Oleh :
1. Dian Nuraini 14030244003
2. Rizka Efi Mawli 14030244007
3. Rokhmatul Ummah 14030244025
4. Zeinbrilian C. E. 14030244037
BIOLOGI 2014
A. Latar Belakang
Kemajuan bioteknologi peternakan saat ini dikembangkan pesat pada
bidang reproduksi, salah satunya yaitu Inseminasi Buatan (IB). Inseminasi buatan
merupakan cara memasukkan semen (sperma) ternak jantan ke saluran reproduksi
betina dengan bantuan manusia dan menggunakan alat yang dinamakan
insemination gun. Pengembangan Inseminasi Buatan ini memiliki banyak
keuntungan, yaitu meningkatkan produksi ternak secara kualitatif dan kuantitatif
dengan menggunakan semen pejantan yang bebas penyakit dan mempunyai mutu
genetik yang tinggi serta mengurangi biaya pemeliharaan pejantan (Fitri, 2009 ;
Tatiek, 2007).
Menurut Salisbury dan Van Demark (1985) penyimpanan spermatozoa
dapat dilakukan pada temperatur di atas titik beku (semen cair) dan pada
temperatur di bawah titik beku (semen beku). Penyimpanan spermatozoa juga
membutuhkan pegencer untuk mempertahankan kualitas spermatozoanya.
Menurut Hawk (1965) dalam Qomariyah, dkk. (2001) jenis pengencer terdiri dari
pengencer organik, anorganik, dan gabungan antara organik dan anorganik.
Pengencer anorganik terdiri dari bahan-bahan kimia seperti larutan NaCl, Na-
sitrat, ringer Na-phospat dan lain-lain, sedangkan pengencer organik misalnya air
susu, santan kelapa dan air kelapa.
Pada penelitian ini, digunakan teknik penyimpanan pada temperatur di atas
titik beku (semen cair) karena prosesnya lebih mudah dan tidak membutuhkan
nitrogen cair. Pengencer yang digunakan yaitu pengencer tris yang terdiri dari
Aminomethan, asam sitrat, karbohidrat sederhana, kuning telur, penicillin,
streptomycin dan aquades. Tris Aminomethan berfungsi sebagai buffer dan
mempertahankan keseimbangan osmotik dan keseimbangan elektrolit. Fruktosa
menyediakan makanan sedangkan kuning telur berfungsi sebagai pelindung
spermatozoa terhadap cold shock serta sebagai sumber energi (Triana, 2005).
Kuning telur memiliki komposisi gizi yang lebih lengkap dibandingkan
putih telur. Komposisi utama kuning telur adalah terdiri dari air, protein, lemak,
karbohidrat, mineral, dan vitamin (Sarwono, 1995) dan protein telur termasuk
sempurna karena mengandung semua jenis asam amino esensial dalam jumlah
yang cukup besar (Haryanto, 1996). Manfaat dari kuning telur yaitu :
1. Mempertahankan dan melindungi integritas selubung lipoprotein sel
spermatozoa.
2. Bersifat osmotik sebagai penyanggah sel spermatozoa terhadap larutan
hipotonik dan hipertonik.
3. Sebagai pelindung terhadap dingin dan mencegah terjadinya peningkatan
kalsium ke dalam sel yang dapat merusak spermatozoa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh pengencer tris dengan konsentrasi kuning telur 0%, 10%,
15% dan 20% terhadap kualitas (motilitas dan viabilitas) spermatozoa manusia
pada penyimpanan suhu refrigerator 40-50C ?
2. Bagaimana pengaruh lama waktu penyimpanan terhadap motilitas dan
viabilitas spermatozoa manusia pada penyimpanan suhu refrigerator 40-50C ?
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh pengencer tris dengan konsentrasi kuning telur 0%,
10%, 15% dan 20% terhadap kualitas (motilitas dan viabilitas) spermatozoa
manusia pada penyimpanan suhu refrigerator 40-50C.
2. Mengetahui pengaruh lama waktu penyimpanan terhadap motilitas dan
viabilitas spermatozoa manusia pada penyimpanan suhu refrigerator 40-50C.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Segi Teoritis :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan mengenai teknik penyimpanan semen spermatozoa pada pengencer
tris dengan suplemen kuning telur.
2. Segi Praktis :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan dalam bioteknologi
terutama pada inseminasi buatan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Struktur Spermatozoa
Sel spermatozoa dihasilkan di bagian tubulus seminiferus yang letaknya
berada di dalam testis. Spermatozoa adalah sel yang memanjang terdiri atas
bagian kepala spermatozoa, akrosom, ekor spermatozoa, dan bagian membran
plasma (Toelihere, 2006). Spermatozoa Kromatin yang padat tersebut
mengandung DNA kromosom dengan jumlah kromosomnya adalah haploid yang
dihasilkan dari pembelahan miosis pada saat pembentukan spermatozoa. Bagian
kedua dari sel spermatozoa adalah ujung anterior dari nukleus yang terdapat
akrosom berfungsi untuk menutupi spermatozoa. Akrosom adalah kantong
membran berlapis ganda yang berfungsi untuk melapisi nukleus saat tahap akhir
pembentukan spermatozoa. Akrosom mengandung enzim-enzim penting yang
berperan dalam proses fertilisasi, seperti akrosinase, hialuronidase, dan berbagai
enzim hidrolisis lainnya (Susilawati, 2011; Hafez, 2008; Garner dan Hafez, 2008).
Bagian ekor spermatozoa terdiri atas tengah (middle piece), utama
(principal piece), serta bagian ujung (end piece). Pada bagian tengah (middle
piece) ekor spermatozoa terdiri atas aksonema. Aksonema merupakan ekor yang
tersusun dari sembilan pasang mikrotubulus secara radial mengelilingi dua pusat
filamen. Di dalam bagian tengah ini tersusun 9+2 mikrotubulus dalam yang di
bagian luar dibungkus oleh lapisan kasar atau serabut tebal yang berhubungan
dengan sembilan pasang aksonema. Selanjutnya aksonema dan serabut tebal di
bagian perifer dilapisi oleh sejumlah mitokondria, yang merupakan sumber energi
yang diperlukan untuk motilitas spermatozoa untuk bergerak. Bagian utama
(principal piece) pada sel spermatozoa di bagian tengahnya tersusun atas
akronema yang berhubungan langsung dengan serabut tebal dan bagian ujung
ekor (end piece) spermatozoa juga tersusun atas akronema, namun dibungkus oleh
membran plasma (Garner dan Hafez, 2008).
Gambar 2.1. Struktur Spermatozoa (Hafez, 2008)
1. Morfologi
Gambar 2.2. Struktur Morfologi Sperma Normal (Guyton dan Hall, 2007)
Morfologi sperma menunjukkan persentasi bentuk abnormal yang
ditemukan dalam semen. Terdapat dua klasifikasi yang digunakan untuk
menentukan morfologi sperma yaitu berdasarkan kriteria WHO, dan kriteria
Kruger’s strict. Teratozoospermia (<15% morfologi normal sperma) dapat terjadi
pada keadaan demam, varikokel, dan stres (Wein, dkk., 2012).
B. Kualitas Spermatozoa
Spermatozoa yang sudah diejakulasikan akan dinilai berdasarkan beberapa
parameter agar dapat menunjang keberhasilan reproduksi. Parameter penilaian
spermatozoa yang sering digunakan diantaranya dengan melihat motilitas,
viabilitas, konsentrasi, dan integritas membran spermatozoa (Feradis, 2010).
a. Motilitas Spermatozoa
Motilitas spermatozoa merupakan hal dasar yang sangat penting sebagai
parameter penilaian spermatozoa. Spermatozoa yang sudah diejakulasikan harus
memiliki standar motilitas >70% dengan alasan agar dapat melewati saluran
reproduksi betina dengan pH asam dan untuk menunjang keberhasilan fertilisasi.
Motilitas merupakan salah satu faktor penting sebagai penentu kualitas
sperma pada analisa sperma. Motilitas spermatozoa sangat menentukan
keberhasilan spermatozoa menembus mukus serviks). Dengan demikian motilitas
merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan proses fertilisasi.
Turunnya motilitas spermatozoa akan berpengaruh pada terjadinya kehamilan
(Mortimer,1994).
Penilaian motilitas spermatozoa menurut Feradis (2010) dan metode
Garner dan Hafez (2008) dapat dilihat dengan menggunakan dua parameter yakni:
1.) Gerak Massa
Gerak massa terlihat seperti gumpalan awan hitam gelap dengan gerak
sangat cepat dan berpindah-pindah. Gerak massa spermatozoa tergantung pada
konsentrasi spermatozoa yang hidup di dalamnya. Menurut Susilawati (2011)
penilaian gerak massa dapat dinilai sebagai berikut:
- Sangat baik (+++), jika terlihat gelombang spermatozoa yang besar dengan
jumlah banyak, tampak berwarna gelap dan geraknya sangat aktif, serta
gumpalan awan hitam bergerak cepat yang selalu berpindah tempat.
- Baik (++), jika terlihat gelombang-gelombang kecil spermatozoa yang tipis,
jarang, dan geraknya lamban.
- Lumayan (+), jika tidak terlihat gelombang-gelombang spermatozoa, namun
hanya gerakan-gerakan individual aktif progresif.
- Buruk (0), jika terlihat hanya sedikit atau ada gerakan-gerakan individual
spermatozoa.
Menurut Hafez (2008) syarat minimal nilai post thawing motility agar
spermatozoa dapat digunakan dalam IB adalah 40%.
Standar nilai viabilitas normal dalah ≥ 58%. Bila sperma yang motil
ditemukan kurang dari 58% sperma yang viabel, maka kemungkinan motilitas
sperma akan menurun karena terdapat sperma yang mati (nekrospermia). Perlu
dilakukan pemeriksaan viabilitas pada analisa sperma ini.
C. Konsentrasi
Konsentrasi spermatozoa sangat penting karena untuk dapat mengetahui
berapa besar pengencer yang digunakan (Susilawati, 2011). Menurut Feradis
(2010) metode penghitungan konsentrasi spermatozoa salah satunya dapat
dilakukan dengan menggunakan spectrofotometer atau hemocytometer. Prosedur
menghitung spermatozoa menggunakan hemocytometer adalah: semen dihisap
dengan pipet eritrosit hingga tanda 0,5, kemudian hisap larutan NaCl 3% hingga
mencapai tanda 101 (yang berarti semen diencerkan 200x). Pipet eritrosit
digoyang-goyang membentuk angka delapan agar semen tercampur homogen
dengan larutan NaCl 3%. Buang campuran tersebut beberapa tetes dan digoyang
lagi, kemudian tempatkan satu tetes pada kamar hitung Neubauer yang ditutup
dengan gelas penutup. Hitung spermatozoa yang terdapat di dalam lima kotak
pada posisi diagonal. Karena setiap kamar memiliki 16 kamar kecil, maka di
dalam 5 kamar terdapat 80 ruangan kecil. Seluruh gelas hemocytometer memiliki
400 ruangan kecil dengan volume setiap ruangan kecil adalah 0,1 mm3 dan
pengenceran 200x serta jika di dalam 5 kamar atau 80 ruangan kecil terdapat N
spermatozoa, maka konsentrasi spermatozoa semen yang dievaluasi adalah N x
0,01 juta spermatozoa per mm3 atau N x 10 juta spermatozoa per milimeter semen
(Rizal dan Herdis, 2008).
D. Pengencer Semen
Pengenceran semen adalah upaya untuk memperbanyak volume semen,
mengurangi kepadatan spermatozoa serta menjaga kelangsungan hidup
spermatozoa sampai waktu tertentu pada kondisi penyimpanan di bawah atau di
atas titik beku (Rusdin dan Jum’at 2000). Pengenceran dan penyimpanan semen
merupakan usaha mempertahankan fertilitas spermatozoa dalam periode yang
lebih lama yakni untuk memperpanjang daya hidup spermatozoa, motilitas, dan
daya fertilitasnya (Rusdin dan Jum’at 2000).
Beberapa bahan pengencer yang umum digunakan dalam pengencer semen
adalah kuning telur, susu, air kelapa. Bahan pengencer lain yang berpotensi
dimanfaatkan untuk dapat mempertahankan kualitas spermatozoa adalah
pengencer NaCl Fisiologis, Ringer Laktat dan Ringer Dextrose. Ketiga larutan
tersebut dapat digunakan sebagai pengencer semen sebab komposisi kimianya
relatif isotonis dengan cairan tubuh dan plasma semen.
Larutan pengencer semen yang memiliki komposisi kimia lebih lengkap
akan memberikan fungsi yang baik bagi spermatozoa yang diencerkan, subtrat-
subtrat nutrisi diperlukan spermatozoa untuk mempertahankan hidupnya, terutama
bagi spermatozoa yang disimpan terlebih dahulu sebelum diinseminasikan
(Ridwan, 2008).
Bahan pengencer yang efektif untuk spermatozoa harus mengandung zat-
zat makanan, ion-ion, daya penggerak, dan ikatan kimia yang diperlukan untuk
mempertahankan proses pertukaran zat yang seimbang dalam sel-sel, pH yang
sesuai, dan tekanan osmotik yang optimum (Salisbury dan VanDemark, 1985).
Kadar pengenceran juga perlu ditentukan agar supaya setiap satuan
volume semen yang akan diinseminasikan ke hewan betina mengandung cukup
spermatozoa untuk memberikan fertilitas atau kesuburan yang tinggi tanpa
membuang-buang spermatozoa yang berlebihan (Toelihere, 1985).
Rizal (2006) menyatakan bahwa penyimpanan semen pada suhu rendah
(umumnya pada suhu 3-5°C dan -196°C) sering terjadi suatu proses yang disebut
cekaman dingin (cold shock) yang dapat merusak membran plasma sel dan
berakibat kematian spermatozoa. Usaha untuk mempertahankan fertilitas
spermatozoa dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu dengan penambahan
pengencer yang dapat menjamin kebutuhan fisik dan kimiawi spermatozoa dan
penyimpanan pada kondisi dan suhu tertentu yang dapat mempertahankan
kualitasnya.
Spermatozoa fungsional yang normal dapat menghasilkan Reactive
Oxygen Spesies (ROS) (Rizal, 2009), oleh sebab itu perlu adanya pengencer yang
berfungsi untuk meminimalisir timbulnya cold shock dan ROS. Fungsi pengencer
adalah dapat menunjang dan mempertahankan kehidupan spermatozoa selama
massa penyimpanan. Untuk dapat dijadikan sebagai pengencer semen, maka
pengencer harus dapat menyediakan zat-zat makanan yang digunakan sebagai
sumber energi spermatozoa. Hal yang sangat penting adalah dapat melindungi
spermatozoa dari cold shock saat penyimpanan, serta menyanggah perubahan pH
yang terlalu asam akibat asam laktat hasil metabolisme spermatozoa. Tekanan
osmotik dan keseimbangan cairan elektrolitnya juga harus dapat dijaga dan dapat
mencegah pertumbuhan dan berkembangnya bakteri dengan harapan volume
semen dapat diperbanyak (Feradis, 2010).
Feradis (2010) menyatakan bahwa syarat-syarat untuk dapat digunakan
sebagai pengencer seharusnya bahan-bahan yang digunakan hendaknya murah,
sederhana, dan praktis. Sebaiknya juga diperhatikan pengencer mengandung
unsur-unsur yang sifat fisik dan kimianya hampir sama dengan spermatozoa.
Pengencer juga harus dapat mempertahankan dan tidak membatasi fertilisasi
spermatozoa, terlebih lagi tidak boleh mengandung toksik. Saat penilaian motilitas
spermatozoa harus dapat terlihat dengan mudah agar nilai pergerakan semen dapat
ditentukan. Untuk dapat melakukan penyimpanan semen manusia dengan
pengencer alternatif yang mudah didapat dan kualitasnya baik, salah satunya
adalah menggunakan pengencer dasar Tris. Pengencer dasar Tris tersusun atas
Tris, asam sitrat, fruktosa, antibiotik penicillin, sterptomycin, kuning telur dan
akuabidestilata. Kelebihan dari pengencer dasar Tris adalah telah mengandung
antibiotik (sebelum ditambahkan kuning telur) dan dapat disimpan dalam
refrigerator suhu 3-5oC hingga tujuh hari tanpa mengurangi daya preservasinya
terhadap spermatozoa (Rizal dan Herdis, 2008).
Menurut hasil penelitian Pravitasari (2013) pengencer dasar Tris dikenal
mempunyai hasil yang baik terhadap keberhasilan pembekuan semen, selain itu
pengencer dasar Tris mempunyai kemampuan mempertahankan motilitas
spermatozoa yang tinggi karena pengencer dasar mengandung zat sumber energi,
antara lain fruktosa dan asam sitrat sebagai buffer dan meningkatkan aktifitas
spermatozoa.
Kelebihan lain dari pengencer dasar Tris adalah komposisi karbohidratnya
sesuai dengan substrat utama yang digunakan dalam metabolisme spermatozoa.
Fruktosa merupakan substrat utama yang digunakan dalam proses metabolisme
untuk menghasilkan energi berupa ATP bagi spermatozoa.
Asam sitrat berfungsi sebagai buffer yang mengikat butir-butir
krioprotektan, menjaga tekanan osmotik, dan menjaga keseimbangan elektrolit
(Susilawati, 2011). Dengan adanya kadar asam sitrat yang cukup tinggi dalam
semen akan mengikat ion kalsium menjadi kalsium-sitrat atau dapat mencegah
presipitasi semen, sehingga dapat menekan pengaruh buruk ion kalsium terhadap
spermatozoa.
Penambahan antibiotik ke dalam pengencer semen bertujuan untuk
mempertahankan daya tahan hidup spermatozoa selama penyimpanan dan
meminimalisir perkembangan mikroorganisme. Antibiotik yang umum digunakan
dalam pengencer semen adalah kombinasi antara penisilin dan streptomisin.
Kombinasi ini dilakukan karena masing-masing memiliki fungsi yang berbeda,
yakni terhadap mikroorganisme gram positif dan negatif. Antibiotik memang
tidak membunuh mikroorganisme, tetapi berfungsi dalam menghambat
perkembangan mikroorganisme (Rizal dan Herdis, 2008).
Bahan pengencer yang dapat mempertahankan osmolaritas spermatozoa
adalah dengan unsur utama Tris dikarenakan mengandung garam dan asam amino
(Hafez, 2008). Tris berfungsi sebagai buffer yang dapat digunakan untuk
mempertahankan keseimbangan osmotik dan keseimbangan elektrolit.Tingkat
osmolaritas juga dipengaruhi oleh kandungan bahan-bahan kimia yang terkandung
dalam cairan seminal plasma yang memiliki pengaruh pada sel spermatozoa.
Kandungan bahan kimia dalam cairan seminal plasma digolongkan menjadi dua
golongan utama yaitu kelompok elektrolit yang berupa ion dan kelompok non
elektrolit yang berupa gula (Purdy, 2006). Menurut penelitian Irawan (2010)
pengaruh larutan fruktosa sebagai gula menjadikan sel spermatozoa aktif atau
motil yang memiliki persentase motilitas 98,3%. Hal ini menunjukkan tingkat
osmolaritas larutan fruktosa di bawah 300 mOsm/kg dapat memicu spermatozoa
untuk aktif atau motil.
Kuning telur memiliki komposisi gizi yang lebih lengkap dibandingkan
dengan putih telur. Komposisi utama kuning telur adalah air, protein, lemak,
karbohidrat, mineral dan vitamin. Protein yang terkandung dalam kuning telur
termasuk protein yang sempurna karena mengandung semua jenis asam amino
esensial dalam jumlah yang cukup besar.Menurut Toelihere (1985), kuning telur
mengandung lipoprotein dan lichtin yang dapat digunakan untuk mempertahankan
dan melindungi integritas selubung lipoprotein dari sel spermatozoa serta dapat
mencegah cold shock.
Komposisi kuning telur antara lain adalah :
Komposisi telur ayam Satuan
Kalori (kal) 16,2
Protein (g) 11,5
Karbohidrat (g) 0,7
Kalsium (g) 54
Fosfor (g) 180
Besi (mg) 2,7
Vitamin A (UI) 900
Vitamin B (mg) 0,1
Vitamin C (mg) 0
Air (g) 74
Bdd (%) 90
E. Suhu
Suhu adalah suatu besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau
dingin suatu benda. Suhu ini menjelaskan ukuran rata-rata energi kinetik partikel-
partikel di dalam suatu bahan, dan terkait dengan panasnya atau dinginnya suatu
benda. Untuk mengetahui pasti dingin atau panasnya suatu benda, diperlukan
suatu besaran yang dapat diukur dengan alat ukur.
No Alat Bahan
1 Gelas obyek Semen segar manusia
2 Gelas penutup Alkohol
3 Tabung setrifus plastic Kapas
4 Aluminium foil Tris
5 Pipet steril Asam sitrat
6 Stik gelas Glukosa
7 Mikropipet ukuran Fruktosa
8 Mikrotip Penisilin-streptomisin
9 Hemositometer Kuning telur segar
10 Cawan petri Deionize water / air untuk infus
11 Rak tabug reaksi Pewana eosin negrosin
12 Water bath -
13 Hand conter -
14 Mikroskop cahaya -
15 Pembakar Bunsen -
Gelas beker ukuran 50, 100,
16 -
250 ml
17 Kertas saring -
Syringe/jarum suntik ukuran 5,
18 -
10 ml
C. Prosedur Kerja
1. Sterilisasi Peralatan
a. Bersihkan semua peralatan dari bahan-bahan yang menempel dengan
menggunakan air mengalir.
b. Rendamlah semua peralatan dengan sabun tidak berbau (teepol)
semalam.
c. Gosok dan bilas dengan air mengalir sebanyak 5 kali.
d. Rebus dengan air panas selama 5 menit.
e. Bilas dengan air DO / aquades steril sebanyak 2kali.
f. Keringkan.
g. Lakukan sterilisasi kering untuk peralatan dari gelas di dalam oven.
h. Lakukan sterilisasi basah atau di UV untuk peralatan dari plastik.
A. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai
berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Spermatozoa Manusia.
Hasil
Hari/ Tanggal/ Pukul Perlakuan
Motilitas Viabilitas
22 Februari 2017/ Hari
Semen segar 40% 62,5%
ke-0/ pukul 15.38
Kontrol 5% 30%
Kontrol 0% 0%
A. Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini, yaitu :
1. Pengencer tris dengan konsentrasi kuning telur 10% merupakan konsentrasi
yang paling optimal terhadap kualitas (motilitas dan viabilitas) spermatozoa
manusia pada penyimpanan suhu refrigerator 40-50C.
2. Spermatozoa manusia pada pengencer tris dengan suplemen kuning telur yang
disimpan dalam suhu refrigerator 40-50C mampu bertahan hingga 30 jam.
B. Saran
Diharapkan pada penelitian selanjutnya, menggunakan pengencer yang
lebih cocok untuk penyimpanan spermatozoa manusia agar waktu penyimpanan
dapat bertahan lebih lama dan kualitas spermatozoa (motilitas dan viabilitas) lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA