Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENDERITA

“HIV/AIDS”

Oleh :

M. TAUFIK HIDAYATUALLAH (14.401.17.056)

SITI SOFIA (14.401.17.080)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2017/2018


LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan pada:

Hari:

Tanggal:

Judul: Asuhan Keperawatan pada pasien HIV/AIDS

Disusun oleh: M. Taufik hidayatuallah (14.401.17.056)

Siti sofia (14.401.17.080)

Dosen pengampuh

Keperawatan medikal bedah

(Firdawsyi Nuzula,S.Kp, M.Kes)

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan diseluruh dunia yaitu masih tingginya


transmisi infeksi, angka kesakitan dan angka kematian secara global. AIDS pertama
kali dilaporkan pada tahun1981 oleh pusat pengendalian dan pencegahan di amerika
serikat. Hampir 1 juta orang di america serikat didiagnosis dengan AIDS selama 25
tahun pertama. Lebih dari setengah juta orang america meninggal karena AIDS
selama seperempat abat pertama epidemi, dan lebih dari 400.000 orang america saat
ini hidup derngan AIDS. Kasus HIV di indonesia dilaporkan pertama kali pada tahun
1987 di Bali, dan sampai akhir tahun 2003 jumlah kasus yang dilaporkan sebanyak
4.091. jumlah kasus terbanyak di laporkan dari DKI Jakarta, di susul Papua, Jawa
timur, riau, dan Bali (noviana, 2013, hal. 3).

Ditanah Papua epidemi HIV sudah masuk ke dalam masyarakat (generalized


epidemic) dengan prevelensi HIV dipopulasi dewasa sebesar 2,4%. Beberapa tempat
lainnya revelensi HIV lebih 5% pada populasi. Penularan HIV yang meninkat melalui
jalur perental (ibu pada anaknya) diperkirakan pada akhir tahun 2015 akan terjadi
penularan HIV secara komulatif pada lebih dari 38,500 anak yang di lahirkan dari ibu
yang sudah terinfeksi HIV terutama di beberapa ibu kota provinsi. Apa bila dilihat
berdasarkan jenis kelamin kasus AIDS dilaporkan banyak ditemukan pada laki laki
yaitu 74,5%, dan pada perempuan 25% (noviana, 2013, hal. 4).

Penyebab penyakit AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok
retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh
manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi
patogan didalam darah, dan penularan masa perinatal.HIV terdapat dalam darah dan
cairan tubuh seseorang yang telah tertular, walaupun orang tersebut belum
menunjukan keluhan atau gejala penyakit. HIV hanya dapat ditularkan apabila terjadi
kontak langsung denagn cairan tubuh atau darah. Dosis virus memegang peranan yang
sanagt penting, makin besar jumlah virusnya maka makin besar juga kemungkinan
infeksinya. Jumlah virus yang banyak ada dalam darah, sperma, caiaran vagin, serviks

2
dan cairan otak. Dalam saliva, air mata, urin, keringat dan air susu hanya ditemukan
sedikit sekali (bararah, 2013, hal. 295)

Dari masalah diatas infeksi HIV/AIDS merupakan suatu penyakit dengan


perjalanan yang panjang dan hingga saat ini belum ditemukan obat uang efektif, maka
pencegahan dan penularan menjadi sangat penting terutama melalui pendidikan
kesehatn dan peningkatan pengetahuan yang benar mengenai patofisiologi HIV dan
cara penularannya yang dapat dicegah melalui pemberian penyuluhan kesehatan di
sekolah dan masyarakat, tidak gonta-ganti pasangan, memperbanyak fasilitas
pengobatan bagi pecandu obat terlarang akan mengurangi penularan HIV, penggunaan
jarum suntik bergantian, setiap wanita hamil sebaiknya sejak awal kehamilan
disarankan untuk tes HIV, WHO merekomendasikan pemberian imunisasi bagi anak
anak dengan infeksi HIV tanpa gejala dengan vaksin-vaksin EPI ( Expended
programme On Immunization ) (katiandagho, 2015, hal. 21-24).

B. Batasan masalah
Agar asuhan keperawatan ini lebih terarah maka penulis membatasi masalah yang ada
diasuhan keperawatan ini, meliputi: definisi,etiologi,manifestasi klinis, komplikasi
pada penyakit HIV/AIDS.

C. Rumusan masalah
1. apa devinisi dari penyakit HIV/AIDS ?
2. Bagaimana etiologi dari penyakit HIV/AIDS ?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit HIV/AIDS ?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit HIV/AIDS ?
5. Apa saja komplikasi dari penyakit HIV/AIDS ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan dari penyakit HIV?AIDS?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah kita mempelajari proses mata kuliah medikal bedah mahasiswa di harapkan
mampu memahami tentang konsep dari penyakit HIV/AIDS dan mampu
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang menderita penyakit HIV/AIDS.
2. Tujuan Khusus
- Mahasiswa diharapkan mampu memahami definisi dari penyakit HIV/AIDS.

3
- Mahasiswa mampu memahami bagaimana etiologi dari penyakit HIV/AIDS.
- Mahasiswa juga diharapakan mampu mengenali manifestasi klinis atau tanda dan
gejala dari penyakit HIV/AIDS.
- Mahasiswa juga diharapkan bisa mengerti dan memahami bagaimana
patofisiologi dari penyakit HIV/AIDS.
- Mahasiswa juga diharapkan untuk memahami bagaimana asuhan keperawatan
dari penyakit HIV/AIDS.
- Mahasiswa juga diharapkan mampu memahami komplikasi dari penyakit
HIV/AIDS.
- Mahasiswa juga diharapkan mengetahui bagaimana cara pencegahan dari
penyakit HIV/AIDS.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR HIV/AIDS


1. Definisi
AIDS adaalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas
seluler yang disebkan oleh retrofirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan
dimana kebanyakan pasien memerlukan perawatan medis dan perawatan canggih
selama perjalanan penyakit (bararah, 2013, hal. 295).
Aquered immune deficiency syndrome (AIDS), merupakan kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan oleh humanimmunodeficency virus (HIV). Virus HIV
ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina,
dan air susu ibu. Virus tesebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan
mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah
terjangkit penyakit infeksi (katiandagho, 2015, hal. 107).
Human immunodeficiencyvyrus (HIV) yaitu virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia, sedangakan aquired immunodeficiency syndrome
(AIDS) adalah sindrom kekebalan tubuh oleh infeksi HIV. Perjalanan penyakit ini
lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata timbul 10 tahun sesudah terjadinya infeksi,
bahkan dapat lebih lama lagi. Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama
melalui perantara darah, semen dan scret vagina. Sebagian besar (75%) penularan
terjadi melalui hubungan seksual (noviana, 2013, hal. 1).
2. Etiologi
Penyebab penyakit AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok
retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan tubuh
manusia. Penyakit ini dapat ditularkan melalui penularan seksual, kontaminasi
patogan didalam darah, dan penularan masa perinatal (bararah, 2013, hal. 295)
HIV terdapat dalam darah dan cairan tubuh seseorang yang telah tertular,
walaupun orang tersebut belum menunjukan keluhan atau gejala penyakit. HIV
hanya dapat ditularkan apabila terjadi kontak langsung denagn cairan tubuh atau
darah. Dosis virus memegang peranan yang sangat penting, makin besar jumlah

5
virusnya maka makin besar juga kemungkinan infeksinya. Jumlah virus yang
banyak ada dalam darah, sperma, caiaran vagin, serviks dan cairan otak. Dalam
saliva, air mata, urin, keringat dan air susu hanya ditemukan sedikit sekali. Tiga
cara penularan HIV/AIDS adalah sebagai berikut :
1) Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral maupaun anal dengan seseorang
pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi 80-90% dari total
kasus sedunia. Risiko pada seks anal lebih besar dari pada seks vaginal.
2) Kontak langsung dengan darah/produk darah/ jarum suntik:
a) Transfusi darah/produk darah yang tercemar HIV.
b) Pemakaian jarum tidak steril/ pemakain jarum bersama penderita HIV
c) Penularan lewat kecelakaan tersusuk jarum pada petugas kesehatan.
3) Secara vertikal, dari ibu hamil mengidap HIV kepada bayinya, baik selama
hamil, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan (katiandagho, 2015, hal. 19-
20).
3. Manifestasi klinik
1) Fase I : terinfeksi HIV
Rentang waktu sejak virus HIV masuk kedalam tubuh sampai antibodi terhadap
HIV menjadi positif disebut window period. Lama window period anatara 15
hari sampai 3 bulan. Dalam fase ini umumnya seseorang yang telah terinfeksi
masih tampak sehat-sehat saja, tanpa menunjukkan gejala-gejala apapun bahwa
ia telah tertular HIV, akan tetapi orang tersebut sudah menularkan virus HIV
pada orang lain (katiandagho, 2015, hal. 32)
2) Fase II : gejala-gejala mulai terlihat
Dalam fase ini umumnya gejala suadah mulai terlihat seperti hilangnya selera
makan, gangguan pada rongga mulut,tenggorokan,diare,pembengkakan
kelenjar, bercacak-bercak dikulit, demam serta keringat berlebih dimalam hari.
Gejala-gejala tersebut diatas belum dapat jadi patokan bahwa itu adalah AIDS,
karena itu masih gejala umum yang juga terjadi pada penyakit lain
(katiandagho, 2015, hal. 33)
3) Fase III : penyakit AIDS
Dalam fase ini HIV benar-benar menimbulkan AIDS. Sistem kekebalan tubuh
semakin menurun sehingga tidak ada lagi perlawanan tubuh terhadap penyakit-
penyakit yang menyerang, termasuk kanker dan infeksi (katiandagho, 2015, hal.
33)

6
4) Fase IV : penderita meninggal karena salah satu penyakit
Sebagaimana telah dipahami bahwa tanpa sistem kekebalan tubuh yang baik,
sulit bagi seseorang untuk mempertahankan hidupnya terhadap berbagai
penyakit pada tahapan AIDS (katiandagho, 2015, hal. 34)
4. Patofisologi
` HIV merupakan etiologi dari infeksi HIV/AIDS . penderita AIDS adalah
individu yang terinfeksi HIV dengan jumlah CD4< 200µL meskipun tanpa ada
gejala yang terlihat atau tanpa infeksi oportunistik. HIV ditularkan melalui kontak
seksual, paparan darah yang terinfeksi atau sekret dari kulit yang terluka dan oleh
ibu yang terinfeksi kepada janinya atau melalui laktasi.

secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan


CD4 a , yang bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosid ini, yang
mencangkup limfosid penolongan dan dengan peran kritis dalam mempertahankan
responsivitas imun, juga memperlihatkan pengurangan bertahap bersama dengan
perkembengan penyakit. Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan penurunan
sel CD4.

HIV secara istimewa menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4,


yang bekerja dengan reseptor viral.meskipun kemungkinan mencakup infeksi titik
sel CD4 itu sendiri; induksi apoptosis melalui antigen viral,yang dapat bekerja
sebagai superantigen; HIV dapat menginfeksikan jenis sel selain limfosid. infeksi
HIV pada monosit, tidak seperti infeksi limfosit CD4, tidak menyebabkan kematian
sel. Monosit yang terinfeksi dapat berperan sebagai reservoir virus laten tidak dapat
diinduksi, dan dapat membawa virus ke organ,terutama otak, patologi terkait HIV
melibatkan banyak organ, meskipun sering sulit untuk mengetahui apakah kerusakan
utama disebabkan oleh infeksi virus lokal atau komplikasi infeksi lain atau auto
imun.
Infeksi HIV basanya secara klinis tidak bergejala saat terakhir, meskipun
periode inkubasi atau interfal sebelum muncul gejala infeksi HIV, secara umum
lebih singkat infeksi perinatal dibandingkan pada HIV dewasa. Sebelum fase ini
gangguan regulasi imun sering tampak pada saat tes, terutama berkenaan dengan
fungsi B (bararah, 2013, hal. 297).

7
5. Pathway
- kontak dengan darah HIV masuk kedalam HIV berikatan
- kontak seks tubuh limfosit T,
- kontak ibu bayi monosit, makrofag

-
- neutropenia Neotrofil HIV berdifusi
dgn CD4

Integrasi DNA
Inti virus masuk
virus+prot pada T4
DNS RNA virus DNA
kedalam sitoplasma
(provirus)

RNA genom mRNA ditransiasi


dilepas ke
sitoplasma Prot. virus

Tunas virus

Virion HIV baru


terbentuk
(dilimfoit)
- CD8
AIDS Infeksi sel T lain
- Rangsangan
pembwnrtuka
Respon imun Defisiensi n sel B
pengetahuan
Penurunan IL- 2

Humoral Seluler
Intoleransi aktivitas

Sel B dihasilkan APC aktifkan CD 4


anti bodi spesifik Penurunan aktivitas
Terinfeksi virus (sel
T helper)

Diferensiasi
dalam plasma 8
Penurunan IGM Penurunan IL-12 Interferon gamma
dan IGG

Tidak mengintensifkan
Lawan CD 4 yang Pengarus tes sistem imun
terinfeksi ikatan pada tes
ELISA

CD 4

Sistem kekebalan Mudahnya transmisi


tubuh penularan Isolasi sosial

Gangguan harga
Sel rentan Rentan infeksi diri

Mutasi gen
Pengeluaran Aktifkan flora normal
Pembelahan sel mediator kimia
berlebihan
Resiko infeksi
Peningkatan (opportunistik)
Picu sel kanker
sitokinin

pironindogen

Set suhu tubuh oleh


Demam hipotalamus anterio

Ketidak efektivan
termoregulasi Menginfeksi paru-paru Saluran pencernaan

eksudat Mukosa teriritasi

Pelepasan asam amino

9
Metabolisme
Gangguan jalan nafas Inhalasi dan ekhalasi protein
tergabung BB<dari normal
Suplai O2
Ketidak efektifan
bersihan jalan nafas Ketidak
seimbangan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Difusi O2 terganggu Metabolisme sel
Bakteri mudah masuk
imun tak ada
Hipoksia ATP kelemahan

Peristatik
Sesak nafas Intoleransi
aktivitas
Absorbsi air

Ketidak Resiko keseimbangan Absorbsi nutrisi


efektifan pola eletrolit
nafas
(nurarif, 2013, hal. 16-17).

6. Komplikasi

a. Oral lesi
Karena kandidiasis, herpes simlek,sarcoma kaposi, HPV oral, gingifitis, HIV
leukoplakia oral,nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
Kandidiasis oral ditandai oleh bercak-bercak putih seperti krim dalam rongga
mulut. Jika tidak diobati, kandidiasasis oral akan berlanjut mengenai esofagus
lambung. Tanda dan gejala yang menyertai mencangkup keluhan menelan yang
sulit dan rasa sakit dibalik sternum (nyeri restrosternal).
b. Gastrointestinal
Wasting syndrome kini diikut sertakan dalam definisi kasus dan diperbarui untuk
penyakit AIDS. Kriteria diagnostiknya mencangkup penuruanan BB >10% dari
BB awal, diare yang kronis selama lebih dari 30 hari atau kelemahan yang kronis,

10
dan demam yang kambuh atau yang menetap tanpa adanya penyakit lain yang
dapat menjelaskan gejala ini
- Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,limpoma,dan
sarcoma kaposi. Dengan efek, penurunan BB, anureksia, demam, malabsorbsi,
dan dehidrasi.
- Hepatitis karena bakteri dan virus,limpoma, sarcoma kaposi, obat ilegal,
alkoholik. Dengan anureksia, mual muntah, nyeri abdomen, demam atritis.
c. Respirasi
Pneyumocystic carinii. Gejal nafas yang pendek, sesak nafas(dispnea), batuk-
batuk, nyeri dada, hipoksia, keletihan dan demam menyertai berbagai infeksi
oportununis.
d. Dermatologi
Lesi kulit stafilokus: virus herpes simplek dan zoster, dermatitis karena xerosis,
reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal, rasa
terbakar, infeksi skunder dan sepsis.
e. Sensorik
- Pandangan sarkoma kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata; retinitis
sitomegalovirus berefek kebutaan.
- Pendengaran: otitis eksternal akut dan otitis median, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri yang berhubungan dengan mielopati, minginitis dan reaksi-
reaksi obat (bararah, 2013, hal. 301-303).

B. Konsep asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien
HIV/AIDS bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan diseluruh dunia. Namun
kasus AIDS banyak ditemukan pada laki-laki yaitu 74,5% sedangkan
perempuan 25% dan sering menyerang pada usia produktif (antara 20-29
tahun) (noviana, 2013, hal. 4).
b. Riwayat kesehatan pasien
1) Keluhan utama
Keluhan yang sering terjadi seperti demam dan penurunan berat badan
>10% tanpa sebab disertai diare(Huda,2015,hal.10).
2) Riwayat kesehatan sekarang

11
Klien maerasakan sariawan yang tak kunjung sembuh, diare kronik
selama 1 bulan terus-menerus, demam berkepanjangan, sakit yang
dirasakan berpindah-pindah(Huda,2015,hal.10).
3) Riawayat kesehatan dahulu
a) Riwayat penyakit sebelumnya
Penurunan BB lebih dari >10% , diare kronik lebih dari 1 bulan,
demam lebih adri 1 bulan (kontinyu atau intermiten) (katiandagho,
2015, hal. 12)
b) Riwayat penyakit keluarga
HIV dapat ditularkan melalui janin ibu hamil maupun pemberian ASI
(bararah, 2013, hal. 295)
c) Riwayat pengobatan
Direkomendasikan penggunaan agens antiretrovirus untuk tercapai
awal infeksi HIV seperti efavirenz,indinavir, nelfinavir, netronavir
(barbara,2013,hal.1445).
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan pasien melemah (katiandagho, 2015, hal. 29)
2) Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : >100/60 mmHg
2. Suhu : >36oC
3. RR : >24x/menit
4. Nadi : >100x/menit
3) Body sistem
1. Pernafasan
Inspeksi: Batuk produktif/ non produktif, takipnea, distres pernafasan.
2. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi: Sianosis,hipotensi,edema perifer, takikardia.
3. Sistem gastrointestinal
Inspeksi: Diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan,BB
menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan,
Palpasi: nyeri tekan abdomen.
Auskultasi: bising usus hiperaktif
Perkusi: hyperytimpani (bararah, 2013, hal. 302)

12
4. Sistem integumen
Inspeksi: Munculnya bercak-bercak gatal diseluruh tubuh yang
mengarahkan kepada penularan HIV/AIDS menuju jarum suntik,
palpasi: turgor kulit jelek (katiandagho, 2015, hal. 30)
5. Sistem muskulokeletal
Inspeksi: Respon sistemik akan menyebabkan malaise, kelemahan fisik
(muttaqin,2010,hal.492).
6. Sistem endokrin
Inspeksi: Terdapat pembengkakan getah bening.
Palpasi:teraba pembesaran kelenjar getah bening
(joelgallant,2010,hal.21).
7. Sistem reproduksi
Inspeksi: Ibu menderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam
kandungan atau saat melahirkan atau melalui air susu ibu(nurarif &
kusuma,2015,hal.3).
8. Sistem neurologi
a) Sistem penglihatan
Inspeksi: Mata anemia, gangguan refleks pupil, vertigo.
b) Sistem pendengaran
Inspeksi: Kehilangan pendengaran dengan efek nyeri yang
berhubungan dengan mielopati,miningitis dan reaksi-reaksi otot
(bararah, 2013, hal. 302)
c) Sistem pengecapan
Inspeksi: Lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih/ perubahan
warna mucosa mulut (bararah, 2013, hal. 303)
9. Sistem imunitas
Inspeksi: Pasien dengan HIV cenderung mengalami penurunan imun
akibat rusaknya CD4.
10. Sistem pulmoner
Inspeksi: Batuk menetap lebih dari 1 bulan, bentuk dada barrel chest
(kusuma,2012,hal.3)
11. Sistem urologi
Inspeksi: Jamur berulang pada alat kelamin, lesi pada genetalia,
keputihan.

13
12. Sistem perkemihan
Inspeksi: Tidak mengalami perubahan pada produksi urine.
Palpasi: nyeri tekan abdomen.
Pemeriksaan penunjang
a) Tes untuk diagnosa infeksi HIV
1) ELISA (positif, hasil tes yang positif di pastikan denagn western
blot)
2) Wastern blot (positif)
3) P24 antigen test(positif untuk protein virus yang bebas)
4) Kultur HIV (positif, kalau dua kali uju kadar secara berturut-turut
mendeteksi enzim reverse transcriptase atau antigen P24 denagn
kadar yang meningkat)
b. tes untuk deteksi gangguan sistem imun
1) LED (normal namun perlahan-lahan akan mengaklmlami
penurunaan)
2) CD4 limfosit menurun (jika menurun akan mengakllami
penurunan kemampuan untuk bereaksi terhadap anti gen)
3) Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)
4) Serum mikroglobulin B2 ( meningkat bersamaan dengan
berlanjutnya penyakit)
5) Kadar immunoglobolin menurun (bararah, 2013, hal. 303)
penatalaksanaan
1) Pengobatan suportif
 Meningkatkan keadaan umum pasien
 Pemberian gizi yang sesuai
 Pemberian obat antivirus seperti golongan dideosinikleotid,
yaitu azidomitindn (AZT) yang dapat menghambat enzim RT
dengan berintegrasi ke DNA virus, sehingga tidak
terjaditranskip DNA HIV
 Dukungan psikososial (bararah, 2013, hal. 303)
2) Pencegahan
Program pencegahan HIV/AIDS akan lebihefektif bila dilakuakn
dengan komitmen masyarakat dan komitmen politik yang tinggi

14
untuk mencegah ataupun mengurangi perilaku resiki terhadap
penularan HIV, upaya pencegahan meliputi :
 Memberikan penyuluhan kesehatn disekolah dan di masyarakat
untuk tidak berganti-ganti pasangan.
 Tidak melakukan hubungan seks bebas atau menggunakan
kondom saat berhubungan
 Menganjurkan pada pengguna jarum suntik untuk menggunakan
metode dekontaminasi dan menghentikan penggunaan jarum
bersama
 Menyediankan fasilitas konseling HIV dimana identitas
penderita bisa dirahasiakan juga menyediakan tempat untuk
melakuakn pemeriksaan darah
 Untuk wanita hamil sebaiknya sejak awal kehamilan disrankan
untuk melakukan tes HUIV kegiatan rutin
 Semua donor darah harus di uji antibodi HIVnya (katiandagho,
2015, hal. 21-23)

2. Diagnosa keperawatan

1. Ketidak keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan


asupan oral
Definisi: asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
Penyebab:
a) Ketidak mampuan menelan makanan
b) Ketidak mampuan mencerna makanan
c) Ketidak mampuan mengabsorbsi nutrisi
d) Peningkatan kebutuhan metabolisme
e) Faktor ekonomi (mis: finansial tidak mencukupi)
f) Faktor psikologis (mis: stres,keengganan untuk makan)
Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif :
(tidak tersedia)
b) Objektif :

15
berat badan menurun minimal 10% dibawah rentan normal.
Gejala dan tanda minor
a) Subjektif :
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/ nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
b) Objektif :
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan melemah
4. Sariawan
5. Serum albumin turun
6. Rambut rontok berlebih
7. Diare

Kondisi klinis terkait


a) AIDS
b) Kanker
c) Kerusakan neuromuskular
d) Infeksi
e) Parkinson
f) Penyakit crohn’s (PPNI,2016,hal.56)
2. ketidak seimbangan suhu tubuh
Definisi : suhu tubuh meningkat di atas rentan normal tubuh.
Penyebab :
a) Dehidrasi
b) Terpapar lingkungan panas
c) Proses penyakit ( mis. Infeksi,kanker)
d) Ketidak sesuain pakaian dengan suhu lingkungan
e) Peningkatan laju metabolisme
f) Respon trauma
g) Aktivitas berlebihan
h) Penggunaan inkubator
Gejala dan tanda mayor
16
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
a) Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
a) Kulit merah
b) Kejang
c) Takikardi
d) Takipnea
e) Kulit terasa hangat

Kondisi klinis terkait

a) Proses infeksi
b) Hipertiroid
c) Stroke
d) dehidrasi
e) trauma

3. ketidak efektifan bersihan jalan nafas berdasarkan pnemonia carinii (PCVP)


peningkatan sekresi bronkus dan penurunan kemampuan untuk batuk
menyertai kelemahan serta keadaan mudah letih

Definisi : ketidak mampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi saluran


nafas untuk mempertahankan agar jalan napas tetap paten.

