Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI

“TEKNIK PENYIMPANAN SPERMA KAMBING PADA MEDIA TRIS,


FRUKTOSA DAN KUNING TELUR”

OLEH :
1. Windi Nur Pratama (12030204211)
2. Alfia Kusuma Ramadhani (12030204217)
3. Rifanni Putri Andina (12030204242)

PENDIDIKAN BIOLOGI INTER 2012

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha peternakan di Indonesia belum mencapai tingkat perkembangan yang
menggembirakan. Sampai saat ini pemerintah telah melakukan bermacam-macam
upaya guna mencapai tingkatan yang diinginkan. Salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah untuk peningkatan populasi ternak adalah teknologi reproduksi inseminasi
buatan.
Pengembangan usaha peternakan melalui inseminasi buatan adalah untuk
memperbaiki mutu genetik ternak, peningkatan kualitas dan kuantitas, serta
menguntungkan peternak. Inseminasi buatan merupakan bioteknologi modern yang
berkembang saat ini. Dalam melakukannya diperlukan semen yang cukup dari segi
kualitas maupun kuantitasnya. Kualitas semen umumnya ditentukan berdasarkan daya
gerak (motilitas), daya hidup (viabilitas), intergritas membran dan abnormalitas
spermatozoa baik pada semen segar, setelah diencerkan maupun setelah dibekukan.
Untuk mengamati secara keseluruhan tentang molititas, viabilitas, intergritas
membran diantara pengencer dengan semen (Ihsan, 2011).
Pada dasarnya kualitas semen cair cepat menurun pada proses penyimpanan pada
suhu kamar baik dengan adanya bahan pengencer maupun tanpa bahan pengencer.
Cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi penurunan kualitas selama
penyimpanan pada suhu kamar yaitu dengan pengenceran semen menggunakan
pengencer yang mengandung komposisi yang sesuai dengan perbandingan yang tepat
antara pengencer dengan semen sehingga dapat memberikan keadaan lingkungan dan
nutrisi optimum bagi spermatozoa. Beberapa bahan yang dapat ditambahkan dalam
pengencer semen anatara lain: protein, lemak, serum, dan zat-zat kimia lain seperti
gliserol (Ihsan, 2011).
Media pengencer semen yang digunakan adalah kuning telur dengan fruktosa.
Media fruktosa memiliki manfaat untuk menjaga tekanan osmotik dan integritas dari
membran spermatozoa selama penyimpanan. Sedangkan penggunaan bahan berupa
kuning telur bertujuan untuk mempertahankan dan melindungi integritas selubung
lipoprotein sel spermatozoa, memiliki sifat osmotik sebagai penyanggah sel
spermatozoa terhadap larutan jipotonis dan hipertonis, serta sebagai pelindung terhadap

2
kondisi dingin dan mencegah terjadinya peningkatan kalsium ke dalam sel yang dapat
merusak sel spermatozoa (Salamon dan Maxwell, 2000).
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui kualitas spermatozoa kambing yang
diencerkan dan disimpan dengan media fruktosa yang ditambahkan kuning telur.
Kualitas sperma dapat di ukur secara mikroskopis dan makroskopis. Motilitas dan
viabilitas sperma kambing dilihat selama 3 hari berturut-turut setelah pengenceran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kualitas semen kambing secara mikroskopis yang diencerkan dan
disimpan dengan media fruktosa dengan penambahan kuning telur?
2. Bagaimanakah kualitas spermatozoa kambing secara mikroskopis yang
diencerkan dan disimpan dengan media fruktosa dengan penambahan kuning
telur?
3. Berapa volume pengenceran media fruktosa dengan penambahan kuning telur
yang baik untuk semen kambing?

C. Tujuan Praktikum
Berkaitan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitan ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan kualitas semen sapi secara mikroskopis yang diencerkan dan
disimpan dengan media tris yang ditambahkan kunig telur.
2. Mendeskripsikan kualitas spermatozoasapi secara mikroskopis yang diencerkan
dan disimpan dengan media tris yang ditambahkan kuning telur.
3. Mendeskripsikan volume pengenceran yang baik bagi semen sapi sehingga
mampu menjaga kualitas semen sapi lebih lama.

D. Manfaat Praktikum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Mengetahui metode dan media yang baik untuk praktikum penyimpanan
spermatozoa pada kambing.
2. Menambah wawasan pengetahuan tentang praktikum penyimpanan spermatozoa
pada kambing.

3
3. Memberikan referensi untuk melakukan praktikum penyimpanan spermatozoa
selanjutnya.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Teknologi Penyimpanan Spermatozoa

Penyimpanan spermatozoa merupakan salah satu bentuk kegiatan penyimpanan


semen yang telah diejakulasikan oleh hewan pejantan dengan menambahkan berbagai
bahan yang dapat mempertahankan motilitas dan viabilitas suatu semen. Teknik ini
diperlukan agar terjadi penguarangan atau menahan agar tidak terjadi proses
metabolisme spermatozoa sehingga dapat memperpanjang kehidupan spermatozoa
tersebut, serta untuk melindungi sumber genetik di masa yang akan datang.
Penyimpanan spermatozoa pertama kali dilakukan oleh Lazaro Spallanzani pada tahun
1776 dengan cara yang sangat sederhana. Kemudian teknologi penyimpanan
spermatozoa ini dikembangkan jauh lebih baik lagi, dengan menambahkan berbagai
bahan pengencer, krioprotektan (cryoprotectants) dan antibiotik.
Teknologi penyimpanan spermatozoa berhasil dicapai dengan baik hingga
mencapai abad ke-20. Kombinasi antara suhu penyimpanan, komposisi bahan kimia
pengencer, krioprotektan serta kontrol kebersihan merupakan hal yang sangat penting
utnuk menjaga kelangsungan hidup spermatozoa menjadi lebih lama. Metode utama
yang biasa digunakan dalam menyimpan spermatozoa adaah dengan menerapkan
penyimpanan sperma cair pada suhu 0oC – 15oC. Spermatozoa yang telah disimpan
pada suhu dingin, biasanya akan mengalami cekaman dingin (cold shock). Untuk
mengurangi terjadinya cekaman dingin dapat dilakukan dengan cara melakukan
pendinginan secara gradual atau menambahkan lipid ke dalam bahan pengencer. Lipid
berbagai sumber mampu menahan/mengurangi pengaruh cekaman dingin terhadap
spermatozoa.
Dalam menerapkan teknologi penyimpanan spermatozoa, terdapat kebutuhan-
kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mempertahankan kualitas spermatozoa baik
ditinjau dari segi motilitas dan viabilitas. Bahan-bahan tersebut antara lain (Salamon
dan Maxwell, 2000):
a. Media pengencer dasar, berupa media Tris (hydroxymethyl amino-methane)
yang merupakan komponen utama di dalam bahan pengencer untuk pembekuan
spermatozoa sapi, domba dan babi. Penggunaan tris (10-15 mM) tidak akan
mengganggu motilitas dan metabolisme spermatozoa.

5
b. Sumber energi, berupa gula seperti: fruktosa, sukrosa, laktosa atau glukosa.
Fruktosa merupakan karbohidrat sebagai sumber energi yang berada di dalam
bahan media pengencer, dapat pula menggunakan glukosa dan manosa sebagai
sumber energi bila gula tersebut ditambahkan pada bahan pengencer.
Penggunaan sukrosa dan laktosa bermanfaat menjaga tekanan osmotik dan
integritas dari membran spermatozoa selama penyimpanan.

c. Penggunaan bahan berupa kuning telur bertujuan untuk mempertahankan dan


melindungi integritas selubung lipoprotein sel spermatozoa, memiliki sifat
osmotik sebagai penyanggah sel spermatozoa terhadap larutan jipotonis dan
hipertonis, serta sebagai pelindung terhadap kondisi dingin dan mencegah
terjadinya peningkatan kalsium ke dalam sel yang dapat merusak sel
spermatozoa.

d. Penambahan gliserol pada media pengencer yang berfungsi sebagai


krioprotektan (perlindungan terhadap seranagn termal).

e. Penambahan antibiotik yang bertujuan untuk menekan pertumbuhan


mikroorganisme yang mempengaruhi kondisi spermatozoa selama
penyimpanan.

Implementasi penggunaan semen cair yang disimpan dengan penambahan berbagai


bahan pada media pengencer memiliki keuntungan, yaitu satu juta spermatozoa cair
sebanding dengan menggunakan 15 juta spermatozoa beku pada proses inseminasi
untuk mendapatkan fertilitas yang sama pada hewan ternak. Fertilitas sperma cair dapat
dipertahankan hingga 3 – 5 hari apabila disimpan pada suhu antara 10o – 21oC, sesudah
itu mengalami penurunan fertilitas 3% - 6% setiap harinya. Vishwanath dan Shannon
(1997) mengungkapkan bahwa sperma sapi diencerkan dengan bahan dasar sitrat
menunjukkan penurunan motilitas spermatozoa secara perlahan, tetapi pada saat yang
sama fertilitasnya akan mengalami penurunan yang tajam. Viabilitas atau daya hidup
dari spermatozoa dapat diperpanjang apabila dalam bahan pengencer ditambahkan
bahan berupa antioksidan. Beberapa antioksidan seperti superoxide dismutase (SOD),
catalase (CAT), dan glutathione peroxide mempunyai kemampuan untuk menjaga
motilitas dan integritas akrosom spermatozoa selama penyimpanan apabila bahan-
bahan tersebut ditambahkan ke dalam media pengencer sperma cair (Maxwell dan
Stojanov, 1996).

6
B. Fisiologi Semen Kambing

Semen adalah sekresi dari hewan kelamin jantan yang secara normal
diejakulasikan ke dalam saluran hewan kelamin betina sewaktu kopulasi, tetapi hasil
ejakulasi ini dapat pula ditampung dan disimpan dengan menggunakan metode
penyimpanan semen. Semen terdiri dari spermatozoa dan sebagian besar cairan sekresi
kelenjar aksesori (plasma semen). Perbedaan anatomis kelenjar kelamin pelengkap
pada berbagai jenis hewan menyebabkan pula perbedaan volume dan komposisi semen
(Hafez, 1987).
Plasma semen kambing umunya bewarna kuning yang mungkin disebabkan oleh
adanya sekresi Riboflavin oleh kelenjar vesikularis. Selain itu, semen kambing
mengandung air 75% dan Prostaglandin lebih dari 40 µg/ml dan bersifat isotonik
(Evans dan Maxwell, 1987).
Parameter yang digunakan untuk menilai karakteristik semen kambing sama
dengan ternak lainnya, yaitu: volume, warna, kekentalan, pH, gerak massa, konsentras,
motilitas, morfologi (hidup dan mati), abnormalitas, keutuhan membrane plasma, dan
tudung akrosom (Tambing, 1999).
Menurut Salisbury dan Vandenmark (1985) volume semen pejantan yang
diejakulasikan tidaklah sama antara jenis pejantan dan pejantan itu sendiri. Pada
umumnya volume semen akan bertambah banyak sesuai dengan umur, besar tubuh,
perubahan keadaan, kesehatan organ reproduksi, dan frekwuensi penampungan semen,
kemudian akan menurun setelah puncak kedewasaannya.
Warna, konsistensi dan konsentrasi mempunyai hubungan erat satu sama lain.
Semakin envcer suatu semen maka konsentrasi sperma akan rendah dan warna semen
semakin pucat. Konsistensi semen tergantung pada perbandingan spermatozoa dan
plasma semen (Evans dan Maxwell, 1987).
Derajat keasaman (pH) sangat mempengaruhi daya hidup spermatozoa. Bila pH
tinggi atau rendah akan menyebabkan spermatozoa mati. Variasi pH kambing
dipengaruhi oleh konsentrasi asam laktat yang dihasilkan dalam proses akhir
metabolisme. Menurut Toliohere (1985) metabolisme spermatozoa dalam keadaan
anaerobic akan menghasilkan asam laktat yang bertimbun dan meninggikan derajat
keasaman atau menurunkan pH larutan (Tambing, 1999).

7
C. Evaluasi Kualitas Semen Beku

Evaluasi atau pemeriksaan semen merupakan suatu tindakan yang perlu dilakukan
untuk mengetahui kualitas dan kuantitas semen (Kartasudjana, 2001). Perlatan yang
diperlukan untuk evaluasi kualitas semen sebaiknya disiapkan terlebih dahulu untuk
memudahkan pemeriksaan. Berdasarkan petunjuk teknis pengawasan mutu bibit ternak
standar minimal untuk semen beku yang baik mengandung 25 juta spermatozoa / 0,25
ml dan motilitas post thawing sebesar 40% (Ditjennak, 2009). Evaluasi kualitas semen
yang dilakukan meliputi:
a. Evaluasi makroskopis

Evaluasi ini meliputi: warna semen putih susu-krem-kuning muda; pH


berkisar 6,2 – 7,5 (Tolehire, 1985); volume berkisar 5 – 8 ml; konsentrasi
spermatozoa sapi normal adalah antara 0.8 – 2.0 x 109 spermatozoa/ml;
serta memiliki bau yang khas dari hewan tersebut. Hal dilakukan segera
setelah penampungan semen sebagai seleksi kontrol kualitas tahap pertama
terhadap semen yang akan disimpan nantinya.
b. Evaluasi mikroskopis

Evaluasi mikroskopis pada semen yang telah diejakulasi oleh hewan ternak
jantan, meliputi:
1) Evaluasi motilitas

Motilitas sering dijadikan indikator fertilitas spermatozoa.


Pengujian motilitas dilakukan untuk mengetahui pergerakan
dari ekor spermatozoa. Namun demikian pergerakan
spermatozoa dipengaruhi juga oleh integritas struktur morfologi
spermatozoa. Persentase motilitas merupakan persentase
spermatozoa yang bergerak progresif ke depan. Evaluasi
dilakukan dengan cara mengamati spermatozoa pada 10 lapang
pandang yang berbeda dnegan mikroskop cahaya perbesaran
400x, dengan angka yang diberikan berkisar antara 0 – 100%
(Turman dan Rich, 2010), dengan nilai motilitas atau gerakan

8
individu 2+. Selain itu, dilihat juga tingkat abnormalitas dengan
persentase maksimal 10%, dan geraka massa semen dengan
penilaian 70%. Kriteria tersebut ditunjukkan melalui tabel
berikut.
Tabel 2.1. Sistem skoring di dalam penentuan gerakan massa spermatozoa
Nilai Keterangan
0 Spermatozoa immotil atau tidak bergerak
1 Gerakan berputar di tempat
2 Gerakan berayun atau melingkar, persentase
spermatozoa bergerak progresif kurang dari
50% dan tidak ada gelombang
3 Antara 50% sampai dengan 80% spermatozoa
bergerak progresif dan ada gerakan massa
4 Gerak progresif yang gesit dan segera
membentuk gelombang, sekitar 90%
spermatozoa motil
5 Gerakan yang sangat progresif dengan
gelombang sangat cepat atau 100%
spermatozoa motil aktif

2) Evaluasi viabilitas

Pengujian viabilitas ini menggunakan teknik pewarnaan eosin-


nigrosin. Teknik ini memberikan hasil yang valid ketika
dievaluasi dengan data motilitas spermatozoa yang diperoleh,
sesuai dengan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Zat
warna eosin akan diserap oleh spermatozoa yang mati sehingga
akan berwarna merah atau merah muda akibat permeabilitas
dinding sel meninggi pada sel spermatozoa yang mati,
sedangkan nigrosin akan mewarnai latar dari spermatozoa.

9
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah pengamatan dengan metode deskriptif. Observasional
dengan mengamati motilitas dan viabilitas dari spermatozoa yang telah diencerkan dan
disimpan dengan menggunakan media Tris, yang pada percobaan ini ditambah dengan
fruktosa dan suplementasi kuning telur. Metode deskriptif untuk menjelaskan kualitas
spema kambing setelah penyimpanan dan pengenceran dengan menggunakan media Tris
+ Fruktosa+kunng telur.

B. Waktu dan Temapat


1. Waktu penelitian :
a) Sterilisasi alat dilakukan pada tanggal 18-25 Mei 2015
b) Suplementasi kuning telur dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2015
c) Pengambilan semen beserta pengencerannya dilaksanakan pada tanggal 22
Mei 2015
d) Uji motilitas dan viabilitas dilaksanakan pada tanggal 23-25 Mei 2015
2. Tempat penelitian : Laboratorium Kultur Jaringan, Gedung C9 FMIPA
Universitas Negeri Surabaya.

C. Sasaran penelitian
Sasaran penelitian ini adalah kualitas spermatozoa kambing yaitu dengan melihat
motilitas dan viabilitas spermatozoa yang telah diencerkan dan disimpan dalam media
Tris modifikasi yang ditambahkan fruktosa dan kuning telur.

D. Alat dan Bahan

10
Alat Bahan
Semen kambing
segar yang
didapatkan dari
Teaching Farm
Gelas objek 1 kotak Secukupnya
Unair, desa
Kedamaian,
Kabupaten
Gresik
Gelas penutup 1 box Alkohol 70%
dalam botol Secukupnya
semprot
tabung sentrifuse
3 buah Kapas Secukupnya
plastik
Alumunium foil secukupnya Tris 3,025 gram
Stik gelas 1 buah Asam sitrat 1,7 gram
Mikropipet ukuran 1 set Fruktosa 0,180 gram
Mikrotip secukupnya Penisilin- masing-masing
streptomisin 0,1 gram
Hemositometer 1 set kuning telur didapatkan dari
segar 1 butir telur
Cawan petri 2 tangkup Deonize
water/air untuk 200 ml
infus
Rak tabung reaksi 1 set pewarna eosin- Secukupnya
nigrosin
Water bath 1 set
Hand counter 1 set
Mikroskop 1 set
pembakar bunsen 1 set
Gelas beaker
5 buah
ukuran 50 ml
Gelas beaker
5 buah
ukuran 100 ml
Gelas beaker
5 buah
ukuran 250 ml
Kertas saring secukupnya
Syringe/jarum
3 buah
suntik ukuran 5 ml
Syringe/jarum
suntik ukuran 10 3 buah
ml
Membran milipor 1 set

11
E. Langkah Kerja
1. Sterilisasi peralatan
a) Membersihkan semua peralatan dari bahan-bahan yang menempel dengan
menggunakan air mengalir.
b) Merendam semua peralatan ke dalam sabun tidak berbau (teepol) selama
semalam.
c) Menggosok dan membilas dengan menggunakan air mengalir selama 5
kali
d) Merebus dengan menggunakan air panas selama 5 menit, kemudian
membilas dengan menggunakan air DO/akuades steril sebanyak 2 kali.
e) Melakukan sterilisasi alat sesuai dengan prosedur sterilisasi baik secara
basah maupun kering.

2. Pembuatan Pengencer Dasar Tris


a) Menimbang tris 3,025 gram; asam sitrat 1,7 gram; fruktosa 0,180 gram;
penisilin 0,1 gram dan streptomisin 0,1 gram.
b) Mencampurkan semua bahan ke dalam gelas beaker dan menambahkan
air DO sebanyak 75 ml. Kemudian dilakukan homogenasi dengan cara
menggoyang-goyangkan gelas beaker.
c) Menambahkan air DO sampai larutan menunjukkan volume 100 ml
setelah bahan tercampur rata.
d) Melakukan sterilisasi dengan menggunakan membran milipor di LAF.
e) Menyimpan pengencer dasar tris ke dalam lemari es

3. Suplementasi Kuning Telur


a) Mengeluarkan pengencer dasar tris dari dalam lemari es, kemudian
dibiarkan dalam suhu ruang agar suhunya naik dan mudah untuk
dicampur dengan kuning telut.
b) Mengambil sebutir telur ayam yang masih baru kemudian dibersihkan
kotoran yang menempel pada cangkang dengan sabun dan air.
c) Melakukan sterilisasi pada telur dengan menyemprotkan alkohol 70%
pada cangkang telur.
d) Memecahkan bagian tengah telur dengan menggunakan pinset atau pisau.

12
e) Mengambil bagian kuning telurnya saja, dengan diusahakan harus utuh
dan tidak pecah dengan cara menggulingkannya pada kertas saring yang
diletakkan pada cawan petri sebelumnya. Kertas saring sebelumnya sudah
dilakukan sterilisasi.
f) Mengambil kuning telur dengan cara disedot menggunakan jarum suntik 5
ml.
g) Mengambil pengencer dasar tris sebanyak 25 ml dengan menggunakan
syringe dan dimasukkan ke dalam tabung steril.
h) Menambahkan kuning telur sebanyak 25 ml dan dilakukan homogenasi
dengan cara dikocok-kocok.
i) Menyimpan ke dalam lemari es selama 3 hari, kemudian mengambil
supernatannya sebagai pengencer.

4. Proses Pengenceran Semen


a) Mengambil semen kambing segar dan disimpan dalam tabung reaksi steril
dengan suhu yang hangat.
b) Menghitung konsentrasi spermatozoa dengan menggunakan
hemositometer.
c) Melakukan pengamatan motilitas spermatozoa dari semen kambing segar.
d) Melakukan proses pengenceran dengan menggunakan prinsip
pengenceran: V1.M1 = V2.M2
e) Menentukan konsentrasi spermatozoa sebesar 25 x 106 setelah dilakukan
tahap pengenceran.

5. Pengamatan Motilitas Spermatozoa


a) Melakukan pengambilan spermatozoa dengan menggunakan syringe.
b) Meneteskan ke gelas objek
c) Memanaskan sebentar dengan cara melewatkan dengan cepat di atas api.
d) Mengamati motilitas spermatozoa di mikroskop
e) Menentukan persentase motilitas spermatozoa beserta tipe
spermatozoanya.

6. Pengamatan Viabilitas Spermatozoa

13
a) Melakukan pengambilan spermatozoa dengan menggunakan syringe,
kemudian meneteskannya pada gelas objek.
b) Mengambil pewarna eosin-nigrosin, kemudian diteteskan pada gelas
objek yang sama.
c) Mengambil gelas objek yang lain.
d) Mencampurkan semen dengan pewarna eosin-nigrosin dengan salah satu
ujung gelas objek.
e) Membuat apusan antara semen dan eosin-nigrosin dengan salah satu
ujung gelas objek, kemudian dikering anginkan sebentar.
f) Mengamati di bawah mikroskop viabilitas spermatozoa yang ditandai
dengan spermatozoa yang hidup, kepala spermatozoa tidak terwarnai
sedangkan spermatozoa yang mati, kepala spermatozoa berwarna biru
keunguan.
g) Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan yang telah dibuat.

14
F. Desain Penelitian
1. Sterilisasi peralatan

Membersihkan semua peralatan dari bahan-bahan yang menempel


dengan menggunakan air mengalir.

Merendamlah semua peralatan dengan sabun tidak berbau (teepol)


semalam

Menggosok dan bilas dengan air mengalir sebanyak 5 kali

Merebus dengan air panas selama 5 menit

Bilas dengan air DO/ aquabides steril sebanyak 2 kali

Mengeringkan

Melakukan sterilisasi

Sterilisasi peralatan gelas di Sterilisasi peralatan dari


dalam oven plastik dengan teknik
sterilisasi basah atau di UV

15
Pembuatan Pengencer Dasar Tris

Mencampurkan semua bahan kimia ke dalam gelas beker, tambahkan air DO


sebanyak 75 ml, lalu goyang-goyangkan gelas beker untuk membantu
homogenasi.

Menimbang tris 3.025 gram; asam sitrat 1.7 gram; fruktosa 0.180
gram; penisilin 0.1 gram; penisilin-streptomisin 0.1 gram.

Jika semua sudah larut, tambahkan lagi air DO sampai larutan


menunjukkan volume 100 ml

Sterilisasi dengan menggunakan membrane milipor di LAF

Menyimpan pengencer dasar tris dalam lemari es.

2. Suplementasi Kuning Telur

Mengeluarkan media dasar tris dari lemari es, biarkan dalam suhu ruang
agar suhunya naik dan mudah untuk dicampurkan dengan kuning telur.

Mengambil telur yang masih baru, membersihkan kotoran yang


menempel pada cangkang dengan sabun dan air mengalir

Sterilisasi telur dengan cara disemprot dengan alkohol 70%

16
Memecahkan telur pada bagian tengah dengan menggunakan pisau atau
pinset

Mengambil bagian kuning telur saja, usahakan utuh tidak pecah,


gulingkan pada kertas saring utnuk menghilangkan sisa putih telur.

Masukkan kuning telur pada cawan petri steril

Mengambil kuning telur dengan menggunakan jarum suntik

Mengambil pengencer dasar tris sebanyak 25 ml dengan menggunakan


syringe, masukkan dalam tabung reaksi plastik steril

Menambahkan kuning telur sebanyak 25 ml , homogenkan dengan cara


dikocok-kocok

Menyimpan dalam lemari es selama 3 hari agar mengendap, ambil bagian


supernantannya saja untuk pengencer.

17
3. Proses Pengenceran Semen

Mengambil semen segar dari kambing, kemudian simpan dalam tabung


reaksi plastik steril yang telah disiapkan dan sudah dibungkus
alumunium foil dalam keadan hangat (suhu 37oC)

Menghitunglah segera konsentrasi spermatozoa dengan menggunakan


hemositometer

Mengamati motilitas spermatozoa segar

Menentukan konsentrasi spermatozoa sebesar 25 x 106

Melakukan proses pengenceran dengan menggunakan rumus V1. M1 =


V2.M2

4. Pengamatan Motilitas Spermatozoa

Melakukan pengambilan spermatozoa dengan menggunakan syringe 5


ml

Meneteskan semen pada gelas obyek

Memanaskan sebentar dengan cara dilewatkan di atas Bunsen

Mengamati motilitas spermatozoa dibawah mikroskop.

18
5. Pengamatan Viabilitas Spermatozoa

Melakukan pengambilan semen dengan menggunakan syringe 5 ml

Meneteskan pada gelas obyek

Mengambil pewarna eosin-nigrosin, teteskan pada gelas obyek yang


sama dengan semen

Mengambil gelas obyek yang lain

Campurkan semen dengan pewarna eosin-nigrosin dengan salah satu


ujung gelas obyek.

Membuat hapusan antara semen dan eosin negrosin dengan


menggunakan ujung gelas obyek.

Mengamati dibawah mikroskop viabilitas spermatozoa yang


ditandai dengan spermatozoa yang masih hidup tidak berwarna,
spermatozoa yang sudah mati berwarna biru kekuningan.

Keterangan:
1. Pengamatan motilitas dan viabilitas dilakukan setiap hari hingga mengalami
penurunan sampai dibawah 40%
2. Menuliskan hasil pengamatan pada tabel pengamatan.

19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berdasarkan hasil evaluasi mikroskopik dari semen kambing, maka didapatkan
data berupa hasil evaluasi secara mikroskopik seperti pada tabel dan grafik berikut:
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Semen Kambing Secara Makroskopis
Parameter Hasil Uji
Warna Krem kuning
Konsentrasi Encer
Volume 1293,10 µl = 1,2931 ml
Bau Khas kambing

∑ 𝑠𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
Rumus ∑ sel = x faktor pengencer x 104
∑ 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘

= 1450
x 2 x 104
5
= 5,8 x 106

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Uji Motilitas Sperma pada Kambing


Kondisi Motilitas Sperma pada Kambing (%)
Hari dan Tanggal Motil (%)
Pengamatan Immotil Jumlah
(%) keseluruhan (%)
Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D

Jum’at, 22 Mei 2015 10 15 60 10 5 100

Sabtu, 23 Mei 2015 5 10 25 45 15 100

Minggu, 24 Mei 2015 2,5 10 27,5 42,5 17,5 100

Senin, 25 Mei 2015 0 10 30 40 20 100

Selasa, 26 Mei 2015 0 8 12 50 30 100

20
100

Persentase Motilitas Sperma Kambing


90
80
70
60
50
40 Motil
30 Immotil
20
10
0
Jum'at, 22 Sabtu, 23 Minggu, 24 Senin, 25 Selasa, 26
Mei 2015 Mei 2015 Mei 2015 Mei 2015 Mei 2015
hari dan Tanggal Pengamatan

Histogram 1. Hasil Pengamatan Uji Motilitas pada Spermatozoa Kambing

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Viabilitas Spermatozoa pada Kambing

Kondisi Viabilitas Sperma kambing


Hari Dan Tanggal
Pengamatan Jumlah Sel Hidup Jumlah Sel Mati
(%) (%)

Jum’at, 22 Mei 2015 100 0

Sabtu, 23 Mei 2015 75 25

Minggu, 24 Mei 2015 62.5 37,5

Senin, 25 Mei 2015 50 50

Selasa, 26 Mei 2015 30 70

21
120

Viabilitas Sperma Kambing (%)


100

80

60

40 Jumlah sel hidup


Jumlah sel mati
20

0
Jum'at, 22 Sabtu, 23 Minggu, Senin, 25 Selasa, 26
Mei 2015 Mei 2015 24 Mei Mei 2015 Mei 2015
2015
Hari dan Tanggal Pengamatan

Histogram 2. Hasil Uji Viabilitas spermatozoa pada Kambing

B. Analisis Data
Berdasarkan hasil praktikum teknologi penyimpanan spermatozoa pada kambing
yang telah dilakukan, didapatkan hasil praktikum berupa data pengamatan
spermatozoa secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan makroskopis
meliputi: warna semen yang berwarna kuning krem, konsentrasi encer, memiliki bau
khas kambing serta volume semen yang diejakulasikan sebesar 1,2931 ml, dengan
jumlah sel setelah diencerkan sebesar 5,8 x 106.
Pengamatan spermatozoa kambing secara mikroskopis meliputi: motilitas dan
viabilitas spermatozoa kambing. Motilitas dilakukan pengamatan selama 5 hari
berturut-turut. Pada hari pertama motilitas spermatozoa kambing sebesar 95 % dengan
spermatozoa bertipe A sebesar 10%; tipe B sebesar 15%; tipe C sebesar 60% dan tipe
D sebesar 10%, sedangkan immotil sebesar 5%. Pada hari kedua pengamatan
motilitas spermatozoa kambing sebesar 85% dengan spermatozoa bertipe A sebesar
5%; tipe B sebesar 10%; tipe C sebesar 25%; dan tipe D sebesar 45% sedangkan
spermatozoa yang immotil sebesar 15%. Pada pengamatan motilitas hari ketiga
spermatozoa motil sebesar 82,5% dengan spermatozoa bertipe A sebesar 2,5%; tipe B
sebesar 10%; tipe C sebesar 27,5% dan tipe D sebesar 42,5% sedangkan spermatozoa
yang immotil sebesar 17,5%. Pada pengamatan motilitas hari keempat spermatozoa
motil sebesar 80% dengan spermatozoa bertipe A sebesar 0%; tipe B sebesar 10%;
tipe C sebesar 30% dan tipe D sebesar 40% sedangkan spermatozoa yang immotil
sebesar 20%. Pada pengamatan motilitas hari kelima spermatozoa motil sebesar 70%

22
dengan spermatozoa bertipe A sebesar 0%; tipe B sebesar 8%; tipe C sebesar 12% dan
tipe D sebesar 50% sedangkan spermatozoa yang immotil sebesar 30%.Berdasarkan
histogram 1, dapat diketahui bahwa pada 5 hari pengamatan kondisi motilitas
spermatozoa kambing mengalami penurunan mencapai 30% yang ditandai dengan
gerakan spermatozoa yang tidak normal (diam di tempat).
Pada pengamatan viabilitas spermatozoa didapatkan data berupa jumlah sel
spermatozoa kambing yang masih hidup dan yang telah mati dengan menggunakan
pewarna eosin-nigrosin yang diamati selama empat hari yaitu mulai dari tanggal 22
mei 2015 sampai tanggal 26 Mei 2015. Pada hari pertama viabilitas sel sperma
kambing didapatkan sebanyak 100% sel sperma kambing masih hidup. Pada hari
kedua didapatkan sel sperma yang masih hidup sebesar 75% dan sel yang mati
sebesar 25%. Untuk data hari ketiga didapatkan sel sperma yang masih hidup sebesar
62,5% dan sel sperma yang telah mati sebesar 37,5%. Untuk data pada hari keempat
didapatkan persentase sel sperma yang masih hidup sama dengan presentase sel
sperma yang telah mati, yaitu sebesar 50%. Selanjutnya pada hari terakhir
pengamatan, didapatkan penurunan sel sperma yang masih hidup yaitu sebesar 30%,
sedangkan sel sperma yang telah mati sebesar 70%. Hal ini sesuai dengan histogram 2
bahwa keadaan viabilitas spermatozoa pada kambing mengalami penurunan selama
dilakukan pengamatan selama 5 hari.

C. Pembahasan
1. Evaluasi Makroskopik Semen Kambing
Berdasarkan hasil yang didapatkan pada praktikum teknologi
penyimpanan spermatozoa menunjukkan bahwa ada perbedaan dari setiap hasil
pengamatan selama 5 hari. Berdasarkan tabel pengamatan 4.1 diketahui warna
semen yang diejakulasikan berwarna krem yang tergolong normal, seperti yang
dinyatakan oleh Evan dan Maxwell (1987) bahwa warna krem pada semen
disebabkan oleh adanya riboflavin dari sekresi kelenjar vesikularis. Hal ini
ditambahkan oleh Lope (2002) bahwa kualitas semen dinyatakan baik apabila
memiliki warna kekuningan. Parameter kedua adalah konsentrasi atau konsistensi
yang merupakan salah satu sifat semen yang memiliki hubungan dengan
konsentrasi spermatozoa di dalamnya. Kartasudjana (2001) menyatakan bahwa
semakin kental semen maka dapat diartikan semakin tinggi pula konsentrasinya.
Berdasarkan hasil pengamatan secara makroskopis, konsistensi semen bersifat

23
encer. Evan dan Maxwell (1987) menyatakan bahwa derajat kekentalan semen
memiliki korelasi positif terhadap kandungan spermatozoa di dalam semen
sehingga apabila dalam pengamatan ditemukan semen yang terlalu encer maka
dapat diduga bahwa semen tersebut memiliki konsentrasi spermatozoa yang
rendah. Berdasarkan data yang didapatkan, volume semen kambing yang
diejakulasikan adalah 1,293 ml/ejakulat.
Parameter evaluasi makroskopik ketiga adalah bau. Semen normal
umumnya memiliki bau yang amis disertai dengan bau khas dari hewan itu
sendiri. Berdasarkan hasil pengamatan, semen kambing berbau khas kambing
yang berarti normal. Kartasudjana (2001) menyatakan bahwa semen berbau busuk
apabila semen mengandung nanah yang disebabkan oleh adanya infeksi organ
reproduksi jantan tersebut.

2. Evaluasi Mikroskopik Spermatozoa pada Kambing


Motilitas atau daya gerak spermatozoa merupakan ukuran yang
digunakan sebagai kesanggupan spermatozoa untuk membuahi sel telur.
Berdasarkan tabel 4.2, didapatkan persentase motilitas tertinggi untuk hari
pertama yang disebabkan kualitas semen kambing yang terdiri atas spermatozoa
masih segar dan baru di dapat dari Teaching Farm Universitas Airlangga di desa
Kedamaian, Gresik. Sedangkan proses pengencerannya digunakan medium
pengencer berupa Tris dengan komposisi campuran antara fruktosa serta
ditambahkan kuning telur dari telur ayam, setelah itu dilakukan penyimpanan
pada suhu refrigerator sekitar 4 - 5oC. Medium fruktosa sendiri diduga mampu
mempertahankan kualitas spermatozoa. Kuning telur sendiri memiliki kandungan
yang memungkinkan untuk menjaga kualitas sperma, karena kuning telur
berfungsi untuk mengikat logam berat terutama kalsium, yang menyebabkan
lemak dari kuning telur menjadi bentuk butiran lemak yang lebih halus dan
bersama kuning telur membentuk bahan pengencer yang isotonis terhadap semen.
Lecithin dan lipoprotein yang terdapat pada kuning telur berfungsi sebagai lapisan
pelindung sehingga dapat melindungi sel spermatozoa dari beberapa gangguan
yang berasal dari luar (Salamon dan Maxwell, 2000).
Motilitas spermatozoa pada pengamatan hari ke-1 sampai hari ke-
5menunjukkan penurunan. Hal ini disebabkan karena gerakan individu
spermatozoa secara progresif kecepatan geraknya mengalami penurunan karena

24
spermatozoa kehabisan energi (Salisbury dan Van Denmark, 1995). Pada hari
pertama rata-rata motilitas sperma kambing 95%, sementara pada hari kedua rata-
rata motilitas menjadi 85%, selanjutnya pada hari ketiga rata-rata motilitas
menjadi sebesar 82,5%, pada hari keempat rata-rata motilitas menjadi sebesar
80% dan pada hari terakhir rata-rata motilitas spermatozoa kambing menurun lagi
menjadi sebesar 70%. Jika pada hari ketiga tipe spermatozoa masih ada yang
bertipe A maka pada hari keempat sampai kelima spermatozoa hanya bertipe B, C
dan D. Dari hasil praktikum tersebut diketahui bahwa setiap harinya selama lima
hari berturut-turut daya motilitas spermatozoa kambing mengalami penurunan.
Faktor yang menyebabkan berkurangya daya motilitas dari spermatozoa kambing
tersebut adalah karena berkurangnya persediaan energi yang digunakan untuk
mempertahankan dan mendukung pergerakan spermatozoa. Menurut Max-well
dan Watson (1996) hanya spermatozoa yang memiliki kemampuan daya membran
plasma yang kuatlah yang dapat bertahan.
Selain itu, ditambahkan oleh Tolehire (1985) bahwa spermatozoa
kambing yang disimpan pada suhu refrigerator terbentuk kristal-kristal es yang
mengakibatkan konsentrasi elektrolit meningkat di dalam sel yang akan
melarutkan selubung lipoprotein dinding sel spermatozoa. Adanya kejutan berupa
suhu yang lebih rendah (cold shock) serta perlakuan yang kurang tepat
menyebabkan motilitas spermatozoa mengalami penurunan. Berdasarkan
histogram 1, maka dapat dibuktikan terjadinya penurunan motilitas spermatozoa
pada kambing selama 5 hari pengamatan yang diakibatkan oleh beberapa faktor
yang telah dipaparkan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa motilitas
spermatozoa sangat rentan terhadap pengaruh suhu dan lingkungan (Ax, et al.,
2000).

3. Uji Viabilitas Spermatozoa pada Kambing


Viabilitas spermatozoa hidup adalah syarat mutlak bagi terjadinya
fertilisasi. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka didapatkan
hasil viabilitas yang berbeda-beda setiap harinya selama lima hari pengamatan.
Pada hari pertama didapatkan data viabilitas sel sperma yang hidup berjumlah
100% sel. Pada pengamatan hari kedua didapatkan sel sperma yang masih hidup
sejumlah 75 % sel, sementara sel yang mati sejumlah 25% sel. Kemudian pada
hari ketiga pengamatan didapatkan data sel sperma yang hidup sejumlah 62,5%

25
sel dan sel sperma mati sejumlah 37,5% sel. Pada hari keempat pengamatan
didapatkan sejumlah data sel sperma yang hidup dan yang mati sama, yaitu
sebesar 50%. Selanjutnya pada hari terakhir pengamatan didapatkan data sel
sperma yang hidup sejumlah 30% dan sel sperma yang mati sejumlah 70%.
Perbedaan persentase viabilitas ini dikarenakan terjadi pengaruh fisik pada saat
perlakuan sehingga menimbulkan kematian, mengingat semen kambing segar
didapatkan di kabupaten Gresik. Gesekan antar spermatozoa dapat menyebabkan
abnormalitas sekaligus berujung pada kematian.
Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa tingkat viabilitas dari
spermatozoa kambing setiap harinya mengalami penurunan. Hal ini ditunjukkan
dengan menurunnya jumlah sel sperma yang hidup saat diamati. Menurunnya
jumlah sel sperma yang hidup ini dikarenakan terjadinya kompetisi yang ditandai
dengan spermatozoa kambing yang mempertahankan diri pada media yang
digunakan sebagai media penyimpanan spermatozoa. Terjadinya penurunan
viabilitas spermatozoa setelah proses pendinginan dan pembekuan dapat
disebabkan karena pengaruh fisik tersebut diakibatkan oleh pengaruh fisik,
seperti: gesekan antar spermatozoa, antara spermatozoa dengan dinding tabung,
atau antara globul lemak dari kuning telur sehingga menyebabkan kecenderungan
penurunan viabilitas seiring dengan tingkat pengenceran yang berbeda. Badan
Standarisasi Nasional menetapkan kualitas semen setelah mengalami proses
pembekuan harus menunjukkan spermatozoa hidup (viabilitas) minimal 40%
(Anonimous, 2005). Penurunan kualitas spermatozoa setelah mengalami proses
pendinginan dan pembekuan disebabkan karena spermatozoa mengalami cold
shock (kejutan dingin). Faktor lain yang menyebabkan penurunan kualitas
spermatozoa dikarenakan selama proses pembekuan semen terjadi pembentukan
kristal-kristal es, sehingga konsentrasi elektrolit di dalam sel meningkat dan
melarutkan selubung lipoprotein dinding spermatozoa (Tolehire, 1985).
Penurunan viabilitas spermatozoa ini dapat dibuktikan dari perbedaan warna
spermatozoa pada preparat. Spermatozoa yang hidup akan menyerap warna
(terutama bagian kepala), sedangkan spermatozoa yang mati akan berwarna merah
karena menyerap warna Eosin (Kartasudjana, 2001). Hal ini juga didukung
dengan histogram 2 bahwa selama tiga hari pengamatan, viabilitas spermatozoa
mengalami penurunan.

26
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Berdasarkan hasil uji motilitas dan viabilitas, kualitas semen kambing segar
baik.
2. Kualitas spermatozoa sapi yang diencerkan dan disimpan dengan media tris
dengan penambahan kuning telur mengalami penurununan sebanyak 25%
selama 5 hari pengamatan baik motilitas maupun viabilitasnya.
3. Volume pengenceran media tris dengan penambahan kuning telur yang baik
untuk semen sapi adalah berjumlah seimbang antara volume semen yang
diejakulasikan dengan volume media pengencer yang dibuat.
B. Saran
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka saran yang diberikan
untuk Praktikan berikutnya yaitu:
1. Lakukan segera perhitungan konsentrasi dari semen degar menggunakan
hemositometer, setelah semen diejakulasikan
2. Lakukan proses perhitungan konsentrasi semen dalam pengencer dengan
benar.

27
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2005. Persyaratan Mutu. Badan Standarisasi Nasional.


Ax, R. L., M. Dally., B. A. Didion., R. W. Lenz., C. C. Love., D. Dd Verner., B. Havez dan
M. E. Bellin. 2000. Semen Evaluation, In Farm Animal. 7th Edition Edited by B. Hafez.
Co Director. Kiawah Island. South Carolina. USA: Reproductive Health Center. IVF
Andrology Laboratory.
Evans, W. H., dan Maxwell, J. M. 1987. Membrane Structure and Function. Oxford: IRL
Press. Oxford University.

Hafez, E.S.E,. 1987. Reproduction in Farm Animals. Fifth Edition. Lea and Febiger:
Philadelphia.

Ihsan, N. M. 2011. Inseminasi Buatan Pada Kambing. Malang: Penerbit Diaspora Publisher.
Kartasudjana, R. 2001. Teknik Inseminasi Buatan pada Ternak. Jakarta: Direktorat Menengah
Pendidikan Kejuruan.

Lope, F. P. 2002. Semen Collection and Evaluation in Ram. Florida: ANS. 33161 Universit
of Florida.
Maxwell, W. M., dan Stojanov, T. 1996. Liquid storage of ram semen in the absence or
presence of some antioxidants. Reprod. Fertile Dev. 8: 1013-1020.

Salamon, S., dan Maxwell, W. M. C. 2000. Strorage of Ram Semen. Animal of Reproduction
System 109:274-282.

Salisbury, G. W., dan Vand Denmark, N. L.. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi
Buatan pada Sapi (terjemahan dari R. Djanuar). Yogyakarta: Gadja Mada University
Press.

Tambing, S.N. 1999. Efektifitas Berbagai Dosis Gliserol di dalam pengencer Tris dan Waktu
Ekuilibrasi Terhadap Kualitas Spermatozoa Kambing PE. Program Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Toelihere, M. R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung: Angkasa.

Turman, E. J. dan Rich, T. D. 2010. Reproductive tract anatomy and physiology of the bull.
Extension Beef Cattle Resource Committee. Beef Cattle Hanbook.

Vishwanath, R., dan Shannon, P. 1997. Do sperm cell age? A review of the physiological
changes in sperm during storage at ambient temperature. Reproduction Fertile Dev.
9:321-331.

28

Anda mungkin juga menyukai