Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara beriklim tropis. Oleh karena itu, di Indonesia terdapat aneka
ragam flora dan fauna. Seperti daun talas, daun jambu biji, daun sirih, cacing tanah, dan lain-
lain. Dan dengan semakin berkembangnya teknologi, banyak penemuan-penemuan yang
dilakukan oleh para ilmuan, sehingga didapatkan pengetahuan baru yang tidak diketahui oleh
masyarakat, misalnya manfaat daun talas sebagai obat untuk membekukan darah saat luka,
daun jambu biji sebagai obat diare, daun sirih sebagai obat pencegah keputihan yang
berlebihan, cacing tanah untuk meredakan panas pada penderita tifus, dan lain sebagainya.
Sebagian besar orang, tentu telah mengenal Lintah. Menurut Justiana (2009), mendefinisikan
lintah (hirudo Medicinalis) adalah hewan dari kelompok filum Annelida subkelas Hirudinea.
Mayoritas orang menganggap lintah adalah hewan yang menjijikkan dan sangat berbahaya.
Karena dalam waktu 30 menit lintah bisa menyedot darah sebanyak 15 ml s/d kuota yang
cukup untuk hidupnya selama setengah tahun. Namun disamping itu, lintah mengandung zat-
zat yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Itulah yang membuat penulis semakin tertarik
membuat makalah dengan judul Manfaat Lintah bagi Kesehatan Manusia. Agar masyarakat
tahu bahwasanya lintah mengandung banyak manfaat bagi kesehatan manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian terapi lintah?
2. Bagaimana ciri-ciri Lintah?
3. Apa zat-zat yang terkandung dalam lintah?
4. Bagaimana cara kerja terapi lintah dan efek samping?
5. Apa manfaat lintah bagi tubuh?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian terapi lintah.

1
2. Untuk mengetahui ciri-ciri lintah.
3. Untuk mengetahui zat-zat terkandung dalam lintah.
4. Untuk mengetahui cara kerja terapi lintah.
5. Untuk mengetahu manfaat lintah bagi tubuh.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Terapi Lintah

Pada awal 1880-an Haycraft pertama mencatat sifat antitrombotik air liur lintah dan
Jacoby menemukan faktor antikoagulan dalam air liur lintah dan menamakannya hirudin pada
tahun 1904. Hirudotherapy kembali muncul sebagai tambahan untuk plastik, rekonstruksi, dan
bedah trauma pada 1970-an dan 1980-an. Pada 1980-an, microsurgeons Prancis mulai
menggunakan lintah untuk membantu replantation digitaldistal melibatkan perbaikan arteri saja.
Saat ini, lintah terapi yang sering digunakan untuk mengobati kongesti vena dalam pengaturan
mikrovaskuler replantation, bedah rekonstruksi, dan traumatologi. Sampai saat ini metode
penyembuhan menggunakan Lintah terus berkembang dan dikenal sebagai Hirudo Therapy.
Terapi lintah memainkan peran penting selama abad XVII dan XVIII, di mana waktu itu
digunakan untuk obat "mengeluarkan darah" dan "pemurnian". Praktek diyakini bisa
menyembuhkan berbagai penyakit dari asam urat, sakit kepala penggunaan lintah kemungkinan
mendapatkan popularitas kalangan praktisi dari proses mengeluarkan darah karena
kemampuannya untuk mencapai tingkat yang lebih bertahap kehilangan darah. Menurut
beberapa, terapi mungkin telah sangat populer sehingga kekurangan lintah dilaporkan di Eropa
pada waktu itu.Antusiasme untuk terapi lintah menyusut di akhir abad kesembilan belas dan awal
abad kedua puluh, tapi kepentingan ilmiah di Hirudo medicinalis terus berlanjut.