Penyebab:

fisiologis

a) Spasme jalan nafas


b) Hiper sekresi jalan nafas
c) Disfungsi neuromoskuler
d) Benda asing dalam jalan nafas

17
e) Adanya jalan nafas buatan
f) Sekresi yang bertahan
g) Hiperplasia dinding jalan nafas
h) Proses infeksi
i) Respon alergi
j) Efek agen farmakologis (mis. anastesi)
Situasional
a) Merokok aktif
b) Merokok pasif
c) Terpajan polutan
Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
(Tidak tersedia)
Objektif :
a) Batuk tidak efektif
b) Tidak mampu batuk
c) Sputum berlebih
d) Mengi, wheezing dan ronkhi kering
e) Mekonium dalam jalan nafas
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
a) Dipnea
b) Sulit bicara
c) Ortopnea
Objektif :
a) Gelisah
b) Sianosis
c) Bunyi nafas menurun
d) Frekuensi nafas berubah
e) Pola nafas berubah
Kondisi klinis terkait :
a) Depresi sistem saraf pusat
b) Cedera kepala
c) Stoke

18
d) Infeksi saluaran nafas

4. Risiko ketidak seimbangan cairan


Definisi :
Berisiko mengalami penurunan peningkatan atau percepatan perpindahan
cairan dari intravaslkuler, interstisial atau intarseluler
Faktor resiko :
a) Prosedur pembedahan mayor
b) Trauma/ perdarahan
c) Luka bakar
d) Asites
e) Peradanag pangkreas
f) Penyakit ginjal dan kelenjar
Kondisi terkait :
a) Prosedur pembedah mayor
b) Penyakit ginjal dan kelenjar
c) Perdarahan
d) Luka bakar
5. pola nafas tidak efektif
Definis :
Inspirasi dan ekspirasiu yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Penyebab :
a) Depresi pusat pernafasan
b) Hambatan upaya nafas (mis. Saat bernafas k;emahan otot pernafasan)
c) Deformitas dinding dada
d) Deformitas tulang dada
e) Gangguan neoromuskular
f) Gangguan neorologis
g) Penurunan energi
h) Obesitas
i) Posisitubuh menghambat ekspensi paru
j) kecemasan
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif :

19
a) dispnea
objektif :
a) penggunaan otot bantu pernafasan
b) fase ekspirasi memanjang
c) pola nafas abnormal (mis. takipnea)
Gejala dan tanda minor :
Subjektif :
a) ortopnea
objektif :
a) pernafasan pursep-lip
b) pernafasan cuping hidung
c) diameter thoraks anterior-posterior meningkat
d) ventilasi semenit menurun
e) kapasitas vital menurun
f) tekanan ekspirasi menurun
g) tekan inspirasi menurun
Kondisi klinis terkait :
a) Depresi sistem saraf pusat
b) Cidera kepala
c) Trauma thoraks
d) Stoke
e) Multiple sclerosis
f) Intoksikasi alkohol
4. Intervensi keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan akumulasi
skret.
Tujuan/kriteria hasil
Contoh mengguankaan bahasa NOC
a) Menunjukakn pola nafas yang efektif yang dibuktikan oleh pencegahan
aspirasi ; status pernafasan: kepatenan jalan nafas; dan status pernafan
:ventilasi tidak terganggu
b) Menunjukakn status pernafasan : kepatenaan jalan nafas, yang
dibuktikan oleh indikator gangguan sebagai berikut : gangguan ekstrim,
berat, sedang,ringan, atau tidak ada gangguan :

20
- Kemudahan bernafas
- Frekuensi dan irama pernafasan
- Pergerakan sputum keluar dari jalan nafas
- Pergerakan sumbutan keluar dari jalna nafas
Contoh lain :
Pasien akan
- Batuk efektif
- Mengeluarkan sekret
- Mempunyi jalan nafas paten
- Pada pemeriksaan auskultasi memiliki suara nafas yang jernih
- Mempunyai irama dan frekuensi pernafasan yang dalam rentan normal
- Mempunyai fungsi paru dalam batas normal
- Mampu mendeskripsikan rencanaperawatan untuk dirumah

Intervensi NIC
- Manejemen jalan nafas : memfasilitasi kepatenan jalan udara
- Pengisapan jalan nafas : mengeluarkan sekret dari jalan nafas dengan
memasukan sebuah katerer penghisap kedalam jalan nafas oral atau
trakea
- Kewaspadaan aspirasi : mencegah atau meminimalkan faktor resiko pada
pasien yang berisiko mengalami aspirasi
- Menajemen asma : mengidentifikasi,menangani dan mencegah reaksi
inflamsi/kontriksi dalam jalan nafas.
- Menagatur posisi : mengubah posisi pasien atau bagian tubuh pasien
secara sengaja untuk menfasilitasi kesejahteraan fisilogis dan psikologis.
Aktivitas keperawatan
a) Pengkajian
Kaji dan dokumentasikan hal berikut ini
- Keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain
- Kefektifan obat resep
- Kecenderunagn pada gas darah arteri jika tersedia
- Frekuensi kedalaman dan upaya pernafasan

21
- Faktor yang berhubungan seperti nyeri, batuk tidak efektif,
mukus kental,dan keletihan.
Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui
penurunan atau ketiadaan ventilasi dan adanya suara nafas
tambahan.
Pengisapan jalan nafas (NIC)
- Tentukan pengisapan oral atau trakea
- Pantau status oksigen pasien (tingkat SaO2 dan SfO2) dari status
hemodinamik (tingkat MAP [ meanareterian pressure] dan irama
jantung )
- Catat jenis dan jumlah sekret yang dikumpulkan .
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
- Jelasan penggunaan yang benar peralatan pendukung (mis. Oksigen,
mesin penghisapan)
- Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang larangan merokok didalam
ruang perawatan, beri penyuluhan tentang pentingnya berhenti
merokok.
- Intruksikan pada paien tentang batuk dan teknik nafas dalam untuk
memudahkan pengeluaran sekret.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang kamna perubahan pada sputum,
seperti waran,karakter, jumlah, dan bau.
Aktivitas kolaborasi
- Rundingkan dengan ahli terapi pernafasan, jika perlu
- Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau
peralatan pendukung
- Berikan oksigen yang telah difungidifikasi sesuai dengan kebijakan
institusi
- Lakukan atau bantu dalam nebulizer
- Beritahau dokter tetang hasil darah yang abnormal
2) Ketidak efektifan pola nafas
Definisi
Inspirasi dan ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang ade kuat
Tujuan/ kriteria hasil

22
Contoh menggunakan bahasa NOC
- Menunjukkan pola pernafasan efektif, yang dibuktikkan oleh status
pernafasan: status fentilasi dan pernafasan yang tidak terganggu:
kepstenan jalan nafas, dan tidak ada penyimpangan tanda vital dari
rentan normal
- Menunjukkan status pernafasan ventilasi tidak terganggu, terbuktikan
oleh indikator gangguan sebagai berikut: gangguan ekstrim, berat,
sedang, ringan, tidak ada gangguan: kedalaman inspirasi dan
kemudahan bernafas, ekspansi dada simetris
- Menunjukan adanya gangguan status pernafasan: fentilasi, yang
dibutuhkan oleh indikator sebagai berikut: penggunaan otot eksesorius,
suara nafas tambahan, pendek nafas.

Intervensi NIC
- Manajemen jalan nafas : memfasilitasi kepatenan jalan nafas
- Pengisapan jalan nafas : mengeluarkan sekret jalan nafas dengan cara
memaksukkan kateter penghisap kedalam jalan nafas oral/ trakea
pasien
- Manajemen anavilaksis : meningkatkan ventilasi dan perkusi jaringan
yang adekuat untuk individu yang mengalami reaksi alergi berat
- Penyapihan ventilator mekanis : membantu pasien untuk bernafas tanpa
bantuan ventilator mekanis
- Pemantauna pernafasan :mengumpulkan dan menganalisis data pasien
untuk memastikan kepatenan jalan nafas dan pertukaran gas yang
adekuat
- Pemantauan tanda vital
Aktivitas keperawatan
pengkaian
- Pantau adanya pucat dan sianosis
- Pantau efek obat pada status pernfasan
- Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi di sangkar iga
- Kaji kebutuhan insersi jalan nafas

23
- Observasi dan dokumentasi ekspensi dada bilateral pada pasien yang
terpasang ventilator
- Pantau pernafasan (NIC) : kecepatan, irama, kedalaman, dan upaya
pernafasan, perhatikan pergerakan dada amati kesimetrisan dan pantau
pernafasan seperti mendengkur
Penyulahan ke pasien/keluarga
- Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi
untuk memperbaiki pola pernafasan uraikan teknik
- Diskusikan perencanaan untuk perawatan di rumah, meliputi
pengobatan, peralatan pendukung.
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa tidak boleh merokok
dalam ruangan
- Intrusikan kepada pasien dan keluarga bahwa mereka harus memberi
tahu perawat pada saat terjadi ketidak efektifan pola pernafasan
Aktifitas kolaboratif
- Konsultasi dengan ahli terapi ahli pernafasan untuk memastikan
keadekuatan fungsi ventilator mekanis
- Laporksan perubahan sensori, bunyi nafas, pola pernafasan, nilai
GDA, sputum.
- Berikan obat (mis. bronkodilator)
- Berikan terapi nebulezer ultrasonik
- Berikan obat nyeri untuk mengoptimalkan pernafasan
3) Kekurangan volume cairan
Definisi
Penurunan cairan intravaskuler, intertisial, atau intra sel. Diagnosa ini
menunjukan pada dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan saja tanpa
perubahan kadar natrium
Tujuan/ kriteria hasil
Contoh mengunakan bahasa NOC
- Kekurangan volume cairaan akan teratasi, dibuktikan oleh keseimbangan
cairan, keseimbangan elektrolit dan asam basa, hidrasi yang adekuat, dan
status nutrisi.

24
- Keseimbangan elektrolit dan asam basa akan dicapai, dibuktikan oleh
indikator gangguan berikut: frekuensi nadi dan irama jantung apikal,
frekuensi dan irama nafas.
Intervensi NIC
- Manajemen asam-basa : meningkatkan asam-basa dan mencegah
komplikasi akibat ketidakseimbangan asam-basa.
- Manajemen elektrolit : meningkatkan keseimbangan eletrolit dan
mencegah komplikasi akibat dari kadar elektrolit serum yang ridak
normal
- Manajemen cairan: meningkatkan keseimbangan cairan
- Pemantauan eletrolit
- Pemantauan cairan
- Terapai intravena: memberikan dan memantau cairan dan obat intravena
- Manajemen nutrisi: menyediakan asupan nutrisi dan cairan dalam asupan
dietb seimbang.
Aktivitas keperawatan
Pengakajian
- Pantau jumlah dan frekuensi kehilangan cairan
- Observasi khususnya pada kehilangan cairan yang tinggi elektrolit
(mis.Diare, drainase luka dll)
- Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan.
- Kaji adanya vertigo atau hipotensi postural
- Kaji orientasi terhadap orang,tempat, dan waktu
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
- Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat bila haus.
Aktivitas kolaboratif
- Laporkan dan catat haluaran kurang dari...... ml
- Laporkan dan catat haluaran lebih dari.........ml
- Manajemen cairan (NIC) : atur kesediaan produk darah untuk tranfusi,
berikan terapi IV sesuai program.
4. hipertermia
Definisi
Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal.

25
Tujuan/kriteria hasil
Contoh menggunakan bahasa NOC
- Pasien akan menunjukan termoregulasi, yang dibuktikan oleh indikator
gangguan sebagai berikut: berkerinagt saat panas, denyut nadi
radialis,Frekuensi pernafasan.
- Pasien akan menunjukan termoregulasi, yang dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut : peningkatan suhu kulit, hpertermia,dehidrasi, mengantuk.
Intervensi NIC
- Terapi demam : penatalaksanaan pasien yang mengalami hiperperiksia
akibat faktor selain lingkungan.
- Kewaspadaan hipertermia maligna : pencegahan atau penurunan respons
hipermetabolik terhadap obat-oabt farmakologis yang digunakan selama
pembedahan.
- Regulasi suhu : mencapai atau mempertahankan suhu tubuh rentang
normal
- Pemantauan tanda viatal
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
- Pantau aktivitas kejang
- Pantau hidrasi (mis.turgor kulit, kelembapan membran mukosa)
- Pantau tekanan darah,denyut nadi, dan frekuensi pernafasan
- Kaji ketepatan jenis pekaian yang digunakan, sesuai denagn suhu
lingkungan.
- Regulasi suhu: panatau suhu minimal setiap dua jam.
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
- Ajarkan pasien/keluarga dalam mengukur suhu tubuh untuk mencegah
dan mengenali secara dini hipertermia (mis. Sangat panas, dan keletihan
akibat panas)
- Regulasi suhu (NIC): ajarkan indikasi keletuhan akibat panas dan tindakan
kedaruratan yang diperlukan.
Aktivitas kolaborasi
- Regulasi suhu NIC: berikan obat antiperitik, gunakan matras dingin
mandi air hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh.

26
5. Nutrisi, kesiapan untuk meningkatkan
Definisi
Pola asupan nutrisi yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik
dan dapat ditingkatkan.
Tujuan/ keriteria hasil
Contoh mengunakan bahasa NOC
- Menunjukan status nutri: yang dibuktikan oleh indikator berikut: sangat
menyimpang, menyimpang, cukup menyimpang,sedikit menyimpang, atau
tidak menyimpang dari rentang normal: asupan gizi, asupan makan,
asupan cairan, rasio BB/ TB , energi.
Intervensi NIC
- Manajemen nutrisi: membantu atau menyediakan asupan makanan dan
cairan dan diet seimbang.
- Konseling nutrisi: memberi bantuan dengan proses interaktif yang
berfokus pada kebutuhan terhadap modifikasi diet.
- Penyuluhan: individu: membuat perencanaan, implementasi, dan evaluasi
program penyuluhan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan khusus
pasien
- Penyuluhan: program diet: mempersiapkan pasien untuk bener-bener
mematuhi pola diet yang diprogramkan
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
- Pantau adanya fokus resiko kenaikan atau penurunan berat badan
- Kaji perencanaan untuk memperbaiki diet
- Konseling nutrisi (NIC):Tentukan asupan makanan dan pola makanan
pasien,Fasilitas identifikasi prilaku makan yang akan diubah,Diskusikan
bersama pasien tentang makanan kesukaan dan yang tidak disukai
- Tentukan berat badan pasien yang ideal
- Tentukan presentase lemak tubuh pasien yang ideal
- Ajarkan pasien untuk menimbang berat badan dalam interval yang sesuai.
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
- Berikan informasi mengenai sumber di kumonitas yang tersedia, seperti
konseling dietprogram latihan fisik.

27
- Tekanan faktor kebiasaan, kebudayaan, dan faktor keturunan yang dapat
mempengaruhi berat badan.
- Diskusikan pentingnya untuk mempertahankan berat badan yang sehat.
- Beriakn informasi mengenai bagaimana membeili, mengolah, menyimpan
makanan yang bergizi.

28
DAFTAR PUSTAKA

bararah, T. (2013). Asuhan keperawatan. jakarta: prestasi pustaka.

katiandagho, d. (2015). epidemiologi HIV-AIDS. BOGOR: IN MEDIA.

noviana, n. (2013). kesehatan reproduksi & HIV-AIDS. jakarta: cv.trans info media.

nurarif, a. h. (2013). diagnosa medis & NANDA NIC-NOC. jakarta: mediaction.

29

Anda mungkin juga menyukai