DisusunOleh :
Kelompok 1 Offering C 2017
1. Ajeng Fadhilah ( 170341615005)
2. Azizah Nur R ( 170341615045)
3. Farira Mujtahida (170341615011 )
4. Nur Athifah (170341615029 )
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan Inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
Struktur Histologi dan Anatomi Sistem Pencernaan Vertebrata.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupu ninpiras iterhadap pembaca.
Malang, 30 Agustus2018
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Spermatogenesis
1.2 Oogenesis
1.3 Siklus reproduksi
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Jika pada setiap sistem organ reproduksi terjadi gangguan fungsi maka sistem organ
tersebut tidak mampu bekerja secara optimal untuk fungsi spesifik. Oleh sebab itu diperlukan
pemahaman mendalam mengenai proses terjadinya gametogenesis dari setiap organ sistem
reproduksi agar dapat mengetahui lebih mendalam mengenai struktur dari masing-masing
sistem pencernaan pada hewan vertebrata.
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui apa itu definisi gametogenesis
1.3.2 Mengetahui proses terjadinya gametogenesis
1.3.3 Mengetahui proses apa saja yang termasuk dalam proses gametogenesis
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Gametogenesis
Gametogenesis merupakan proses pembentukan sel gamet jantan (spermatozoid)
dan sel gamet betina (sel telur). Gametogenesis berlangsung pada sel kelamin dalam
alat perkembangbiakan. Sel gamet pada manusia terdiri dari sel gamet jantan yang
merupakan sel gamet terkecil dan dapat bergerak karena adanya flagellum dan sel telur
yang merupakan sel gamet lebih besar yang bersifat nonmotil.
1.1 Spermatogenesis
Secara histologis, penampang testis terdiri dari tiga komponen utama yaitu
lamina propria, sel sertoli, dan sel sel sel sel germinativum (sel germal).
Gambar 1. Penampang Melintang Testis Monyet
Sumber : Dokumen Pribadi
(a) Bagian kepala berisi nukleus dengan kromatin yang padat dan akrosom yang
berperan penting dalam penembusan sperma ke dalam sel telur. Kromatin
terdiri dari DNA yang dikenal sebagai protamine sperma
(b) Bagian tengah berisi mitokondria yang berbentuk spiral
(c) Bagian ekor yang berfungsi sebagai alat gerak atau motilitas sperma
Bagian-bagian spermatozoa ini terjadi dalam proses pematangan yang disebut
dengan spermiogenesis.
Sumber : https://previews.123rf.com/images/udaix/udaix1706/udaix170600053/80631817-
spermienzelle-des-menschlichen-k%C3%B6rpers-anatomische-schema-mit-allen-teilen-
einschlie%C3%9Flich-kopf-mittelst%C3%BCck-un.jpg
(diakses : 28/08/2018)
1.1.3 Mekanisme Spermatogenesis
Proses ini dapat dimulai ketika memasuki masa puber yaitu ketika hewan dan
manusia telah mencapai dewasa kelamin. Hormon FSH merupakan starter
spermatogenesis karena hormon tersebut menyebabkan peningkatan ukuran testis,
sekresi androgen oleh sel-sel Leydig dan sel sel germa mulai melakukan aktivitas
mitosis. Tubulus seminiferus terdiri atas dua macam sel, yaitu sel spermatogenik (sel
germa) dan sel sertoli (Tenzer,2014).
Spermatogonium, yaitu sel germal yang berada paling dasar dari tubulus
seminiferus mengalami pembelahan secara mitosis yang merupakan proses
perbanyakan. Setelah mengalami proses perbanyakan, spermatogonia mengalami
proses pertumbuhan (penambahan volume) dan menjadi spermatosit primer (I), sel
spermatogonia ini merupakan sel yang berukuran terbesar. Kemudian spermatosit
primer akan memasuki proses pematangan (maturasi) dengan mengalami pembelahan
secara meiosis. Meiosis I akan menghasilkan spermatosit sekunder (II) lalu dilanjutkan
dengan pembelahan meiosis II yang akan menghasilkan spermatid. Disini spermatid
akan mengalami perubahan bentuk karena terjadi proses spermiogenesis (Tenzer,2014).
Gambar 3. Proses Spermatogenesis
Sumber : https://s3-ap-southeast
1.amazonaws.com/subscriber.images/biology/2016/06/30103031/159.png
(diakses : 28/08/2018)
1.2 Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan sel gamet betina yaitu sel telur
atau ovum yang terjadi di dalam ovarium. Proses oogenesis dimulai dengan
pembentukan oogonia (bakal sel telur).
1.2.1 Histologi
D
E
B C
A
Histologi Ovarium
Sumber : Geneser, F. 1994
.
Gambar diatas merupakan histologi dari ovarium. Huruf A menunjukan folikel
primordial, B menunjukan folikel primel, C menunjukan folikel sekunder, D menunjukan
folikel tersier dan E adalah folikel graff.
1.2.2 Anatomi
Anatomi Ovarium
Sumber : Essentials of Biology , 1990
Oogenesi terjadi atas dua proses yaitu mitosis dan meiosis I dan meiosis II. Mitosis
merupakan differensiasai sel induk atau sel primodial yang terjadi pada lapisan basal kantung
ovarium menjadi oogonium (Heffner,2006). Pada ovarium embrio manusia yang berumur 8
minggu terdapat sekitar 600.000 oogonia yang selanjutnya oogonia akan mengalami
perbanyakan ,sehingga pada embrio berumur 5 bulan jumlahnya mencapai sekitar 7.000.000.
Kemudian I Sel oogonium berdiferensiasi menjadioosit primer dan berhenti sampaiwanita
mengalami masa akil baligh. hormon FSH (folicle stimulating hormon) dan hormon LH
(luteinizing hormon) dihasilkan oleh hipofisis anterior → menstimulasi sel oosit primer
melanjutkan pembelahan meiosis, hal ini merupakan tanda telah dewasanya seorang wanita.
Sel oosit primer memiliki kromosom diplod (2n). sejak saat itu perkembangan dan pematangan
folikel terjadi secara berkala yang dikenal sebagai siklus reproduksi ( Tenzer ,2014 ).
Dalam perkembanganya dari 20 folikerl primer yang berkembang dalam siklus etrusnya
hanya ada satu yang berhasil menjadi folikel matang yaitu (folikel Dgraaf). Selanjutnya oosit
primer mengalami pembelahan meiosis I menjadi oosit sekunder (n) dan sel polosit (tidak
berkembang) dengan tahapan leptoten, zigoten, pakiten, diploten serta diakinesis. Apabila
oosit sekunder matang maka siap diovulasi ke oviduk (Anastasika, Aan. 2008). Tahap
selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami pembelahan miosis II.
Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran normal
disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan polar (badan kutub atau polosit)
sekunder. Badan polar tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang
berasal dari pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub
sekunder. Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan
badan polar mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada
oogenesis hanya menghasilkan satu ovum ( Tenzer,2014)
Meiosis
Meiosis
Proses Oogenesis
Sumber : Essentials of Biology , 1990
Masa produktif manusia dimulai sejak menarche (haid pertama) sampai menopause (haid
terakhir kali). Ovum akan berkembang dan tumbuh dalam lapisan sel folikel yaitu :
a). Folikel primordial merupakan folikel utama yang terdiri atas oosit primer yang
dilapisi oleh selapis el folikel berbentuk pipih (Tenzer,2014).
b). Folikel primer terdiri atas oosit primer yang dilapisis selapis sel folikel yang
berbentuk kubus. Pada folikel ini terjadi pembentukan zona pelusida, yaitu suatu
lapisan glikoprotein yang terdapat diantara oosit dan sel granulosa (Tenzer,2014).
c). Folikel sekunder terdiri atas oosit primer yang dilapisi oleh beberapa lapis sel
granulosa berbentuk kubus yang disebut stratum granulosa (Tenzer,2014).
d). Folikel tersier oositnya berupa oosit primer sedangkan volume sel-sel granulosanya
bertambah dan terdapat celah diantaranya. Jaringan ikat stroma yang terdapat pada
stratum granulosa terbentuk atas teka interna dan eksterna (Tenzer,2014).
e). Folikel Graff merupakan folikel matang karena oositnya siap diovulasikan ke
ovarium. Oosit sekunder dilapisi oleh cumulus ooforus. Sel-sel granulosa yang
mengelilingi oosit disebut korona radita. Antrum berupa rongga atau celah yang
besar berisi cairan folikel yang mengandung hormone estrogen (Tenzer,2014).
Pada wanita menstruasi seringkali terjadi perubahan. Hal ini bisa disebabkan oleh
banyak factor (mulifaktoral), bisa saja karena stress maupun asupan gizi yang masuk ke
dalam tubuh. Berikut jenis menstruasi yang terjadi pada wanita:
Menstruasi teratur adalah menstruasi yang berlangsung selama beberapa hari, berhenti
selama beberapa minggu, dan kembali lagi seterusnya sampai perumpuan mengalami
menopause, siklus mentruasi rata- rata terjadi sekitar 21- 35 hari.
Menstruasi yang tidak teratur adalah kebanyakan terjadi akibat faktor hormonal. Seorang
wanita yang memiliki hormon estrogen dan progesteron yang berlebihan dapat
memungkinkan terjadinya menstruasi yang dikarenakan oleh faktor hormonal, maka
dapat dipastikan wanita tersebut mengalami gangguan kesuburan. Hal ini dapat diatasi
dengan suntikan untuk mempercepat pematangan sel telur.
Menstruasi yang terjadi terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi.
Siklus mentruasi dibagi menjadi 2 yaitu:
Ovulasi
Siklus mentruasi jangka pendek adalah wanita yang mengalami “Anovulasi” karena
sel telur tidak terlalu matang sehingga sulit untuk dibuahi.
Siklus menstruasi panjang adalah wanita menandakan sel telur jarang sekali diproduksi
atau wanita mengalami ketidaksuburan yang cukup panjang. Jika sel telur jarang
diproduksi berarti pembuahan akan sangat jarang terjadi.
1.3.1.2 PROSES SIKLUS MENSTRUASI
Ovum bergerak menuju rahim. Rahim secara periodik mengalami penebalan dinding
(endometrium) sebagai persiapan menerima zigot hasil fertilisasi. Jika fertilisasi tidak
terjadi maka ovum dan dinding rahim akan luruh keluar dari rahim sebagai menstruasi
(menstruasi). Siklus menstruasi rata-rata 28 hari, tetapi tidak semua orang mengalami hal
yang sama karena banyak factor yang mempengaruhinya. Siklus menstruasi dikendalikan
oleh hormon reproduksi. Saat menjelang dan sesudah menstruasi, sebagian remaja wanita
diliputi suasana yang tidak menentu, perasaan yang kurang nyaman, cepat marah,
tersinggung dan terasa sakit di sekitar rahim. Pada akhir siklus menstruasi, hipotalamus
mengeluarkan hormon gonadotropin yang merangsang hipofisis untuk melepaskan FSH
(follicle stimulating hormone). Mekanisme terjadinya perdarahan menstruasi secara
singkat dapat dijelaskan melalui proses-proses yang terjadi dalam satu siklus menstruasi
yang terdiri atas empat fase, yaitu:
Fase menstruasi
Fase proliferasi atau folikuler merupakan fase pertumbuhan folikel yang sudah masak
(folikel graaf) dan mengasilkan hormon estrogen. Pada masa ini adalah masa paling subur
bagi seseorang wanita. Dimulai dari hari 1 sampai sekitar sebelum kadar LH meningkat
dan terjadi pelepasan sel telur ( ovulasi). Folikel yang sudah masak menghasilkan hormon
estrogen yang berfungsi merangsang pembelahan sel-sel dinding rahim, bertanggung
jawab terhadap ciri-ciri sekunder anak wanita, menghambat pembentukan FSH oleh
hipofisis dan merangsang hipofisis untuk menghasilkan LH (Luteinizing hormone).
Fase Luletal merupakan fase uterus pada tahap siap menerima dan memberi makan sel
telur yang telah dibuahi (zigot). Pada fase ini menunjukkan masa ovarium beraktivitas
membentuk korpus luteum dari sisa-sisa folikel-folikel de Graaf yang sudah
mengeluarkan sel ovum (telur) pada saat terjadinya proses ovulasi. Pada fase ini
peningkatan hormon progesteron, yang diikuti oleh penurunan kadar hormon- hormon
FSH, estrogen, dan LH. Keadaan ini digunakan sebagai penunjang lapisan endrometrium
untuk mempersiapkan dinding rahim dalam menerima hasil konsepsi jika terjadi
kehamilan dan proses peluruhan dinding rahim yang prosesnya akan terjadi pada akhir
fase ini.
c. Fase Menstruasi
Pada fase mentruasi menunjukkan saat-saat masa terjadinya proses peluruhan dari
lapisan endometrium uteri disertai pengeluaran darah dari dalamnya. Terjadi kembali
peningkatan kadar dan aktivitas hormon-hormon FSH dan estrogen yang disebabkan
tidak adanya hormon LH dan pengaruhnya karena produksinya telah dihentikan oleh
peningkatan kadar hormon progesteron secara maksimal. Hal ini mempengaruhi kondisi
flora normal dan dinding- dinding di daerah vagina dan uterus yang selanjutnya dapat
mengakibatkan perubahan-perubahan hygiene pada daerah tersebut dan menimbulkan
keputihan. Darah menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat
hebat.
d. Fase Regenerasi
Pada fase ini terjadi proses pemulihan dan pembentukan kembali lapisan endometrium
uteri, sedangkan ovarium mulai beraktifitas kembali membentuk folikel-folikel yang
terkandung di dalamnya melalui pengaruh hormon-hormon FSH dan estrogen yang
sebelumnya sudah dihasilkan kembali didalam ovarium. Bila tidak dibuahi atau tidak
terjadi fertilisasi, maka proses ini akan berulang dan terjadilah fase menstruasi kembali.
Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi – hari dimana
pendarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian dihitung sampai dengan
hari terakhir – yaitu 1 hari sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimula.
Geneser, F. 1994. Buku Teks Histologi. Binarupa Aksara: Jakarta. Hlm 284 – 286.
Karlina, Y. 2003. Siklus Estrus Dan Struktur Histologi Ovarium Tikus Putih (Rattus
Norvegicus) Setelah Pemberian Alprazolam Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Kretser1, D.M.de., Loveland, K.L., Meinhardt, A., Simorangkir, D., and Wreford., N.1998.
Spermatogenesis. Monash University, Autralia
Nadjamudin, Rusdin, Sriyanto, Amrozi, S., Agungpriyono, dan Yusuf. 2010. Penentuan Siklus
Estrus Pada Kancil (Tragulus Javanicus) Berdasarkan Berdasarkan Sitologi Vagina, J.
Veteriner, 11: 81-86.
Sitasiwi, A.J. 2008. Hubungan Kadar Hormon Estradiol 17-_Dan Tebal Endometrium Uterus
Mencit (Mus Musculus L.) Selama Satu Siklus Estrus, J. Undip: Laboratorium Biologi
Struktur Dan Fungsi Hewan Jurusan Biologi Fmipa, 38 (45) : 20-24
Sumarmin, R. 2016. Perkemba ngan Hewan. Jakarta: Kencana.
Susilawati, T.2011.Spermatologi.Universitas Brawijaya.Malang
Tenzer, A., Lestari U., Gofur, A., Rahayu, SE., Masjhudi, Handayani, N., Wulandari, N.,
Maslikah, SI,.2014. Strktur Perkembangan Hewan (SPH 1). Malang: Universitas Negeri
Malang.
Wahyuni,S., Agungpriyono, S., Agil, M., Yusuf, T.L. 2012.Histologi dan Histomorfometri
Testis dan Epididimis Muncak (Muntiacus muntjak muntjak) pada Periode Ranggah
Keras. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Yatim, Wildan. 2001. Reproduksi dan Embryologi. Tarsito: Bandung. Hlm 65 – 70.