Anda di halaman 1dari 25

PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Allah Swt., karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah
penyusun dapat menyelesaikan penulisan makalah yang diberi judul "Pengobatan
Alternatif dengan Lintah" .

Terapi lintah merupakan satu dari sekian banyak pengobatan alternatif yang
berkembang di masyarakat saat ini. Metode pengobatan dengan lintah ini cukup efisien
untuk mengobati berbagai penyakit, mulai dari terapi kecantikan hingga jantung
koroner. Makalah ini akan membahas seluk-beluk tentang terapi lintah. Mulai dari
sejarah terapi lintah, jenis-jenis lintah dan fungsinya, teknik dasar terapi lintah, metode
pengobatan yang dilakukan untuk berbagai macam penyakit, serta pandangan medis
terhadap pengobatan alternatif ini.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung sampai dengan penyusunan makalah ini. Besar harapan penyusun,
makalah ini bisa memberikan sumbangsih yang berarti bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dengan terapi lintah. Selanjutnya, saran dan kritik sangat diharapkan
agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.

1
DAFTAR ISI

Prakata......................................................................................................... 1
Daftar Isi..................................................................................................... 2
BAB I Mengenal Pengobatan Terapi Lintah
1.1 Sejarah Pengobatan Terapi Lintah............................................... 3
1.2 Perkembangan Terapi Lintah di Indonesia................................... 5
BAB II Jenis-Jenis Lintah Yang Digunakan Dan Fungsinya
2.1 Ciri-Ciri Lintah............................................................................ 6
2.1.1 Struktur Tubuh.................................................................... 6
2.1.2 Sistem Pencernaan.............................................................. 7
2.1.3 Makanan dan Pencernaan................................................... 8
2.1.4 Sistem Pernapasan.............................................................. 9
2.1.5 Habitat dan Ekologi............................................................ 9
2.2 Jenis-Jenis Lintah......................................................................... 10
2.3 Fungsi Lintah............................................................................... 11
BAB III Teknik Dasar Terapi Lintah
3.1 Bahan dan Peralatan..................................................................... 15
3.2 Persiapan...................................................................................... 16
3.3 Memulai Pengobatan................................................................... 16
3.4 Perawatan Setelah Lintah Dilepaskan.......................................... 17
3.5 Kontra Indikasi............................................................................. 17
3.6 Penyimpanan dan Perawatan Lintah Obat................................... 18
BAB IV Metode Pengobatan yang Dilakukan Untuk Berbagai
Macam Penyakit
4.1 Kebotakan.................................................................................... 19
4.1.1 Mengenal Kebotakan.......................................................... 19
4.1.2 Mengobati Kebotakan......................................................... 20
BAB V Pengobatan Terapi Lintah Menurut Pandangan Medis................ 22
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 25

2
BAB I
MENGENAL PENGOBATAN TERAPI LINTAH

1.1 Sejarah Pengobatan Terapi Lintah

Lintah merupakan hewan invertebrate (tidak bertulang belakang) yang sudah


sejak lama dikenal dalam dunia pengobatan. Selama lebih dari 4000 tahun, lintah
telah menjadi alat untuk mengobati berbagai penyakit. Bahkan, para dokter di
Yunani dan Romawi memuji “kecerdasan” hewan yang satu ini dalam hal
pengobatan.

Berdasarkan catatan sejarah, penggunaan lintah untuk tujuan pengobatan


adalah pada zaman Hippocrates. Menurut tulisan Sanskerta, Dhavantari (bapak
kedokteran India) memegang nectar di satu tangan dan lintah di tangan yang
lainnya. Terapi lintah juga digunakan dalam pengobatan tradisional Cina. Lukisan
dari lintah obat juga telah ditemukan di makam Firaun. Akan tetapi, lintah dalam
kedokteran Yunani dapat ditemukan dalam puisi Alexipharmacia oleh Nicandros.
Seorang dokter Romawi, yaitu Galen menyebutkan bahwa terapi lintah
diklasifikasikan sebagai metode untuk mencapai keseimbangan yang sehat.

Di dunia islam, terapi lintah pertama kali digunakan oleh Ibnu Sina
(Avicenna), Bapak Pengobatan Modern, dalam karyanya The Canon of Medicine
(sekitar tahun 1020-an). Ibnu Sina memperkenalkan penggunaan lintah sebagai
perawatan untuk penyakit kulit dan stagnasi (penyumbatan) darah. Dalam era
lebih maju, pengobatan dengan lintah diperkenalkan oleh Abdel Latif pada abad
ke-12 M, yang menulis bahwa lintah dapat digunakan untuk membersihkan
jaringan penyakit setelah operasi pembedahan. Dalam penggunaannya, ia
menyarankan untuk membersihkan lintah terlebih dahulu dari kotoran dan debu
untuk mencegah timbulnya efek samping.

Pada abad ke-19 lintah menjadi sangat popular, jutaan lintah dibududayakan
untuk kebutuhan medis, karena pada masa itu lintah terkenal bisa menyembuhkan
segala macam penyakit. Pertengahan 1800-an, lintah digunakan mengeluarkan

3
darah local. Para ahli obat menggunakan lintah untuk mengobati pasien, mulai
dari penyakit bisul bernanah pada gusi hingga perubahan warna pada wajah.
Lintah dimasukkan ke mulut dan bagian dalam tenggorokan dengan menggunakan
alat. Kadang-kadang lintah tersebut tertelan oleh pasien. Jika hal ini terjadi, pasien
meminum air asin agar lintah yang tertelan itu mati.

Setelah mengisap, seekor lintah akan minum darah sama beratnya dengan
lintah tersebut dalam waktu sekitar 15 menit dan mengonsumsi antara 2,5 – 5,5
gram darah (setengah sendok teh). Jika perdarahan tidak bisa dihentikan setelah
lintah dilepaskan dari gigitan, untuk menghentikannya bisa menggunakan cuka.

Di Eropa, terapi lintah bisa menjadi salah satu metode yang disukai
masyarakat di sana pada abad pertengahan. Negara-negara yang banyak
menghasilakan lintah untuk digunakan dalam terapi pengobatan, antara lain
Inggris, Skotlandia, Prancis, Hungaria, Ukraina, Turki, Rumania, Rusia, Mesir,
dan Aljazair. Pada 1846 di Prancis, 30 juta lintah digunakan. Sementara itu, rumah
sakit di London dan Paris membutuhkan 13 juta lintah pada tahun tersebut.
Kemudian, industri lintah mulai menurun, karena jumlah lintah yang berlebih dan
pendiskreditkan oleh profesi medis. Pada akhir abad ke-19, masa keemasan lintah
berlalu dan terapi lintah pun dilupakan orang.

Terapi ini kembali digunakan pada awal 1990-an. Sebuah riset medis pada
saat itu berhasil membuktikan bahwa terapi lintah dapat menyembuhkan tumor
tanpa kemoterapi dan pembedahan. Karena kehebatan cara kerjanya, kini
pengobatan modern pun mulai melirik terapi pengobatan dengan menggunakan
lintah.

Di berbagai rumah sakit dan tempat praktik dokter di Jerman banyak


ditemukan terapi lintah untuk penyembuhan. Bahkan, sekitar 250.000 ekor lintah
digunakan setiap tahun di Jerman untuk mengatasi perdarahan. Selain itu, lintah
juga dimanfaatkan dalam operasi plastic. Negara-negara Eropa pada abad ke-18
dan 19 mengimpor lebih dari 100 juta lintah setiap tahun untuk memenuhi
permintaan yang tinggi.

4
Saat ini dokter menggunakan lintah untuk mengobati abses, nyeri sendi,
glaucoma, gravis, dan untuk menyembuhkan penyakit vena dan trombosis. Lintah
medis digunakan dalam operasi plastik, untuk meningkatkan sirkulasi otak, dan
untuk menyembuhkan infertilitas.

1.2 Perkembangan Terapi Lintah di Indonesia

Terapi lintah berkembang di beberapa Negara di dunia, termasuk Indonesia.


Negara tetangga kita, misalnya Malaysia sebenarnya telah lebih dulu
mengembangkan terapi pengobatan dengan menggunakan lintah ini.

Terapi lintah berkembang di Indonesia berawal dari pengiriman delegasi ke


Malaysia untuk mempelajari terapi pengobatan dengan menggunakan lintah
(hirudotherapy). Di Malaysia, para delegasi dari Indonesia memperoleh
pendidikan dan pelatihan terapi pengobatan dengan lintah.

Ilmu yang telah mereka peroleh di negeri Jiran tersebut, kemudian


dipraktikkan di Tanah Air. Mereka juga melakukan pelatihan-pelatihan yang
melahirkan terapis-terapis yang terampil dalam melakukan hirudotherapy. Selain
itu, berbagai penelitian dilakukan agar pengobatan dengan terapi lintah bisa lebih
efektif dan efisien. Penelitian-penelitian yang dilakukan telah memberikan hasil
yang memuaskan sehingga memajukan terapi lintah di Indonesia. Hal ini juga
yang mengundang para delegasi dari Malaysia untuk mempelajari terapi lintah
lebih lanjut di Indonesia.

Di Indonesia, selain tersebarnya klinik-klinik pengobatan terapi lintah di


beberapa daerah, terdapat juga sentra budidaya lintah. Sentra budidaya lintah ini
tidak hanya memenuhi kebutuhan lintah dalam negeri, tetapi juga memasok
kebutuhan lintah untuk pengobatan di luar negeri.

5
BAB II

JENIS-JENIS LINTAH YANG DIGUNAKAN & FUNGSINYA

Lintah adalah hewan dari kelompok filum Annelida sub kelas Hirudinea.
Annelida (dalam bahasa Latin, annulus yang berarti “cincin”) atau cacing gelang adalah
kelompok cacing dengan tubuh ber-segmen. Filum Annelida memiliki tiga kelas, yaitu
Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudenia. Lintah termasuk kelas Hirudenia.

Sebagian besar Hirudenia adalah hewan ektoparasit pada permukaan inangnya.


Inangnya adalah vertebrata (hewan bertulang belakang) termasuk manusia. Hirudenia
parasit merupakan jenis yang hidup dengan menghisap darah inangnya. Adapun
Hirudenia bebas hidup dengan memangsa invertebrate (hewan tak bertulang belakang),
seperti siput. Contoh Hirudenia parasit adalah Haemadipsa (pacet) dan Hirudo (lintah).

Semua spesies lintah adalah karnivora. Beberapa merupakan predator, mendapat


makanan dari berbagai jenis invertebrate, seperti cacing, siput, larva serangga, dan
sebagainya. Lintah memiliki lebih dari 600 spesies yang hidup di daratan, air tawar, dan
laut.

2.1 Ciri-Ciri Lintah

2.1.1 Struktur Tubuh

1. Ukuran panjangnya dari 1-2 cm sampai 5cm, walaupun ada yang


mencapai 12cm, bahkan 30cm (Haemanteria ghiliani dari daerah
Amazon).

6
2. Tubuh dilindungi oleh lapisan kutikula
3. Tubuh relative pipih
4. Tubuh terdiri dari 34 segmen
5. Tidak mempunyai parapodia dan setae
6. Bersifat hermafrodit, memiliki kedua elemen jantan dan betina
7. Sekalipun dikenal dengan nama umum lintah pengisap darah,
bagian terbesar diantaranya tidak hidup sebagai ektoparasit
8. Jumlah segmen tetap, yaitu 34, walaupun lapisan cincin sekunder
di luarnya (annuli) menyamarkan segmentasi primer tersebut
9. Memiliki alat pengisap (sucker) di bagian anterior maupun
posterior
10. Lintah berenang bebas di dalam air dengan gerakan bergelombang
11. Ketika menempel pada inangnya, lintah akan tetap menempel selama
30 menit sampai 6 jam atau lebih
12. Seperti ular, lintah harus melepaskan kulitnya secara berkala
13. Pembuahan dan bertelur biasanya terjadi selama musim semi, musim
panas, dan musim dingin

2.1.2 Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, tembolok, rectum, anus.


Anus terletak pada bagian dorsal. Proses pencernaan penghisap anterior,
mulut, faring, tembolok, usus, usus buntu, anus, pengisap, posterior.

7
Di bagian kerongkongan, tepatnya di tempat isapan, terdapat tiga
rahang yang berbentuk seperti setengah gergaji yang dihiasi sampai 100 gigi
kecil. Dalam waktu 30 menit, lintah bisa menyedot darah sebanyak 15 ml,
kuota yang cukup untuk hidupnya selama setengah tahun. Air ludahnya pun
mengandung zat aktif yang sekurang-kurangnya berisi 15 unsur. Contohnya,
zat putih telur hirudin yang bermanfaat untuk mengencerkan darah dan
mengandung penisilin.

2.1.3 Makanan dan Pencernaan

Lintah hidup sebagai pemakan bangkai, predator, atau sebagai parasit.


Sebagai predator, lintah biasanya memakan larva, keong, serangga, dan
cacing. Sebanyak 75% lintah pengisap darah melekat atau menempel pada
permukaan tubuh vertebrata.

Darah diisap oleh faring otot dan ditampung dalam tembolok. Enzim
saliva yang terdapat dalam air liur lintah berfungsi mencegah koagulasi
darah. Dalam satu kali makan, lintah menghisap darah sepuluh kali berat
tubuhnya. Oleh karena itu, lintah jarang makan karena memiliki cadangan
makanan yang cukup untuk hidup selama setengah tahun.

Lintah memiliki dua alat penghisap (sucker), satu pada tiap ujung. Alat
penghisap dibagian belakang berfungsi untuk berjalan pada permukaan
kering. Adapun penghisap dibagian depan merupakan mulut yang memiliki

8
tiga rahang yang tajamyang meninggalkan bekas gigitan berbentuk Y
terbalik.

Lintah menghisap dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan belalai


untuk menusuk kulit inangnya atau dengan menggunakan tiga rahang dan
jutaan gigi kecilnya. Lintah bisa menemukan mangsanya dengan
mendeteksi minyak dikulit mangsa, darah, panas, bahkan karbondioksida
yang dihembuskan oleh mangsanya.

Untuk makanannya, lintah muda memakan darah hewan air kecil,


seperti katak, kodok, ikan atau belut. Lintah muda belum bisa digunakan
dalam terapi pengobatan. Lintah baru siap digunakan dalam pengobatan
setelah berusia beberapa tahun.

2.1.4 Sistem Pernapasan

Lintah menyedot oksigan melalui kulitnya yang lembap. Jika keadaan


air kurang oksigen, lintah akan muncul ke permukaan untuk mengambil
oksigen.

2.1.5 Habitat dan Ekologi

Habitat lintah adalah di air tawar, rawa-rawa, kolam, ataupun sungai.


Hirudinae adalah hewan ekoparasit pada permukaan tubuh inangnya.
Inangnya adalah vertebrata dan termasuk manusia. Hirudinae parasit hidup
dengan menghisap darah inangnya, sedangkan Hirudinae bebas hidup
dengan memangsa invertebrate kecil seperti siput. Contoh Hirudinae parasit
adalah pacet (haemadipsa) dan lintah (hirudo).

9
2.2 Jenis-Jenis Lintah

Lintah memiliki sekitar 650 spesies. Beberapa spesies sangat khusus, ada
lintah yang hanya memakan cacing tanah. Ada juga lintah yang memakan ikan
dilaut kutub beku. Jenis lainnya hidup di lubang hidung unta Sahara, sedangkan
jenis yang lainnya di dalam rectum dari kuda nil Afrika. Ada juga lintah yang
tinggal di gua-gua Papua Nugini dan menghisap darah kelelawar. Ada juga yang
dinamakan lintah anaconda, mendiami daerah aliran sungai Amazone dan
panjangnya tumbuh hingga 18 inci.

Adapun jenis-jenis lintah yang digunakan untuk terapi pengobatan diseluruh


dunia ada tiga, yaitu :

1. Hirudo meidicinalis

Lintah jenis yang disebut juga lintah eropa ini merupakan jenis yang
paling banyak digunakan dalam terapi pengobatan.

2. Hirudinaria manillensis

10
Lintah asia masih satu keluarga dengan lintah eropa. Jenis lintah ini
paling sering digunakan di Malaysia. Lintah ini hanya memiliki dua
warna, yaitu hitam dan hijau, dan hitam dan coklat. Kulit dibagian bawah
lintah biasanya berwarna lebih terang dibandingkan dengan bagian
atasnya.

3. Haementeria ghilianii

Lintah ini merupakan jenis lintah yang memiliki ukuran besar dan hidup
di sungai Amazon. Penggunaan ketiga jenis lintah ini hampir sama.
Hanya saja, ketiga jenis ini berbeda dalam hal ukuran dan pola tubuh.
Dari ketiga jenis lintah tersebut yang paling popular adalah jenis Hirudo.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika terapi lintah disebut juga
Hirudotherapy. Jenis lintah yang paling sering digunakan untuk terapi
pengobatan adalah Hirudo Medicinalis. Lintah jenis Hirudo Medicinalis
yang berasal dari eropa telah sejak lama dimanfaatkan untuk pengeluaran
darah (plebotomi) secara medis.

11
2.3 Fungsi Lintah

Selain digunakan untuk terapi pengobatan, lintah memiliki segudang


manfaat yang berguna bagi manusia. Fungsi dan kegunaan lintah tersebut, antara
lain sebagai berikut.

1. Lintah menjadikan luka cepat sembuh.

2. Lintah alat untuk terapi yang dijadikan akternatif kedua untuk


membersihkan darah kotor, nanah, dan mempercantik kulit yang keriput.

3. Ekstrak lintah ini juga dijadikan campuran dalam bahan-bahan kosmetik.

4. Protein lintah ini juga boleh dijadikan minyak dan alternative lain dalam
penggunaan obat gosok.

5. Ekstraknya dijadikan medium utama dalam pengobatan, terutama


pembedahan.

6. Perkembangan teknologi telah membuat inovasi pengobatan bagi


pasangan suami istri yang memiliki masalah dalam keharmonisan
hubungan seksual dengan menggunakan minyak lintah. Minyak lintah
telah lama diakui keberadaannya Karena telah dipercaya mempunyai
khasiat yang luar biasa dalam masalah seksual pria. Selain manfaatnya
yang begitu besar, minyak lintah ini juga terbukti aman.

Ekstrak lintah adalah satu bahan yang penting dalam bidang pengobatan.
Ini disebabkan oleh kandungan enzim yang terdapat didalam ekstrak tersebut.
Bahan-bahan enzim yang terdapat di dalam lintah, yaitu hirudin, histamine,
pheromone, dan nitrat oksida yang masing-masing memiliki fungsi tertentu.

 Hirudin adalah bahan pembekuan darah atau anti kolagen yang boleh
digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang berhubungan
dengan pembekuan darah. Apabila lintah menghisap darah binatang
mamalia, hirudin dimasukan kedalam saluran darah mamalia tersebut
untuk pencairan. Setengah spesies lintah mempunyai hirudin di dalam air

12
liurnya dan sebagian pula mengandung hirudin di dalam sel-sel tubuh
mereka.

 Histamine, Pheromone, dan nitrat oksida, walaupun memiliki fungsi


tertentu dalam hal pengobatan, tetapi penggunaannya lebih ditujukan
dengan aktifitas seksual. Histamine sebagai contoh adalah bahan yang
jika digunakan mampu mengembangkan pembuluh darah dan
memungkinkan lebih banyak darah mengalir kebagian-bagian tertentu.

Ekstrak lintah dikeluarkan melalui beberapa cara. Misalnya, di Cina


hirudin dikeluarkan dari lintah hidup tanpa membunuhnya. Lintah ini kemudian
dilepaskan kembali ke kolam. Di eropa lintah harus dibunuh terlebih dahulu
untuk mengeluarkan hirudin dari lintah jenis Hirudo Medicinalis. Lintah-lintah
yang sudah dibunuh kemudian diproses beberapa tahapan sehingga ekstrak
lintah dapat diperoleh.

Para ilmuan terus meneliti keunikan lintah, terutama pada air liurnya. Air
liur lintah yang bisa mencegah atau menghentikan pembekuan darah diyakini
bisa memberikan manfaat lebih bagi manusia suatu saat nanti. Para peneliti juga
telah mengidentifikasi beberapa senyawa medis yang dapat dikembangkan dari
air liur lintah. Air liur lintah yang bersifat antikoagulan dan dapat
menghancurkan darah yang menggumpal berpotensi untuk mengobati penyakit
kardiovaskuler, seperti serangan jantung dan stroke.

Selama menyedot darah inangnya, lintah mengeluarkan campuran


kompleks dari berbagai zat aktif secara biologis dan farmakologi kedalam luka.
Hirudin adalah komponen yang paling terkenal dari air liur lintah. Hirudin
kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan semua zat aktif dalam air liur
lintah. Pada kenyataannya, Hirudin hanya merujuk pada satu zat aktif tertentu
dalam air liur lintah. Komponen air liur lintah obat yang member efek dalam
tubuh inang adalah sebagai berikut.

1. Hirudin : menghambat pembekuan darah dengan mengikat trombin.

2. Calin : menghambat pembekuan darah dengan menghalangi pengikatan


factor von Willebrand untuk kolagen.

13
3. Destabilase : melarutkan fibrin. Efek trombolitik.

4. Hirustasin : menghambat kallikrein, tripsin, chymotrypsin, neutropholic


cathepsim G.

5. Bdellims : anti inflamasi ; menghambat tripsin, plasmi, acrosin.

6. Hyaluronidase : meningkatkan viskositas interstisial, antibiotika.

7. Tryptase inhibitor : menghambat enzim proteolitik.

8. Anti inflamasi eglins : menghambat aktivitas alfa chymotrypsin,


chymase, substilisin, elastase, cathepsin G.

9. Penghambat factor Xa : menghambat aktivitas factor koagulasi dengan


membentuk Xa kompleks molar yang sama.

10. Inhibitor pelengkap : bisa menggantikan inhibitor pelengkap alami jika


terjadi kekurangan.

11. Penghambat carboxypeptidase A : meningkatkan aliran darah di lokasi


gigitan.

12. Zat histamine : meningkatkan aliran darah di lokasi gigitan.

14
BAB III

TEKNIK DASAR TERAPI LINTAH

Lintah yang telah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu, pada awalnya
digunakan untuk menghilanhkan darah yang buruk. Kini, lintah digunakan secara luas
oleh ahli bedah rekonstruktif untuk menghapus darah stagnan dari anggota badan yang
disambungkan. Ketika darah vena tidak kembali ke jantung, lintah membantu
menyambungkan bagian yang terlukan, meningkatkan tekanan, dan mencegah darah
arteri segar masuk ke daerah itu dengan oksigen dan nutrisi. Darah vena harus
dibersihkan dan tekanan harus dikurangi untuk menyelamatkan anggota badan yang
terluka. Lintah mampu melakukan hal ini dengan sangat baik karena air liurnya yang
mengandung biokimia penting, termasuk vasodilator, anti koagulan, dan anestesi.

3.1 Bahan dan Peralatan

Bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan terapi pengobatan dengan


lintah, yaitu.

1. Lintah

2. Lancet (jarum) : Fungsi lancet bisa diganti dengan kuning telur

3. Sarung Tangan

4. Tissue atau Lap Kain

5. Wadah untuk lintah bekas

6. Kain kasa atau kapas

15
7. Plester

3.2 Persiapan

Sebelum melakukan terapi pengobatan lintah, lakukan langkah-langkah


persiapan seperti berikut ini.

1. Cuci tangan.

2. Gunakan sarung tangan.

3. Bersihkan area dengan kasa steril yang normal saline basah kuyup.

4. Kulit pasien dibersihkan secraa menyeluruh dengan menggunakan kain kasa


steril atau yang sudah dicelupkan ke air kunyit.

5. Lintah dibersihkan terlebih dahulu. Untuk membersihkannya bisa dengan


mencelupkan lintah ke dalam air yang dicampur kunyit bubuk.

3.3 Memulai Pengobatan

Terapi pengobatan dengan lintah tidak boleh dilakukan oleh sembarang


orang. Terapi lintah hanya boleh dilakukan oleh orang yang telah mengikuti
pelatihan terapi lintah sehingga dia menguasai betul prosedur terapi dan cara
terapi pengobatan yang tepat bagi pasiennya.

Setelah persiapan untuk melakukan terapi lintah terpenuhi, pengobatan bisa


dimulai dengan memperhatikan langkah-langkah berikut.

1. Ambil lintah dengan menggunakan tissue atau lap

2. Bagian lintah yang ditempelkan pertama adalah bagian belakang lintah


atau ekor (ujung yang besar). Kemudian, arahkan ujung yang lebih kecil
(kepala) ke bagian yang akan diterapi. Kepala lintah dapat dikenali

16
dengan mencari gerakan-gerakan maju, sementara ujung ekor digunakan
sebagai pengisap untuk menempel.

3. Jika lintah enggan menggigit, beri tetesan kecil darah, yang diambil dari
tempat yang akan diterapi dengan tusukan jarum. Bisa juga dengan
meneteskan kuning telur.

4. Tempelkan lintah lain jika diperlukan. Lintah-lintah yang digunakan


harus dalam jumlah yang memadai.

5. Tutup lintah dengan kapas basah.

6. Gunakan kain kasa disekitar area terapi untuk membantu mencegah


lintah berpindah dari tempat yang akan diterapi.

7. Pantau terus lintah untuk memastikan lintah tidak berpindah tempat.

8. Jika lintah sudah terisi dengan cukup darah, biasanya lintah jatuh sendiri.
Jika tidak, gunakan garam atau bubuk kunyit di kepalanya.

9. Tutup luka bekas gigitan

10. Terapi pengobatan mungkin memerlukan satu sampai enam kali


pengobatan atau lebih, bergantung pada tujuan dan tingkat respon dari
pasien.

3.4 Perawatan setelah Lintah Dilepaskan

1. Kulit pasien tempat lintah menyedot darah harus diperiksa untuk memastikan
jika ada kemungkinan infeksi local. Mungkin juga terjadi komplikasi lain
(karena bakteri Aeromonas hydrophilia ada dalam usus lintah) seperti
pneumonia gastroesofagus-enteritis.

2. Luka-luka kecil dapat dibersihkan dan dicuci dengan madu, dan diperban.

3. Terapi lintah harus diterapkan sekali hingga enam kali dalam seminggu,
bergantung pada penyakit dan keparahan. Satu lintah harus khusus disediakan
untuk satu pasien.

17
3.5 Kontra Indikasi

Pada pasien berikut ini, terapi pengobatan lintah tidak bisa diterapkan.

1. Penderita hemophilia dan kelainan darah lainnya

2. Penderita anemia

3. Orang yang alergi terhadap hirudin

4. Pasien dengan kondisi badan yang lemah

5. Wanita hamil

6. Penderita radang usus

Pasien dalam kondisi sehabis makan ataupun dalam kondisi sangat lapar
tidak boleh melakukan terapi lintah.

3.6 Penyimpanan dan Perawatan Lintah Obat

1. Lintah harus disimpan dalam wadah yang bersih dengan air yang
mencukupi. Perbandingan air dan lintah yaitu 2 lintah per 250 ml air.

2. Suhu ideal tempat penyimpanan lintah adalah 15º - 25º celcius.

3. Lintah tidak boleh terkena sinar matahari langsung.

4. Air tempat lintah disimpan harus steril dan bebas klorin.

5. Ketika mengganti air, air pengganti harus memiliki suhu yang sama seperti
sebelumnya.

6. Untuk mencegah kontaminasi silang, lintah yang sudah digunakan tidak


boleh disatukan dengan lintah yang belum digunakan.

18
BAB IV

METODE PENGOBATAN YANG DILAKUKAN

UNTUK BERBAGAI MACAM PENYAKIT

Kelenjar ludah lintah mengandung lebih dari 100 zat bioaktif dan memiliki anti-
pembengkakan, bakteriostatik, analgesik, menghilangkan gangguan mikrosirkulasi,
mengembalikan per-meabilitas pembuluh darah jaringan dan organ yang rusak,
menghilangkan hipoksia (kekurangan oksigen), mengurangi tekanan darah,
meningkatkan aktivitas sistem kekebalan tubuh, mendetoksifikasi organisme,
menghilangkan komplikasi yang mengancam, seperti infark, stroke, meningkatkan
status bio-energi organisme.

Cara injeksi lintah sangat sederhana. Setelah ditempatkan pada kulit, lintah akan
menggigit, Kemudian, air liur lintah masuk ke saluran darah menuju pusat penyakit
melalui pembuluh.

4.1 KEBOTAKAN
4.1.1 Mengenal Kebotakan

Kulit adalah garis utama pertahanan tubuh terhadap infeksi. Ada tiga
lapisan umum untuk kulit, yaitu epidermis, dermis dan hipodermis, yang
terdiri dari sel-sel kulit, kapiler, kelenjar keringat dan folikel rambut.
Penyakit kulit umum sering terjadi di dua lapisan paling atas, epidermis dan
dermis.

19
Kebotakan merupakan kondisi yang sangat biasa pada setiap
manusia. Kerontokan rambut bisa terjadi pada setiap bagian tubuh, tetapi
area yang sering terjadi adalah di bagian kulit kepala. Kebotakan cenderung
terjadi pada laki-laki, tetapi bisa juga terjadi pada wanita, yang bisa
mengakibatkan rasa kurang percaya diri. Penyebab kebotakan bisa
bermacam-macam, antara lain :

 Factor keturunan
 Infeksi jamur
 Ketombe
 Lemahnya akar rambut
 Rambut rontok
 Stress berlebihan
Kulit kepala manusia rata-rata berisi 100.000 hingga 150.000 helai
rambut. Setiap hari, sekitar 100 helai rambut secara alami hilang dari
kepala. Kebotakan genetik disebabkan oleh kegagalan tubuh untuk
menghasilkan rambut baru yang memadai, bukan dengan rambut rontok
berlebihan.

4.1.2. Mengobati Kebotakan

Bagian kulit kepala yang mengalami kebotakan memiliki jumlah


rambut kurang karena memiliki sirkulasi darah kurang dibandingkan
dengan bagian lain. Perkembangbiakkan jamur di bagian tersebut bisa
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan aliran darah berkurang.

Terapi lintah dapat meningkatkan dan melancarkan sirkulasi darah.


Begitu juga apabila terapi lintah dilakukan pada bagian kulit kepala yang
mengalami kerontokan dan kebotakan, peningkatan sirkulasi darah akan

20
memacu pemusatan dan penghantaran nutrisi ke akar rambut yang nantinya
akan memacu pertumbuhan rambut. Pasien yang mengalami kebotakan
akibat jamur juga dapat diatasi karena kandungan zat alami antibakteri yang
terdapat pada enzim air liur lintah akan memerangi jamur tersebut.

Untuk mengobati kebotakan, beberapa lintah ditempelkan pada area


kulit kepala pasien yang botak. Luka bekas gigitan lintah bisa diobati
dengan bubuk kunyit. Terapi lintah ini hendaknya diulang sekali dalam
seminggu. Beberapa pasien menunjukkan hasil yang menggembirakan
setelah 5 kali terapi. Hasil setelah beberapa kali terapi, yaitu adanya
pertumbuhan baru rambut di kulit kepala yang botak.

21
BAB V

PENGOBATAN TERAPI LINTAH DALAM PANDANGAN MEDIS

Metode pengobatan terapi lintah telah disetujui oleh banyak negara, Metode
pengobatan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu ini telah terbukti efisien
mengobati berbagai macam penyakit. Di beberapa negara di dunia, terutama Eropa dan
Amerika, terapi lintah telah menjadi metode pengobatan yang diakui oleh negara.
Pengobatan dengan menggunakan lintah sudah diakui oleh US Food and Drug
Administration [FDA]. Lembaga ini mengelompokkan lintah sebagai salah satu alat
medis dan telah menyetujui penggunaan lintah untuk operasi kecil. Di Jerman,
diperkirakan sekitar 70.000 pengobatan dalam beberapa tahun terakhir ini
memanfaatkan lintah. Lintah memang diakui memiliki peran yang besar dalam dunia
kedokteran karena telah banyak membantu dokter, terutama ahli bedah dalam
melakukan tugasnya.

Pengalaman telah membuktikan bahwa terapi pengobatan dengan menggunakan


lintah sangat membantu penyembuhan penyakit dan terbukti aman. Kelenjar air liur
lintah memiliki banyak kegunaan terutama di berbagai penyakit yang berhubungan
dengan sirkulasi darah. Lintah memiliki bakat untuk menciptakan luka yang berdarah
selama berjam-jam. Air liur lintah ini bekerja pada saat lintah menyedot darah melalui
pembuluh darah dan kemudian fokus pada penyakit yang akan diterapi. Zat dalam air
liurnya bisa membius luka, mencegah pembekuan, dan melebarkan pembuluh untuk
meningkatkan aliran darah.

Terapi lintah jarang pernah menyebabkan komplikasi serius. Rasa sakit lokal
pada pengobatan dan gatal jangka pendek merupakan efek samping yang biasa.
Sebagian besar pasien menggambarkan rasa sakit terasa ketika lintah pertama kali
menggigit dan berlangsung selama sekitar satu sampai lima menit. Setelah lintah
memasukkan air liur yang lebih banyak, rasa sakit itu pun mulai menghilang. Rasa sakit
yang dirasakan setiap pasien berbeda-beda. Ada yang ringan, dan ada pula yang rasa
sakitnya seperti disengat tawon, tetapi hal ini jarang terjadi. Rasa sakit ini bergantung

22
pada sikap pasien terhadap lintah, ukuran rahang lintah, *kekuatan menggigit, intensitas
isap, dan jumlah air liur lintah.

Terapi lintah bisa juga menimbulkan rasa gatal. Rasa gatal di tempat gigitan
lintah dalam beberapa hari pertama setelah pengobatan sangat umum dan bukanlah
suatu reaksi alergi. Sebelum terapi, pasien hendaknya diberi tahu terlebih dulu tentang
efek samping rasa gatal ini. Pasien tidak boleh menggaruk gigitan lintah, terutama
setelah luka ditutup, karena ini dapat menunda penyembuhan luka.

Setelah lintah terlepas, luka yang ditinggalkan lintah umumnya membengkak


selama 12-48 jam yang disertai dengan rasa panas dan warna kemerahan. Di sekitar
gigitan lintah terdapat bercak darah kecil yang berkembang di bawah kulit. Bercak
darah pada awalnya ungu kemerahan, kemudian berubah kekuningan, dan akhirnya
menghilang dalam waktu sekitar dua minggu. Selain itu, kadang-kadang terjadi juga
peradangan lokal yang disertai dengan gatal-gatal. Radang ini biasanya mereda dengan
es. Penyebab gangguan ini kemungkinan adalah penanganan yang tidak tepat ketika
terapi.

Lintah memiliki jalinan yang kuat dengan obat. Dalam bahasa Inggris Anglo-
Saxon, kata "leech" merupakan sinonim untuk kata dokter. Pada awal abad ke-19,
seorang dokter Prancis, Franois-Joseph-Victor Broussais, dikatakan telah membuat
resep berupa lintah sebanyak 30 ekor pada saat sebelum dia bahkan melihat pasien-
pasiennya.

Ketika ilmu kedokteran semakin maju, terapi lintah tidak digunakan lagi.
Namun, dengan munculnya operasi mikrovaskuler dan transfer jaringan, ahli bedah
menemukan kembali nilai makhluk itu. Dua ahli bedah Slovenia mempelopori
pengobatan lintah modern pada 1960. Kemudian, pada 1985, ahli bedah plastik Harvard
Joseph Upton merawat seorang anak 5 tahun yang telinganya telah digigit oleh anjing
sehingga terlepas. Telinga, yang memiliki pembuluh darah yang sangat kecil, tidak
pernah berhasil disambungkan kembali. Namun, dengan bantuan lintah, telinga anak itu
bisa diselamatkan.

Sembilan tahun kemudian, lintah juga berhasil menyelamatkan kehidupan


seorang anak 8 tahun berkebangsaan Belanda. Dalam sebuah operasi untuk kelainan

23
kongenital wajah, anak tersebut mengalami pembengkakan begitu parah sehingga
lidahnya penuh dengan darah dan menjulur keluar dari mulutnya, menghalangi jalan
napasnya. Steroid dan antibiotik tidak membantu. Tetapi, enam jam kemudian setelah
27 lintah diterapkan, anak tersebut terselamatkan. Hal ini sekali lagi menegaskan peran
penting lintah dalam dunia medis.

Tidak ada yang tahu berapa banyak nyawa yang telah diselamatkan, tetapi
literatur medis menjelaskan lintah digunakan untuk mengurangi kemacetan pasca
operasi vena parah setelah operasi jari, kaki, telinga, dan lain-lain. Lintah juga telah
memberikan kontribusi yang besar bagi dunia farmasi. Para peneliti telah menemukan
berbagai senyawa dari air liur lintah yang berfungsi untuk mencegah pembekuan darah,
mengobati peradangan, melebarkan pembuluh darah, membunuh bakteri, dan
menghilangkan rasa sakit.

24
DAFTAR PUSTAKA

http://leechtherapy.org
http://noviakl10jambi.wordpress.cm
http://nusaindah.tripod.com
http://www.ad-dawaa.info
http://www.bterfoundation.org
http://www.klinik-miltihirudo.com
http://www.leeches.biz

Ismiati, Rita. 2005. TERAPI LINTAH Untuk Pengobatan 19 Penyakit Ganas. Jakarta :
Penerbit Dunia Sehat
Juall Carpenito, Lynda. 2009. DIAGNOSIS KEPERAWATAN Aplikasi Pada Praktek
Klinis. Edisi 9. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sulung, Gagas. 2010. 50 Tempat Pengobatan Alternatif Di Jogja dan Solo. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama
Martin Tucker, Susan dan Mary M.Canobbio .2000. Standar Perawatan Pasien.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

25

Anda mungkin juga menyukai