Disusun Oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
BAB I PENDAHULUAN ……………………………....................................................……….. 1
Latar Belakang …………………………………................................................……….. 2
Rumusan Masalah ……………………………..................................................………… 2
Tujuan Penulisan ……………………………..................................................………….. 3
DAFTAR PUSTAKA …………………………………….............................................………. 32
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadiran tuhan berkat kemurahanya makalah ini
dapat di selesaikan, makalah ini membahas “Tanda Gejala Dan Proses Terjadinya Gangguan
Sistem Genito Reproduksi” .Makalah ini di buat dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah
Patofiologi .
Kami sampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada teman-teman semua
yang telah mendukung kami dalam penyelesaian makalah ini. Penulis sekaligus juga berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi setiap pembaca.
Disertai keseluruhan rasa rendah hati, kritik dan saran yang membangun amat kami nantikan
dari kalangan pembaca agar nantinya mengingatkan dan merevisi kembali pembuatan makalah di
tugas lainya dan di waktu berikutnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Mahkluk hidup memiliki ciri di antaranya dapat berkembang biak. Begitu juga
dengan manusia. Manusia hanya mengalami reproduksi secara kawin
(seksual/generatif). Laki-laki dan perempuan memiliki system reproduksi yang
berbeda dengan fungsinya.
Organ reproduksi laki-laki terdiri dari epidermis, vas deferens dan uretra.
Epididimis merupakan saluran yang berkelok-kelok tempat pematangan dan
tempat penyimpanan sementara sperma. Dari epididimis, sperma mengalir menuju
penis melalui vas deferens dan uretra. Penis merupakan alat kelamin luar dari
pada laki-laki. Penis berfunhhgsi untuk memasukan sperma pada saluran kelamin
wanita. Penis juga merupakan muara dari saluran kencing.
Organ reproduksi pada wanita terdiri atas ovarium, tuba fallopi, uterus dan
vagina. Ovarium terletak diwa
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memahami fungsi Genito Reproduksi.
1.3.2 Untuk mengetahui gangguan fungsi Genito Reproduksi.
1.3.3 Untuk mengetahui berbagai macam infeksi seksual menular.
1.3.4 Untuk mengetahui tentang apa itu infertilitas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1.2 Skrotum
Skrotum adalah kantong kulit yang melindungi testis dan berfungsi
sebagai tempat bergantungnya testis. Skrotum berwarna gelap dan
berlipat-lipat. Skrotum mengandung otot polos yang mengatur
jarak testis ke dinding perut. Dalam menjalankan fungsinya,
skrotum dapat mengubah ukurannya. Jika suhu udara dingin, maka
skrotum akan mengerut dan menyebabkan testis lebih dekat
dengan tubuh dan dengan demikian lebih hangat. Sebaliknya pada
cuaca panas, maka skrotum akan membesar dan kendur. Akibatnya
luas permukaan skrotum meningkat dan panas dapat dikeluarkan.
2.1.1.3 Vas deferens
Vas deferens adalah sebuah tabung yang dibentuk dari otot. Vas
deferens membentang dari epididimis ke uretra. Vas deferens
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sperma sebelum
dikeluarkan melalui penis. Saluran ini bermuara dari epididimis.
Saluran vas deferens menghubungkan testis dengan kantong
sperma. Kantong sperma ini berfungsi untuk menampung sperma
yang dihasilkan oleh testis.
2.1.1.4 Epididimis
Epididimis adalah saluran-saluran yang lebih kecil dari vas
deferens. Alat ini mempunyai bentuk berkelok-kelok dan
membentuk bangunan seperti topi. Epididimis berfungsi sebagai
tempat pematangan sperma.
2.1.1.5 Vesikula seminalis
Alat ini berfungsi sebagai penampung spermatozoa dari testis.
2.1.1.6 Kelenjar prostat
Kelenjar prostat sebagai penghasil cairan basa untuk melindungi
sperma dari gangguan luar.
2.1.1.7 Uretra
Uretra merupakan saluran sperma dan urine. Uretra berfungsi
membawa sperma dan urine ke luar tubuh.
2.1.1.8 Penis
Penis dibagi menjadi dua bagian, yaitu batang dan kepala penis.
Pada bagian kepala terdapat kulit yang menutupinya, disebut
preputium. Kulit ini diambil secara operatif saat melakukan sunat.
Penis tidak mengandung tulang dan tidak terbentuk dari otot.
Ukuran dan bentuk penis bervariasi, tetapi jika penis ereksi
ukurannya hampir sama. Kemampuan ereksi sangat berperan
dalam fungsi reproduksi. Pada bagian dalam penis terdapat saluran
yang berfungsi mengeluarkan urine. Saluran ini untuk mengalirkan
sperma keluar. Jadi, fungsi penis sebagai alat sanggama, saluran
pengeluaran sperma, dan urine.
Saat dilahirkan seorang anak wanita telah mempunyai alat reproduksi yang
lengkap, tetapi belum berfungsi sepenuhnya. Alat reproduksi ini akan berfungsi
sepenuhnya saat seorang wanita telah memasuki masa pubertas. Alat reproduksi
wanita juga terdiri dari alat kelamin dalam dan alat kelamin luar. Alat kelamin
bagian luar terdiri dari lubang vagina, labia mayora, labia minora, mons pubis dan
klitoris. Sedangkan pada alat kelamin bagian dalam terdapat ovarium, tuba falopii
(oviduk), dan uterus (rahim).
2.1.2.1 Vulva
Vulva merupakan daerah yang menyelubungi vagina. Vulva terdiri atas
mons pubis, labia, klitoris, daerah ujung luar vagina, dan saluran kemih.
Mons pubis adalah gundukan jaringan lemak yang terdapat di bagian
bawah perut. Daerah ini dapat dikenali dengan mudah karena tertutup oleh
rambut pubis. Rambut ini akan tumbuh saat seorang gadis beranjak
dewasa. Labia adalah lipatan berbentuk seperti bibir yang terletak di dasar
mons pubis. Labia terdiri dari dua bibir, yaitu bibir luar dan bibir dalam.
Bibir luar disebut labium mayora, merupakan bibir yang tebal dan besar.
Sedangkan bibir dalam disebut labium minora, merupakan bibir tipis yang
menjaga jalan masuk ke vagina. Klitoris terletak pada pertemuan antara ke
dua labia minora dan dasar mons pubis. Ukurannya sangat kecil sebesar
kacang polong, penuh dengan sel saraf sensorik dan pembuluh darah. Alat
ini sangat sensitif dan berperan besar dalam fungsi seksual.
2.1.2.2 Vagina
Vagina adalah saluran yang elastis, panjangnya sekitar 8-10 cm, dan
berakhir pada rahim. Vagina dilalui darah pada saat menstruasi dan
merupakan jalan lahir. Karena terbentuk dari otot, vagina bisa melebar dan
menyempit. Kemampuan ini sangat hebat, terbukti pada saat melahirkan
vagina bisa melebar seukuran bayi yang melewatinya. Pada bagian ujung
yang terbuka, vagina ditutupi oleh sebuah selaput tipis yang dikenal
dengan istilah selaput dara. Bentuknya bisa berbeda-beda setiap
wanita.Selaput ini akan robek pada saat bersanggama, kecelakaan,
masturbasi/onani yang terlalu dalam, olah raga dan sebagainya.
2.1.2.3 Serviks
Serviks disebut juga dengan mulut rahim. Serviks ada pada bagian
terdepan dari rahim dan menonjol ke dalam vagina, sehingga berhubungan
dengan bagian vagina. Serviks memproduksi cairan berlendir. Pada sekitar
waktu ovulasi, mukus ini menjadi banyak, elastis, dan licin. Hal ini
membantu spermatozoa untuk mencapai uterus. Saluran yang berdinding
tebal ini akan menipis dan membuka saat proses persalinan dimulai.
2.1.2.4 Rahim
Rahim disebut juga uterus. Alat ini memiliki peranan yang besar dalam
reproduksi wanita. Rahim berperan besar saat menstruasi hingga
melahirkan. Bentuk rahim seperti buah pear, berongga, dan berotot.
Sebelum hamil beratnya 30-50 gram dengan ukuran panjang 9 cm dan
lebar 6 cm kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Tetapi saat hamil
mampu membesar dan beratnya mencapai 1000 gram. Rahim berfungsi
sebagai tempat untuk perkembangan embrio menjadi janin. Dinding rahim
memiliki banyak pembuluh darah sehingga dindingnya menebal ketika
terjadi pertumbuhan janin.
2.2.1.2 Kriptorkidisme
Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk
turun dari rongga abdomen ke dalam skrotum pada waktu bayi.
Hal tersebut dapat ditangani dengan pemberian hormon human
chorionic gonadotropin untuk merangsang terstoteron. Jika belum
turun juga, dilakukan pembedahan.
2.2.1.3 Uretritis
Uretritis adalah peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada
penis dan sering buang air kecil. Organisme yang paling sering
menyebabkan uretritis adalah Chlamydia trachomatis, Ureplasma
urealyticum atau virus herpes.
2.2.1.4 Prostatitis
Prostatitis adalah peradangan prostat yang sering disertai dengan
peradangan pada uretra. Gejalanya berupa pembengkakan yang
dapat menghambat uretra sehingga timbul rasa nyeri bila buang air
kecil. Penyebabnya dapat berupa bakteri, seperti Escherichia coli
maupun bukan bakteri.
2.2.1.5 Epididimitis
Epididimitis adalah infeksi yang sering terjadi pada saluran
reproduksi pria. Organisme penyebab epididimitis adalah E. coli
dan Chlamydia.
2.2.1.6 Orkitis
Orkitis adalah peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus
parotitis. Jika terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan
infertilitas.
2.2.1.7 Anorkidisme
Anorkidisme adalah penyakit dimana testis hanya bejumlah satu
atau tidak ada sama sekali.
2.2.1.12 Impotensi
ketidakmampuan ereksi ataupun mempertahankan ereksi penis
pada pada hubungan kelamin yang normal.
2.2.1.7 Fibroadenoma
Yaitu tumor yang bersifat jinak. Gejalanya berupa benjolan kenyal
pada payudara. Pengobatannya dengan operasi.
2.2.1.8 Endometriosis
Endometriosis adalah keadaan dimana jaringan endometrium
terdapat di luar uterus, yaitu dapat tumbuh di sekitar ovarium,
oviduk atau jauh di luar uterus, misalnya di paru-paru. Gejala
endometriosis berupa nyeri perut, pinggang terasa sakit dan nyeri
pada masa menstruasi. Jika tidak ditangani, endometriosis dapat
menyebabkan sulit terjadi kehamilan. Penanganannya dapat
dilakukan dengan pemberian obat-obatan, laparoskopi atau bedah
laser.
2.2.1.10 Condyloma
Yaitu tumbuhnya bejolan keras berbungkul seperti bunga kol atau
jengger ayam atau dikenal sebagai kutil kelamin. Kutil kelamin
atau condyloma merupakan penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh human papilloma virus (HPV), atau virus yang
menyebabkan keganasan pada jaringan. Penyakit ini ditularkan
melalui kontak langsung secara seksual dengan penderita HPV
lainnya. Penyakit ini ditemukan di seputar alat kelamin bagian
luar, di dalam liang vagina, di sekitar anus, hingga mulut rahim.
Jika sampai menginfeksi leher rahim, dapat menyebabkan kanker
mulut rahim atau kanker serviks. Kutil kelamin dapat diobati
dengan obat oles, suntik, maupun tindakan operasi. Untuk tindakan
operatif dapat dilakukan dengan menggunakan alat kotter
(pemotong) oleh tenaga medis. Pengobatan bisa dilakukan dengan
obat topikal (oles).
2.2.1.11 Bartolinitis
Yaitu infeksi pada kelenjar bartolin. Bartolinitis dapat
menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita.
Biasanya, pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan
sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring
pembengkakan pada kelamin yang memerah. Bartolinitis
disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang
terletak di bagian dalam vagina agak keluar. Penyakit ini
disebabkan oleh Chlamydia, Gonorrhea, dsb. Bartolinitis dapat
menyumbat mulut kelenjar tempat diproduksinya cairan pelumas
vagina. Akibat penyumbatan ini, lama kelamaan cairan memenuhi
kantong kelenjar sehingga disebut sebagai kista (kantong berisi
cairan). Untuk mengatasinya, pemberian antibiotik untuk
mengurangi radang dan pembengkakan. Jika terus berlanjut,
dokter akan melakukan tindakan operatif untuk mengangkat
kelenjar yang membengkak.
2.2.1.12 ulvovaginatis
Merupakan suatu peradangan pada vulva dan vagina yang sering
menimbulkan gejala keputihan (flour albus) yaitu keluarnya cairan
putih/putih kehijauan dari vagina. Penyakit ini dapat disebabkan
oleh berbagai mikroorganisme misalnya Gardnerella vagimalis,
Trichomonas vaginalis, Candida albicans, virus herpes,
Candyloma accuminata, dll.
2.2.1.13 Candidiasis / keputihan
Yaitu munculnya gumpalan seperti endapan susu berwarna putih.
Disebabkan karena infeksi jamur Candida albicans. Keputihan ini
dapat muncul akibat ketidakseimbangan hormonal yang
disebabkan oleh kegemukan, pasca menstruasi, kehamilan,
pemakaian alat kontrasepsi hormonal, pengunaan obat-obatan
steroid, kondisi organ intim yang terlalu lembap, dan lainnya. Juga
bisa merupakan akibat dari gula darah yang tidak terkontrol.
Penanganan untuk candidiasis cukup dengan menjaga kebersihan
dan kelembapan organ intim wanita. Peggunaan sabun khusus
pembersih vagina dan menjaga agar di bagian intim tak terlalu
lembap bisa dilakukan. Namun, jika memang tak tertahankan dan
menimbulkan gatal yang amat sangat, dapat diberikan obat
antijamur misalnya triazol atau imidazol.
2.2.1.14 Kista ovarium
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi
pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini
dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan
terluar dari ovarium.
Selain itu, penyebaran tanpa hubungan seksual juga bisa terjadi dari seorang ibu
kepada bayinya, baik saat mengandung atau ketika melahirkan. Pemakaian jarum
suntik secara berulang atau bergantian di antara beberapa orang juga berisiko
menularkan infeksi.
Infeksi gonore juga bisa berdampak pada bagian tubuh lain bila
terjadi kontak dengan sperma atau cairan vagina. Bagian tubuh lain
yang beresiko terkena gonore adalah rektum, mata, dan
tenggorokan.
Sama seperti sifilis, infeksi gonore atau kencing nanah bisa diobati
dengan antibiotik. Sangat penting untuk minum obat antibiotik
sesuai dosis dan jangka waktu yang dianjurkan, agar infeksi benar-
benar lenyap. Jika tidak ditangani dengan baik, gonore atau
kencing nanah bisa menyebabkan kemandulan.
2.3.1.3 Chlamydia
Chlamydia adalah jenis penyakit seksual yang disebabkan oleh
bakteri Chlamydia trachomatis. Penyakit ini merupakan penyakit
menular seksual yang paling sering terjadi. Beberapa orang tidak
merasakan gejala sama sekali, sehingga penularan bisa terjadi
tanpa disadari. Pada sebagian orang, chlamydia bisa menimbulkan
gejala, seperti:
2.3.1.3.1 Gejala chlamydia pada wanita:
Cairan vagina tidak seperti biasanya.
Perih atau rasa sakit saat buang air kecil.
Menstruasi yang banyak.
Perdarahan diluar siklus haid.
Sakit saat melakukan hubungan seksual.
Nyeri di perut bagian bawah
2.3.1.3.2 Gejala chlamydia pada pria:v
Pada ujung penis keluar cairan berwarna jernih
atau putih
Sakit pada saat buang air kecil
Rasa gatal atau panas sekitar lubang penis
Rasa sakit dan pembengkakan di sekitar buah zakar
2.3.1.5 Denovanosis
Penyakit yang juga disebut granuloma inguinale ini disebabkan
oleh bakteri Klebsiella granulomatis. Penyebaran penyakit ini
biasa terjadi melalui vagina atau seks anal dan sangat jarang
ditularkan melalui seks oral. Kebanyakan penderita dari penyakit
ini adalah pria.
Penyakit ini akan menggerogoti jaringan alat kelamin secara
perlahan.
2.3.1.6 Lymphogranuloma Venereum
Penyakit yang juga dikenal dengan nama LGV atau penyakit Durand-
Nicholas-Favre ini disebabkan oleh infeksi bakteri Chlamydia
trachomatis. Infeksi bakteri ini biasanya terjadi pada sistem limfatik.
LGV sendiri dibagi menjadi tiga, LGV primer, LGV sekunder dan LGV
tersier.
Virus ini dapat bersifat dorman atau tidak aktif dan bersembunyi
di dalam tubuh tanpa menyebabkan gejala. Tapi virus ini bisa
kembali aktif dan luka akan muncul kembali. Meskipun begitu
luka yang terjadi biasanya lebih kecil dan tidak terlalu sakit
dibandingkan dengan infeksi pertama. Hal ini terjadi karena tubuh
telah menghasilkan antibodi terhadap virus ini setelah pertama
kali terinfeksi. Antibodi yang sudah ada akan melawan
kemunculan kembali virus ini.
2.3.2.3 HIV
HIV atau human immunodeficiency virus adalah virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus ini dapat tertular
melalui hubungan seks yang tidak aman, berbagi alat suntik atau
pun jarum, dari ibu kepada bayinya saat melahirkan, maupun
melalui transfusi darah.
Sistem kekebalan tubuh akan melemah dan tidak mampu
melawan infeksi maupun penyakit akibat virus ini. Hingga kini,
belum ada obat untuk sepenuhnya melenyapkan HIV dari
tubuh. Pengobatan HIV umumnya dilakukan untuk
memperpanjang usia dan meredakan gejala yang muncul akibat
HIV.
HIV tidak memiliki gejala yang jelas. Gejala awal yang terjadi
adalah gejala flu ringan disertai demam, sakit tenggorokan,
maupun ruam. Seiring virus HIV menyerang sistem kekebalan
tubuh, tubuh penderita akan makin rentan terhadap berbagai
infeksi.
Infeksi virus ini akan tetap menular selama benjolan masih ada.
Biasanya benjolan akan muncul setelah 2 hingga 7 minggu sejak
terinfeksi, namun bisa saja muncul setelah 6 bulan. Untuk
memastikan diagnosis penyakit ini, dokter akan mengutamakan
pemeriksaan fisik dan bila diperlukan mungkin akan mengambil
sampel untuk di periksa lebih lanjut.
2.3.2.4 Hepatitis B
Disebabkan oleh virus dengan nama yang sama, hepatitis B
ternyata lebih mudah ditularkan melalui hubungan seksual
daripada HIV. Virus ini bisa ditemukan pada darah, cairan vagina,
air liur, dan sperma. Seks oral, dan khususnya seks anal, adalah
cara yang bisa menularkan virus Hepatitis B. Transplantasi organ
dan penggunaan jarum suntik secara bergantian juga berisiko
menjadi cara penularan virus penyakit ini.
2.3.2.5 Hepatitis D
Gejala utama dari kudis adalah munculnya rasa gatal yang hebat
terutama pada malam hari. Rasa gatal ini sering kali muncul di
bagian jari, pergelangan tangan dan kaki, ketiak, atau bisa juga di
area kelamin. Terkadang, kudis juga bisa mengakibatkan
munculnya ruam dan bintik kecil.
Gejala utama yang terjadi adalah rasa gatal pada bagian yang
terinfeksi dan terjadinya peradangan atau iritasi akibat garukan
penderita. Selain itu penderita juga bisa menemukan serbuk
kehitaman di celana dalam atau bercak darah di kulit akibat gigitan
kutu.
2.4 Infertilitas
2.4.3 Pengobatan
Penanganan pada infertilitas diarahkan kepada penyebabnya, usia dari
pasangan yang mengalami infertilitas, serta pilihan dan kecenderungan pribadi,
perlu diketahui beberapa penyebab infertilitas tidak dapat diperbaiki. Beberapa
metode yang dikenal dalam penanganan infertilitas antara lain :
2.4.3.1 Pemberian antibiotik guna mengobati infeksi yang diduga menjadi
sumber infertilitas
2.4.3.2 Konseling pada kondisi seperti disfungsi ereksi atau ejakulasi dini
2.4.3.3 Terapi hormon, baik pemberian hormon sintetik maupun obat
obatan yang memicu pembentukan hormon pada kasus infertilitas
yang disebabkan oleh gangguan hormone
2.4.3.4 Prosedur pembedahan pada kasus perlengkapan ataupun gangguan
struktur anatomi dari organ reproduksi
2.4.3.5 Intauterine insemination (IUI), yaitu suatu prosedur penanaman
secara langsung, sel sel spermatozoa sehat yang telah
dikumpulkan dan terkonsentrasi, kedalam rongga rahim pada
masa subur dari pasangan wanita
2.4.3.6 In vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung, merupakan prosedur
yang melibatkan perangsangan dan pengambilan beberapa sel
ovum dari seorang wanita, lalu dilakukan pembuahan dalam
laboratorium dengan sel sel spermatozoa dari seorang pria, yang
dilanjutkan penanaman embrio kedalam rahim 3-5 hari setelah
pembuahan dilakukan
BAB III
KESIMPULAN
3.1 PENUTUP
3.1.1 Kesimpulan
3.1.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA