Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

FARINGITIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Anak Yang Diampu

Oleh Dr.Ns. Umi Solikhah, S.Kep., M.Kep

Oleh :

Mega Klaudia Putri L 1811010071

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020
A. Pengertian

Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa  tenggorokan.


Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan
adenoid.
Faringitis Akut yaitu radang tenggorok yang disebabkan oleh organisme virus hampir
70% dan streptokakus group A adalah organisme bakteri yang umum berkenaan dengan
faringitis akut yang kemudian disebut sebagai “streepthroat” (Brunner & Suddarth, 2001)
Faringitis akut merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua infeksi
akut pada faring, termasuk tonsilitis (tonsilofaringitis) yang berlangsung hingga 14 hari
dan merupakan peradangan akut membran mukosa faring dan struktur lain disekitarnya.
( Rahajoe, 2012)
B. Etiologi

Beberapa penyebab dari faringitis yaitu:

a.    Virus
Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis. Beberapa jenis virus ini yaitu:
- Rhinovirus
- Coronavirus
- Virus influenza
- Virus parainfluenza
- Adenovirus
- Herpes Simplex Virus tipe 1 dan 2
- Coxsackievirus A
- Cytomegalovirus
- Virus Epstein-Barr
- HIV
b.    Bakteri
Beberapa jenis bakteri penyebab faringitis yaitu:
- Streptoccocus pyogenes, merupakan penyebab terbanyak pada faringitis akut
- Streptokokus grup A, merupakan penyebab terbanyak pada anak usia 5 – 15 tahun
namun jarang menyebabkan faringitis pada anak usia <3 tahun.
- Streptokokus grup C dan G
- Neisseria gonorrheae
- Corynebacterium diphtheriae
- Corynebacterium ulcerans
- Yersinia enterocolitica
- Treponema pallidum
- Vincent angina, merupakan mikroorganisme anaerobik dan dapat menyebabkan
komplikasi yang berat, seperti abses retrofaringeal dan peritonsilar.
C. Manifestasi Klinis
Berdasarkan besar kecilnya anak maka manifestasi klinis penderita faringitis dapat dibagi menjadi
dua, yaitu:
1. Anak yang lebih kecil
a. Demam
b. Malaise umum
c. Anoreksia
d. Sakit tenggorok sedang
e. Sakit kepala
f. Hiperemia ringan sampai sedang
2. Anak yang lebih besar
a. Demam (dapat mencapai 400C)
b. Sakit kepala
c. Anoreksia
d. Disfagia
e. Nyeri abdomen
f. Muntah
g. Faring edema, merah ringan

D. Patofisiologi
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara
langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman
menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi
yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung
menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah
dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu
terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-
bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan
membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan iritasi
sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal.
Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan
pelepasan extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan
yang hebat karena fragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki struktur yang
sama dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan
kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena
fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi.

E. Pathways

Invasi kuman patogen Penyebaran


Faring & Tonsil
(bakteri/virus) limfogen

Tonsilitis Akut Proses Inflamasi

 F. Pemeriksaan penunjang


a. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan (sekitar
faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa
dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
b. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam
diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang
berharga.
c. Pemeriksaan Laboratorium
1). Sel darah putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi atau
inflamasi.
2). Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal di
luar paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.
G. Penatalaksanaan
1. Tata laksana umum
- Istirahat cukup dan pemberian nutrisi dan cairan yang cukup
- Pemberian obat kumur dan obat hisap pada anak yang lebih besar untuk mengurangi
nyeri tenggorokan
- Pemberian antipiretik, dianjurkan paracetamol atau ibuprofen
2. Terapi antibiotik
Pemberian antibiotik harus berdasarkna gejala klinis dugaan faringitis streptokokus dan
diharapkan didukung hasil rapid antigen detection test dan/ kultur positif dari usap
tenggorok. Antibioik empiris dapat diberikan pada anak dengan klinis mengarah ke
faringitis streptokokud, tampak toksik dan tidak ada fasilitas pemeriksaan laboratorium.
Golongan penisilin (pilihan untuk faringitis streptokokus) yaitu penisilin V oral 15-
30mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis selama 10 hari atau Amoksisilin 50mg/kgBB/hari
dibagi 2 selama 6 hari.

H. Asuhan Keperawatan
     1. Pengkajian
a. Data Dasar
 Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya,
dan sumber informasi).

 Identitas Penanggung ((nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan
pasien)

b. Riwayat Keperawatan, meliputi :

 Riwayat Kesehatan Sekarang

Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:

- Alasan masuk rumah sakit

- Pasien mengatakan terasa nyeri di leher dan mengatakan sakit saat menelan.

Keluhan utama:

- Pasien mengatakan nyeri dan merasa tidak nyaman pada daerah leher
- Pasien mengatakan mual dan muntah.

- Pasien mengatakan sakit saat menelan

Kronologis keluhan: Pasien mengeluh nyeri di leher

 Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang
berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien
mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan pernah menjalani
perawatan di RS

 Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang sama.

 Riwayat Psikososial dan Spiritual


Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit
pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping
terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut usia
saat ini, dan sistem nilai kepercayaan.

c. Pengkajian Fisik, meliputi :

- Keadaan Umum, yaitu dengan mengobservasi bentuk tubuh, warna kulit, kesadaran, dan
kesan umum pasien (saat pertama kali MRS)

- Gejala Kardinal, yaitu dengan mengukur TTV (suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi)

- Keadaan Fisik, yaitu melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dari kepala
sampai anus, tapi lebih difokuskan pada bagian leher

d. Pemeriksaan Penunjang, yaitu dari hasil pemeriksaan laboratorium dengan uji kultur dan uji
resistensi

     2. Diagnosa keperawatan


a. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada faring.
b. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada faring.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan
menelan.
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpajan informasi.
     3. Perencanaan Keperawatan

Rencana Keperawatan
N Diagnosa NOC / Tujuan NIC / Intervensi Rasional
o Keperawa
tan
1 Hipertermi Setelah dilakukan
. berhubung tindakanperawatan, a.       Kaji suhu badan setiap 2 jam.a.       Mengetahu
an dengan diharapakan suhu i suhu badan
inflamasi badan pasien normalb.      Anjurkan intake cairan dan anak
pada faring Termoregulasi nutrisi yang adekuat.
(0800)
Kriteria hasil : b.      Intake
         Suhu kulit c.       Beri kompres hangat cairan dan
normal misalnya  pada ketiak nutrisi dapat
         Suhu badan membantu
35,9°C-37,7°C mempercepat
          d.      Berikan obat antipiretik dalam proses
8.      pengeluaran
panas tubuh.
c.       Kompres
hangat dapat
membuka
pori-pori kulit
sehingga
mempercepat
proses
evaporasi.
d.      Obat
antipiretik
dapat
membantu
menurunkan
panas.
2 Nyeri akut Setelah dilakukan
. berhubun tindakankeperawataa.      Lakukanpengkajian nyerisecara.       Mengetahui
gan n, diharapkan nyeri akomprehensiftermasuk lokasi, tingkat
dengan berkurang dengan karakteristik, durasi, nyeritermasuk
inflamasi kriteria hasil frekuensi,kualitas dan faktor lokasi,
pada          Anak presipitasi. karakteristik,
faring melaporkan bahwa
b.      Ajarkan     tentang Tekniknon durasi,
nyeri berkurang farmakologi (seperti napas frekuensi,kual
         Anak dalam) itas dan
melaporkan faktor
kebutuhan tidur dan
c.      Berikananalgetik untuk meng presipitasi
istirahat tercukupi uranginyeri
         Anak mampu
menggunakan d.     Tingkatkan istirahat anak b.      Napas
metode non dalam
farmakologi merupakan
untuk mengurangi salah
nyeri. satu relaksasi
mengurangi
ketegangan
dan membuat
perasaan lebih
nyaman
c.       Analgetik
berguna untuk
mengurangi
nyeri
sehingga
pasien
menjadi lebih
nyaman
d.      Istirahat
dapat
merileksasika
n sehingga
dapat
mengurangi
nyeri
3 Ketidakefe Setelah dilakukana.     Kaji status pernafasan
a.       Dengan
. ktifan perawatan, (kecepatan, kedalaman, serta mengkaji
bersihan diharapakan pergerakan dada). status
jalan nafas bersihan jalan nafas pernafasan
berhubung efektif dengan maka akan
an dengan kriteria hasil: b.    Auskultasi adanya suara nafas diketahui
penumpuk         Anak tidak tambahan (mis : mengi, krekels) tingkat
an sekret batuk pernafasan
(sputum)          Anak dapat dan adanya
bernpas dengan lega kelainan pada
         RR (u = 3 sistem
tahun) = 20-30c.     Ajarkan pada klien untuk pernafasan.
x/menit berlatih nafas tambahan dalam
b.       Bunyi nafas
dan batuk efektif. bertambah
sering
terdengar
d.    Berikan klien minuman hangat pada waktu
sedikitnya 2500 cc/hari. inspirasi dan
ekspirasi pada
e.     Kolaborasi dengan tim dokter respon
dalam pemberian, terapi terhadap
pemberian expectorant dan pengumpulan
broncodilatos. cairan, sekret
kental dan
spasme jalan
nafas
obstruksi.
c.       Pernafasan
dalam
membatu
expansi paru
maximal dan
batuk efektif
merupakan
mekanisme
pembersihan
silla.
d.      Cairan
terutama yang
hangat
membantu di
dalam
mengencerka
n sekret
(bronkadilator
).
e.       Expectorant
membantu
mengurangi
spasme pada
bronchus
sehingga
pengeluaran
sekret
menjadi
lancar.

3 Ketidaksei Setelah dilakukan a.       Mengkaji pola makan pasiena.       Untuk


. mbangan tindakan ke- mengetahui
nutrisi perawatan selama b.      Memberikan makanan lunak masalah yang
kurang dari 2 x 24jam terjadi dan
kebutuhan kebutuhan nutrisi c.       Menganjurkan menjaga memudahkan
berhubung pasienterpenuhi den kebersihan oral/mulut menyusun
an dengan gankriteria hasil : rencana
kesulitan a.       Anak dapat kegiatan.
menelan menghabiskan 1 d.      Memberikan makanan dalam
b.      Mencukupi
porsi makanannya. porsi kecil tapi sering kebutuhan
b.      Berat bedan anak nutrisidan
normal mempermuda
-      h anak untuk
menelan
c.       Menghilan
gkan rasa
tidak enak
pada
mulut/lidah,d
an dapat
meningkatkan
nafsu makan
d.      Untuk
mencukupi
kebutuhan
nutrisi dan
mencegah
mual dan 
muntah
4 Defisiensi Setelah diberikan 1.      Mengkaji tingkat pengetahuan
1.      Mengetahui
. pengetahua asuhan keperawatan keluarga pasien tentang tingkat
n selama waktu yang penyakit anak dan pengetahuan
berhubung telah direncanakan, penangananya keluarga
an dengan diharapkanpengetah pasien tentang
kurangnya uan keluarga pasien2.      Beri KIE keluarga tentangcara penyakit anak
terpajan tentang imunisasi penanganan demam pada anak dan
informasi meningkat dengan seperti beri kompres hangat. penanganann
kriteria hasil: ya.
-       Keluarga pasien
mengerti tentang 2.      Menambah
penjelasan yang pengetahuan
diberikan keluarga dan
-       Keluaga pasien keluarga
tampak tenang mampu
memberi
kompres
hangat ketika
dirumah

DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, Gloria M, dkk (Ed). 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Edition. Missouri:
Elsevier.
unner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1. Jakarta : EGC.
arpenito, Lynda Jual. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 11. Jakarta: EGC
oenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
iaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan
ngel, Joyce. 2008. Pengkajian Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather (Ed). 2012. NANDA International: Nursing Diagnosis 2012-2014. Oxford: Wiley
Kusuma, Hardhi, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Yogyakarta :
Media Action Publlishing
ansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I FKUI : Media Aescukpius.
Moorhead, Sue, dkk (Ed). 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition. Missouri: Elsevier.
tter, Patricia A. 1956. Pengkajian Kesehatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai