HUBUNGAN PENYESUAIAN DIRI ORANG TUA DENGAN PERILAKU
TEMPER TANTRUM ANAK AUTIS PADA YAYASAN BIMA
SUMATERA BARAT
Nengsih, tanjungnengsih13@gmail.com
STKIP Budidaya Binjai
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara penyesuaian diri orangtua dengan perilaku temper tantrum anak autis pada Yayasan BIMA Sumatera Barat. Subjek dalam penelitian ini adalah orangtua anak autis Yayasan BIMA Cabang Padang, Pariaman, Solok dan Padang Panjang. Subjek berjumlah 31 orang tua dari 31 anak autis yang usianya berkisar 2-6 tahun. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik cluster sampling. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Product Moment. Hasil analisis data menunjukan adanya hubungan negatif yang signifikan antara penyesuaian diri oran tua dan perilaku temper tantrum pada anak autis (r = -0,623s, p = 0,000 (p<0,01)), dimana semakin tinggi penyesuaian diri orang tua maka semakin berkurang perilaku temper tantrum pada anak autis. Sebaliknya semakin rendah penyesuaian diri orangtua, maka perilaku temper tantrum pada anak autis semakin meningkat frekuensinya.
Keywords: Penyesuaian Diri Orangtua, Temper Tantrum, Autis
PENDAHULUAN Fetsch & Jacobson, (dalam Tasmin, 2002). Anak merupakan anugrah terbesar yang Tantrum puncaknya pada usia 2-3 sampai 4 diterima setiap orang tua dari Maha Kuasa dan tahun. 23-80 % anak yang berusia 2-4 tahun orangtua manapun tidak mau melewatkan memiliki perilaku tantrum. Berdasarkan usia kesempatan dalam setiap tahap perkembangan prevalensi tantrum meningkat dari 87 % pada anak-anak mereka. Melihat perkembangan usia 18 -24 bulan menjadi 91% pada usia 30 – anak tahap demi tahap menjadi kebahagiaan 36 bulan kemudian menurun menjadi 59% tersendiri bagi orangtua dan merupakan masa pada usia 42 – 48 bulan (Potegal & Davidson yang indah bagi mereka. Namun, kebahagiaan dalam Tasmin, 2002). tersebut bisa hilang disaat anak rewel atau anak Menurut Tasmin (2002) tantrum tiba-tiba marah, menangis serta berperilaku seringkali muncul pada anak usia 15 (lima yang membuat orangtua jengkel, marah dan belas) bulan sampai 6 (enam) tahun. Tantrum sedih hingga menimbulkan kecewa dan biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan frustasi. energi berlimpah. Tantrum juga lebih mudah Perilaku-perilaku anak yang membuat terjadi pada anak-anak yang dianggap “sulit” orang tua jengkel, marah, sedih dan frustasi salah satunya anak autis (Tasmin, 2002). Ini salah satunya adalah perilaku temper tantrum. sesuai dengan pernyataan Hayes (2003) yakni Menurut Tasmin (2002) menyatakan temper tantrum dapat terjadi pada anak-anak yang tantrum merupakan luapan emosi yang mengalami gangguan kesehatan dan gangguan meledak-ledak dan tidak terkontrol pada anak perkembangan seperti masalah dengan yang biasa disebut tantrum. Tantrum ini penglihatan atau pendengaran, sakit kronis termanifestasi dalam berbagai perilaku seperti seperti asma, kesulitan belajar, lambat menangis, menggigit, memukul, menendang, berbicara, Attention Deficit Hyperactivity menjerit, memekik-mekik, melengkungkan Disorder (ADHD), dan autisme. punggung, melempar badan ke lantai, Menurut Sutadi (1998:2) bahwa perilaku memukul-mukulkan tangan, menahan nafas, autis dapat digolongkan menjadi dua yakni : membentur-benturkan kepala, melempar- perilaku axcess (berlebihan) dan perilaku lempar barang. Perilaku ini yang membuat deficit (kekurangan) dan Handoyo (2003:13) orangtua sulit memahami kondisi anak. menyatakan bahwa yang termasuk perilaku Secara tipikal tantrum mulai terjadi pada axcess adalah hiperaktif dan tantrum. Dalam usia 2-3 tahun saat anak membentuk sense of DSM-IV juga memaparkan yakni self. Tantrum dihasilkan dari tingginya energi “Individualis with autistic disorder may dan rendahnya kemampuan menggunakan kata have a range of behavioral symptoms, guna memenuhi kebutuhan atau keinginan including hyperactivity, short attention mereka (Syamsuddinsaido, 2009). Menurut span, impulsivity, aggresstiveness, self-
1 2
injurious behaviors, and particularly in terpojok ataupun dipaksakan untuk melakukan
young chidren, temper tantrums”. sesuatu yang tidak disukainya seperti dalam Kutipan di atas menjelaskan bahwa belajar, atau anak menginginkan sesuatu tetapi individu yang mengalami gangguan autis anak disuruh untuk mengungkapkannya dan menunjukan gejala-gejala perilaku seperti imbalannya diberikan apa yang diinginkan hiperaktif, sulit memusatkan perhatian, anak (21 Maret, 2009). perilaku impulsif, perilaku agresif, perilaku Untuk menghadapi perilaku tantrum menyakiti diri sendiri terutama sekali pada dibutuhkan pemahaman dan penyesuaian diri masa kanak-kanak yakni temper tantrum. dari orang tua. Kunci sukses untuk mengatasi Dalam Republika Newsroom, 2008 perilaku tantrum pada anak dengan cara menyebutkan anak autis lebih sering tantrum mencari penyebab kenapa anak tantrum. dibandingkan dengan anak normal lainnya Apabila orang tua menanggapi perilaku anak karena anak autis sulit mengungkapkan dengan stres yang nantinya akan berdampak keinginannya atau kebutuhannya pada orang perlakuan orangtua pada anak, saat tantrum tua. Untuk mengungkapkan keinginannya anak seperti menyakiti anak. Berdasarkan penelitian cenderung melakukan tantrum. Gina & Jessica (2007) ditemukan bahwa Autisme berasal dari kata "Autos" yang banyak sekali respon orang tua yang tidak tepat berarti diri sendiri "Isme" yang berarti suatu dalam menghadapi perilaku tantrum anak. aliran. Berarti suatu paham yang tertarik hanya Respon orangtua di bagi kedalam empat pada dunianya sendiri. Autistik adalah suatu bidang: (1) mencoba untuk menenangkan anak gangguan perkembangan yang kompleks (59%), (2) mengacukan (37%), (3) mencoba menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan menenangkan anak (31%), (4) penggunaan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak hukuman disiplin sebesar (66%). sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada Pemberian hukuman pada anak tidak autistik infantil gejalanya sudah ada sejak lahir membuat perilaku tantrum berkurang malah (Sabri, 2008 ). akan bertambah. Seperti yang terjadi pada Gangguan perkembangan yang terjadi orangtua yang memiliki anak autis ”saya pada anak autis membuat anak sulit untuk memukul anak saat dia tantrum tetapi berkomunikasi dalam berbagai hal misalnya tantrumnya tidak berkurang, timbul kasihan dalam pemenuhan kebutuhannya atau terhadap anak saya kemudian saya mencoba keinginannya. Hal ini menjadi penyebab untuk tidak memukul anak saya hampir satu kenapa tantrum lebih sering dialami oleh anak tahun lamanya dan hasilnya anak saya mulai autis. berkurang tantrumnya” (Rekan Milis, dalam Data terbaru menyebutkan bahwa hasil Marijani 2008). angka kejadian autisme di Indonesia pada Orang tua yang melakukan kekerasan tahun 2003 telah mencapai 152 per 10.000 pada anak merupakan salah satu bentuk anak, meningkat tajam dibanding sepuluh kekecewaan orang tua pada anak. Dalam hal ini tahun (1993) yang lalu yang hanya 2-4 per orang tua tidak hanya harus menerima bahwa 10.000 anak. Melihat angka tersebut, dapat anak mereka mengalami gangguan diperkirakan di lndonesia setiap tahun akan perkembangan tetapi orangtua harus lahir lebih kurang 69000 anak penyandang menyesuaikan diri dengan perilaku temper autis (Hadiyanto, 2003). Hasil penelitian yang tantrum yang dapat membuat orang tua dilakukan Melly Budiman (dalam Kurniati, menjadi stres bahkan sulit menerima kondisi 2006) memperlihatkan bahwa pada tahun 1987 anak autis. penderita autisme 1/500 anak dan tahun 2001 Menurut Yatim (2003) perasaan stres dan menjadi 1/150 anak. Di Sumatera Barat sendiri malu pada orangtua yang anaknya menderita sampai saat ini belum ada data resmi tentang autis dikarenakan ketidakmampuan mereka penderita autisme. Tapi dari hasil survey yang menerima keadaan dan penyesuaian diri dilakukan pada 6 institusi yang menangani mereka terhadap kondisi anak mereka yang masalah autisme pada anak. Jumlah penderita autis. Thomas Gordon (dalam Santrock, 2002) autisme yang ditangani di ke-6 institusi menyatakan: tersebut berjumlah 125 orang anak pada tahun Semua orangtua adalah pribadi-pribadi 2004 (Sabri, 2008). dari masa kemasa mempunyai dua perasaan Berdasarkan wawancara dengan staf yang berbeda terhadap anak-anak mereka yakni pengajar sekolah khusus autis Yayasan BIMA menerima dan tidak menerima. Orangtua yang cabang Pariaman, mengungkapkan hampir menunjukkan pribadi yang sesungguhnya sebagian besar anak autis mengalami perilaku kadang-kadang merasa dapat menerima apa temper tantrum di saat anak autis merasa 3
yang dilakukan anak-anak dan kadang-kadang HASIL DAN PEMBAHASAN
tidak dapat menerimanya atau menolak. 1. Hasil Menurut Yatim (2003:23) “orang tua a. Penyesuaian Diri Orangtua yang berpendidikan sekalipun akan bingung Data penelitian yang diperoleh dan frustasi menghadapi anak autis yang mengenai penyesuaian diri orangtua dianggap tidak wajar pada anak-anak lain yang anak autis pada Yayasan BIMA normal”. Jika hal ini dibiarkan berlarut larut Sumatera Barat. Secara keseluruhan tanpa adanya usaha untuk dapat menyesuaikan berada pada kriteria cukup, yang dapat diri dan menerima keadaan anak autis maka dilihat pada tingkat capaian sebesar 79 anak autis akan semakin parah dalam %. perilakunya. Penyesuaian diri orangtua pada anak sangat penting untuk kelangsungan hidup b. Prilaku Temper Tantrum Anak Autis orangtua dengan anak autis. Data penelitian yang diperoleh Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengenai perilaku temper tantrum anak mengetahui: (1) bagaimana penyesuaian diri autis pada Yayasan BIMA Sumatera orangtua yang memiliki anak autis pada Barat. Yayasan BIMA Sumatera Barat, (2) Untuk Kategori Perilaku Temper Tantrum mengetahui bagaimana perilaku temper Frekuensi Katego Subjek tantrum anak autis pada Yayasan BIMA Tantrum risasi F (∑) % Sumatera Barat (3) Untuk mengetahui 2-3 perhari Berat 12 38.7 Sekali dalam bagaimana hubungan penyesuaian diri orangtua sehari Sedang 7 22.6 terhadap perilaku temper tantrum anak autis Sekali dalam pada Yayasan BIMA Sumatera Barat. seminggu/ Sangat Normal 12 38.7 jarang METODE PENELITIAN Jumlah 31 100 Penelitian ini dilaksanakan secara deskripsi inferensial yang akan dapat c. Hubungan Penyesuaian Diri meramalkan kecenderungan yang terjadi dari Orangtua terhadap Perilaku Temper variabel bebas terhadap variabel terikat. Tantrum Anak Autis Populasi dalam penelitian ini yakni Hasil analisis hubungan seluruh orangtua anak atis masa sekolah pada penyesuaian diri orangtua terhadap Yayasan BIMA Sumatera Barat (Padang perilaku temper tantrum anak autis Panjang, Pariaman, Solok). Sampel penelitian diperoleh koefisien korelasi sebesar - berjumlah 31 (usia anak 2-6 tahun) orangtua 0.623, p = 0.000 (p<0.01) menandakan yang dipilih dengan menggunakan teknik hipotesis diterima. Tanda minus (-) pada Cluster Sampling. Instrumen yang digunakan koefisien korelasi menunjukkan arah berupa skala model Likert untuk penyesuaian korelasi yang negatif, artinya terdapat diri orangtua sedangkan utuk mengukur prilaku korelasi negatif yang signifikan antara temper tantrum anak berdasarkan intesitas penyesuaian diri orang tua dan perilaku prilaku. Uji validitas instrumen penelitian temper tantrum anak autis, dimana melalui uji validitas isi oleh beberapa ahli dan semakin tinggi penyesuaian diri orang juga dilakukan menggunakan Product Moment tua maka perilaku temper tantrum anak Correlation dan uji reliabilitas menggunakan autis akan semakin berkurang (semakin rumus Alpha Cronbach. rendah). Sebaliknya semakin rendah Data yang terkumpul dianalisis dengan penyesuaian diri orangtua maka menggambarkan karakteristik masing-masing perilaku temper tantrum pada anak autis variabel penelitian, seperti skor rata-rata semakin meningkat. Hal ini berarti (mean), median, modus, standar deviasi, tabel hipotesis yang diajukan diterima distribusi frekuensi, gambar histogram kebenarannya. distribusi frekuensi data dan tingkat pencapaian responden masing-masing variabel penelitian 2. Pembahasan dengan menggunakan analisis skor ideal yaitu a. Penyesuaian Diri Orangtua perbandingan skor rata-rata dengan skor Penelitian ini bertujuan Untuk maksimal masing-masing variabel dikalikan mengetahui bagaimana penyesuaian diri persentase. orang tua yang memiliki anak autis pada Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis Yayasan BIMA Sumatera Barat dengan dengan menggunakan uji correlation product sub-variabel penyesuaian diri orangtua moment person. adalah menerima kenyataan memiliki 4
anak autis, menerima keberadaan anak terisak-isak, membantingkan diri,
autis, melakukan penangaan terhadap dan berlari menjauh. anak autis sesuai dengan kebutuhan Jan Parker & Jan Stimpson (dalam anak, tidak merasa rendah diri dan Hayes, 2003) juga memaparkan dua terbuka dengan orang lain. Berdasarkan jenis tantrum yang berbeda: hasil analisis yamg telah dilakukan 1) Tantrum yang berawal dari menjelaskan bahwa penyesuaian diri kesedihan dan amarah orangtua memiliki tingkat pencapaian 2) Tantrum yang berakar pada cukup, hal ini berarti penyesuaian diri kebingungan dan ketakutan orangtua anak autis pada yayasan BIMA Perilaku temper tantrum juga dapat Sumatera Barat adalah cukup. ditunjukkan dengan menjerit, menangis Endang RW (dalam Konferensi dan menyakiti diri sendiri seperti Nasional Autisme-1 2003:94-96) membenturkan kepala kedinding, menyatakan orang tua pada akhirnya mencakar atau mengigit anggota badan menerima kondisi anak dan memulai sendiri. untuk menyesuaikan diri akan kondisi Perilaku temper tantrum pada anak anak. Endang juga menyatakan bahwa autis belum dapat dipastikan untuk ketahap menerima anak orangtua penyebabnya. Berbagai teori dan butuh proses menerima bahwa anak pendapat dikemukakan oleh beberapa mereka berbeda dengan anak normal ahli. Penyebab perilaku temper tantrum lainnya. Proses yang dilalui orang tua dapat dilihat dari segi faktor internal dan yakni pertama orangtua pada umumnya eksternal sebagai berikut: mengalami shock/terkejut kemudian 1) Faktor Internal timbal penolakan pada anak, dan orang Faktor internal penyebab merasa sedih dan marah atas situasi tantrum menurut Handoyo (2003) tersebut, setelah melewati itu semua karena kelain pada otak, ditemukan orangtua mulai menerima kondisi anak kelainan yang khas di daerah sistem kemudian orangtua mulai terbuka dan limbik yang disebut hipokampus dan kooperatif. amigdala akibat terjadinya gangguan fungsi kontrol terhadap agresi dan b. Perilaku Temper Tantrum Anak emosi, sehingga anak kurang bisa Autis mengendalikan emosinya. Pada sisi lain Sutadi (2003) Perilaku tempert tantrum anak menyatakan bahwa penyebab autis pada yayasan BIMA Sumatera perilaku temper tantrum adalah Barat yakni subjek dengan kategori bukan hanya kelainan pada otak saja, perilaku temper tantrum berat sebanyak gluten yang merupakan sejenis 38.7% dengan subjek kategori perilaku protein dari gandum dan casein temper tantrum normal sebanyak 38.7% protein pada air susu hewan yang dan subjek dengan kategori sedang tidak bisa dicerna dengan baik pada sebanyak 22.6%. anak autis sehingga akan menjadi Perilaku temper tantrum pada morfin yang terikat pada reseptor anak autis merupakan suatu luapan apioid di otak yang menimbulkan emosi yang menunjukkan reaksi tidak gejala kelainan perilaku. suka seperti serangan untuk menyakiti Lebih lanjut Sutadi mengatakan orang seperti memukulkan kaki dan bahwa reaksi alergi pada beberapa tangan orang lain, mencakar atau makanan juga dapat mempengaruhi mencubit orang lain. perubahan perilaku pada anak autis. Michael Potegal (dalam Hayes, Untuk menghidarinya diperlukan 2003) mengidentifikasikan dua jenis pemantauan oleh orang tua dalam 24 tantrum yang berbeda dengan landasan sampai 72 jam pertama. Setelah anak emosional dan tingkah laku yang mengkomsumsi jenis makan yang berbeda-beda sebagai berikut: membuat alergi pada anak. 1) Tantrum marah (anger tantrum) Pendapat lain Jaquely (dalam dengan ciri menghentakkan kaki, Erni (2005) menyatakan bahwa menendang, memukul, dan berteriak. sindrom iritasi usus besar sangat 2) Tantrum kesedihan (distress dapat menyebabkan rusaknya tantrum) dengan ciri menangis dan kesadaran, kemampuan kognitif, 5
kemampuan bicara, dan diri dengan anaknya yang autis baik
mempengaruhi perilaku tantrum dan bagaimana orang tua berusaha untuk hiperaktif pada anak autis. Hal ini memberikan perhatian sesuai dengan disebabkan karena enzim kebutuhan anak maupun merawat anak dan membiarkan racun-racun yang memenuhi segala kebutuhan anak seperti diproduksi jamur mengobor lubang kebutuhan fisik dan psikologisnya. pada dinding usus dan meresap Perilaku temper tantrum merupakan kedalam aliran darah anak yang pada salah satu perilaku yang banyak dialami akhirnya melukai atau menembus anak autis. Menurut Muttakin (dalam aliran darah otak dan Konfrensi Nasional Autisme-1, 2003) mencampurinya aliran nutrisi ke menyebutkan salah satu faktor yang otak. mempengaruhi perilaku tantrum anak Lebih lanjut Juquely (2003) adalah tidak terpenuhi kebutuhan anak. menyatakan merkuri merupakan Dalam Bright Tots (2008) menyebutkan salah satu subtansi paling beracun di merobah objek yang disuka atau koleksi- bumi yang dapat mempengaruhi koleksi anak, membuat rutinitas diluar pada kerja otak, sistem saraf, sistem kebiasaan anak, ataupun merobah susunan pencernaan dan berbagai gangguan yang dibuat anak serta menyuruh anak tingkah laku pada autis seperti susah melakukan sesuatu yang tidak disukai tidur, melukai diri sendiri contoh merupakan faktor yang juga dapat memicu membenturkan kepalanya sendiri, anak autis menjadi tantrum. mengigit dan memukul diri sendiri, Tasmin (2008) menyatakan untuk gelisah, menagis tanpa sebab dan mencegah terjadinya tantrum adalah dengan tatapan mata yang kosong. mengenali kebiasaan-kebiasaan anak dan 2) Faktor Eksternal mengetahui secara pasti akan kondisi anak. Selain faktor internal yang Mengenali kebiasaan-kebiasaan anak salah menyebabkan perilaku yang tidak satu bentuk penyesuaian diri dari orang tua. wajar pada anak autis juga Hal ini senada dengan Schneiders dalam dipengaruhi faktor eksternal. Widodo (2008) menyatakan bahwa Adapun faktor eksternal yang penyesuaian diri adalah suatu proses yang mempengaruhi seperti dikemukakan mencakup respons mental dan tingkah laku Handoyo (2003:76) sebagai berikut individu, yaitu berusaha keras agar mampu bahwa perilaku tidak wajar tersendiri mengatasi konflik sehingga tercapai dari stimulus diri dan tantrum timbul keselarasan dan keharmonisan antara bila anak mencoba menolak, tuntutan dalam diri dan tuntutan luar diri menawar intruksi juga timbul akibat atau lingkungan. Mengenali kebiasaan- frustrasi dan imbuhan yang tidak kebiasaan anak autis berarti sama dengan efektif. Faktor penyebab tantrum menghindari konflik yang terjadi dengan yang lainnya pada anak autis yakni anak. merobah objek yang disuka atau Schneider (dalam Widodo, 2008) koleksi-koleksi anak, membuat mengemukakan bahwa penyesuaian diri rutinitas diluar kebiasaan anak, berhubungan dengan sejauhmana individu ataupun merobah susunan yang tersebut memenuhi kriteria tertentu. dibuat anak serta menyuruh anak Schneider memberikan penggambaran ciri- melakukan sesuatu yang tidak ciri dari penyesuaian diri yang baik sebagai disukai (Bright Tots, 2008). berikut : 1. Tidak ditemukan emosi yang berlebihan C. Hubungan Penyesuaian Diri Orangtua Individu menunjukkan kontrol dan terhadap Perilaku Temper Tantrum ketenangan emosi, yang memungkinkan pada Anak Autis dirinya untuk menghadapi permasalahan secara tepat dan dapat menentukan Perasaan stress, malu dari orang tua berbagai kemungkinan pemecahan yang anaknya autis dikarenakan masalah ketika muncul hambatan. Hal ketidakmampuan mereka dalam menerima ini bukan berarti tidak ada emosi sama keadaan dan menyesuaikan diri terhadap sekali, namun lebih menekankan pada kondisi anak mereka yang autis. Orang tua kemampuan kontrol emosi ketika yang mampu menerima keadaan anaknya menghadapi situasi tertentu. autis akan berusaha untuk menyesuaikan 2. Tidak ada mekanisme pertahanan diri 6
Pendekatan langsung terhadap masalah b. Dapat menerima keberadaan anak autis,
lebih mengindikasikan respon yang c. Melakukan penanganan terhadap anak autis normal daripada penyelesaian masalah sesuai dengan kebutuhan anak dan yang memutar melalui serangkaian d. Tidak merasa rendah diri dan bersikap defense mechanism yang tidak disertai terbuka terhadap orang lain dengan tindakan nyata untuk mengubah suatu keberadaan anaknya. kondisi. 3. Tidak adanya frustasi personal KESIMPULAN. Frustasi menimbulkan kesulitan untuk Berdasarkan data atau hasil penelitian melakukan respon secara normal yang diperoleh, setelah dilakukan analisis terhadap permasalahan atau situasi. Jika statistik, dan uji hipotesis dapat dijelaskan individu mengalami frustasi yang sebagai berikut. ditandai dengan perasaan tidak berdaya 1. Penyesuaian diri orangtua anak autis pada dan tanpa harapan, maka akan menjadi Yayasan BIMA Sumatera Barat secara sulit baginya untuk mengorganisasi keseluruhan berada pada kriteria cukup, kemampuan berpikir, perasaan, motivasi yang dapat dilihat pada tingkat capaian dan tingkah laku untuk menghadapi sebesar 79 %. situasi yang menuntut penyelesaian. 2. Perilaku temper tantrum anak autis pada 4. Pertimbangan rasional dan kemampuan yayasan BIMA Sumatera Barat yakni mengarahkan diri subjek dengan kategori perilaku temper Kemampuan berpikir dan melakukan tantrum berat sebanyak 38.7%, subjek pertimbangan terhadap masalah atau dengan kategori perilaku temper tantrum konflik serta kemampuan normal sebanyak 38.7% dan subjek mengorganisasikan pikiran, tingkah laku dengan kategori sedang sebanyak 22.6%. dan perasaan untuk pemecahan masalah 3. Terdapat hubungan negatif antara dalam kondisi sulit sekali pun penyesuaian diri orangtua dengan perilaku menunjukkan penyesuaian yang normal. temper tantrum anak autis pada Yayasan Hal ini tidak akan mampu dilakukan BIMA Sumatera Barat. apabila individu tersebut dikuasai oleh emosi yang berlebihan ketika berhadapan dengan situasi yang SARAN menimbulkan konflik. 5. Kemampuan belajar dan memanfaatkan Berdasarkan kesimpulan, maka peneliti pengalaman masa lalu memberikan beberapa saran yang bisa Penyesuaian yang normal merupakan bermanfaat bagi peneliti yang ingin meneliti proses belajar berkesinambungan yang tentang penyesuaian diri orang tua dan perilaku dapat dilihat dari perkembangan temper tantrum pada anak autis dan orang tua individu sebagai hasil dari anak autis: kemampuannya mengatasi situasi 1. Bagi peneliti yang ingin melanjutkan konflik dan stres. Di dalam proses penelitian tentang penyesuaian diri orang belajar, individu dapat menggunakan tua dan perilaku tantrum dapat mengambil pengalamannya maupun pengalaman subjek diluar anak autis yakni penyesuaian orang lain. Individu dapat melakukan diri dengan anak yang mengalami gangguan analisis mengenai faktor-faktor apa saja perkembangan seperti anak yang memiliki yang membantu dan mengganggu masalah penglihatan, anak yang menderita penyesuaian. penyakit kronis seperti asma, anak yang mengalami kesulitan belajar, lambat bicara, 6. Sikap realistik dan objektif dan gangguan hiperaktif (ADHD). Sikap realistik dan objektif bersumber 2. Untuk Yayasan BIMA Sumatera Barat dari belajar, pengalaman, pemikiran dapat memberikan pemahaman kepada yang rasional, kemampuan menilai orangtua mengenai anak autis dan perilaku- situasi, masalah atau keterbatasan perilaku anak autis, serta memberikan individu sebagaimana kenyataan pemahaman bahwa penyesuaian diri orang sebenarnya. tua berdampak positif pada perkembangan Orangtua yang mampu menyesuaikan diri anak selanjutnya. terhadap perilaku temper tantrum adalah a. Orang tua dapat menerima kenyataan memiliki anak autis, 7
DAFTAR RUJUKAN Www. Bright Tots.Com
Yatim, Faisal. 2002. Autisme (Suatu Pengantar Ahmad, A & Widodo S. 2008. Psikologi Gangguan Jiwa pada Anak-Anak). Belajar Edisi Revisi. Jakarta: Reanika Jakarta: Pustaka Popular Obor Cip ---------. 1994. Diagnostic and Statiscal Gina, Mireault & Trahan, Jessica. 2007. Manual of Mental Disorders Trantrums and Anxiety in Early (Fourth Edition) DSM-IVTM. APA Childhood: A Pilot Studi. Early Washington, DC Childhood Research and Practice Juornal Vol. 9 No. 2 Handoyo, Y . (2003). Autisma. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer Hayes, Eileen. 2003. Tantrum (Panduan Memahami dan Mengatasi Ledakan Emosi Anak). Erlangga: Jakarta. Konfrensi Nasional Autisme-I (To Wards Better Life for Autistic Individuals). 2003. Kurniati A, Tri. 2006. Saudara Sekandung dari Anak Autis dan Peran Mereka dalam Terapi. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Insane vol 8 No.2, Agustus 2006 (112-135). Dalam situs http://journal.unair.ac.id Marijani, Leny.2003. Bunga Rampai (seputar autisme dan permasalahanya). Putrakembara Foundation: Jakarta. Dalam situs http://puterakembara.org Sabri, Rika dan dkk.(2008). Pengaruh Terapi Autis Terhadap Kemajuan Anak Autis Di Sekolah Khusus Di Kota Padang. Penelitian. Dalam situs http://rikasabri.files.wordpress.com Santrock, W John. 2002. Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup Alih Bahasa, Juda Damanik dan Achmad Chusairi. Jakarta : Erlangga Sutadi, Rudi. 1998. Penelitian Tatalaksana Perilaku pada Penyandang Autisme. Tanggal 11 Juni 1998. Jakarta: Yayasan Autisme Indonesia Syamsuddinsaido. 2009. Perilaku Temper Tantrum anak. http://Berani sukses Blogs.Com Tasmin, Martini Rini S. 2002. Tantrum (Online). Tersedia http://www.e- psikologi.com/anak/290402.htm