Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN KEPEAWATAN MATERNITAS

DENGAN KANKER CERVIKS DI RUANG POLI KANDUNGAN


RSD DR. SOEBANDI JEMBER

Disusun oleh:
LIYA MEGA KRISTANTI
14.401.17.052

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


D-III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
TAHUN 2019
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Kanker Serviks
Kanker servik adalah penyakit akibat tumor ganas padadaerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol
dan merusak jaringan normal sekitarnya[ CITATION Ami16 \l 1057 ]
Kanker servik adalah keganasan dari serviks yang ditandai dengan adanya
perdarahan lewat jalan lahir dimana tanda dan diagnosis pasti bisa ditegakan
dengan papsmear [ CITATION Rah15 \l 1057 ]
2. Etiologi Kanker Serviks
Penyebab terjadinya kelainan pada sel – sel serviks tidak diketahui
secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh
terhadap terjadinya kanker serviks :
1. HPV (Human Papiloma Virus)
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (kandiloma akumota) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya
adala HPV tipe 16,18,45, dan 56
2. Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan
tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.
4. Berganti – ganti pasangan seksual.
5. Suami atau pasangan seksual melakukan hubungan seksual pertama
pada usia dibawah 18 tahun, berganti – ganti pasangan dan pernah
menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks.
6. Pemakaian DES (Dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940 – 1970)
7. Gangguan sistem kekebalan
8. Pemakaian pil KB
9. Infeksi herpes genetalis atau infeksi klamidi menahun.
10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap smear
secara rutin)[ CITATION Ami16 \l 1057 ]
3. Manifestasi Kanker Serviks
Infeksi HPV dan kanker serviks pada tahap awal berlangsung tanpa
gejala. Bila kanker sudah mengalami progresivitas atau stadium lanjut,
maka gejalanya berupa:
a. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh,
terkadang bercampur darah
b. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala serviks 75-80%
c. Perdarahan spontan, perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh
darah dan semakin lama semakin sering terjadi
d. Perdarahan pada wanita usia menopouse
e. Anemia
f. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang
menyebabkan obstruksi total
g. Perdarahan vagina yang tidak normal
1. Perdarahan di antara periode reguler mensturasi
2. Periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya
3. Perdarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan panggul
h. Nyeri
1. Rasa sakit saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam
berkemih, nyeri di daerah sekitar panggul
Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi
pembekakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dsb [ CITATION
Rah15 \l 1057 ]

4. Klasifikasi
Stadium Kanker Serviks menurut FIGO 1978
Tingka Kriteria
t
0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
Ia Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor
sudah stroma tidak >3mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh
limfe atau pembuluh darah.
Ib Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan
histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas vagina
dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul
II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat tumor
II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding
panggul
III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak
dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah infiltrat
antara tumor dengan dinding panggul.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mokusa
rektum dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul
ketempat yang jauh
IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah
keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi
IV b Telah terjadi metastasi jauh.
[ CITATION Ami16 \l 1057 ]
5. Patofisiologi Kanker Serviks
Penyebab langsung Karsinoma Uterus belum diketahui. Factor
ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks uteri
adalah smegma, infeksi virus human papilloma virus (HPV), dan
spermatozoa. Karsinoma Serviks Uteri timbul disambungan
skoamokolumner serviks. Factor resiko yang berhubungan dengan
karsinoma serviks ialah prilaku seksual berupa mitra seks multiple, paritas,
nutrisi, rokok, dan lain-lain [ CITATION Has17 \l 1033 ].
Factor-faktor resiko kejadian kanker serviks adalah pasangan sekual
lebih dari 1 oarang, riwayat peralinan usia dini, pemanjangan terhadap
human papilloma virus (HPV), infeksi HIV, merokok, dan pemanjanan
terhadap dietilstilbestrol (DES) in utero [ CITATION Has17 \l 1033 ].
Proses perkembangan Ca Serviks lambat, diawali dengan adanya
displasia yang perlahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila
ada aktifitas regresi epitel yang meningkat, trauma mekanik dengan
kimiawi, infeksi viru dan bakteri, dan gangguan keseimbangan hormone
dalam 7-10 tahun. Perkembangan tersebut menjadi bentuk invasive,
karsinoma in situ yang diawali dengan fase statis. Dari bentuk pre invasife,
karsinoma berulang menjadi bentuk invasife pada struma serviks dengan
adanya proses keganasan. Perluaan lesi ini menimbulkan luka,
perkembangan yang eksotik dan dapat berinfiltrasi kekanalis servikalis, lesi
meluas ke fronik jaringan pada serviks parametria dan akhirnya dapat
menginvasi ke rektum dan vesika urinaria. Karsinoma serviks dapat meluas
kesegmen bawah, uterus, dan cavum uteri. Penyebaran ini ditentukan oleh
stadium dan ukuran tumor, jenis histologik dan ada atau tidaknya invasi ke
pembuluh darah, hipertensi, anemia dan adanya demam. Penyebaran dapat
pula melalui metastase limfatik dan hematogen. Secara hematogen tempat
penyebaran ke paru-paru, kelenjar getah bening, mediastinum atau
supraclavikula, tulang, hepar, empedu, pankreas dan otak [ CITATION Has17 \l
1033 ].

Pathway

Faktor Virus herpes genetalia atau


VIRUS HPV
resiko kandiloma

Ca serviks

psikologis Pengobata
Penekanan Infeksi n Perdarahan
Kurang pervagina
urinaria Keputihan radiasi
berlebih hipovolemia

Hidroureter Nyeri
Cemas
hidronefrosis Depresi Mulut
Perdarahan sum-sum stoma Resti
pada saat tulang titis terjadiny
Statis urin berhubungan a syok
suami istri hipovole
HB turun mik
Penuruna
n nafsu
makan
Resti Anemia
Gangguan kerusakan
pola seksual integritas Kelemahan,
kulit Sel- sel kurang
oksigen keletihan

Mual Daya tahan tubuh


muntah kurang
Kulit
merah
Ketidakseimbangan kering
nutrisi
Nutrisi
kurang Resiko penyebaran
infeksi

6. Komplikasi
Komplikasi kanker serviks dapat terjadi karena adanya efek
samping pengobatan atau hasil dari kanker serviks stadium lanjut
(NHL Wales, 2013).
1. Menopause dini
2. Penyempitan vagina
3. Nyeri
4. Gagal ginjal
5. Perdarahan
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut [CITATION Ded15 \l 1057 ], didapatkan pemeriksaan
penunjang sebagai berikut:
Kanker serviks merupakan alah satu kanker yang dapat
disembuhkan bila terdeteksi pada tahap awal. Dengan demikian,
deteksi dini kanker serviks sangat diperlukan. Ada beberapa tes yang
dapat dilakukan untuk pada deteksi dini kanker serviks, yaitu sebagai
berikut:
a. Pap smear
Tes papanicolou smear atau diebut tes pap smear merupakan
pemeriksaan sitology untuk sel diarea serviks. Sampel sel-sel
diambil dari serviks wanita untuk memeriksa tanda-tanda
perubahan pada sel. Tes pap dapat mendeteksi dysplasia serviks
atau kanker serviks.
b. Tes IVA
Tes IVA (inpeksi visual dengan asam asetat) adalah
pemeriksaan skrining alternative pap smear karena biaya murah,
praktis, sangat mudah untuk dilakukan dengan peralatan
sederhana dan murah, dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
selain dokter ginekologi.
Tes IVA merupakan salahsatu deteksi dini kanker serviks
dengan menggunakan asam asetat 3-5% pada inspekulo dan
dilihat dengan pengamatan langsung. Serviks (epitel) abnormal
jika diolesi dengan asam asetat 3-5% akan berwarna putih (epitel
putih).
c. Biopsi serviks
Sebuah penyedia layanan kesehatan mengambil sampel
jaringan, atau biopsy, dari serviks untuk memeriksa kanker serviks
atau kondii lainnya. Biopsy serviks sering dilakukan selama
kolpuskopi.
d. Kolpuskopi
Sebuah tes tindak lanjut untuk tes pap abnormal. Serviks dilihat
dengan kaca pembesar, yang dikenal sebagai kolpuskopi, dan dapat
mengambul biopi dari setiap daerah yang tidak terlihat sehat.
e. CT Scanner
CT scanner membutuhkan beberapa sinar X, dan computer
menciptakan gambar detail dari serviks dan struktur lainnya dalam
perut dan panggul. CT scan sering digunakan untuk menentukan
apakah kanker serviks telah menyebar dan jika demikian seberapa
jauh.
f. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Sebuah scanner MRI menggunakan magnet bertenaga tinggi
dan computer untuk membuat gambar resolusi tinggi dari serviks
dan struktu lainnya dalam perut dan panggul. Seperti CT scan, MRI
dapat dilakukan untuk mencari penyebaran kanker serviks.
g. Tes DNA HPV
Sel erviks dapat diuji untuk kehadiran DNA dari human
papilloma virus (HPV) melalui tes ini. Tes ini dapat
mengidentifikasi apakah tipe HPV yang dapat menyebabkan
kanker serviks yang hadir.
8. Penatalaksanaan
Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah
dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang
matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan
pengamatan lanjutan (tim kanker / tim onkologi). Pemilihan
pengobatan kanker serviks tergantung pada lokasi dan ukuran tumor,
stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana
penderita untuk hamil lagi. Lesi tingkat rendah daerah biasanya tidak
memerlukan pengobatan lebih lanjut, tertama jika daerah yang
abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaanbiopsi.
Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa kriosurgeri (pembekuan),
kauterisasi (pembakaran, juga disebut diametri), pembedahan laser
untuk menghancurkan sel – sel yang abnormal tanpa melukai jaringan
yang sehat disekitarya dan LEEP (Loop Electrosurgical Excision
Prosedur ) atau konisasi[ CITATION Ami16 \l 1057 ]

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Kanker Serviks


a. Pengkajian
1. Identitas
Kanker serviks biasanya terjadi pada wanita yang berusia ± 31-60
tahun.Akan tetapi juga mampu menyerang wanita yang berusia 20-30
tahun. Ataupun wanita yangmulai melakukan hubungan seksual pada
usia< 20 tahun atau mempunyai pasangan seksual yang berganti-ganti[
CITATION Wul11 \l 1057 ]
2. Status Kesehatan Saat Ini
a) Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan perdarahan dan merasa
nyeri di daerah panggul [ CITATION Rah15 \l 1057 ]
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Terjadi keputihan yang makin lama berbau busuk dan terkadang
terjadi perdarahan yang berlebih saat menstruasi ataupun pada
wanita menopause dan perdarahan saat koitus.Selain itu juga
pasien mengalami nyeri saat berhubungan seks dan nyeri di
sekitar panggul[ CITATION Rah15 \l 1057 ]
3. Status Kesehatan Dahulu
a) Riwayat Penyakit Dahulu
Multi paritas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker
serviks.Riwayat melahirkan > 3 kali dapat menjadi salah satu
faktor resiko terjadinya kanker serviks[ CITATION Har16 \l 1057 ]
b) Riwayat Penyakit Keluarga
Seseorang ibu yang mempunyai riwayat ca serviks
c) Kebiasaan
wanita yangmempunyai pasangan seksualyang berganti-ganti,
wanita perokok baik aktif maupun pasif dapat mengalami kanker
serviks karena bahan rokok dapat menurunkan status imun lokal
sehingga dapatmenjadi kokarsinogen infeksi virus. Selain itu
kurangnya konsumsi makanan antioksidan dan hygiene yang
buruk juga dapat menjadi faktor resiko kanker serviks[ CITATION
Wul11 \l 1057 ]
d) Obat-obatan
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih
dari 5 tahun dapat meningkatkan risikorelatif 1,53[ CITATION
Wul11 \l 1057 ]
e) Riwayat Lingkungan
Penderita kanker serviks di Kota padang sedikit lebih banyak
dibandingkan di luar kota padang. Hal ini kemungkinan
disebabkan tidak seluruh masyarakat kota Padang mengetahui dan
memahami kesadaran mengenai faktor risiko dan keinginan
melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Penderita
kanker serviks di luar kota Padang yang lebih sedikit ditemukan
bukan berarti kasus kanker serviks rendah, hal ini kemungkinan
bisa disebabkan salah satunya pelayanan kesehatan yang kurang
terjangkau sehingga membuat penderita kanker serviks enggan
untuk berobat[ CITATION Har16 \l 1057 ]
4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Cukup atau lemah, karena biasanya ibu datang periksa ke
dokter kebidanan dan kandungan dalam stadium lanjut [CITATION
Placeholder1 \l 1033 ].
b) Kesadaran
Keadaan ibu dapat composmentis sampai samnolen karena
adanya perdarahan yang banyak yang dapat mengganggu
keseimbangan cairan [CITATION Placeholder1 \l 1033 ].
c) Tanda-Tanda Vital
Suhu dapat normal dan dapat mengalami peningkatan
apabila ditemukan adanya infeksi atau dehidrasi berat (S : < 38º
C), nadi dapat normal dan dalam keadaan syok lipotemik akan
dehidrasi berat dan akan terjadi takikardi akibat dari terjadinya
perdarahan (N: > 100x/menit), tekanan darah dapat normal dan
dalam keadaan syok hipolemik/dehidrasi berat karena perdarahan
akan terjadi penurunan tensi (TD: < 100/60 mmHg), pernafasan
dapat normal dan mengalami peningkatan (RR: > 24x/menit)
[ CITATION Has17 \l 1033 ].
d) Pemeriksaan Body System
1) Sistem Persyarafan
Kesadaran pasien kompos mentis, pusing, berdenyut, sakit
kepala, disorientasi, bingung, letargi[ CITATION Rah15 \l 1057 ]
2) Sistem Penglihatan
Pada pasien ca servik penglihatan terganggu dan
konjungtiva tidak anemis[ CITATION Rah15 \l 1057 ]
3) Sistem Pernafasan
Biasanya pasien ca servik tidak terdapat
gangguan[ CITATION Rah15 \l 1057 ]
Inspeksi : Simetris
Palpasi: Vocal fremitus simetri kanan = kiri
Perkusi: Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi: Vesikuler
4) Sistem Pendengaran
Tidak ditemukan gangguan pada sistem
pendengaran[ CITATION Rah15 \l 1057 ]
5) Sistem Pencernaan
Pasien biasanya hilang nafsu makan, anoreksia, tidak
toleran terhadap makanan, mual muntah, perubahan berat
badan, perubahan kelembaban kulit[ CITATION Rah15 \l 1057 ]
Inspeksi : Datar
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Perkusi: Timpani
Auskultasi: Bising usus 5-15 x/detik
6) Sistem Perkemihan
Pasien biasanya oliguria, haluaran urine menurun bila curah
jantung menurun berat[ CITATION Rah15 \l 1057 ].
7) Sistem Kardiovaskuler
Biasanya bunyi jantung irama teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun[ CITATION Rah15 \l 1057 ]
Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
Palpasi: Ictus kordis teraba
Perkusi: Pekak
Auskultasi: Tidak ada bising
8) Sistem Endokrin
Pasien ca servik biasanya tidak terdapat gangguan pada
sistem endokrin[ CITATION Rah15 \l 1057 ].
9) Sistem Muskuluskeletal
Biasanya pada pasien ca servik tidak ada oedema [ CITATION
Rah15 \l 1057 ].
10) Sistem Integumen
Pada pasien ca servik turgor kulit menurun, kulit pucat,
sianosis[ CITATION Rah15 \l 1057 ]
11) Sistem Reproduksi
Pada genetalia terlihat kotor, terdapat cairan keputihan
dan bau[ CITATION Rah15 \l 1057 ]
b. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut
Definisi:
Pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional,dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan.
Penyebab :
a. Agen pencedera fisiologis (misal. inflamasi, iskemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (misal. terbakar,bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (Misal .abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif : Mengeluh nyeri
Objektif
a. Tampak meringis
b. Bersikap protetif
c. Gelisah
d. Frekuensi nadi meningkat
e. Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Subjektif : (tida tersedia)
Objetif
a. Tekanan darah meningkat
b. Pola nafas berubah
c. Nafsu makan berubah
d. Proses berfikir terganggu
e. Menarik diri
f. Berfokus pada diri sendiri
g. Diaforesis
Kondisi klinis terkait
a. Kondisi pembedahan
b. Cidera traumatis
c. Infeksi
d. Syndrome koroner akut
e. Glaukoma[ CITATION PPN17 \l 1057 ]
2) Ketidakseimbangan nutrisi
definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
penyebab
a. ketidakmampuan menelan makanan
b. ketidakmampuan mecerna makanan
c. ketidakmampuan mengabsorbsi nutien
d. peningkatan kebutuhan metabolisme
e. faktor psikologis
gejala dan tanda mayor
objektif
a. berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
gejala dan tanda minor
subjektif
a. cepat kenyang setelah makan
b. kram atau nyeri abdomen
c. napsu makan menurun
objektif
a. bisisng usus hiperaktif
b. otot pengunyah lemah
c. otot menelan lemah
d. membran mukosa pucat
e. sariawan
f. serum albumin turun
g. diare
kondisi klinis terkait
a. infeksi
3) Pola seksual tidak efektif
Definisi
Kekawatiran individu melakukan hubungan seksual yang beresiko
menyebabkan perubahan kesehatan.
Penyebab
a. Kurang privasi
b. Ketiadaan pasangan
c. Konflik orientasi seksual
d. Ketakutan hamil
e. Ketakutan terinfeksi penyakit menular seksual
f. Hambatan hubungan dengan pasangan
g. Kurang terpapar informasi tentang seksualitas
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
a. Mengeluh sulit melakukan aktivitas seksual
b. Mengungkapkan aktivitas seksual berubah
c. Mengungkapkan perilaku seksual berubah
d. Orientasi seksual berubah
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
a. Mengungkapkan hubungan dengan pasangan berubah
Objektif
a. Konflik nilai
Kondisi Klinis Terkait
a. Mastektomi
b. Histerektomi
c. Kanker
d. Kondisi yang menyebabkan paralisis
e. Penyakit menular seksual (mis, sifilis, gonore,AIDS)[ CITATION
PPN17 \l 1057 ]
c. Intervensi keperawatan
1) Nyeri akut
Kriteria hasil :
a. Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif
untuk mencapai kenyamanan
b. Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
c. Melaporkan nyeri pada penyedia tenaga kesehatan
d. Mempertahankan pola tidur yang baik
e. Mempertahankan selera makan yang baik
Aktivitas keperawatan :
Pengkajian :
a. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai plihan pertama untuk
mengumpulkan informasi dalam pengkajian
b. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidak nyamanan
c. Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata –kata yang sesuai
usia dan tingkat perkembangan pasien
d. Manajemen nyeri (NIC)
1) Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi
lokasi, karakteristik dan durasi
Penyuluhan untuk pasien atau keluarga :
a. Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang
harus di minimum
b. Frekuensi pemberian
c. Kemungkinan efek samping, (misalnya pembatasan aktivitas
fisik, pembatasan diet )
Aktivitas kolaboratif :
a. Manajemen nyeri (NIC)
Gunakan tindakan pengendalian nyeri menjadi lebih berat
laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika
keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari
pengalaman nyeri sebelumnya
Aktivitas lain :
a. Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian
nyeri dan efek samping
b. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas
c. bukan pada nyeri dan rasa tidak nyaman dengan melakukan
pengalihan seperti melalui televisi, tape, dan interaksi dengan
pengunjung
d. Manajemen (NIC)
Libatkan pasien dalam modalitas peredaan nyeri, jika
memungkinkan kendalikan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap ketidak
nyamanan[ CITATION Wil16 \l 1057 ]
2) Ketidakseimbangan nutrisi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3x24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria Hasil
a. Mempertahankan berat badan
b. Menjelaskan komponen diet bergizi adekuat
c. Menoleransi diet yang dianjurkan
d. Mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal
e. Melaporkan tingkat energi yang adekuat
Aktivitas Keperawatan
Pengkajian
a. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah keseimbangan makan
b. Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan
eletrolit
c. Manajemen Nutrisi (NIC) :
1) Ketahui makanan kesukaan pasien
2) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebuthan
nutrisi
3) Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
4) Timbang pasien pada intervensii yang tepat.
Penyuluhan untuk Pasien/ Keluarga
a. Ajarkan metode untuk perencanaan makan
b. Ajarkan pasien/kelurga tentang makanan yang bergizi dan tidak
mahal
c. Manajemen Nutrisi (NIC): berikan informasi yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
Aktivitas Kolaboratif
a. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein
pasien yang mengalami ketidak adekuatan asupan protein.
b. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan,
makanan pelengkap, pemberian makanan melalui slang, atau
nutisi parenteral total agar asupan kalori yang adekuat dapat
dipertahankan
c. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
d. Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat, jika pasien tidak
dapat membeli atau menyiapkan makanan yang adekuat.
e. Manajemen Nutrisi (NIC): tentukan, dengan melakukan
kolaborasi bersama ahli gizi, jika diperlukan, jumlah kalori dan
jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
nurtrisi.
Aktivitas Lain
a. Buat perencanaan dengan pasien yang masuk dalam jadwal
makan, lingkungan makan, kesukaan dan ketidaksukaan pasien
serta suhu makanan
b. Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan
pasien dari rumah
c. Tawarkan makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan
tinggi
d. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan
e. Hindari prosedur invasif sebelum makan
f. Suapi pasien jika perlu
g. Manajemen Nutrisi (NIC): berikan pasien minuman dan kudapan
bergizi, tinggi protein, tinggi kalori yang siap dikonsumsi, bila
mumingkinkan ajarkan pasien tentang cara membuat catatan
harian makanan, jika perlu.
3) Pola seksual tidak efektif
Tujuan/ Kriteria hasil
a. Berpartisipasi aktif dalam konseling
b. Meminta informasi yang dibutuhkan tentang seksualitas
c. Memahami pentingnya diskusi mengenai masalah seksual dengan
pasangan
d. Mendiskusikan keluhan tentang seksualitas
e. Mengungkapkan kepuasan seksualitas
Aktivitas Keperawatan
Pengkajian
a. Pantau adanya indikator resolusi disfungsi seksual (mis.
Peningkatan kapasitas keintiman)
b. Konseling seksual (NIC):
1) Awali pertanyaan tentang seksualitas dengan suatu
pernyataan pada pasien bahwa banyak orang mengalami
masalah seksual
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a. Beri informasi yang diperlukan untuk meningkatkan fungsi
seksual (mis. Bimbingan antisipasi, materi pendidikan kesehatan,)
Aktivitas kolaboratif
a. Dukung kelanjutan konseling setelah pemulangan
Aktivitas lain
a. Anjurkan pengungkapan keluhan seksual melalui peran pemberi
asuhan yang telah membina hubungan saling percaya dengan
pasien dan merasa nyaman mendiskusikan keluhan seksual
b. Beri waktu dan privasi untuk membahas permasalahan seksual
pasien
c. Konseling seksual (NIC)
1) Bantu pasien mengungkapkan kesedihan dan kemarahan
terhadap perubahan fungsi dan penampilan tubuh, jika
diperlukan.
2) Libatkan pasangan atau pasangan seksual dalam konseling
seoptimal mungkin, jika diperlukan

DAFTAR PUSTAKA

Haryani, d. (2016). Prevalensi Kanker Serviks Berdasarkan Paritas di RSUP Dr.


M. Djamil Padang Periode Januari 2011- Desember 2012. Jurnal
Keehatan Andalas, 648.
Kusuma, A. H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Edisi Jilid 1. Yogyakarta:
Penerbit Mediaction.

Mitayani. (2013). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP


PPNI.

Rahayu, D. S. (2015). Asuhan Ibu Dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba


Medika.

Rahmawati, Y. W & Indramaya, D. M. (2014). Studi Retroapektif. Jurnal


Sindrom Steven Johnson & Nekrolisis Epidermal Toksik, 68.

Rohan, H. H. (2017). Buku Kesehatan Reproduki. Malang: Intimedia.

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran


EGC.

Winarni, K. &. (2011). Deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA di
wilayah kerja puskesmas Ngoresan Surakarta Gaster, Vol.8.

Wulandari, A. (2011). Pengertian dan Pemahaman Resiko Ca. Cervix pada


Wanita Subur di Indonesia. Pdf.

Anda mungkin juga menyukai