering off.
Banyak di antara para penderita insomnia karena factor psikologis yang menggunakan
obat tidur untuk mengatasi insomnianya. Namun penggunaan yang terus menerus tentu
menimbulkan efek samping yang negative, baik secara fisiologis (efek terhadap organ dan
fungsi organ tubuh) serta efek psikologis. Logikanya, insomnia yang disebabkan factor
psikologis, berarti factor psikologis itu lah yang harus di atasi, bukan symtomnya. Kalau kita
hanya focus mengatasi simtom-nya dengan minum berbagai obat tidur, maka ketika mata
terbuka, masalah akan datang kembali, bahkan akan dirasa lebih berat karena dibiarkan
berlarut-larut tanpa solusi pada akar masalah.

Perlu diketahui, bahwa keberhasilan terapi tergantung dari motivasi si penderita untuk
sembuh sehingga si penderita harus sabar, tekun dan bersungguh-sungguh dalam menjalani
sesi terapi. Selain itu, sebaiknya terapi yang dilakukan juga diiringi dengan pemberian terapi
keluarga. Hal ini disebabkan, dalam terapi keluarga, anggota keluarga si penderita dilibatkan
untuk membantu kesembuhan si penderita. Dalam terapi keluarga, anggota keluarga si
penderita juga diberi tahu tentang seluk beluk kondisi si penderita dan diharapkan anggota
keluarganya dapat berempati untuk membantu kesembuhan si penderita.

LANDASAN TEORI ASKEP

A. PENGKAJIAN
1. Kaji riwayat tidur klien
- Apakah anda mengalami sakit kepala ketika bangun?
- Kapan pertama kali anda menyadari masalah ini?
- Sudah berapa lama masalah ini terjadi?
- Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk tertidur?
- Bagaimana pengaruh kurang tidur bagi anda?
2. Kaji pola tidur biasa
Seberapa jauh perbedaan tidur anda saat ini dari tidur anda yang dulu?
3. Kaji penyakit fisik, TTV
Apakah anda menderita penyakit fisik yang dapat mengganggu tidur anda?
4. Kaji terhadap peristiwa hidup yang baru terjadi
5. Kaji status emosional dan mental
6. Kaji rutinitas menjelang tidur
Seberapa jauh perbedaan tidur anda saat ini dari tidur anda yang dulu?
7. Kaji lingkungan tidur

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Masalah Kolaborasi
1. Gangguan pola tidur NOC: NIC :
b/d ketidakmampuan Kriteria hasil: - observasi kebutuhan tidur
Setelah dilakukan tindakan
mengatasi stres yang klien berdasarkan usia
keperawatan selama 2X24 jam, :
berlebihan - klien dapat mempertahankan pola - berikan terapi relaksasi untuk
tidur dalam batas rentang normal
mengatasi stres klien
6 jam
- ciptakan lingkungan yang
aman dan nyaman untuk klien
tidur
- anjurkan klien untuk berdoa
sesuai dengan agamanya
- kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat tidur
untuk membantu kebutuhan
tidur pasien
F. Daftar pustaka :
1. Potter dan Perry. 2009.Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta
2. Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika
3. Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta: EGC
4. oetjiningsih, I Gusti Ayu Trisna Windiani. Prevalensi dan Faktor Risiko Enuresis pada anak
Taman Kanak-Kanak di Kota madya Denpasar. http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/10-
3-2.pdf. [12 Desember 2012]

Anda mungkin juga menyukai