Anda di halaman 1dari 2

Nama : Elisa S.

H Putra
Nim :2018 38 008
Prodi : Biologi
PRAKTIKUM ETNOZOOLOGI

KAJIAN ETNOZOOLOGI PEMANFAATAN HERPETOFAUNA OLEH BEBERAPA


MASYARAKAT DI INONESIA

Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu pusat keanekaragaman hayati terkaya di dunia. Sampai saat ini telah
diketahui bahwa sekitar 12% mamalia, 17% aves, 25% pisces, 15% insekta dan 15% tumbuhan
berbunga ditemukan di Indonesia. Menurut Biodiversity Action Plan for Indonesian, 16% dari amphibi
dan reptil dunia terdapat di Indonesia dengan jumlah lebih dari 1100 jenis, sehingga Indonesia menjadi
negara yang mempunyai jumlah amphibi dan reptil terbesar di dunia. Tetapi jumlah tersebut
diperkirakan masih jauh di bawah keadaan yang sebenarnya.
Pemanfaatan satwa liar, termasuk herpetofauna (reptil dan amfibi) oleh masyarakat lokal
sesungguhnya telah terjadi sejak jaman dahulu kala untuk memenuhi berbagai kepentingan terkait
kehidupan keseharian masyarakat. Pemanfaatan herpetofauna oleh masyarakat lokal ini merupakan
bagian kecil dari disiplin ilmu yang disebut ‘Etnozoologi’. Didefinisikan sebagai disiplin ilmu yang
bertujuan untuk memahami bagaimana manusia merasakan dan melakukan interaksi dengan sumber
daya hewani sepanjang sejarah.
Keberadaan masyarakat lokal yang sering kali berada di lokasi – lokasi terpencil membuat
masyarakat lokal banyak tergantung dari sumber daya di sekitarnya dalam memenuhi kebutuhan sehari
– sehari, termasuk sebagai sumber protein dan sumber pengobatan. Reptil dan amfibi banyak telah di
manfaatkan oleh masyarakat lokal sebagai sumber protein yang murah dan mudah di dapat. Jenis –
jenis reptil tertentu, misalnya kura-kura, relatif mudah ditemukan dan dimanfaatkan dagingnya karena
pola pergerakan yang lambat. Selain sumber protein, herpetofauna banyak dipercaya sebagai obat
tradisional yang murah dan mudah didapat. Tokek dan kadal, misalnya dipercaya memiliki khasiat
obat tradisional. Amfibi juga memberikan manfaat bagi manusia, seperti sebagai sumber protein
hewani ataupun manfaat tak langsung sebagai bagian dari rantai makanan. Di beberapa negara
berkembang katak dijadikan sebagai komoditi penting yang diekspor ke negara maju. Selain itu juga
masih banyak lagi manfaat herpetofauna yang perlu dikaji dan melalu suatu penelitian ilmiah yang
terstruktur dan dapat dipertanggungjawabkan

Metode
Metode yang digunakan adalah studi pustaka terkait pemanfaatan herpetofauna yang ada di
Indonesia.
Hasil dan Pembahasan
Dari beberapa literatur yang telah di telaah maka ditemukan beberapa hasil berupa pemanfaatan
herpetofauna di beberapa daerah yang ada di Indonesia. Masyarakat Jawa menggunakan reptil dengan
cara di makan. Pada umunya digunakan sebagai obat penyakit kulit, yaitu cecak, ular, tokek dan kadal.
Masyarakat menggunakan cecak untuk mengobati step. Mereka juga percaya bahwa ramuan kobra
dapat menyembuhkan penyakit kulit dan diabetes, minyak bulus dapat membuat zakat kuat dan tegang.
Pengobatan ular kobra dewasa ini menjadi bisnis di Solo dan sekitarnya. Kemudian empedu kobra
digunakan untuk diminum dicampur dengan jenewer (minuman keras Jawa). Masyarakat Belangin di
Desa Mu’un, Kabupaten Landak, Kalimantan, memanfaat herpetofauna tidak hanya untuk pangan
tetapi juga untuk pengobatan, beberapa jenis penyakit seperti kencing manis, asma, flu, malaria,
gigitan hewan berbisa, tipes, sakit pinggang bahkan terdapat satwa yang dipercaya dapat
menyembuhkan segala jenis penyakit. Salah satu adat istiadat masyarakat Dayak belangin di desa
Mu’un melakukan penyembuhan untuk orang sakit biasa disebut (beruba masak) melalui bilal dan
dukun. Jenis – jenis hewan yang digunakan antara lain adalah biawak (Varanus salvator) diolah
dengan cara empedu biawak diminum untuk menyembuhkan asma, flu dan gigitan hewan berbisa.
Labi – labi diolah seluruh tubuhnya untuk dimakan karena dipercaya menyembuhkan malaria dan
Asma.
Masyarakat suku Dayak Ella di Desa Sungai Labuk, Melawi, Kalimantan, memanfaatkan cecak
sebagai alat mistis. Seluruh tubuh digunakan untuk ritual. Suku Dayak Ella mempercayai jika cecak
yang datang di tangan diberi anugerah menyembuhkan dan bila jatuh dikepala pertanda musibah. Pada
masyarakat Dayak Seberuang di Desa Gunung Mali, Sintang, menggunakan herpetofauna untuk
pengobatan tradisional serta untuk ritual adat. Kodok dipercaya oleh masyarakat Dayak Seberuang,
Biawak, ular sawak, ular tedung, ular piayik digunakan empedu, lemak serta dagingnya untuk
pengobatan tradisional. Pada masyarakat Melayu Desa Nanga Kabupaten Kapuas Hulu mempercayai
biawak sebuah hal mistis bila masuk ke dalam rumah dipercaya merupakan pertanda buruk.
Masyarakat di daerah Sumatera Barat memanfaatkan minyak kadal. Tepatnya di Sijunjung
menggunakan kadal jenis Eutropis multifasciata sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai macam
penyakit kulit berupa alergi, eksim, dan gatal – gatal. Masyarakat di Payakumbuh memanfaatkan untuk
menyembuhkan sakit pinggang dan rematik. Masyarakat Padang memanfaatkannya untuk
menyembuhkan, kusta, kusta, ambeyen, sesak napas, koreng, sakit gigi, panu, dan bercak hitam pada
wajah.

Simpulan
Dari hasil yang telah didapatkan maka dapat disimpulkan bahwa beberapa suku yang berada di
Indonesia menggunakan herpetofauna sebagai alat pengobatan tradisional dan untuk acara-acara adat
ritual. Hewan – hewan yang dimanfaatkan antara lain cecak, ular, tokek, biawak, labi -labi, kodok, dan
kadal untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti step, penyakit kulit, asma, malaria, flu,
gigitan hewan berbisa, tipes, penambah stamina, dan untuk acara ritual adat.

Daftar Pustaka
Hamdani, R., Tjong, D. H., & Herwina, H. (2013). Potential of herpetofauna on tradisional medicine in West
Sumatera. Jurnal Biologi Universitas Andalas, 2(2), 110–117.
Mardiastuti, A., Masy’ud, B., Ginoga, L. N., Sastranegara, H., & Topo, S. (2020). Pemanfaatan Herpetofauna
oleh Masyarakat Lokal di Indonesia (Issue December).

Anda mungkin juga menyukai