Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN PENYESUAIAN DIRI ORANG TUA DENGAN PERILAKU

TEMPER TANTRUM ANAK AUTIS PADA YAYASAN BIMA


SUMATERA BARAT

Nengsih,
tanjungnengsih13@gmail.com

STKIP Budidaya Binjai


Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara penyesuaian diri
orangtua dengan perilaku temper tantrum anak autis pada Yayasan BIMA Sumatera Barat.
Subjek dalam penelitian ini adalah orangtua anak autis Yayasan BIMA Cabang Padang,
Pariaman, Solok dan Padang Panjang. Subjek berjumlah 31 orang tua dari 31 anak autis yang
usianya berkisar 2-6 tahun. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik cluster sampling.
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Product Moment. Hasil analisis
data menunjukan adanya hubungan negatif yang signifikan antara penyesuaian diri oran tua dan
perilaku temper tantrum pada anak autis (r = -0,623s, p = 0,000 (p<0,01)), dimana semakin
tinggi penyesuaian diri orang tua maka semakin berkurang perilaku temper tantrum pada anak
autis. Sebaliknya semakin rendah penyesuaian diri orangtua, maka perilaku temper tantrum pada
anak autis semakin meningkat frekuensinya.

Keywords: Penyesuaian Diri Orangtua, Temper Tantrum, Autis


PENDAHULUAN Fetsch & Jacobson, (dalam Tasmin, 2002).
Anak merupakan anugrah terbesar yang Tantrum puncaknya pada usia 2-3 sampai 4
diterima setiap orang tua dari Maha Kuasa dan tahun. 23-80 % anak yang berusia 2-4 tahun
orangtua manapun tidak mau melewatkan memiliki perilaku tantrum. Berdasarkan usia
kesempatan dalam setiap tahap perkembangan prevalensi tantrum meningkat dari 87 % pada
anak-anak mereka. Melihat perkembangan usia 18 -24 bulan menjadi 91% pada usia 30 –
anak tahap demi tahap menjadi kebahagiaan 36 bulan kemudian menurun menjadi 59%
tersendiri bagi orangtua dan merupakan masa pada usia 42 – 48 bulan (Potegal & Davidson
yang indah bagi mereka. Namun, kebahagiaan dalam Tasmin, 2002).
tersebut bisa hilang disaat anak rewel atau anak Menurut Tasmin (2002) tantrum
tiba-tiba marah, menangis serta berperilaku seringkali muncul pada anak usia 15 (lima
yang membuat orangtua jengkel, marah dan belas) bulan sampai 6 (enam) tahun. Tantrum
sedih hingga menimbulkan kecewa dan biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan
frustasi. energi berlimpah. Tantrum juga lebih mudah
Perilaku-perilaku anak yang membuat terjadi pada anak-anak yang dianggap “sulit”
orang tua jengkel, marah, sedih dan frustasi salah satunya anak autis (Tasmin, 2002). Ini
salah satunya adalah perilaku temper tantrum. sesuai dengan pernyataan Hayes (2003) yakni
Menurut Tasmin (2002) menyatakan temper tantrum dapat terjadi pada anak-anak yang
tantrum merupakan luapan emosi yang mengalami gangguan kesehatan dan gangguan
meledak-ledak dan tidak terkontrol pada anak perkembangan seperti masalah dengan
yang biasa disebut tantrum. Tantrum ini penglihatan atau pendengaran, sakit kronis
termanifestasi dalam berbagai perilaku seperti seperti asma, kesulitan belajar, lambat
menangis, menggigit, memukul, menendang, berbicara, Attention Deficit Hyperactivity
menjerit, memekik-mekik, melengkungkan Disorder (ADHD), dan autisme.
punggung, melempar badan ke lantai, Menurut Sutadi (1998:2) bahwa perilaku
memukul-mukulkan tangan, menahan nafas, autis dapat digolongkan menjadi dua yakni :
membentur-benturkan kepala, melempar- perilaku axcess (berlebihan) dan perilaku
lempar barang. Perilaku ini yang membuat deficit (kekurangan) dan Handoyo (2003:13)
orangtua sulit memahami kondisi anak. menyatakan bahwa yang termasuk perilaku
Secara tipikal tantrum mulai terjadi pada axcess adalah hiperaktif dan tantrum. Dalam
usia 2-3 tahun saat anak membentuk sense of DSM-IV juga memaparkan yakni
self. Tantrum dihasilkan dari tingginya energi “Individualis with autistic disorder may
dan rendahnya kemampuan menggunakan kata have a range of behavioral symptoms,
guna memenuhi kebutuhan atau keinginan including hyperactivity, short attention
mereka (Syamsuddinsaido, 2009). Menurut span, impulsivity, aggresstiveness, self-

1
2

injurious behaviors, and particularly in terpojok ataupun dipaksakan untuk melakukan


young chidren, temper tantrums”. sesuatu yang tidak disukainya seperti dalam
Kutipan di atas menjelaskan bahwa belajar, atau anak menginginkan sesuatu tetapi
individu yang mengalami gangguan autis anak disuruh untuk mengungkapkannya dan
menunjukan gejala-gejala perilaku seperti imbalannya diberikan apa yang diinginkan
hiperaktif, sulit memusatkan perhatian, anak (21 Maret, 2009).
perilaku impulsif, perilaku agresif, perilaku Untuk menghadapi perilaku tantrum
menyakiti diri sendiri terutama sekali pada dibutuhkan pemahaman dan penyesuaian diri
masa kanak-kanak yakni temper tantrum. dari orang tua. Kunci sukses untuk mengatasi
Dalam Republika Newsroom, 2008 perilaku tantrum pada anak dengan cara
menyebutkan anak autis lebih sering tantrum mencari penyebab kenapa anak tantrum.
dibandingkan dengan anak normal lainnya Apabila orang tua menanggapi perilaku anak
karena anak autis sulit mengungkapkan dengan stres yang nantinya akan berdampak
keinginannya atau kebutuhannya pada orang perlakuan orangtua pada anak, saat tantrum
tua. Untuk mengungkapkan keinginannya anak seperti menyakiti anak. Berdasarkan penelitian
cenderung melakukan tantrum. Gina & Jessica (2007) ditemukan bahwa
Autisme berasal dari kata "Autos" yang banyak sekali respon orang tua yang tidak tepat
berarti diri sendiri "Isme" yang berarti suatu dalam menghadapi perilaku tantrum anak.
aliran. Berarti suatu paham yang tertarik hanya Respon orangtua di bagi kedalam empat
pada dunianya sendiri. Autistik adalah suatu bidang: (1) mencoba untuk menenangkan anak
gangguan perkembangan yang kompleks (59%), (2) mengacukan (37%), (3) mencoba
menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan menenangkan anak (31%), (4) penggunaan
aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak hukuman disiplin sebesar (66%).
sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada Pemberian hukuman pada anak tidak
autistik infantil gejalanya sudah ada sejak lahir membuat perilaku tantrum berkurang malah
(Sabri, 2008 ). akan bertambah. Seperti yang terjadi pada
Gangguan perkembangan yang terjadi orangtua yang memiliki anak autis ”saya
pada anak autis membuat anak sulit untuk memukul anak saat dia tantrum tetapi
berkomunikasi dalam berbagai hal misalnya tantrumnya tidak berkurang, timbul kasihan
dalam pemenuhan kebutuhannya atau terhadap anak saya kemudian saya mencoba
keinginannya. Hal ini menjadi penyebab untuk tidak memukul anak saya hampir satu
kenapa tantrum lebih sering dialami oleh anak tahun lamanya dan hasilnya anak saya mulai
autis. berkurang tantrumnya” (Rekan Milis, dalam
Data terbaru menyebutkan bahwa hasil Marijani 2008).
angka kejadian autisme di Indonesia pada Orang tua yang melakukan kekerasan
tahun 2003 telah mencapai 152 per 10.000 pada anak merupakan salah satu bentuk
anak, meningkat tajam dibanding sepuluh kekecewaan orang tua pada anak. Dalam hal ini
tahun (1993) yang lalu yang hanya 2-4 per orang tua tidak hanya harus menerima bahwa
10.000 anak. Melihat angka tersebut, dapat anak mereka mengalami gangguan
diperkirakan di lndonesia setiap tahun akan perkembangan tetapi orangtua harus
lahir lebih kurang 69000 anak penyandang menyesuaikan diri dengan perilaku temper
autis (Hadiyanto, 2003). Hasil penelitian yang tantrum yang dapat membuat orang tua
dilakukan Melly Budiman (dalam Kurniati, menjadi stres bahkan sulit menerima kondisi
2006) memperlihatkan bahwa pada tahun 1987 anak autis.
penderita autisme 1/500 anak dan tahun 2001 Menurut Yatim (2003) perasaan stres dan
menjadi 1/150 anak. Di Sumatera Barat sendiri malu pada orangtua yang anaknya menderita
sampai saat ini belum ada data resmi tentang autis dikarenakan ketidakmampuan mereka
penderita autisme. Tapi dari hasil survey yang menerima keadaan dan penyesuaian diri
dilakukan pada 6 institusi yang menangani mereka terhadap kondisi anak mereka yang
masalah autisme pada anak. Jumlah penderita autis. Thomas Gordon (dalam Santrock, 2002)
autisme yang ditangani di ke-6 institusi menyatakan:
tersebut berjumlah 125 orang anak pada tahun Semua orangtua adalah pribadi-pribadi
2004 (Sabri, 2008). dari masa kemasa mempunyai dua perasaan
Berdasarkan wawancara dengan staf yang berbeda terhadap anak-anak mereka yakni
pengajar sekolah khusus autis Yayasan BIMA menerima dan tidak menerima. Orangtua yang
cabang Pariaman, mengungkapkan hampir menunjukkan pribadi yang sesungguhnya
sebagian besar anak autis mengalami perilaku kadang-kadang merasa dapat menerima apa
temper tantrum di saat anak autis merasa
3

yang dilakukan anak-anak dan kadang-kadang HASIL DAN PEMBAHASAN


tidak dapat menerimanya atau menolak. 1. Hasil
Menurut Yatim (2003:23) “orang tua a. Penyesuaian Diri Orangtua
yang berpendidikan sekalipun akan bingung Data penelitian yang diperoleh
dan frustasi menghadapi anak autis yang mengenai penyesuaian diri orangtua
dianggap tidak wajar pada anak-anak lain yang anak autis pada Yayasan BIMA
normal”. Jika hal ini dibiarkan berlarut larut Sumatera Barat. Secara keseluruhan
tanpa adanya usaha untuk dapat menyesuaikan berada pada kriteria cukup, yang dapat
diri dan menerima keadaan anak autis maka dilihat pada tingkat capaian sebesar 79
anak autis akan semakin parah dalam %.
perilakunya. Penyesuaian diri orangtua pada
anak sangat penting untuk kelangsungan hidup b. Prilaku Temper Tantrum Anak Autis
orangtua dengan anak autis. Data penelitian yang diperoleh
Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengenai perilaku temper tantrum anak
mengetahui: (1) bagaimana penyesuaian diri autis pada Yayasan BIMA Sumatera
orangtua yang memiliki anak autis pada Barat.
Yayasan BIMA Sumatera Barat, (2) Untuk Kategori Perilaku Temper Tantrum
mengetahui bagaimana perilaku temper Frekuensi Katego Subjek
tantrum anak autis pada Yayasan BIMA Tantrum risasi F (∑) %
Sumatera Barat (3) Untuk mengetahui 2-3 perhari Berat 12 38.7
Sekali dalam
bagaimana hubungan penyesuaian diri orangtua sehari
Sedang 7 22.6
terhadap perilaku temper tantrum anak autis Sekali dalam
pada Yayasan BIMA Sumatera Barat. seminggu/ Sangat Normal 12 38.7
jarang
METODE PENELITIAN Jumlah 31 100
Penelitian ini dilaksanakan secara
deskripsi inferensial yang akan dapat c. Hubungan Penyesuaian Diri
meramalkan kecenderungan yang terjadi dari Orangtua terhadap Perilaku Temper
variabel bebas terhadap variabel terikat. Tantrum Anak Autis
Populasi dalam penelitian ini yakni Hasil analisis hubungan
seluruh orangtua anak atis masa sekolah pada penyesuaian diri orangtua terhadap
Yayasan BIMA Sumatera Barat (Padang perilaku temper tantrum anak autis
Panjang, Pariaman, Solok). Sampel penelitian diperoleh koefisien korelasi sebesar -
berjumlah 31 (usia anak 2-6 tahun) orangtua 0.623, p = 0.000 (p<0.01) menandakan
yang dipilih dengan menggunakan teknik hipotesis diterima. Tanda minus (-) pada
Cluster Sampling. Instrumen yang digunakan koefisien korelasi menunjukkan arah
berupa skala model Likert untuk penyesuaian korelasi yang negatif, artinya terdapat
diri orangtua sedangkan utuk mengukur prilaku korelasi negatif yang signifikan antara
temper tantrum anak berdasarkan intesitas penyesuaian diri orang tua dan perilaku
prilaku. Uji validitas instrumen penelitian temper tantrum anak autis, dimana
melalui uji validitas isi oleh beberapa ahli dan semakin tinggi penyesuaian diri orang
juga dilakukan menggunakan Product Moment tua maka perilaku temper tantrum anak
Correlation dan uji reliabilitas menggunakan autis akan semakin berkurang (semakin
rumus Alpha Cronbach. rendah). Sebaliknya semakin rendah
Data yang terkumpul dianalisis dengan penyesuaian diri orangtua maka
menggambarkan karakteristik masing-masing perilaku temper tantrum pada anak autis
variabel penelitian, seperti skor rata-rata semakin meningkat. Hal ini berarti
(mean), median, modus, standar deviasi, tabel hipotesis yang diajukan diterima
distribusi frekuensi, gambar histogram kebenarannya.
distribusi frekuensi data dan tingkat pencapaian
responden masing-masing variabel penelitian 2. Pembahasan
dengan menggunakan analisis skor ideal yaitu a. Penyesuaian Diri Orangtua
perbandingan skor rata-rata dengan skor Penelitian ini bertujuan Untuk
maksimal masing-masing variabel dikalikan mengetahui bagaimana penyesuaian diri
persentase. orang tua yang memiliki anak autis pada
Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis Yayasan BIMA Sumatera Barat dengan
dengan menggunakan uji correlation product sub-variabel penyesuaian diri orangtua
moment person. adalah menerima kenyataan memiliki
4

anak autis, menerima keberadaan anak terisak-isak, membantingkan diri,


autis, melakukan penangaan terhadap dan berlari menjauh.
anak autis sesuai dengan kebutuhan Jan Parker & Jan Stimpson (dalam
anak, tidak merasa rendah diri dan Hayes, 2003) juga memaparkan dua
terbuka dengan orang lain. Berdasarkan jenis tantrum yang berbeda:
hasil analisis yamg telah dilakukan 1) Tantrum yang berawal dari
menjelaskan bahwa penyesuaian diri kesedihan dan amarah
orangtua memiliki tingkat pencapaian 2) Tantrum yang berakar pada
cukup, hal ini berarti penyesuaian diri kebingungan dan ketakutan
orangtua anak autis pada yayasan BIMA Perilaku temper tantrum juga dapat
Sumatera Barat adalah cukup. ditunjukkan dengan menjerit, menangis
Endang RW (dalam Konferensi dan menyakiti diri sendiri seperti
Nasional Autisme-1 2003:94-96) membenturkan kepala kedinding,
menyatakan orang tua pada akhirnya mencakar atau mengigit anggota badan
menerima kondisi anak dan memulai sendiri.
untuk menyesuaikan diri akan kondisi Perilaku temper tantrum pada anak
anak. Endang juga menyatakan bahwa autis belum dapat dipastikan
untuk ketahap menerima anak orangtua penyebabnya. Berbagai teori dan
butuh proses menerima bahwa anak pendapat dikemukakan oleh beberapa
mereka berbeda dengan anak normal ahli. Penyebab perilaku temper tantrum
lainnya. Proses yang dilalui orang tua dapat dilihat dari segi faktor internal dan
yakni pertama orangtua pada umumnya eksternal sebagai berikut:
mengalami shock/terkejut kemudian 1) Faktor Internal
timbal penolakan pada anak, dan orang Faktor internal penyebab
merasa sedih dan marah atas situasi tantrum menurut Handoyo (2003)
tersebut, setelah melewati itu semua karena kelain pada otak, ditemukan
orangtua mulai menerima kondisi anak kelainan yang khas di daerah sistem
kemudian orangtua mulai terbuka dan limbik yang disebut hipokampus dan
kooperatif. amigdala akibat terjadinya gangguan
fungsi kontrol terhadap agresi dan
b. Perilaku Temper Tantrum Anak emosi, sehingga anak kurang bisa
Autis mengendalikan emosinya.
Pada sisi lain Sutadi (2003)
Perilaku tempert tantrum anak menyatakan bahwa penyebab
autis pada yayasan BIMA Sumatera perilaku temper tantrum adalah
Barat yakni subjek dengan kategori bukan hanya kelainan pada otak saja,
perilaku temper tantrum berat sebanyak gluten yang merupakan sejenis
38.7% dengan subjek kategori perilaku protein dari gandum dan casein
temper tantrum normal sebanyak 38.7% protein pada air susu hewan yang
dan subjek dengan kategori sedang tidak bisa dicerna dengan baik pada
sebanyak 22.6%. anak autis sehingga akan menjadi
Perilaku temper tantrum pada morfin yang terikat pada reseptor
anak autis merupakan suatu luapan apioid di otak yang menimbulkan
emosi yang menunjukkan reaksi tidak gejala kelainan perilaku.
suka seperti serangan untuk menyakiti Lebih lanjut Sutadi mengatakan
orang seperti memukulkan kaki dan bahwa reaksi alergi pada beberapa
tangan orang lain, mencakar atau makanan juga dapat mempengaruhi
mencubit orang lain. perubahan perilaku pada anak autis.
Michael Potegal (dalam Hayes, Untuk menghidarinya diperlukan
2003) mengidentifikasikan dua jenis pemantauan oleh orang tua dalam 24
tantrum yang berbeda dengan landasan sampai 72 jam pertama. Setelah anak
emosional dan tingkah laku yang mengkomsumsi jenis makan yang
berbeda-beda sebagai berikut: membuat alergi pada anak.
1) Tantrum marah (anger tantrum) Pendapat lain Jaquely (dalam
dengan ciri menghentakkan kaki, Erni (2005) menyatakan bahwa
menendang, memukul, dan berteriak. sindrom iritasi usus besar sangat
2) Tantrum kesedihan (distress dapat menyebabkan rusaknya
tantrum) dengan ciri menangis dan kesadaran, kemampuan kognitif,
5

kemampuan bicara, dan diri dengan anaknya yang autis baik


mempengaruhi perilaku tantrum dan bagaimana orang tua berusaha untuk
hiperaktif pada anak autis. Hal ini memberikan perhatian sesuai dengan
disebabkan karena enzim kebutuhan anak maupun merawat anak dan
membiarkan racun-racun yang memenuhi segala kebutuhan anak seperti
diproduksi jamur mengobor lubang kebutuhan fisik dan psikologisnya.
pada dinding usus dan meresap Perilaku temper tantrum merupakan
kedalam aliran darah anak yang pada salah satu perilaku yang banyak dialami
akhirnya melukai atau menembus anak autis. Menurut Muttakin (dalam
aliran darah otak dan Konfrensi Nasional Autisme-1, 2003)
mencampurinya aliran nutrisi ke menyebutkan salah satu faktor yang
otak. mempengaruhi perilaku tantrum anak
Lebih lanjut Juquely (2003) adalah tidak terpenuhi kebutuhan anak.
menyatakan merkuri merupakan Dalam Bright Tots (2008) menyebutkan
salah satu subtansi paling beracun di merobah objek yang disuka atau koleksi-
bumi yang dapat mempengaruhi koleksi anak, membuat rutinitas diluar
pada kerja otak, sistem saraf, sistem kebiasaan anak, ataupun merobah susunan
pencernaan dan berbagai gangguan yang dibuat anak serta menyuruh anak
tingkah laku pada autis seperti susah melakukan sesuatu yang tidak disukai
tidur, melukai diri sendiri contoh merupakan faktor yang juga dapat memicu
membenturkan kepalanya sendiri, anak autis menjadi tantrum.
mengigit dan memukul diri sendiri, Tasmin (2008) menyatakan untuk
gelisah, menagis tanpa sebab dan mencegah terjadinya tantrum adalah dengan
tatapan mata yang kosong. mengenali kebiasaan-kebiasaan anak dan
2) Faktor Eksternal mengetahui secara pasti akan kondisi anak.
Selain faktor internal yang Mengenali kebiasaan-kebiasaan anak salah
menyebabkan perilaku yang tidak satu bentuk penyesuaian diri dari orang tua.
wajar pada anak autis juga Hal ini senada dengan Schneiders dalam
dipengaruhi faktor eksternal. Widodo (2008) menyatakan bahwa
Adapun faktor eksternal yang penyesuaian diri adalah suatu proses yang
mempengaruhi seperti dikemukakan mencakup respons mental dan tingkah laku
Handoyo (2003:76) sebagai berikut individu, yaitu berusaha keras agar mampu
bahwa perilaku tidak wajar tersendiri mengatasi konflik sehingga tercapai
dari stimulus diri dan tantrum timbul keselarasan dan keharmonisan antara
bila anak mencoba menolak, tuntutan dalam diri dan tuntutan luar diri
menawar intruksi juga timbul akibat atau lingkungan. Mengenali kebiasaan-
frustrasi dan imbuhan yang tidak kebiasaan anak autis berarti sama dengan
efektif. Faktor penyebab tantrum menghindari konflik yang terjadi dengan
yang lainnya pada anak autis yakni anak.
merobah objek yang disuka atau Schneider (dalam Widodo, 2008)
koleksi-koleksi anak, membuat mengemukakan bahwa penyesuaian diri
rutinitas diluar kebiasaan anak, berhubungan dengan sejauhmana individu
ataupun merobah susunan yang tersebut memenuhi kriteria tertentu.
dibuat anak serta menyuruh anak Schneider memberikan penggambaran ciri-
melakukan sesuatu yang tidak ciri dari penyesuaian diri yang baik sebagai
disukai (Bright Tots, 2008). berikut :
1. Tidak ditemukan emosi yang berlebihan
C. Hubungan Penyesuaian Diri Orangtua Individu menunjukkan kontrol dan
terhadap Perilaku Temper Tantrum ketenangan emosi, yang memungkinkan
pada Anak Autis dirinya untuk menghadapi permasalahan
secara tepat dan dapat menentukan
Perasaan stress, malu dari orang tua berbagai kemungkinan pemecahan
yang anaknya autis dikarenakan masalah ketika muncul hambatan. Hal
ketidakmampuan mereka dalam menerima ini bukan berarti tidak ada emosi sama
keadaan dan menyesuaikan diri terhadap sekali, namun lebih menekankan pada
kondisi anak mereka yang autis. Orang tua kemampuan kontrol emosi ketika
yang mampu menerima keadaan anaknya menghadapi situasi tertentu.
autis akan berusaha untuk menyesuaikan 2. Tidak ada mekanisme pertahanan diri
6

Pendekatan langsung terhadap masalah b. Dapat menerima keberadaan anak autis,


lebih mengindikasikan respon yang c. Melakukan penanganan terhadap anak autis
normal daripada penyelesaian masalah sesuai dengan kebutuhan anak dan
yang memutar melalui serangkaian d. Tidak merasa rendah diri dan bersikap
defense mechanism yang tidak disertai terbuka terhadap orang lain dengan
tindakan nyata untuk mengubah suatu keberadaan anaknya.
kondisi.
3. Tidak adanya frustasi personal KESIMPULAN.
Frustasi menimbulkan kesulitan untuk Berdasarkan data atau hasil penelitian
melakukan respon secara normal yang diperoleh, setelah dilakukan analisis
terhadap permasalahan atau situasi. Jika statistik, dan uji hipotesis dapat dijelaskan
individu mengalami frustasi yang sebagai berikut.
ditandai dengan perasaan tidak berdaya 1. Penyesuaian diri orangtua anak autis pada
dan tanpa harapan, maka akan menjadi Yayasan BIMA Sumatera Barat secara
sulit baginya untuk mengorganisasi keseluruhan berada pada kriteria cukup,
kemampuan berpikir, perasaan, motivasi yang dapat dilihat pada tingkat capaian
dan tingkah laku untuk menghadapi sebesar 79 %.
situasi yang menuntut penyelesaian. 2. Perilaku temper tantrum anak autis pada
4. Pertimbangan rasional dan kemampuan yayasan BIMA Sumatera Barat yakni
mengarahkan diri subjek dengan kategori perilaku temper
Kemampuan berpikir dan melakukan tantrum berat sebanyak 38.7%, subjek
pertimbangan terhadap masalah atau dengan kategori perilaku temper tantrum
konflik serta kemampuan normal sebanyak 38.7% dan subjek
mengorganisasikan pikiran, tingkah laku dengan kategori sedang sebanyak 22.6%.
dan perasaan untuk pemecahan masalah 3. Terdapat hubungan negatif antara
dalam kondisi sulit sekali pun penyesuaian diri orangtua dengan perilaku
menunjukkan penyesuaian yang normal. temper tantrum anak autis pada Yayasan
Hal ini tidak akan mampu dilakukan BIMA Sumatera Barat.
apabila individu tersebut dikuasai oleh
emosi yang berlebihan ketika
berhadapan dengan situasi yang SARAN
menimbulkan konflik.
5. Kemampuan belajar dan memanfaatkan Berdasarkan kesimpulan, maka peneliti
pengalaman masa lalu memberikan beberapa saran yang bisa
Penyesuaian yang normal merupakan bermanfaat bagi peneliti yang ingin meneliti
proses belajar berkesinambungan yang tentang penyesuaian diri orang tua dan perilaku
dapat dilihat dari perkembangan temper tantrum pada anak autis dan orang tua
individu sebagai hasil dari anak autis:
kemampuannya mengatasi situasi 1. Bagi peneliti yang ingin melanjutkan
konflik dan stres. Di dalam proses penelitian tentang penyesuaian diri orang
belajar, individu dapat menggunakan tua dan perilaku tantrum dapat mengambil
pengalamannya maupun pengalaman subjek diluar anak autis yakni penyesuaian
orang lain. Individu dapat melakukan diri dengan anak yang mengalami gangguan
analisis mengenai faktor-faktor apa saja perkembangan seperti anak yang memiliki
yang membantu dan mengganggu masalah penglihatan, anak yang menderita
penyesuaian. penyakit kronis seperti asma, anak yang
mengalami kesulitan belajar, lambat bicara,
6. Sikap realistik dan objektif dan gangguan hiperaktif (ADHD).
Sikap realistik dan objektif bersumber 2. Untuk Yayasan BIMA Sumatera Barat
dari belajar, pengalaman, pemikiran dapat memberikan pemahaman kepada
yang rasional, kemampuan menilai orangtua mengenai anak autis dan perilaku-
situasi, masalah atau keterbatasan perilaku anak autis, serta memberikan
individu sebagaimana kenyataan pemahaman bahwa penyesuaian diri orang
sebenarnya. tua berdampak positif pada perkembangan
Orangtua yang mampu menyesuaikan diri anak selanjutnya.
terhadap perilaku temper tantrum adalah
a. Orang tua dapat menerima kenyataan
memiliki anak autis,
7

DAFTAR RUJUKAN Www. Bright Tots.Com


Yatim, Faisal. 2002. Autisme (Suatu Pengantar
Ahmad, A & Widodo S. 2008. Psikologi Gangguan Jiwa pada Anak-Anak).
Belajar Edisi Revisi. Jakarta: Reanika Jakarta: Pustaka Popular Obor
Cip ---------. 1994. Diagnostic and Statiscal
Gina, Mireault & Trahan, Jessica. 2007. Manual of Mental Disorders
Trantrums and Anxiety in Early (Fourth Edition) DSM-IVTM. APA
Childhood: A Pilot Studi. Early Washington, DC
Childhood Research and Practice
Juornal Vol. 9 No. 2
Handoyo, Y . (2003). Autisma. Jakarta:
Bhuana Ilmu Populer
Hayes, Eileen. 2003. Tantrum (Panduan
Memahami dan Mengatasi Ledakan
Emosi Anak). Erlangga: Jakarta.
Konfrensi Nasional Autisme-I (To Wards
Better Life for Autistic Individuals).
2003.
Kurniati A, Tri. 2006. Saudara Sekandung dari
Anak Autis dan Peran Mereka dalam
Terapi. Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga. Insane vol 8 No.2, Agustus
2006 (112-135). Dalam situs
http://journal.unair.ac.id
Marijani, Leny.2003. Bunga Rampai (seputar
autisme dan permasalahanya).
Putrakembara Foundation: Jakarta.
Dalam situs http://puterakembara.org
Sabri, Rika dan dkk.(2008). Pengaruh Terapi
Autis Terhadap Kemajuan Anak Autis
Di Sekolah Khusus Di Kota Padang.
Penelitian. Dalam situs
http://rikasabri.files.wordpress.com
Santrock, W John. 2002. Life Span
Development (Perkembangan Masa
Hidup Alih Bahasa, Juda Damanik
dan Achmad Chusairi. Jakarta :
Erlangga
Sutadi, Rudi. 1998. Penelitian Tatalaksana
Perilaku pada Penyandang Autisme.
Tanggal 11 Juni 1998. Jakarta:
Yayasan Autisme Indonesia
Syamsuddinsaido. 2009. Perilaku Temper
Tantrum anak. http://Berani sukses
Blogs.Com
Tasmin, Martini Rini S. 2002. Tantrum
(Online). Tersedia http://www.e-
psikologi.com/anak/290402.htm

Anda mungkin juga menyukai