2.2 Ciri-ciri Lintah untuk terapi

Secara umum, lintah berbadan leper, mempunyai 34 gelang dan penghisap pada ujungnya.
Ukuran biasa adalah 50 mm dan bahkan mencapai 30 cm. Seekor lintah mungkin mengambil
waktu 15 hingga 30 menit untuk menyedot darah dari badan manusia. Dalam tempo waktu
tersebut, ia dapat menghisap kira-kira 2,5 sehingga 5,5 gr darah. Kuantiti darah tersebut sudah
cukup bagi lintah untuk bertahan selama 6 bulan. Pada air liur lintah terdapat sekurang-
kurangnya 15 jenis zat cair, Diantaranya ialah sejenis zat yang sama seperti yang terkandung
didalam putih telur. Hewan ini tidak memiliki parapodium maupun seta pada segmen tubuhnya.
Sekalipun dikenal dengan nama umum lintah penghisap darah, bagian terbesar diantaranya tidak
hidup sebagai ektoparasit, dan secara khusus ciri-ciri lintah adalah sebagai berikut (Priadi, 2009)

3
Sistem pencernaan lintah Sistem pencernaan lintah terdiri dari mulut, faring, tembolok,
lambung, rectum, anus. Anus terletak pada bagian dorsal. Predator makan larva, keong,
serangga, cacing 75 % penghisap darah, melekat/menempal pada permukaan tubuh vertebrata.
Darah dihisap oleh faring otot dan menampung dalam tembolok. Enzim saliva (hirudin)
mencegah koagulasi darah.Dalam 1x makan , lintah menghisap darah 10x berat badanya.

2.3 Zat-zat yang terkandung dalam lintah

intah mengandung banyak zat yang banyak sekali manfaatnya bagi tubuh manusia. Berikut ini
antara lain zat-zat yang terkandung dalam lintah (Rahman, 2011) :

a. Nitric Oxide : Dalam satu kajian ilmiah University Purdue, Lintah jenis Hirudo Medicinalis
dikenal dapat mengeluarkan NO secara alami. Sementara kajian ilmiah lainya mengatakan
bahwa NO dapat menyelesaikan 90% masalah kegagalan ereksi kaum lelaki. Vagina dan klitoris
wanita apabila tersentuh oleh unsure NO ini, juga dapat meningkatkan rangsangan seksual,
dimana NO tersebut akan member stimulus pada saraf-saraf yang memacu gairah seksual wanita.

b. Hirudin : adalah zat yang dapat mencairkan pembekuan darah, unsure Hirudo medicinalis
dipakai dalam operasi syaraf-syaraf yang kecil, misalnya bekas operasi pada bagian tubuh
tertentu, untuk mencairkan darah yang menggumpal (beku) paska operasi atau saluran darah
yang tersumbat. Hirudin terdiri dari 65 Asam amino yang berpotensi, menghambat pendarahan
atau pembekuan darah. Hirudin akan mengurangi gumpalan darah yang terbentuk dan
meningkatkan aliran darah pada bagian tertentu dalam tubuh kita.

c. Histamine : adalah zat yang berfungsi sebagai pengembang. Zat pengembang ini ditemukan
pada bagian ludah lintah.

d. Hyaluronidase : Zat yang berasal dari ludah lintah yang termasuk dalam jenis obat bius.

e. Anti Kolagen : Zat yang keluar dari air liur lintah atau spesies sejenis berdasarkan penelitian
ternyata dapat digunakan untuk perawatan dan pengendalian trombosit. Zat ini dapat berfungsi
sebagai penunda penuaan dan dapat digunakan sebagai bahan dasar kosmetika

2.4 Cara kerja lintah

4
2.4.1 Cara Melakukan Terapi Linta lintah dapat dilakukan dengan menempelkan dua-tiga ekor
lintah disetiap anggota tubuh yang sakit, selama kurang lebih 30 menit dan tergantung dari
tingkat parah atau tidaknya penyakit yang diderita. Setelah kenyang menghisap darah kotor,
lintah akan jatuh sendiri dan hanya bisa digunakan untuk sekali pakai saja dan dibuang. Bekas
gigitan lintah ditutup dengan plester. Lintah akan menghisap lender dan darah yang menyumbat
pembuluh darah sehingga peredaran darah kembali lancer (Anshori, 2011). Lintah juga dapat
dioleskan kedalam bagian tubuh dengan cara diproses menjadi minyak, yaitu dengan cara
(Anshori,2011) :

a. Lintah biasanya diambil pada musim kemarau, cara menagkapnya dengan abu, atau ditits
dengan minyak tanah, lalu dikeringkan dengan menjemmurnya dibawah sinar terik matahari atau
di panggang. Lintah yang sudah dibersihkan di goring dengan minyak bijan sampai kering
kuning kemudian di keringkan.

b. Kumpulkan lintah yang berukuran besar dan yang masih hidup. Lalu masukkan kedalam
toples atau ke tempat bekas selai yang sudah berisi minyak sayur. Setelah dimasukkan tutup
dengan rapat dan dibiarkan selama 7 hari. Lintah akan melebur menjadi satu dengan minyak
sayur. Dan minyak sayur itu akan berubah menjadi hitam seperti warna lintah.

