Anda di halaman 1dari 13

Pokok Bahasan : Terapi bermain pada anak di rumah sakit

Sub Pokok Bahasan : Terapi bermain anak usia preschool


Tempat : R. Anak 7B RSUD dr.Saiful Anwar
Hari/tanggal : Jumat, 28 Maret 2019
Waktu : 30 menit (jam 10.30 – 11.00)
Sasaran : Anak usia preschool usia 3-6th yang dirawat di Ruang
7B
Jenis permainan : Puzzle
Penyaji : Mahasiswa DIII Keperawatan Lawang Kampus 2
Poltekkes Kemenkes Malang
1. Latar Belakang
Bermain merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan anak anak, sekalipun mereka dalam keadaan sakit. Mlalui media bermain
anak belajar berkata kata dan belajar beradaptasi dengan lingkungan , obyek, wakti,
ruang dan orang. Dalam keadaan sakitpun anak butuh untuk bermain untuk
melanjutkan pertumbuhan dan perkembanganya, dan anaka agar tidak stress selama
berada di rumah sakit. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar
dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress.
Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti
kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak
sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Anak usia toddler menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu banyak
bergerak, tidak bias diam dan mulai mengembangkan otonomi dan kemampuannya
untuk mandiri. Oleh karena itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas,
spontan, dan menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan maupun dalam
aktivitas bermainnya. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar oleh karena itu
seringkali mainannya dibongkar"pasang, bahkan dirusaknya- (untuk itu harus
diperhatikan keamanan dan keselamatan anak dengan cara tidak memberikan alat
permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan (kalpan, 2000)

1
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain
dengan menyusun balok akan membantu anak untuk menggunakan tangannya secara
aktif sehingga merangsang motorik halusnya dan merangsang bahasa anak yang
berhubungan dengan status sosialisasi anak yang akan berkembang. Oleh karena
sangat pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan untuk
mengurangi kecemasan akibat hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi bermain
pada anak usia toddler dengan cara bermain menyusun balok.

2. Tujuan Umum
Setelah mendapat terapi bermain, pasien merasa senang dan aktif berpartisipasi dalam
terapi bermain puzzle.

3. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain .diharapkan :
1. Pasien merasa senang
2. Pasien mampu bermain puzzle
3. Ekspresi pasien saat bermain puzzle terlihat ceria dan antusias
4. Pasien nyaman berada di rumah sakit

4. Sasaran
Yang menjadi sasaran langsung alam terapi bermain adalah anak usia
prasekolah (3-6 tahun) yang sedang menjalani perawatan di ruang Anak 7B RSU
Saiful Anwar Malang, dan sasaran tidak langsungnya adalah keluarga pasien.

Metode : bermain bersama


Media : puzzle (bongkar pasang)
Materi : terlampir

2
Pembagian tugas :
Leader : Eva Rosalina
Observer : Alwi Rismona
Fasilitator : Dwicky Paschal

RENCANA PELAKSANAAN
No Kegiatan Waktu Subjek terapi
1 Persiapan : 5 menit Ruangan, alat, anak dan
1. Menyiapkan ruangan keluarga siap
2. Menyiapkan alat – alat
3. Menyiapkan anak dan
keluarga
2 Proses : 20 menit Menjawab salam,
1. Membuka proses terapi memperkenalkan diri,
dengan mengucapkan salam, memperhatikan
memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada anak dan Bermain bersama dengan
keluarga tentang tujuan dan antusias dan mengungkapkan
manfaat bermain, perasaannya
menjelaskan cara permainan
3. Mengajak anak bermain
4. Mengevaluasi respon anak
dan keluarga
3 Penutup 5 menit Memperhatikan dan
1. Menutup dan mengucapkan menjawab salam
salam

3
SETTING TEMPAT

Ket :
: Leader, observer, fasilitator
: Anak usia prescool di ruang 7

Evaluasi :
Peserta terapi bermain puzzle mampu :
1. Menyelesaikan puzzle dengan bentuk yang benar
2. Melatih memecahkan masalah
3. Membedakan warna dan bentuk
4. Merasa senang, tenang terkait hospitalisasi

4
MATERI SATUAN ACARA BERMAIN

A. Pengertian Bermain
Menurut Foster (1989) mengatakan bahwa bermain adalah kegiatan
yang dilakukan sesuai dengan keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan.
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukam secara sukarela untuk
memperoleh kepuasan/kesenagan. Bermain merupakan cerminan kemampuan
fisik,intelektual,emosional dan sosial serta media yang baik untuk belajar (belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungannya,melakukan apa dapat dilakukannya dan
mengenal waktu,jarak, serta suara) (Wong, 2004)

B. Klasifikasi Bermain
Menurut isinya, bermain terbagi menjadi;
a) Social affective play
Pada social affectif play, anak belajar memberi respon terhadap respon yang
diberikan lingkungan terhadapnya dalam bentuk permainan, misalnya orang
tua berbicara atau memanjakan dan anak tertawa senang.
b) Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya misalny
bermain air atau pasir.
c) Skill Play
Permainan yang memberikan kesempatan pada anak untuk memperoleh
keterampilan tertentu misalnya mengendarai sepeda..
d) Dramatic play
Anak akan berfantasi menjalankan peran tertentu, misalnya menjadi ibu,
perawat atau guru.
Menurut Karakter Sosial, bermain terdiri dari:
a) Solitary Play

5
Dilakukan anak usia toddler dimana anak bermain sendiri walaupun ada orang
lain yang berada di sekitarnya.
b) Parallel Play
Permainan sejenis dilakukan oleh satu kelompok anak toddler atau preschool
yang masing-masing mempunyai mainan yang sama tetapi antara satu dengan
yang lain tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung.
c) Assosiative Play
Anak bermain dalam kelompok dengan aktivitas yang sama, tetapi belum
terorganisasi dengan baik jadi belum ada pembagian tugas dan mereka
bermain sesuai dengan keinginannya.
d) Cooperative Play
Anak bermain bersama dengan jenis permainan yang terorganisasi, terencana,
dan ada aturan-aturan tertentu yang dilakukan oleh anak usia sekolah atau
adolescence.

C. Fungsi Bermain
a) Perkembangan Sensori Motorik
Permainan yang aktif dengan menggunakan suatu obyek adalah penting untuk
perkembangan otot-otot gerak.
b) Perkembangan Kognitif
Perkembangan ini diperoleh dengan melakukan eksplorasi dan manipulasi
benda-benda di sekitarnya baik dalam hal warna bentuk, ukuran dan
pentingnya benda tersebut. Anak juga belajar bagaimana
menggunakannya, menghubungkan kata-kata dengan objek atau benda
tersebut dan mengembangkan pengertian tentang konsep yang abstrak
misalnya atas, bawah, di bawah dan di atas.
c) Perkembangan kreativitas
Anak dapat melakukan percobaan tentang ide mereka dalam permainan
melalui semua media. Kreativitas terutama diperoleh sebagai hasil permainan
solitary dan group.

6
d) Perkembangan social
Dengan bermain anak belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari
peran dalam kelompok.
e) Perkembangan Kesadaran Diri
Anak belajar memahami kemampuan dirinya, kelemahannya dan tingkah
lakunya terhadap orang lain
f) Perkembangan Moral
Dengan bermain, anak akan bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan,
karenanya anak akan menyesuaikan dengan aturan-aturan kelompok dan
bersikap jujur terhadap kelompok
g) Terapi
Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan
yang tidak enak misalnya marah, benci, kesal atau takut.
h) Komunikasi
Bermain merupakan alat komunikasi terutama anak yang belum dapat
menyatakan perasaannya secara verbal misalnya melukis, menggambar atau
bermain peran

D. Prinsip Bermain di Rumah Sakit


Menurut Supartini (2004), terapi bermain yang dilaksanakan di rumah sakit
tetap harus memperhatikan kondisi kesehatan anak. Ada beberapa prinsip
permainan pada anak di rumah sakit.

a. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang


dijalankan anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan
yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain
dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruang rawat.
b. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana.
Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat

7
permainan yang ada pada anak atau yang tersedia di ruangan (Supartini,
2004).
c. Permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak kecil
perlu rasa nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti
boneka yang dipeluk anak untuk memberi rasa nyaman dan dibawa ke tempat
tidur di malam hari (Wong, et al, 2008).

E. Teknik Bermain di Rumah Sakit


Menurut Whaley & Wong (2004), tehnik bermain untuk anak yang dirawat di
rumah sakit adalah menyediakan alat mainan yang merangsang anak bermain dan
memberikan waktu yang cukup pada anak untuk bermain dan menghindari
interupsi dengan apa yang dilakukan anak.
Peningkatan pengendalian anak yang meliputi mempertahankan kemandirian,
dan konsep perawatan diri dapat menjadi salah satu hal yang menguntungkan.
Meskipun perawatan diri terbatas pada usia dan kondisi fisik anak, kebanyakan
anak di atas usia bayi dapat melakukan aktivitas dengan sedikit atau tanpa bantuan.
Pendekatan lain mencakup memilih pakaian dan makanan bersama-sama,
menyusun waktu dan melanjutkan aktivitas sekolah (Wong, et al, 2008).
Meningkatkan kebebasan bergerak juga diperlukan, karena anak-anak yang
lebih muda bereaksi paling kuat terhadap segala bentuk restriksi fisik atau
imobilisasi. Meskipun imobilisasi medis diperlukan untuk beberapa intervensi
seperti mempertahankan jalur iv, tetapi sebagian besar retriksi fisik dapat dicegah
jika perawat mendapatkan kerja sama dari anak (Wong, et al, 2008)
Pemberitahuan kepada anak hak-haknya pada saat di hospitalisasi
meningkatkan pemahaman yang lebih banyak dan dapat mengurangi perasaan
tidak berdaya yang biasanya mereka rasakan (Wong, et al, 2008).

F. Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan

8
Adapun jenis permainan yang dapat diberikan kepada anak berdasarkan tingkat
usia adalah sebagai berikut;
a) Bayi (1 bulan)
Permainan yang dapat dilihat dalam jarak dekat misalnya dengan benda yang
terang/menyolok. Berbicara dengan bayi, menyanyi, atau bercanda dapat
merangsang pendengaran. Secara tactile dilakukan denagn memeluk dan
menggendong (memberi kehangatan). Secara kinetic permainan dapat
dilakukan dengan mengajak atau naik kereta untuk jalan-jalan.
b) Bayi (2 – 3 bulan)
Permainan visual dapat dilakukan dengan memasang gambar-gambar di
dinding. Untuk merangsang auditori dapat dilakukan berbicara dengan bayi,
mainan bunyi-bunyian atau mengikutsertakan bayi dalam pertemuan keluarga.
Secara tactile permainan dapat dilakukan dengan membelai pada waktu
memandikan, mengganti pakaian atau menyisir rambut. Sedangkan secara
kinetic yaitu dengan mengajak naik kereta atau gerakan-gerakan berenang
pada saat mandi.

c) Bayi (4 – 6 bulan)
Permainan visual dapat dilakukan dengan memberi cermin, mengajak nonton
tv, atau mainan yang berwarna terang. Permainan auditori dengan mengajak
bicara, mengulangi suara-suara yang dibuatnya atau memanggil nama. Secara
tactile anak bdiberi mainan dengan berbagai teksture baik lembut maupun
lancer. Secara kinetic dilakukan dengan membantu anak untuk tengkurap dan
menyokong waktu duduk.
d) Bayi (6 – 9 bulan)
Permanan visual dengan bermain warna gelap, berbicara sendiri di depan
kaca, permainan cilukba atau merobek-robek kertas. Permainan auditori dapat
dilakukan dengan mengajari anak memanggil nama, diajarkan tepuk tangan.
Tactile permainan dapat dilakukan dengan cara meraba bermacam-macam
teksture dan ukuran, main air yang mengalir atau berenang.

9
e) Bayi (9 – 12 bulan)
Permainan visual anak diperlihatkan gambar-gambar dalam buku atau
mengajak jalan-jalan. Permainan auditori dengan menunjukkan bagian-bagian
tubuh atau memperkenalkan suara-suara binatang. Secara tactile dengan
memberi makanan yang dapat dipegang atau memperkenalakan benda dingin
atau panas. Secara kinetic dapat diberikan mainan yang dapat ditarik atau
didorong.
f) Toddler (2 – 3 tahun)
Karekteristik bermain anak usia ini yaitu paralel play, sering kali bertengkar
memperebutkan mainan. Pada usia ini anak mulai menyenangi musik atau
irama , melempar, mendorong atau mengambil sesuatu.
g) Preschool (3 – 5 tahun )
Karekteristik permaiana preschool adalah assosiatif play, dramatic play dan
skill play. Anak sudah dapat melompat, berlari atau main sepeda.
h) Usia Sekolah (6 – 12 tahun)
Anak dapat bermain dengan kelompok yang berjenis kelamin sama dan dapat
belajar untuk independent, kooperatif, bersaing atau menerima orang lain dan
tingkah laku yang diterima. Karekteristik permaianannya adalah kooperatif
play dan anak laki-laki sifatnya mechanical sedangkan anak wanita mothers
rool.
i) Adolescent (3 – 18 tahun)
Anak bermain dalam kelompok misalnya sepak bola, basket, badminton,
mendengar musik, nonton tv serta membaca buku.

F. Fungsi Bermain
1. Perkembangan Sensory Mototic
Permainan yang aktif dengan menggunakan suatu obyek adalah penting untuk
perkembangan otot-otot gerak.

2. Perkembangan Kognitif

10
Perkembangan ini diperoleh dengan melakukan eksplorasi dan manipulasi
benda-benda di sekitarnya baik dalam hal warna bentuk, ukuran dan
pentingnya benda tersebut. Anak juga belajar bagaimana menggunakannya,
menghubungkan kata-kata dengan objek atau benda tersebut dan
mengembangkan pengertian tentang konsep yang abstrak misalnya atas,
bawah, di bawah dan di atas.

3. Perkembangan kreativitas
Anak dapat melakukan percobaan tentang ide mereka dalam permainan
melalui semua media. Kreativitas terutama diperoleh sebagai hasil permainan
solitary dan group.

4. Perkembangan social
Dengan bermain anak belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari
peran dalam kelompok.

5. Perkembangan Kesadaran Diri


Anak belajar memahami kemampuan dirinya, kelemahannya dan tingkah
lakunya terhadap orang lain

6. Perkembangan Moral
Dengan bermain, anak akan bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan,
karenanya anak akan menyesuaikan dengan aturan-aturan kelompok dan
bersikap jujur terhadap kelompok

7. Terapi

Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan


yang tidak enak misalnya marah, benci, kesal atau takut.

8. Komunikasi

Bermain merupakan alat komunikasi terutama anak yang belum dapat


menyatakan perasaannya secara verbal misalnya melukis, menggambar atau
bermain peran

11
G. Tahap Perkembangan Bermain
a. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain,anak mulai masuk dalam tahap permainan.
c. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan.
d. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

H. Manfaat Terapi Bermain Puzzle (Bongkar Pasang)


1. Terapi bermain menyusun puzzle dapat merangsang keterampilan proses
berfikir dan motorik anak
2. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
3. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri.
Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada
anak
4. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang
pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan
pikiran cemas, takut, sedih tegang dan nyeri
5. Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk
mempunyai tingkah laku yang positif

12
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. (1998). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC


Wong, Donna. L. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Edisi 4. Jakarta:
EGC.
Yudiernawati, Atty. (2006). Peran Bermain Dalam Perkembangan Psikososial Anak.
Malang: Politeknik Kesehatan Malang.

13

Anda mungkin juga menyukai