Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
1. Gigitan Serangga
Insect Bites adalah gigitan atau serangan serangga. Gigitan serangga
seringkali menyebabkan bengkak, kemerahan, rasa sakit (senut-senut), dan gatal-
gatal. Reaksi tersebut boleh dibilang biasa, bahkan gigitan serangga ada yang
berakhir dalam beberapa jam sampai berhari-hari. Bayi dan anak-anak lebih
rentan terkena gigitan serangga dibanding orang dewasa.
Insect bites adalah gigitan yang diakibatkan karena serangga yang menyengat
atau menggigit seseorang.
Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan atau serangan
gigitan serangga diantaranya adalah:
a. Reaksi alergi berat (anaphylaxis).
Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun dapat mengancam kehidupan dan
membutuhkan pertolongan darurat.
Tanda-tanda atau gejalanya adalah:
Terkejut (shock). Dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran
darah tidak mendapatkan masukan darah yang cukup untuk organ-
organ penting (vital)
Batuk, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau
kerongkongan/tenggorokan
Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan,
tapak kaki, dan selaput lendir (angioedema)
Pusing dan kacau
Mual, diare, dan nyeri pada perut
Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak
Gejala tersebut dapat diikuti dengan gejala lain dari beberapa reaksi.
b. Reaksi racun oleh gigitan atau serangan tunggal dari serangga.
Serangga atau laba-laba yang menyebabkan hal tersebut misalnya:
Laba-laba janda (widow) yang berwarna hitam
Laba-laba pertapa (recluse) yang berwarna coklat
Laba-laba gembel (hobo)
Kalajengking
c. Reaksi racun dari serangan lebah, tawon, atau semut api.
Seekor lebah dengan alat penyengatnya di belakang lalu mati
setelah menyengat. Lebah madu afrika, yang dinamakan lebah-
lebah pembunuh, mereka lebih agresif dari pada lebah madu
kebanyakan dan sering menyerang bersama-sama dengan jumlah
yang banyak
Tawon, penyengat dan si jaket kuning (yellow jackets), dapat
menyengat berkali-kali. Si jaket kuning dapat menyebabkan sangat
banyak reaksi alergi
Serangan semut api kepada seseorang dengan gigitan dari
rahangnya, kemudian memutar kepalanya dan menyengat dari
perutnya dengan alur memutar dan berkali-kali
d. Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan.
e. Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan.
f. Penyakit serum (darah), sebuah reaksi pada pengobatan (antiserum)
digunakan untuk mengobati gigitan atau serangan serangga. Penyakit
serum menyebabkan rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak
serta diiringi gejala flu tujuh sampai empat belas hari setelah penggunaan
anti serum.
g. Infeksi virus. Infeksi nyamuk dapat menyebarkan virus West Nile kepada
seseorang, menyebabkan inflamasi pada otak (encephalitis).
h. Infeksi parasit. Infeksi nyamuk dapat menyebabkan menyebarnya malaria.

2. Definisi gigitan binatang berbisa


Gigitan binatang berbisa adalah gigitan atau serangan yang di akibatkan oleh
gigitan hewan berbisa seperti ular, laba-laba, kalajengking, dll.
Ular yang berbisa memiliki ciri- ciri :
a. Bentuk kepala segiempat panjang
b. Gigi taring kecil
c. Bekas gigitan: luka halus berbentuk lengkungan
Sedangkan ciri-ciri ular tidak berbisa seperti :
a. Bentuk kepala segitiga
b. Dua gigi taring besar di rahang atas
c. Bekas gigitan: dua luka gigitan utama akibat gigi taring
Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut
bersifat:
a. Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal
karena paralise otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot
pernafasan, kardiovaskuler yang terganggu, derajat kesadaran menurun
sampai dengan koma.
b. Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim
lainnya atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin.
Perdarahan itu sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena
toksin. Manifestasi klinis: luka bekas gigitan yang terus berdarah,
haematom pada tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis, hematemesis,
gagal ginjal.
c. Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan
dengan mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan
ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
d. Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan
kerusakan otot jantung.
e. Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya
berakibat terganggunya kardiovaskuler.
f. Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di
jaringan pada tempat patukan
g. Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran
bisa.

B. Etiologi
a. Gigitan Serangga
Beberapa gigitan serangga bisa mengeluarkan racun berupa protein dan substansi
lain yang dapat mencetus reaksi alergipada korban gigitannya. Racun ini juga
akan menyebabkan merah dan bengkak di daerah gigitan. Lebah, tawon, dan
semut merah termasuk di dalam keluarga hymenoptera, yang gigitan/sengatannya
dapat menyebabkan reaksi serius bagi orang yang alergi terhadapnya.
Serangga menggigit/menyengat dengan cara yang berbeda-beda:
Ketika lebah menyengat ia kehilangan seluruh alat sengatnya (stinger) dan
akan mati setelah menyengat.
Sementara tawon dapat menyengat beberapa kali sebelum stinger-nya
terlepas.
Semut api melepaskan racun dengan menggigit menggunakan rahang
bawah dan memelintirkan badannya. Semut api bisa menggigit berkali-
kali.
Ulat bulu melepaskan racun yang terdapat pada rambut atau duri mereka
yang terlepas ketika tersentuh pada kulit.
Nyamuk menggigit menggunakan proboscis (organ berbentuk selang)
untuk menghisap darah. Beberapa spesies nyamuk sebagai vektor dari
berbagai macam penyakit.

b. Gigitan Binatang Berbisa


Terdapat 3 familiular yang berbisa, yaituElapidae, Hidrophidae,
danViperidae.Bisaulardapatmenyebabkanperubahanlokal, seperti edema
danpendarahan.Banyakbisa yang menimbulkanperubahanlokal,
tetapitetapdilokasipadaanggotabadan yang
tergigit.SedangkanbeberapabisaElapidaetidakterdapatlagidilokasigigitandalamwak
tu 8 jam.

Dayatoksikbisaular yang telahdiketahuiadabeberapamacam :


a. Bisaular yang bersifatracunterhadapdarah (hematoxic)
Bisaular yang bersifatracunterhadapdarah, yaitubisaular yang
menyerangdanmerusak (menghancurkan) sel-
seldarahmerahdenganjalanmenghancurkanstromalecethine
(dindingseldarahmerah), sehinggaseldarahmenjadihancurdanlarut
(hemolysin) dankeluarmenembuspembuluh-pembuluhdarah,
mengakibatkantimbulnyaperdarahanpadaselaput tipis (lender) padamulut,
hidung, tenggorokan, dan lain-lain.

b. Bisaular yang bersifatsaraf (Neurotoxic)


Yaitubisaular yang merusakdanmelumpuhkanjaringan-
jaringanselsarafsekitarlukagigitan yang menyebabkanjaringan-
jaringanselsaraftersebutmatidengantanda-
tandakulitsekitarlukagigitantampakkebiru-biruandanhitam
(nekrotis).Penyebarandanperacunanselanjutnyamempengaruhisusunansara
fpusatdenganjalanmelumpuhkansusunansarafpusat,
sepertisarafpernafasandanjantung.Penyebaranbisaularkeseluruhtubuh,
ialahmelaluipembuluhlimfe.

c. Bisaular yang bersifatMyotoksin


Mengakibatkanrabdomiolisis yang
seringberhubungandenganmaemotoksin.Myoglobulinuria yang
menyebabkankerusakanginjaldanhiperkalemiaakibatkerusakansel-selotot.

d. Bisaular yang bersifatkardiotoksin


Merusakserat-seratototjantung yang menimbulkankerusakanototjantung.

e. Bisaular yang bersifatcytotoksin


Denganmelepaskanhistamindanzatvasoaktifaminlainnyaberakibattergangg
unyakardiovaskuler.

f. Bisaular yang bersifatcytolitik


Zatini yang aktifmenyebabkanperadangandannekrose di
jaringanpadatempatgigitan.

g. Enzim-enzim
Termasukhyaluronidasesebagaizataktifpada penyebaranbisa.

C. Manifeastasi Klinis
a. Gigitan Serangga
Tanda, gejala, dan reaksi dari gigitan serangga berbeda-beda antara serangga yang
satu dan lainnya, serta berbeda antara korban yang satu dan lainnya.
Sebagian besar gigitan dan sengatan serangga menyebabkan: gatal, nyeri,
kemerahan, dan bengkak.
Kulit yang tergigit/tersengat bisa melepuh dan terinfeksi, menjadi lebih
buruk yang bisa mencetus cellulitis.
Gigitan semut merah bisa menyebabkan pustula (bentol seperti jerawat)
yang sangat gatal dan nyeri.
Bagi orang yang tidak alergi, bekas dan keluhan sengatan lebah baru
hilang dalam waktu 48 jam sampai 1 minggu, tergantung dari parahnya
sengatan.
Bila ada reaksi alergi, misalnya akibat sengatan lebah seseorang akan
merasakan: gatal-gatal, bersin, nafas memendek, sampai bisa tidak
sadarkan diri, dan dapat meninggal dalam 30 menit yang dikenal dengan
istilah reaksi anaphylaxis.
Sengatan jenis lebah hornet, bahkan dapat merusak jaringan otot,
menyebabkan gagal ginjal kemudian kematian.
Gigitan laba-laba bisa hanya menyebabkan reaksi lokal seperti melepuh,
tapi bisa juga menyebabkan reaksi sistemik seperti yang disebabkan oleh
black widow. Gejala sistemik dapat berupa sakit pada perut, mual, muntah,
sakit pada dada atau dada terasa tertekan, nafas berbunyi, nafas
memendek, sulit menelan dan berbicara, lemah sampai pingsan.
a. Gigitan Binatang Berbisa seperti ular:
Digigit oleh ular berbisa menghasilkan efek yang bervariasi dari luka gigitan yang
sederhana sampai sakit yang mengancam nyawa dan kematian. Hasil temuan pada
korban gigitan ular dapat menyesatkan. Seorang korban dapat tidak menunjukkan
gejala inisial dan kemudian tiba-tiba menjadi sesak nafas dan menjadi syok.
Gejala dan tanda gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa kategori
mayor :
Efek lokal : digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa dapat
menimbulkan rasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat
membengkak hebat dan dapat berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular
kobra juga dapat mematikan jaringan sekitar sisi gigitan luka.
Perdarahan : Gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia
dapat menyebabkan perdarahan organ internal seperti otak atau organ-
organ abdomen. Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah
spontan dari mulut atau luka yang lama. Perdarahan yang tak terkontrol
dapat menyebabkan syok atau bahkan kematian.
Efek sistem saraf : bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung
pada sistem saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama
secara cepat menghentikan otot-otot pernafasan, berakibat kematian
sebelum mendapat perawatan. Awalnya, korban dapat menderita masalah
visual, kesulitan bicara dan bernafas, dan kesemutan.
Kematian otot : bisa dari Russells viper (Daboia russelli), ular laut, dan
beberapa elapid Australia dapat secara langsung menyebabkan kematian
otot di beberapa area tubuh. Debris dari sel otot yang mati dapat
menyumbat ginjal, yang mencoba menyaring protein. Hal ini dapat
menyebabkan gagal ginjal.
Mata : semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai
mata korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan
sementara pada mata.
D. WOC

Gigitan Serangga

Gigitan serangga melepas antigen


dan direspon oleh sistem imun

Histamin Mengakibatkan lesi Serotinin Asam


Fomic/Kinin

Reaksi Immedite Reaksi Delayed Mengakibatkan


Mengakibatkan lesi mikrosis jaringan
yg lebih luas
Lesi timbul akibat
toksin yg dihasilkan
oleh gigitan Kerusakan
serangga Integritas Kulit

Pemeriksaan
a. Gigitan Serangga
Pemeriksaan Fisik :
Tanda Patognomonis :
Urtika dan papul timbul secara simultan di tempat gigitan,
dikelilingi zona eritematosa.
Di bagian tengah tampak titik (punktum) bekas tusukan/gigitan,
kadang hemoragik, atau menjadi krusta kehitaman.
Bekas garukan karena gatal.
Dapat timbul gejala sistemik seperti:
Takipneu
Stridor
Wheezing
Bronkospasme
Hiperaktif peristaltik
Dapat disertai tanda-tanda hipotensi orthostatic
Pada reaksi lokal yang parah dapat timbul eritema generalisata, urtikaria,
atau edema pruritus, sedangkan bila terdapat reaksi sistemik menyeluruh
dapat diikuti dengan reaksi anafilaksis.
Pemeriksaan Diagnostik :
Pemeriksaan pembantu lainnya yakni dengan pemeriksaan laboratorium
dimana terjadi peningkatan jumlah eosinofil dalam pemeriksaan darah.
Dapat juga dilakukan tes tusuk dengan alergen

b. Gigitan binatang berbisa ( ular )


Pada pemeriksaan darah dapat dijumpai hipoprototrombinemia,
trombositopenia, hipofibrinogenemia dan anemia
Pada foto rontgen thoraks dapat dijumpai emboli paru dan atau
edema paru

E. Komplikasi
a. Gigitan Serangga
Infeksi sekunder akibat garukan.
Bila disertai keluhan sistemik, dapat terjadi syok anafilaktik
hingga kematian.

b. Gigitan Binatang Berbisa ( Ular )


Syokhipovolemik
Edema paru
Kematian
Gagalnapas

F. Penatalaksanaan
a. Gigitan serangga
Prinsip penanganan kasus ini adalah dengan mengatasi respon
peradangan baik yang bersifat lokal maupun sistemik. Reaksi
peradangan lokal dapat dikurangi dengan sesegera mungkin
mencuci daerah gigitan dengan air dan sabun, serta kompres es.
Atasi keadaan akut terutama pada angioedema karena dapat terjadi
obstruksi saluran napas. Penanganan pasien dapat dilakukan di
Unit Gawat Darurat. Bila disertai obstruksi saluran napas
diindikasikan pemberian epinefrin sub kutan. Dilanjutkan dengan
pemberian kortikosteroid prednison 60-80 mg/hari selama 3 hari,
dosis diturunkan 5-10 mg/hari.
Dalam kondisi stabil, terapi yang dapat diberikan yaitu:
a) Sistemik
Antihistamin sedatif: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per
hari selama 7 hari atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama
7 hari.
Antihistamin non sedatif: loratadin 1 x 10 mg per hari
selama 7 hari.

b) Topikal
Kortikosteroid topikal potensi sedang-kuat: misalnya krim
mometason furoat 0,1% atau krim betametason valerat 0,5%
diberikan selama 2 kali sehari selama 7 hari.

b. Gigitan Binatang Berbisa ( Ular )


Penetalaksanaan
Pemasangan 2 jalur infus NS di kaki dan tangan
suntikan toksoit tetanus
diberikan serum anti bisa ular
- Polivalen : 2 vial @ 5 ml intravena dalam 500 ml
NaCl 0,9 % atau Dextrose 5% dengan kecepatan 40-80
tetes per menit. Maksimal 100 ml (20 vial)
- Monovalen

Tujuan penatalaksanaan pada kasus gigitan ular berbisa adalah


Menghalangi/ memperlambat absorbsi bisa ular
Menetralkan bisa ular yang sudah masuk ke dalam sirkulasi darah
Mengatasi efek lokal dan sistemik
BAB III
ASKEP

Kasus :
Tn.Y datang ke UGD diantar oleh keluarga. Keluarga mengatakan jika Tn.Y saat
menebangi pohon dibelakang rumah, digigit ular pada kaki kirinya. Tn.Y
mengeluh sesak nafas dan terasa panas disertai nyeri, badannya kaku semua serta
tampak kebiruan pada area gigitan. Beberapa saat itu pasien merasakan pusing
dan mata berkunang-kunang. Pada pemeriksaan fisik bagian kaki kiri klien
ditemukan bekas gigitan luka yang membengkak, serta didapatkan hasil TTV: TD
: 100/70 MmHg, RR :28 x/m, N : 110 x/m.

RESUME IGD

I. DATA UMUM

Nama : Tn. Y
No. Register : 201406
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Bahasa : Indonesia
Alamat : Desa Mojo, Kec. Mojo, Kab. Kediri
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : 1.500.000-3.000.000
Status : Kawin
Pendidikan Terakhir : SMA
Golongan Darah : A
Tanggal Pengkajian : 01Oktober 2017
Diagnosa Medis : Snake Bite
II. DATA DASAR

Keluhan Utama
Tn. Y mengeluh sesak nafas dan terasa panas disertai nyeri dan badannya
kaku semua.
Riwayat Penyakit Sekarang
Kaki kiri digigit ular terasa panas disertai sesak nafas. Setelah dilakukan
pemeriksaan ditemukan bekas gigitan luka yang membengkak.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keturunan ataupun menular.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak memiliki riwayat penyakit keturunan

III. Pemeriksaan Primer


A. Air Way
Jalan nafas bersih, Tidak terdengar adanya bunyi nafas ronchi.

B. Breathing
Peningkatan frekuensi nafas , Kelemahan otot pernafasan, Kesulitan bernafas,
RR 28x/menit, penggunaan otot bantu nafas

C. Circulation
Sakit kepala, berkeringat banyak, sianosis, CRT > 2 detik
TTV: TD : 100/70 mmHg, N : 110x/menit, S : 36 C

D. Disability
GCS : E3 V3 M5

E. Eksposure
Terdapat perdarahan pada luka gigitan ular, adanya edema pada luka
memar.
IV. Pemeriksaan Sekunder
Tingkat kesadaran :
GCS: E = 3 V = 3 M = 5

1. Kepala
I : rambut berwarna hitam, distribusi merata, tidak ada luka lebam pada
wajah, raut wajah menyeringai menahan sakit.
P : tidak ada nyeri tekan pada wajah

2. Leher
I : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada Pembesaran kelenjar
limfe dan tyroid, tidak ada kaku kuduk dan tidak ada luka.
P : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada nyeri tekan.

3. Thorax (dada)/ Paru dan Jantung


I : tidak ada kelainan bentuk dada, simetris, ada tarikan otot bantu nafas
P : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada krepitsi
P : suara paru ronchi, suara jantung pekak
A : suara nafas paru vesikuler, suara jantung S1,S2 tunggal

4. Abdomen
I : tidak terdapat lebam
A : bising usus lemah 14x/ menit
P : tidak adanya nyeri tekan
P : timpani

5. Ekstremitas
I : simetris, kekuatan otot lemah
P : tidak ada edema , ada nyeri area gigitan dan kebiruan

6. Genitallia dan Anus


I:-
P:-
P:-
A:-

7. Pemeriksaan Neurologis
Kesadaran composmetis (GCS 3,3,5)
V. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Pemeriksaan darah perifer lengkap PT, APTT, fibrinogen, elektrolit,
urinalisis, kadar urin serta kreatinin darah.

2. Radiologi
-

VI. Tindakan di Pelayanan Kesehatan


pemasangan 2 jalur infus NS di kaki dan tangan, suntikan toksoit tetanus dan
diberikan serum anti bisa ular

Diagnosa Keperawatan : ketidakefektifan pola nafas


Intervensi Keperawatan : 1.Berikan pemasangan O2
Implementasi : 1.Memberikan posisi semifowler

Evaluasi
S : Pasien mengatakan sesak nafas berkurang
O : KU : pasien masih tampak lemah , TD : 110/90 mmHg, N : 80x/menit,
S : 37 C, RR : 25 x/menit
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan diruangan

Anda mungkin juga menyukai