2.4.2 Efek Samping Terapi Lintah Adapun efek samping terapi lintah antara lain adalah
(Anshori, 2011) : a. Lokal Gatal Transient gatal di tempat gigitan lintah dalam beberapa hari
pertama setelah pengobatan sangat umum dan tidak boleh salah untuk reaksi alergi. Dalam studi
tentang kemanjuran terapi lintah pada pasien dengan osteoarthritis lutut, sekitar 70% dari pasien
yang diobati dengan lintah mengalami gatal local yang berlangsung rata-rata dua hari. Ketika
pasien mengalami gatal local, pasien tidak boleh menggaruk gigitan lintah, terutama setelah
penutupan luka awal, karena bisa menyebabkab penundaan penyembuhan luka.

b. Bekas Luka Bila dibiarkan, gigitan lintah akan cepat menyusut dan tak terlihat cabang tiga
kecil dalam waktu selama satu sampai tiga minggu. Namun, jika penyembuhan luka terganggu
akibat menggaruk luka atau infeksi sekunder, bekas luka akan tetap terlihat untuk waktu yang
signifikan lebih lama.

5
c. Gangguan Luka Penyembuhan Setelah lintah tetes off, tepi luka tiga cabang umumnya
membengkak selama 12-48 jam disertai dengan perasaan ketegangan local, panas, dan memerah.
Bintik-bintik darah kecil (ecchymoses) berkembang di bawah kulit di sekitar gigitan lintah.

2.5 Manfaat lintah bagi tubuh

Lintah merupakan hewan yang menjijikkan ternyata menyimpan banyak manfaat bagi kesehatan
manusia, diantara manfaat lintah untuk kesehatan, yaitu (Anshori, 2011) :

a. Untuk Mengatasi Penyumbatan darah Lintah, binatang sejenis cacing yang gemar mengisap
darah, sejak ratusan tahun lalu dikenal sebagai media penyembuhan serbaguna untuk penyakit
yang berhubungan dengan peredaran darah. Lintah yang ditempelkan pada kulit akan menghisap
darah kotor pada tubuh manusia. Ketika melekat dan menghisap darah, lintah mengeluarkan zat
anestesi yang membuat korban tidak merasa sakit serta menghasilkan suatu cairan yang mampu
mencegah terjadinya penggumpalan dan pengeringan darah yang disebut zat anti kogulan.
Setelah dilakukan penelitian, ternyata lintah diakui mampu mengobati penyumbatan darah, dan
dapat menghisap darah kotor, darah statis, maupun darah teracuni. Karena lintah mengeluarkan
liur yang mengandung hirudin yang bercampur dengan darah dan membawanya ke seluruh
tubuh, sehingga sirkulasi darah menjadi lancer, dan tubuh menjadi sehat dan terasa bugar
kembali.

b. Untuk Mencegah Serangan Jantung Peniliti dari rumah sakit di Selandia Baru mengadakan
penelitian tentang penyakit serangan jantung. Mereka telah meneliti keefektifan penggunaan obat
baru yaitu Bivalrudin untuk penanganan penyakit coronary thrombosis melalui serangkaian
percobaan. Menariknya, ternyata Bivalrudin adalah bentuk lain dari Enzim Hirudin yang
terkandung dalam air liur lintah. Bivalrudin mengandung effect anti-coagulant yang permanen
dan mengurangi kemungkinan serangan jantung sampai dengan 33%. Pengobatan dengan enzym
yang terkandung dalam lintah ini diketahui 30% lebih efektif daripada penggunaan heparin.

c. Untuk Mengobati luka pada penderita Diabetes (gantren) Setiap tahun lebih dari tiga juta
orang di seluruh dunia meninggal akibat dari komplikasi Diabetes Mellitus atau dengan kata lain
terjadi satu kematian setiap tiga detik. Diet serta olahraga yang teratur kemungkinan dapat

6
mengurangi glukosa didalam tubuh secara drastis. Namun, ketika seorang penderita Diabetes
Mellitus mengalami luka, maka luka tersebut dapat menjalar hingga diharuskan amputasi. Terapi
lintah sangat efektif sebagai obat untuk luka tersebut. Untuk mengobati Diabetes Mellitus
(kering) lintah-lintah tersebut ditempelkan pada bagian yang matirasa, kesemutan, kaku, sakit di
sekitar kaki maupun tangan, gangguan seperti buang air kecil pada malam hari, tidak bias buang
air besar setiap hari, dan gangguan disfungsi ereksi bisa disembuhkan dengan terapi sedot lintah
dan herbal secara teratur. Untuk Diabetes Mellitus (basah) lintah-lintah tersebut di tempelkan
pada bagian tubuh yang bengkak, luka yang tidak bisa sembuh, busuk, sudah matirasa di sekitar
lubang luka. Saraf/jaringan yang mati akan hidup kembali hanya dengan terapi lintah tanpa perlu
diamputasi, Diabetes Mellitus (basah) bisa disembuhkan.

d. Untuk Mengobati Saraf terjepit / Cidera Otot Kesemutan adalah gejala yang muncul akibat
gangguan pada system saraf sensorik. Gangguan itu timbul karena rangsang listrik pada system
itu tidak tersalur secara penuh. Berikut ini penyebab kesemutan diantaranya, saraf terjepit otot,
tertimbun cairan tertentu dalam tubuh, atau tercepit benda lain diluar tubuh yang mempengaruhi
otot dan saraf, juga akibat aktivitas anggota tubuh entah tangan, kaki, atau bagian tubuh lain
tanpa henti. Dimulai dari rangsangan berupa sentuhan, tekanan, rasa sakit, suhu panas/dingin.
Rangsangan ini diterima reseptor saraf pada kulit, lalu dikirim ke saraf tepi, masuk dalam
susunan saraf pusat di sumsum tulang belakang.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Lintah (hirudo Medicinalis) adalah hewan dari kelompok filum Annelida subkelas
Hirudinea. Ciri-ciri lintah secara umum adalah berbadan leper, mempunyai 34 gelang dan
penghisap pada ujungnya, ukuran biasa adalah 50 mm, dapat menyedot darah dari badan
manusia sekitar 2,5 sampai 5,5 gr darah dalam waktu 15 hingga 30 menit, dan mempunyai ciri
khusus pada sistem pencernaan, reproduksi, pernapasan, saraf dan indera pada lintah. Zat-zat
yang terkandung dalam tubuh lintah antara lain Nitric Oxide(NO), Hirudin, Histamine, Anti
Kogalen, Hyaluronidase. Terapi lintah dapat dilakukan dengan cara menempelkannya atau
dioleskan dalam bentuk minyak pada anggota tubuh yang sakit, tetapi terapi lintah juga dapat
menimbulkan efek samping yaitu lokal gatal, bekas luka dan gangguan luka penyembuhan.
Lintah yang menjijikkan ternyata menyimpan banyak manfaat bagi manusia yaitu, untuk
mengatasi penyumbatan darah, mencegah serangan jantung, mengobati luka pada penderita
diabetes, mengobati saraf terjepit, mengatasi impotensi, mengobati migraine, mengobati sakit
ginjal, mengatasi kebotakan, mengobati arthritis, dan mengobati hepatitis.

3.2 Saran

sebaiknya jangan terlalu bergantung pada obat – obatan yang banyak mengandung bahan kimia
yang dapat membahayakan. Membiasakan mengkonsumsi bahan alami seperti lintah yang
mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan tubuh manusia.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, 2011. Manfaat Lintah bagi Kesehatan. Bandung: Ganesa Exacta Justiana,

Sandri. 2009,.Khasiat Hewan Melata. Jakarta: Yudhistira Priadi, Arif. 2009.

Biology Flora Fauna. Jakarta: Binacipta Rahman, Agus. 2011., Kandungan Kimia
Lintah.Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai