Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TENIK PERKEMBANGBIAKAN

PEMBEKUAN SEMEN

DISUSUN OLEH:

ELISA SECSIO HENDRA PUTRA


2018 38 008

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengawetan semen dalam bentuk penyimpanan beku (kriopreservasi) sel -


sel germinal merupakan salah satu metode konservasi plasma nutfah yang memiliki
keunggulan spesifik. Melalui program inseminasi buatan, tingkat keberhasilan
penyimpanan spesimen beku ini, dapat dijadikan tolok ukur yang signifikan.
Berdasarkan fakta di lapangan ternyata pengawetan semen domba melalui proses
pembekuan, memungkinkan menurunnya tingkat fertilitas bila dibandingkan
dengan semen segar. Selanjutnya dikatakan pula bahwa motilitas spermatozoa pada
semen yang dibekukan mengalami penurunan sekitar 30 – 60% dibandingkan
dengan semen segar.
pada ternak, media pengencer yang digunakan masih terus dikembangkan,
proses pengolahan semen, pengenceran semen sangat penting dilakukan karena
pengenceran bertujuan untuk memperbanyak volume semen sehingga lebih banyak
hewan yang dapat diinseminasi, menyediakan zat makanan untuk spermatozoa,
mempertahankan tekanan osmotik dan keseimbangan elektrolit, berfungsi sebagai
buffer serta mencegah terjadinya pertumbuhan kuman.

1.2 Tujuan

Tujuan dari tulisan/makalah ini adalah untuk mengetahui proses


pengenceran semen hingga proses pembekuan semen.
II. PEMBAHASAN

2.1 Pengenceran Semen

Semen yang didapat saat penampungan setelah memenuhi kualitasnya


dilakukan pengeceran agar didapat semen beku yang banyak. Pengenceran
semen dibutuhkan pengencer yang dapat menjamin terjadinya proses
metabolisme dan menjamin terjadinya proses metabolisme dan respirasi
spermatozoa selama proses pendinginan, pencetakan ke dalam straw ataupun
selama pembekuan
2.1.1 Penyiapan Bahan – Bahan
Bahan – bahan dan peralatan yang dipergunakan untuk media
pengenceran semen harus terhindar dari bahan – bahan yang mematikan
spermatozoa. Pengencer yang dibuat harus antiseptik dan di simpan di suhu
dingin atau refrigerator, akan tetapi tidak dalam kondisi beku. Bahan – bahan
yang ada di pengencer (extender) adalah gula sederhana (misal: glukosa,
laktosa atau rafinosa) ditambahkan sebagai sumber energi spermatozoa.
Kuning telur dan skim milk digunakan untuk melindungi dari cold shock.
Pada saat pendinginan dari suhu tubuh sampai 5°C, substansi tersebut juga
sebagai nutrisi spermatozoa. Bermacam – macam bahan yang digunakan
sebagai buffer sehingga pH mendekati netral dan tekanan osmose sekitar 300
m.Mol yang ekuivalen (sama) dengan semen, plasma darah dan susu,
sedangkan untuk menghambat mikroorganisme di dalam semen ditambahkan
penisilin, streptomisin, polymyxin-B atau kombinasi lain antibiotik.
Berbagai macam bahan pengencer yang sering digunakan:
1. Pengencer Tris Aminomethan Kuning Telur
Bahan yang dapat digunakan sebagai media pengencer antara lain
Trisam aminomethan kuning telur. Pngencer ini memiliki bahan atau
zat yang dapat diperlakukan oleh spermatozoa yang merupakan sumber
makanan baginya, antara lain yaitu seperti fruktosa, laktosa, rafinosa,
asam – asam amino dan vitamin dalam kuning telur sehingga
spermatozoa dapat memperoleh sumber energi dalam jumlah yang
cukup untuk motilitasnya.
Khasiat kuning telur terletak pada lipoprotein dan lechitin yang
terkandung di dalamnya yang bekerja mempertahankan dan melindungi
integritas selubung lipoprotein dari sel spermatozoa. Kuning telur juga
mengandung glukosa yang lebih baik digunakan oleh spermatozoa
untuk metabolismenya daripada fruktosa yang terdapat di dalam semen,
berbagai protein, vitamin – vitamin yang larut di dalam air maupun
yang larut dalam minyak, dan memiliki viskositas yang mungkin
menguntungkan spermatozoa. Kuning telur mengandung asam – asam
amin L – tyosin, L – trytophan, dan L – Phenilalanin yang menghasilkan
hidrogen peroksida pada deaminasi oksinatif. Kuning telur juga
mengandung bahan di antaranya lipoprotein dan lechitin yang berfungsi
melinungi spermatozoa terdapat cold shock, karena kemampuannya
mempertahankan dan melindungi integritas selubung lipoprotein dan
membran sel spermatozoa (Susilawati 2011)
2. AndroMed
Andromed merupakan suatu medium tanpa kuning telur untuk
semen beku dan cair yang mempunyai angka fertilitas tinggi walaupun
tanpa kandungan dari hewan aslinya. Selain itu juga tidak mempunyai
risiko kontaminasi mikroorganisme serta mudah dalam penanganan dan
waktu penyimpanan. Bahan pengencer instan ini berupa cairan tersusun
atas akuabidest, fruktosa, gliserol, asam sitrat, buffer, fosfolipid,
spectynomycine, linomycine 15 mg, tylocin 5 mg, gentamycine 25 mg.
Andromed adalah pengencer alternatif baru, hasilnya lebih baik jika
dibandingkan dengan pengencer tris kuning telur. Selain itu Andromed
juga bisa menghasilkan motilitas dan ketahanan spermatozoa yang
lebih baik daripada media tris kuning telur. Andromed berisi bukan
protein hewani seperti protein kunging telur. Motilitas progersif post
thawing Andromed juga lebih baik dari Trilady (Susilawati 2011).
3. Pengencer TCM 199 Kuning Telur
TCM 199 adalah sebutan dari Tissue Cluture Medium 199 adalah
media yang biasa digunakan untuk sel kultur atau embrio, produk dari
sigma medium ini mengandung bahan – bahan yang lengkap untuk
kebutuhan hidup sel.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan hasilnya menunjukkan
bahwa TCM 199 kuning telur memiliki hasil yang lebih baik dari Tris
aminomethan kuning telur. Medium pengencer TCM 199 kuning telur
ini adalah merupakan hasil pencampuran dari TCM 199 produk sigma,
serum dan kuning telur (Susilawati 2011).
4. Pengencer Semen Alternatif
Pengencer semen alternatif yang dimaksudkan adalah pengencer
semen dengan menggunakan bahan – bahan yang ada di lingkungan
sekitar, misalnya pemanfaatan air kelapa atau air garam fisiologis,
banyak sekali penelitian yang menggunakan produk tanaman akan
tetapi hanya berupa penelitian yang hingga saat ini belum ada yang
dipublikasikan;. Misalnya menggunakan sari buah, susu, kuning telur,
itik, entok dan madu. Di dalam perkembangan pengetahuan tentang
pengencer alternatif, diupayakan tidak menggunakan produk dari
hewan akan tetapi bahan – bahan dari tanaman.
Berdasarkan kebutuhan spermatozoa hidup dengan menggunakan
medium yang sesuai untuk kehidupannya dan juga geraknya, maka di
dalam membuat pengencer perlu diperhitungkan kedua macam fungsi
tersebut, selain itu juga daya simpan pengencer perlu diperhitungkan
kedua macam fungsi tersebut, selain itu juga daya simpan dari
pengencer tersebut dan paling penting adalah diketahuinya bahan aktif
yang terkandung di dalam bahan tersebut dan yang paling penting
adalah diketahuinya bahan aktif yang terkandung di dalam bahan
tersebut, sedangkan yang tak kalah pentingnya terdapatnya bahan
ikutan yang bersifat toksik. (Susilawati 2011)
2.1.2 Penentuan Kadar Pengenceran
Perhitungan volume pengencer adalah sebagai berikut: volume pengencer
sama dengan volume semen dikalikan dengan konstentrasi dikalikan dengan
progresive motility dibagi dengan dosis IB kemudian dikurangi volume
semen dan pengamatan persentase daya hidup spermatozoa. (Hartanti et al,
2012)
Kadar pengenceran semen yaitu sebagai berikut
1. Fosfat kuning telur terdiri atas 1 bagian kuning telur segar dan satu bagian
penanggah fosfat (2.0 g Na2HPO4. 12 H2O + 0.2 KH2PO4 + 100 ml
Aquadestilata)
2. Sitrat Kuning Telur Terdiri atas (1-7) bagian kuning telur dan satu bagian
Na sitrat (2.9 g Na3C6H5O7. 2H2O ml Aquadestilata)
Khasiat kuning telur ada pada kandungan lipoprotein dan leicithin
yang ada di dalamnya, berfungsi melindungi integritas selubung
lipoprotein sel spermatozoa. Kuning telur juga mengandung glukosa yang
lebih disukai oleh sel – sel spermatozoa untuk metabolismenya.
3. Air Susu Pengencer
Pengenceran dengan air susu akan berhasil baik dengan pengenceran 1 :
25 susu bubuk 9% dalam larutan aquadestilata. Air susu mentah.
2.1.3 Prosedur Pengenceran Semen
Pengenceran dilakukan dengan cara membagi tiga bagian semen yang telah
didapatkan kemudian satu bagian dari semen tidak di enceran dan dua bagian
semen diencerkan dengan jenis pengencer yang ingin digunakan( Hartanti et
al., 2012). Menurut (Toelihere et al., 2002) semen dipisahkan menjadi dua
bagian yaitu A1 dan A2. Semen diencerkan terlebih dahulu dengan pengencer
A1 yang tak bergliserol kemudian disimpan selama 1 – 2 jam, lalu
dicampurkan lagi dengan pengencer A2 pada temperatur 3 – 5°C untuk
selanjutnya di equilibrasi selama 4 jam pada temperatur lemari es.

2.2 Pemeriksaan Sebelum pembekuan


Pemeriksaan sebelum pembekuan yaitu dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan terkait daya hidup dari spermatozoa dengan cara membuat
preparat yaitu meneteskan semen pada gelas objek kemudian ditutup
menggunakan cover glass, kemudian menggantu preparat tersebut di bawah
mikroskop perbesaran 10 x 10. Penilaian didasarkan pada banyaknya
spermatozoa yang bergerak maju yang dinyatakan dalam persen (%) dengan
nilai 1 – 100. Pengamatan dilakukan setiap jam. Pemeriksaan spermatozoa
dilakukan melalui tiga orang panelis untuk mengurangi subjektivitas (Hartanti
et al., 2012).

Gambar 2.2 Proses Pemeriksaan Semen Sebelum dibekukan

2.3 Pembekuan Semen


Bahan untuk pembekuan yang dapat digunakan adalah dry ice, liquid
cair, O2 cair, dan N2 cair yang paling populer sebab merupakan pilihan yang
paling cocok karena dapat disimpan dalam waktu yang lama dengan teknik
penyimpanan yang mudah dengan menggunakan kontainer.
Metode pembekuan dengan menggunakan peler, straw atau ampul
selalu didinginkan lebih dulu dalam suhu 5°C, kemudian diuapkan di atas N2
cair sebelum di masukan ke dalam N2 cair, hal ini karena straw atau ampul
mempunyai dinding yang kuat, sehingga memberikan kesempatan agar
dinginnya masuk terlebih dahulu dalam waktu yang cepat. Bila menggunakan
ampul kira – kira 3°C, per menit hingga -15°C, biasanya titik bekunya sekitar
-150°C dan ampul juga di masukan dalam N2 cair dengan suhu -196°C.
pembekuan yang sangat cepat akan menyebabkan cold shock dan
pembentukan kristal es, pembekuan dengan cara lambat dapat menyebabkan
konsentrasi garam meningkat saat keluarnya air pada saat pembekuan dan
meningkatnya tekakn osmose pada periode pembekuan akan merusak protein
dan lipoprotein di dalam spermatozoa dan akrosom. (Susilawati 2011)
Cold shock dapat dicegah dengan cara pendinginan dilakukan secara
perlahan – lahan dan juga dapat dicegah dengan cara menambahkan bahan
dalam pengencer yang berfungsi sebagai pelindung sel sperma dari
pengkristalan.

2.4 Thawing Semen


Semen beku tetap dapat digunakan selama disimpan (Terendam di
dalam N2 cair. Apabila semen beku sudah pernah di thawing maka harus
segera di IB kan dan tidak dapat disimpan lagi.
Straw dapat dithawing dengan suhu antara 0°C - 65°C atau lebih tinggi.
Proses thawing harus dilakukan sama besarnya dengan proses pembekuan,
pada kemasan ampul di thawing 8 menit pada suhu 37°C atau lebih,
sedangkan dalam bentuk pelet di thawing pada suhu 40°C tapi dalam praktik
dering digunakan dengan menggunakan air es.
Prinsip dari thawing adalah semakin dingin suhu thawing maka
waktunya semakin lama, sebaliknya semakin tinggi suhu thawing maka
waktunya semakin cepat. Problem yang ada di inseminator di Indonesia
adalah lokasi antar peternakan yang berjauhan sehingga apabila harus
membawa kontainer menjadi beban ang berat, maka di masukan di dalam
termos es maka selama 3 jam masih dalam kondisi layak untuk IB, uji coba
ini dapat di aplikasikan oleh inseminator yang sulit mencari nitrogen cair atau
lokasi yang saling berjauhan.
III. PENUTUP

1.1 Simpulan

Dari pembahasan dari beberapa literatur yang telah didapatkan maka


dapat disimpulkan proses pembekuan semen melalui beberapa tahap yaitu
pengenceran, pemeriksaan sebelum pembekuan, penyiapan straw dan
freezing. Pengenceran menggunakan beberapa bahan yaitu Tris
Aminomethan kuning telur, Andro med, TCM 199 kuning telur, semen
alternatif dan s
DAFTAR PUSTAKA

Hartanti D, Setiatin E., Sutopo. 2012. Perbandingan Penggunaan Pengencer Semen


Sitrat Kuning Telur dan Tris Kuning Telur terhadap Persentase Daya Hidup
Spermatozoa Sapi Jawa Brebes. Anim Agric. 1(1):32–42.

Kusnadi, I. 2018. Pengenceran Sperma. URL: https://slideplayer.info/slide/-


12079087/. Diakses Tanggal 23 April 2021

Susilawati T. 2011. Spermatology. malang: Universitas Brawijaya Press.

Yahaq, M. . (2019) Pembekuan Semen. URL: http://eprints.undip.a-


c.id/71052/3/BAB_II.pdf. Diakses Tanggal 23 April 2021.

Anda mungkin juga menyukai