Anda di halaman 1dari 24

GAMETOGENESIS

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Struktur Perkembangan Hewan 2


Yang dibina oleh. Dra. Hj. Nursasi Handayani, M.Si.

DisusunOleh :
Kelompok 1 Offering C 2017
1. Ajeng Fadhilah ( 170341615005)
2. Azizah Nur R ( 170341615045)
3. Farira Mujtahida (170341615011 )
4. Nur Athifah (170341615029 )

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
JURUSAN BIOLOGI
PRODI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
Maret 2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan Inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
Struktur Histologi dan Anatomi Sistem Pencernaan Vertebrata.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupu ninpiras iterhadap pembaca.

Malang, 30 Agustus2018

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1.1 Spermatogenesis
1.2 Oogenesis
1.3 Siklus reproduksi

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makhluk hidup memerlukan system reproduksi yang berfungsi untuk proses


perkembangan. Sistem reproduksi juga berfungsi untuk memperbanyak keturunan. Sistem
reproduksi pada dasarnya terdiri atas sistem reproduksi betina dan sistem reproduksi jantan.

Jika pada setiap sistem organ reproduksi terjadi gangguan fungsi maka sistem organ
tersebut tidak mampu bekerja secara optimal untuk fungsi spesifik. Oleh sebab itu diperlukan
pemahaman mendalam mengenai proses terjadinya gametogenesis dari setiap organ sistem
reproduksi agar dapat mengetahui lebih mendalam mengenai struktur dari masing-masing
sistem pencernaan pada hewan vertebrata.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud proses gametogenesis ?
1.2.3 Bagaimana proses tahapan gametogenesis ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui apa itu definisi gametogenesis
1.3.2 Mengetahui proses terjadinya gametogenesis
1.3.3 Mengetahui proses apa saja yang termasuk dalam proses gametogenesis

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Gametogenesis
Gametogenesis merupakan proses pembentukan sel gamet jantan (spermatozoid)
dan sel gamet betina (sel telur). Gametogenesis berlangsung pada sel kelamin dalam
alat perkembangbiakan. Sel gamet pada manusia terdiri dari sel gamet jantan yang
merupakan sel gamet terkecil dan dapat bergerak karena adanya flagellum dan sel telur
yang merupakan sel gamet lebih besar yang bersifat nonmotil.

1.1 Spermatogenesis

Spermatogenesis merupakan proses pembuatan sperma pada mamalia jantan.


Spermatogenesis menghasilkan sel gamet jantan atau spermatozoid (jamak:
spermatozoa) dan proses tersebut terjadi di dalam testis lebih tepatnya dalam tubulus
seminiferus. Spermatogenesis adalah proses kompleks yang melibatkan pembelahan sel
mitosis, meiosis dan proses spermiogenesis (Kretser,1998). Spermatogenesis
berlangsung pada lapisan epitel tubuli seminiferi testis untuk menghasilkan
spermatozoa, sedangkan steroidogenesis berlangsung di sel-sel Leydig jaringan
interstisial testis untuk mensintesis hormon steroid jantan, androgen (Senger, 2005).
Testis tersusun oleh tubulus seminiferus sebanyak 90% dan 10 % intertitiel dan jaringan
ikat (Susilawati,2011).

1.1.1 Struktur Histologi Testis

Secara histologis, penampang testis terdiri dari tiga komponen utama yaitu
lamina propria, sel sertoli, dan sel sel sel sel germinativum (sel germal).
Gambar 1. Penampang Melintang Testis Monyet
Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 2. Penampang Testis


Sumber : Spermatologi (2011)
Terlihat dalam Penampang Testis diatas terdapat spermatogonia, sel sertoli, sel
spermatosit primer dan spermatid. Semua sel tersebut dapat dibedakan dengan melihat
keadaan sel tersebut. Jika sel masih berada di dasar tubulus seminiferus maka sel
tersebut merupakan sel spermatogonium begitu pula sebaliknya jika sudah berada di
lumen testis maka sel tersebut merupakan sel spermatid yang akan melakukan
spermiogenesis.

1.1.2 Struktur Anatomi Spermatozoa


Menurut Susilawati (2011) Spermatozoa yang normal memiliki tiga bagian yaitu
ekor, tengah dan kepala. Berikut adalah keterangan :

(a) Bagian kepala berisi nukleus dengan kromatin yang padat dan akrosom yang
berperan penting dalam penembusan sperma ke dalam sel telur. Kromatin
terdiri dari DNA yang dikenal sebagai protamine sperma
(b) Bagian tengah berisi mitokondria yang berbentuk spiral
(c) Bagian ekor yang berfungsi sebagai alat gerak atau motilitas sperma
Bagian-bagian spermatozoa ini terjadi dalam proses pematangan yang disebut
dengan spermiogenesis.

Gambar 2. Struktur Sperma

Sumber : https://previews.123rf.com/images/udaix/udaix1706/udaix170600053/80631817-
spermienzelle-des-menschlichen-k%C3%B6rpers-anatomische-schema-mit-allen-teilen-
einschlie%C3%9Flich-kopf-mittelst%C3%BCck-un.jpg

(diakses : 28/08/2018)
1.1.3 Mekanisme Spermatogenesis

Dalam spermatogenesis, spermatogonium mengalami pembelahan secara mitosis


dan meiosis. Proses spermatogenesis berlangsung dari dasar menuju ke lumen tubulus
seminiferus (Tenzer,2014). Epitel seminiferi adalah bagian terluar dari tubuli
seminiferi, yang terdiri dari 2 tipe sel yaitu sel sertoli dan sel germa yang tumbuh dan
berkembang. (Susilawati,2011). Spermatogenesis pada manusia membutuhkan waktu
64 hari untuk pembentukan dari spermatogenium menjadi sperma matang.

Proses ini dapat dimulai ketika memasuki masa puber yaitu ketika hewan dan
manusia telah mencapai dewasa kelamin. Hormon FSH merupakan starter
spermatogenesis karena hormon tersebut menyebabkan peningkatan ukuran testis,
sekresi androgen oleh sel-sel Leydig dan sel sel germa mulai melakukan aktivitas
mitosis. Tubulus seminiferus terdiri atas dua macam sel, yaitu sel spermatogenik (sel
germa) dan sel sertoli (Tenzer,2014).

Spermatogonium, yaitu sel germal yang berada paling dasar dari tubulus
seminiferus mengalami pembelahan secara mitosis yang merupakan proses
perbanyakan. Setelah mengalami proses perbanyakan, spermatogonia mengalami
proses pertumbuhan (penambahan volume) dan menjadi spermatosit primer (I), sel
spermatogonia ini merupakan sel yang berukuran terbesar. Kemudian spermatosit
primer akan memasuki proses pematangan (maturasi) dengan mengalami pembelahan
secara meiosis. Meiosis I akan menghasilkan spermatosit sekunder (II) lalu dilanjutkan
dengan pembelahan meiosis II yang akan menghasilkan spermatid. Disini spermatid
akan mengalami perubahan bentuk karena terjadi proses spermiogenesis (Tenzer,2014).
Gambar 3. Proses Spermatogenesis
Sumber : https://s3-ap-southeast
1.amazonaws.com/subscriber.images/biology/2016/06/30103031/159.png
(diakses : 28/08/2018)

Gambar 4.Proses Spermatogenesis dalam Diagram Alir


Sumber:https://www.dictio.id/uploads/db3342/original/3X/5/f/5fc5a2116f6992a8d0d7
36309cbe2966b e4ad0bf.png
(diakses : 28/082018)
Sel sertoli atau yang disebut dengan sel penyokong bertumpu pada membran
basalis, puncaknya mencapai lumen tubulus. Sel ini memiliki fungsi sebagai [1]
penyokong, pelindung, dan pengatur nutrisi sel germa yang sedang berkembang, [2]
fagositosis, memakan sitoplasma spermatid yang berlebih, [3] mengikat hormon
testosteron dan FSH untuk perkembangan sel germa dan [4] mengatur pergerakan sel-
sel germa dan pelepasan spermatozoa ke dalam lumen tubulus seminiferus. Di antara
tubulus seminiferus terdapat sel sel interstisial (sel Leydig) yang mempunyai fungsi
sebagai penghasil hormon testosteron (Tenzer,2014)

1.1.4 Hormon yang berperan dalam Spermatogenesis


Hormon yang berperan dalam spermatogenesis diatur oleh gonadotropin yang di
sekresikan oleh sel adenohipofisa yang dikeluarkan secara pulsatif. Spermatogenesis
yang normal berhubungan dengan aktifitas Luteinizing Hormoan (LH), Folikel
stimulating Hormon (FSH), prolaktin, Androgen dan hormon lainnya. Adapun fungsi
dari hormon FSH dan LH dalam proses spermatogenesis adalah hormon LH berfungsi
sebagai penstimulan aktivitas steroidogenesis dan fungsi pembentukan sel gamet serta
LH berfungsi pada sel Leydig dalam menghasilkan hormon testosteron. Sedangkan
fungsi FSH adalah aktifitas dalam sekresi dari sel sertoli.

1.2 Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan sel gamet betina yaitu sel telur
atau ovum yang terjadi di dalam ovarium. Proses oogenesis dimulai dengan
pembentukan oogonia (bakal sel telur).
1.2.1 Histologi

D
E

B C
A

Histologi Ovarium
Sumber : Geneser, F. 1994
.
Gambar diatas merupakan histologi dari ovarium. Huruf A menunjukan folikel
primordial, B menunjukan folikel primel, C menunjukan folikel sekunder, D menunjukan
folikel tersier dan E adalah folikel graff.

1.2.2 Anatomi

Anatomi Ovarium
Sumber : Essentials of Biology , 1990

Folikel yang terdapat pada ovarium adalah folikel primordial,folikel primer,folikel


sekunder,folikel tersier dan folikel graff (folikel matang). Perkembangan folikeln dimulai dari
folikel primordial  folikel primer  folikel sekunder  folikel tersier  folikel graff. Pada
bagian permukaan, yaitu bagian terluar ovarium disusun oleh epitar germinal atau epitel
kuboid. Pada bagian korteks disusun oleh jaringan ikat dan merupakan tempat folikel dan oosit.
Sedangkan pada bagian medulla merupakan bagian terdalam dari ovarium yang disusun oleh
jaringan neurovaskuler ( Yatim, Wildan, 2001)

1.2.3 Mekanisme Oogenesis

Oogenesi terjadi atas dua proses yaitu mitosis dan meiosis I dan meiosis II. Mitosis
merupakan differensiasai sel induk atau sel primodial yang terjadi pada lapisan basal kantung
ovarium menjadi oogonium (Heffner,2006). Pada ovarium embrio manusia yang berumur 8
minggu terdapat sekitar 600.000 oogonia yang selanjutnya oogonia akan mengalami
perbanyakan ,sehingga pada embrio berumur 5 bulan jumlahnya mencapai sekitar 7.000.000.
Kemudian I Sel oogonium berdiferensiasi menjadioosit primer dan berhenti sampaiwanita
mengalami masa akil baligh. hormon FSH (folicle stimulating hormon) dan hormon LH
(luteinizing hormon) dihasilkan oleh hipofisis anterior → menstimulasi sel oosit primer
melanjutkan pembelahan meiosis, hal ini merupakan tanda telah dewasanya seorang wanita.
Sel oosit primer memiliki kromosom diplod (2n). sejak saat itu perkembangan dan pematangan
folikel terjadi secara berkala yang dikenal sebagai siklus reproduksi ( Tenzer ,2014 ).

Proses Hipotalamus Menghasilkan


Hormone FSH dan LH
Sumber : Essentials of Biology , 1990

Dalam perkembanganya dari 20 folikerl primer yang berkembang dalam siklus etrusnya
hanya ada satu yang berhasil menjadi folikel matang yaitu (folikel Dgraaf). Selanjutnya oosit
primer mengalami pembelahan meiosis I menjadi oosit sekunder (n) dan sel polosit (tidak
berkembang) dengan tahapan leptoten, zigoten, pakiten, diploten serta diakinesis. Apabila
oosit sekunder matang maka siap diovulasi ke oviduk (Anastasika, Aan. 2008). Tahap
selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami pembelahan miosis II.
Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran normal
disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan polar (badan kutub atau polosit)
sekunder. Badan polar tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang
berasal dari pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub
sekunder. Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan
badan polar mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada
oogenesis hanya menghasilkan satu ovum ( Tenzer,2014)
Meiosis

Meiosis

Proses Oogenesis
Sumber : Essentials of Biology , 1990

Masa produktif manusia dimulai sejak menarche (haid pertama) sampai menopause (haid
terakhir kali). Ovum akan berkembang dan tumbuh dalam lapisan sel folikel yaitu :

a). Folikel primordial merupakan folikel utama yang terdiri atas oosit primer yang
dilapisi oleh selapis el folikel berbentuk pipih (Tenzer,2014).

b). Folikel primer terdiri atas oosit primer yang dilapisis selapis sel folikel yang
berbentuk kubus. Pada folikel ini terjadi pembentukan zona pelusida, yaitu suatu
lapisan glikoprotein yang terdapat diantara oosit dan sel granulosa (Tenzer,2014).

c). Folikel sekunder terdiri atas oosit primer yang dilapisi oleh beberapa lapis sel
granulosa berbentuk kubus yang disebut stratum granulosa (Tenzer,2014).

d). Folikel tersier oositnya berupa oosit primer sedangkan volume sel-sel granulosanya
bertambah dan terdapat celah diantaranya. Jaringan ikat stroma yang terdapat pada
stratum granulosa terbentuk atas teka interna dan eksterna (Tenzer,2014).
e). Folikel Graff merupakan folikel matang karena oositnya siap diovulasikan ke
ovarium. Oosit sekunder dilapisi oleh cumulus ooforus. Sel-sel granulosa yang
mengelilingi oosit disebut korona radita. Antrum berupa rongga atau celah yang
besar berisi cairan folikel yang mengandung hormone estrogen (Tenzer,2014).

1.3 SIKLUS REPRODUKSI


Siklus reproduksi terbagi menjadi dua, yaitu siklus menstruasi dan siklus estrus. Siklus
menstruasi terjadi pada mamalia manusia dan primata sedangkan siklus estrus terjadi pada
mamalia non-primata lainnya.
1.3.1 SIKLUS MENSTRUASI
Menstruasi adalah siklus kompleks yang terjadi secara perodik dalam bentuk
pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan terjadi
setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi biasanya terjadi pada usia 11
tahun dan berlangsung hingga anda menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45 – 55
tahun). Normalnya, menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari.

Siklus dan fase menstruasi


Sumber : Anastasika, Aan. 2008
Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal ini
berlaku umum, tetapi tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang sama, kadang-
kadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari. Biasanya, menstruasi rata-rata terjadi
5 hari, kadang-kadang menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari paling
lama 15 hari. Jika darah keluar lebih dari 15 hari maka itu termasuk darah penyakit.
Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi adalah 10mL hingga 80mL per hari tetapi
biasanya dengan rata-rata 35mL per harinya.
1.3.1.1 JENIS MENSTRUASI

Pada wanita menstruasi seringkali terjadi perubahan. Hal ini bisa disebabkan oleh
banyak factor (mulifaktoral), bisa saja karena stress maupun asupan gizi yang masuk ke
dalam tubuh. Berikut jenis menstruasi yang terjadi pada wanita:

 Menstruasi teratur adalah menstruasi yang berlangsung selama beberapa hari, berhenti
selama beberapa minggu, dan kembali lagi seterusnya sampai perumpuan mengalami
menopause, siklus mentruasi rata- rata terjadi sekitar 21- 35 hari.
 Menstruasi yang tidak teratur adalah kebanyakan terjadi akibat faktor hormonal. Seorang
wanita yang memiliki hormon estrogen dan progesteron yang berlebihan dapat
memungkinkan terjadinya menstruasi yang dikarenakan oleh faktor hormonal, maka
dapat dipastikan wanita tersebut mengalami gangguan kesuburan. Hal ini dapat diatasi
dengan suntikan untuk mempercepat pematangan sel telur.

Menstruasi yang terjadi terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi.
Siklus mentruasi dibagi menjadi 2 yaitu:

Ovulasi

Sumber : Yatim 2001

 Siklus mentruasi jangka pendek adalah wanita yang mengalami “Anovulasi” karena
sel telur tidak terlalu matang sehingga sulit untuk dibuahi.
 Siklus menstruasi panjang adalah wanita menandakan sel telur jarang sekali diproduksi
atau wanita mengalami ketidaksuburan yang cukup panjang. Jika sel telur jarang
diproduksi berarti pembuahan akan sangat jarang terjadi.
1.3.1.2 PROSES SIKLUS MENSTRUASI

Mekanisme terjadinya perdarahan menstruasi secara medis belum diketahui


seluruhnya, tetapi ada beberapa faktor yang memainkan peranan penting dalam terjadinya
proses perdarahan menstruasi tersebut, yaitu faktor- faktor enzim, pembuluh darah,
hormon prostaglandin, dan hormon- hormon seks steroid ( estrogen dan progesteron).
Secara periodik, ovum yang matang akan dikeluarkan dari ovarium.

Ovum bergerak menuju rahim. Rahim secara periodik mengalami penebalan dinding
(endometrium) sebagai persiapan menerima zigot hasil fertilisasi. Jika fertilisasi tidak
terjadi maka ovum dan dinding rahim akan luruh keluar dari rahim sebagai menstruasi
(menstruasi). Siklus menstruasi rata-rata 28 hari, tetapi tidak semua orang mengalami hal
yang sama karena banyak factor yang mempengaruhinya. Siklus menstruasi dikendalikan
oleh hormon reproduksi. Saat menjelang dan sesudah menstruasi, sebagian remaja wanita
diliputi suasana yang tidak menentu, perasaan yang kurang nyaman, cepat marah,
tersinggung dan terasa sakit di sekitar rahim. Pada akhir siklus menstruasi, hipotalamus
mengeluarkan hormon gonadotropin yang merangsang hipofisis untuk melepaskan FSH
(follicle stimulating hormone). Mekanisme terjadinya perdarahan menstruasi secara
singkat dapat dijelaskan melalui proses-proses yang terjadi dalam satu siklus menstruasi
yang terdiri atas empat fase, yaitu:

Fase menstruasi

Sumber : Anastasika, Aan. 2008

a. Fase Proliferasi atau folikuler

Fase proliferasi atau folikuler merupakan fase pertumbuhan folikel yang sudah masak
(folikel graaf) dan mengasilkan hormon estrogen. Pada masa ini adalah masa paling subur
bagi seseorang wanita. Dimulai dari hari 1 sampai sekitar sebelum kadar LH meningkat
dan terjadi pelepasan sel telur ( ovulasi). Folikel yang sudah masak menghasilkan hormon
estrogen yang berfungsi merangsang pembelahan sel-sel dinding rahim, bertanggung
jawab terhadap ciri-ciri sekunder anak wanita, menghambat pembentukan FSH oleh
hipofisis dan merangsang hipofisis untuk menghasilkan LH (Luteinizing hormone).

LH berperanan merangsang pemasakan folikel Graaf untuk melakukan ovulasi


(umumnya pada hari ke-14 dari siklus menstruasi). Pada pertengahan fase folikuler, kadar
FSH sedikit meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3- 30 folikel yang
masing-masing mengandung sel telur. Tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang
lainnya hancur. Akhir dari fase ini terjadi lonjakan penghasilan hormon LH yang sangat
meningkat yang menyebabkan terjadinya proses ovulasi.

b. Fase Luteal atau fase sekresi atau fase pramenstruasi

Fase Luletal merupakan fase uterus pada tahap siap menerima dan memberi makan sel
telur yang telah dibuahi (zigot). Pada fase ini menunjukkan masa ovarium beraktivitas
membentuk korpus luteum dari sisa-sisa folikel-folikel de Graaf yang sudah
mengeluarkan sel ovum (telur) pada saat terjadinya proses ovulasi. Pada fase ini
peningkatan hormon progesteron, yang diikuti oleh penurunan kadar hormon- hormon
FSH, estrogen, dan LH. Keadaan ini digunakan sebagai penunjang lapisan endrometrium
untuk mempersiapkan dinding rahim dalam menerima hasil konsepsi jika terjadi
kehamilan dan proses peluruhan dinding rahim yang prosesnya akan terjadi pada akhir
fase ini.

c. Fase Menstruasi

Pada fase mentruasi menunjukkan saat-saat masa terjadinya proses peluruhan dari
lapisan endometrium uteri disertai pengeluaran darah dari dalamnya. Terjadi kembali
peningkatan kadar dan aktivitas hormon-hormon FSH dan estrogen yang disebabkan
tidak adanya hormon LH dan pengaruhnya karena produksinya telah dihentikan oleh
peningkatan kadar hormon progesteron secara maksimal. Hal ini mempengaruhi kondisi
flora normal dan dinding- dinding di daerah vagina dan uterus yang selanjutnya dapat
mengakibatkan perubahan-perubahan hygiene pada daerah tersebut dan menimbulkan
keputihan. Darah menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat
hebat.
d. Fase Regenerasi

Pada fase ini terjadi proses pemulihan dan pembentukan kembali lapisan endometrium
uteri, sedangkan ovarium mulai beraktifitas kembali membentuk folikel-folikel yang
terkandung di dalamnya melalui pengaruh hormon-hormon FSH dan estrogen yang
sebelumnya sudah dihasilkan kembali didalam ovarium. Bila tidak dibuahi atau tidak
terjadi fertilisasi, maka proses ini akan berulang dan terjadilah fase menstruasi kembali.

Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi – hari dimana
pendarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian dihitung sampai dengan
hari terakhir – yaitu 1 hari sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimula.

1.3.2 SIKLUS ESTRUS


Siklus estrus disebut juga siklus birahi, yaitu merupakan suatu periode dimana
hewan betina secara psikologis maupun fisiologis siap menerima pejantan untuk
melakukan kopulasi atau suatu periode berahi ke permulaan berahi selanjutnya. Siklus
estrus ini merupakan siklus reproduksi yang terjadi pada hewan non-primata, terjadi saat
hewan tersebut tidak hamil. Siklus estrus pada mencit terdiri dari 4 fase utama, yaitu
proestrus, estrus, metestrus dan diestrus (Taylor, 1994 dalam Sitasiwi, 2008).
Jika dibagi berdasarkan perkembangan folikel dan pengaruh hormon, siklus estrus
terdiri dari dua fase yaitu fase folikuler atau estrogenik dan fase luteal atau progestasional.
Fase folikuler meliputi fase proestrus dan estrus karena pada fase tersebut terdapat banyak
folikel, sedangkan fase luteal meliputi fase metestrus/ postestrus dan diestrus karena pada
fase tersebut banyak corpus luteum.

Sumber: (Sumarmin, 2016).


1.3.2.1 Fase Proestrus
Fase proestrus merupakan periode sebelum hewan mengalami estrus yaitu
periode pada saat folikel de Graff sedang tumbuh akibat pengaruh FSH dan
menghasilkan estradiol dengan jumlah yang semakin bertambah (Sumarmin, 2016).
Estradiol adalah esterogen alamiah yang terpenting atau esterogen utama. Estradiol
meningkatkan jumlah suplai darah ke saluran alat kelamin dan meningkatkan
perkembangan estrus, vagina, tuba fallopi, folikel ovarium. Peningkatan
perkembangan ini merupakan persiapan untuk melepaskan ovum dari ovarium.
Folikel di ovarium yang berisi ovum membesar, terutama karena meningkatnya
cairan folikel yang berisi cairan estrogenik. Pada fase ini akan terlihat perubahan
pada alat kelamin luar dan perubahan tingkah laku hewan betina yang menjadi
gelisah dan sering mengeluarkan suara-suara yang tidak biasa terdengar, namun
hewan betina tidak mau ditunggangi oleh hewan jantan. Preparat apusan vagina
pada fase proestrus ditandai akan tampak sejumlah sel epitel berinti dan sel darah
putih berkurang, digantikan dengan sel epitel bertanduk atau kornifikasi.
1.3.2.2 Fase Estrus
Pada fase ini betina akan mencari dan menerima pejantan untuk kopulasi. Pada
umumnya memperlihatkan tanda-tanda gelisah, nafsu makan turun atau hilang sama
sekali, menghampiri pejantan, dan tidak lari bila pejantan menungganginya. Folikel
de Graff menjadi matang dan membesar, estradiol yang dihasilkan folikel de Graff
akan menyebabkan perubahan-perubahan pada saluran reproduksi yang maksimal.
Setelah periode ini terjadi ovulasi, akibat penurunan FSH dan meningkatnya LH
dalam darah (Sumarmin, 2016). Ovulasi terjadi pada fase ini sampai menjelang
akhir fase estrus. Proses ovulasi akan diulang kembali secara teratur setiap jangka
waktu yang tetap yaitu satu siklus birahi.
Pada sapi terdapat leleran yang bening seperti seutas tali menggantung pada
vulva. Pada akhir estrus terjadi peningkatan leukosit yang bermigrasi ke lumen
uterus. Gambaran umum fase estrus pada kebanyakan hewan Rodentia yang
ditentukan dengan apusan vagina memperlihatkan bahwa sel-sel epitel vagina
sebagian besar adalah sel-sel yang terkornifikasi atau sel epitel yang tidak berinti.
Disamping itu, pada apusan vagina tersebut juga ditemukan adanya mukus atau
lendir (Sumarmin, 2016).
1.3.2.3 Fase Metestrus
Fase metestrus ditandai dengan pertumbuhan cepat korpus luteum pada ovarium
yang berasal dari sel-sel granulosa yang telah pecah dibawah pengaruh LH. Fase
ini berada dibawah pengaruh hormon progesteron yang dihasilkan korpus luteum.
Progesteron menghambat sekresi FSH sehingga tidak terjadi pematangan folikel de
Graff dan estrus tidak terjadi. Sedangkan uterus mengadakan persiapan untuk
menerima dan memberi makan embrio. Namun apabila tidak terjadi kebuntingan,
maka uterus dan saluran reproduksi yang lain akan berdegenerasi menuju ke
keadaan kurang aktif. Pada fase ini, keadaan sel-sel epitel pada vagina relatif sama
dengan fase estrus dan mulai ditemukan adanya sel-sel darah putih dalam jumlah
banyak (Sumarmin, 2016).
Selama metestrus, uterus melakukan persiapan untuk menerima dan juga
merawat embrio. Pertengahan samapi akhir fase metestrus, uterus menjadi lebih
lunak karena pengendoran otot uterus. Pada preparat apus vagina ciri yang tampak
yaitu epitel berinti dan leukosit terlihat lagi dan jumlah epitel menanduk makin lama
makin sedikit.
1.3.2.4 Fase diestrus
Diestrus adalah periode terakhir dan terlama pada siklus berahi, korpus luteum
menjadi matang dan pengaruh progesteron terhadap saluran reproduksi menjadi
nyata (Marawali, dkk, 2001). Diestrus adalah periode terakhir dan terlama siklus
birahi pada ternak-ternak dan mamalia. Serviks menutup dan lendir vagina mulai
kabur dan lengket. Selaput mukosa vagina pucat dan otot uterus mengendor. Mulai
terjadi perkembangan folikel -folikel primer dan sekunder dan akhirnya kembali ke
proestrus. Pada preparat apus vagina dijumpai banyak sel darah putih dan epitel
berinti yang letaknya tersebar dan homogen (Karlina, 2003).
Keterangan: A= proestrus, B= estrus, C=metestrus, D= diestrus, ▲= Epitel
Kornifikasi, ∆ = Epitel berinti, O= Leukosit.
Gambar. Fotomikrograf ulas vagina selama siklus estrus tikus (Rattus norvegicus)
Sumber : Nadjamuddin, dkk., 2011

Pengaturan Hormonal Pada Siklus Estrus


Hipotalamus dan hipofisa merupakan pusat kegiatan hormonal dan aktivitas
reproduksi yang diatur oleh Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH). GnRH akan
merangsang hipofisa anterior untuk memproduksi hormon gonadotropin yaitu FSH
dan LH. FSH dan LH menyebabkan terjadinya pemasakan folikel ovarium yang
kemudian diovulasikan, FSH dan LH merangsang ovarium untuk mensekresikan
hormon estrogen dan progesteron.
Ketika fase proestrus, folikel-folikel ovarium yang berukuran kecil akan menjadi besar
karena sel-sel granulosa dalam folikel menjadi banyak berkat FSH, hingga akhirnya
menjadi folikel de Graff. Pada sel-sel granulosa di dalam folikel de Graaf akan
dihasilkan estrogen (Akbar, 2010). Estrogen berfungsi untuk merangsang pertumbuhan
epitel vagina dan folikel ovarium menjadi matang. Karena folikel yang matang akan
terus memproduksi estrogen, maka jika kadar estrogen dalam darah itu tinggi,
menandakan mamalia tersebut sedang dalam fase estrus dan estrogen ini akan
merangsang GnRH untuk memproduksi LH. LH berperan untuk terjadinya ovulasi,
sehingga setelah ovulasi maka folikel berubah menjadi korpus luteum yang dapat
menghasilkan progesteron.
Pada fase metestrus, terdapat persiapan untuk implantasi seperti penebalan endometrium.
Fase berikutnya yaitu diestrus, jika terjadi implantasi korpus luteum akan mampu
memproduksi estrogen dan progesteron sendiri. Jika tidak terjadi implantasi maka
kadar estrogen dan progesteron akan menurun dan endometrium akan meluruh. Pada
siklus estrus, endometrium diserap kembali oleh uterus dan tidak terjadi pendarahan.
Berdasarkan frekuensi terjadinya siklus estrus, hewan dibedakan menjadi:
1.Golongan hewan monoestrus, yaitu golongan hewan yang hanya satu kalimengalami
periode estrus per tahun, contohnya beruang dan serigala.
2.Golongan hewan Poliestrus, yaitu golongan hewan yang memperlihatkan estrus secara
periodik sepanjang tahun, contohnya sapi, babi, dan kerbau.
3.Golongan hewan poliestrus bermusim, yaitu golongan hewan yang menampakkan
siklus estrus periodik, hanya selama musim tertentu dalam satu tahun. Contohnya
domba yang hidup di daerah empat musim.
KESIMPULAN
Gametogenesis merupakan proses pembentukan pada sel kelamin jantan ( sel
sperma ) dan sel kelamin betina (sel ovum). Gamatogenesis meliputi spermatogenesis pada
sel kelamin jantan dan oogenesis pada sel kelamin betina. Pada spermatogenesis terjadi dua
proses pembelahan yaitu mitosis dan meiosis. Spermatid merupakan hasil spermatogenesis
kemudian akan berubah menjadi sperma karena peristiwa spermiogenesis. Pada oogenesis
pembentukan sel gamet betina yaitu sel telur atau ovum yang terjadi di dalam ovarium.
Proses oogenesis terjadi dua tahap yaitu tahap mitosis dan meiosis. Hasil dari oogenesis
adalah satu sel ovum dan tiga badan kutub atau badan polar. Sedangkan pada siklus
reproduksi dibagi menjadi dua yaitu menstruasi dan siklus estrus. Menstruasi adalah siklus
kompleks yang terjadi secara perodik dalam bentuk pelepasan dinding rahim
(endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada
saat kehamilan. Menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga anda
menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45 – 55 tahun). Normalnya, menstruasi
berlangsung selama 3 – 7 hari. Siklus estrus disebut juga siklus birahi, yaitu merupakan
suatu periode dimana hewan betina secara psikologis maupun fisiologis siap menerima
pejantan untuk melakukan kopulasi atau suatu periode berahi ke permulaan berahi
selanjutnya
DAFTAR RUJUKAN

Anastasika, Aan. 2008. Fisiologi Folikulogenesis dan Ovulasi. UNUD/RSUP Sanglah


Denpasar: Bali.

Geneser, F. 1994. Buku Teks Histologi. Binarupa Aksara: Jakarta. Hlm 284 – 286.

Karlina, Y. 2003. Siklus Estrus Dan Struktur Histologi Ovarium Tikus Putih (Rattus
Norvegicus) Setelah Pemberian Alprazolam Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Kretser1, D.M.de., Loveland, K.L., Meinhardt, A., Simorangkir, D., and Wreford., N.1998.
Spermatogenesis. Monash University, Autralia
Nadjamudin, Rusdin, Sriyanto, Amrozi, S., Agungpriyono, dan Yusuf. 2010. Penentuan Siklus
Estrus Pada Kancil (Tragulus Javanicus) Berdasarkan Berdasarkan Sitologi Vagina, J.
Veteriner, 11: 81-86.
Sitasiwi, A.J. 2008. Hubungan Kadar Hormon Estradiol 17-_Dan Tebal Endometrium Uterus
Mencit (Mus Musculus L.) Selama Satu Siklus Estrus, J. Undip: Laboratorium Biologi
Struktur Dan Fungsi Hewan Jurusan Biologi Fmipa, 38 (45) : 20-24
Sumarmin, R. 2016. Perkemba ngan Hewan. Jakarta: Kencana.
Susilawati, T.2011.Spermatologi.Universitas Brawijaya.Malang

Tenzer, A., Lestari U., Gofur, A., Rahayu, SE., Masjhudi, Handayani, N., Wulandari, N.,
Maslikah, SI,.2014. Strktur Perkembangan Hewan (SPH 1). Malang: Universitas Negeri
Malang.
Wahyuni,S., Agungpriyono, S., Agil, M., Yusuf, T.L. 2012.Histologi dan Histomorfometri
Testis dan Epididimis Muncak (Muntiacus muntjak muntjak) pada Periode Ranggah
Keras. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Yatim, Wildan. 2001. Reproduksi dan Embryologi. Tarsito: Bandung. Hlm 65 – 70.

Anda mungkin juga menyukai