Anda di halaman 1dari 32

TUGAS MAKALAH

Tanda Gejala Dan Proses Terjadinya Gangguan Sistem Genito Reproduksi

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Patofisiologi

Disusun Oleh :

1. Adera Sela Fadilah (010117A002)

3. Laras Wahyu Sagita (010117A046)


4. Luluk Fuadah (010117A051)
5. Mela Anggraeni (010117A056)

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO


Daftar Isi

HALAMAN JUDUL …………………………………………............................................……. i


KATA PENGANTAR ……………………………………………….......................................... ii
DAFTAR ISI …………………………………………………….......................................……. Iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………....................................................……….. 1
 Latar Belakang …………………………………................................................……….. 2
 Rumusan Masalah ……………………………..................................................………… 2
 Tujuan Penulisan ……………………………..................................................………….. 3

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4


 Fungsi genito reproduksi ………………………………...........................................…… 4
 Gangguan fungdi genito reproduksi pria dan anita ….………………………………….. 6
 Infeksi sejs menular ………………………………………............................................. 12
 infertilitas …………………………........................................................................……. 16

BAB III PENUTUP ………………………………………….............................................…… 26


 A. Simpulan ………………………………………….....................................………… 30
 B. Saran ……………………………………………....................................…………… 31

DAFTAR PUSTAKA …………………………………….............................................………. 32
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadiran tuhan berkat kemurahanya makalah ini
dapat di selesaikan, makalah ini membahas “Tanda Gejala Dan Proses Terjadinya Gangguan
Sistem Genito Reproduksi” .Makalah ini di buat dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah
Patofiologi .

Kami sampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada teman-teman semua
yang telah mendukung kami dalam penyelesaian makalah ini. Penulis sekaligus juga berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi setiap pembaca.

Disertai keseluruhan rasa rendah hati, kritik dan saran yang membangun amat kami nantikan
dari kalangan pembaca agar nantinya mengingatkan dan merevisi kembali pembuatan makalah di
tugas lainya dan di waktu berikutnya.

Ungaran,23 April 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mahkluk hidup memiliki ciri di antaranya dapat berkembang biak. Begitu juga
dengan manusia. Manusia hanya mengalami reproduksi secara kawin
(seksual/generatif). Laki-laki dan perempuan memiliki system reproduksi yang
berbeda dengan fungsinya.

Proses reproduksi pada manusia membutuhkan sperma dan ovum. Sperma


merupakan sel kelamin yang di hasilkan oleh laki-laki. Adapun ovum merupakan
sel kelamin manusia yang di hasilkan oleh perempuan.

Organ reproduksi laki-laki terdiri dari epidermis, vas deferens dan uretra.
Epididimis merupakan saluran yang berkelok-kelok tempat pematangan dan
tempat penyimpanan sementara sperma. Dari epididimis, sperma mengalir menuju
penis melalui vas deferens dan uretra. Penis merupakan alat kelamin luar dari
pada laki-laki. Penis berfunhhgsi untuk memasukan sperma pada saluran kelamin
wanita. Penis juga merupakan muara dari saluran kencing.

Organ reproduksi pada wanita terdiri atas ovarium, tuba fallopi, uterus dan
vagina. Ovarium terletak diwa

1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Apa saja fungsi Genito Reproduksi?


1.2.2 Bagaimana gangguan fungsi Genito Reproduksi Pria & Wanita
1.2.3 Apa saja Infeksi seksual menular?
1.2.4 Apa yang dimaksud dengan Infertilitas

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memahami fungsi Genito Reproduksi.
1.3.2 Untuk mengetahui gangguan fungsi Genito Reproduksi.
1.3.3 Untuk mengetahui berbagai macam infeksi seksual menular.
1.3.4 Untuk mengetahui tentang apa itu infertilitas.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Sistem Genito Reproduksi


Reproduksi pada manusia terjadi secara seksual, artinya terbentuknya individu
baru diawali dengan bersatunya sel kelamin laki-laki (sperma) dan sel kelamin
wanita (sel telur). Sistem reproduksi manusia dibedakan menjadi alat reproduksi
laki-laki dan perempuan.

2.1.1 Alat reproduksi laki-laki


Alat reproduksi laki-laki terdiri dari alat kelamin bagian luar dan alat
kelamin bagian dalam. Perhatikan gambar di bawah. Alat kelamin bagian
luar terdiri dari penis dan skrotum. Sedangkan alat kelamin bagian dalam
terdiri dari testis, epididimis, vas deferens, prostat, vesika seminalis, dan
kelenjar bulbouretral.
2.1.1.1 Testis

Testis disebut juga dengan buah zakar. Testis merupakan organ


kecil dengan diameter sekitar 5 cm pada orang dewasa. Testis
membutuhkan suhu lebih rendah dari suhu badan (36,7 oC) agar
dapat berfungsi secara optimal. Oleh karena itu, testis terletak di
luar tubuh di dalam suatu kantong yang disebut skrotum. Ukuran
dan posisi testis sebelah kanan dan kiri berbeda. Testis berfungsi
sebagai tempat pembentukan sperma (spermatogenesis).
Spermatogenesis pada manusia berlangsung selama 2 – 3 minggu.
Bentuk sperma sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop. Sperma berbentuk seperti kecebong,
dapat bergerak sendiri dengan ekornya.

Testis juga memiliki tanggung jawab lain, yaitu membuat hormon


testosteron. Hormon ini merupakan hormon yang sangat
bertanggung jawab atas perubahan anak laki-laki menjadi dewasa.
Membuat suara laki-laki menjadi besar dan berat, dan berbagai
perubahan lain yang memperlihatkan bahwa seorang anak telah
beranjak dewasa.

2.1.1.2 Skrotum
Skrotum adalah kantong kulit yang melindungi testis dan berfungsi
sebagai tempat bergantungnya testis. Skrotum berwarna gelap dan
berlipat-lipat. Skrotum mengandung otot polos yang mengatur
jarak testis ke dinding perut. Dalam menjalankan fungsinya,
skrotum dapat mengubah ukurannya. Jika suhu udara dingin, maka
skrotum akan mengerut dan menyebabkan testis lebih dekat
dengan tubuh dan dengan demikian lebih hangat. Sebaliknya pada
cuaca panas, maka skrotum akan membesar dan kendur. Akibatnya
luas permukaan skrotum meningkat dan panas dapat dikeluarkan.
2.1.1.3 Vas deferens
Vas deferens adalah sebuah tabung yang dibentuk dari otot. Vas
deferens membentang dari epididimis ke uretra. Vas deferens
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sperma sebelum
dikeluarkan melalui penis. Saluran ini bermuara dari epididimis.
Saluran vas deferens menghubungkan testis dengan kantong
sperma. Kantong sperma ini berfungsi untuk menampung sperma
yang dihasilkan oleh testis.
2.1.1.4 Epididimis
Epididimis adalah saluran-saluran yang lebih kecil dari vas
deferens. Alat ini mempunyai bentuk berkelok-kelok dan
membentuk bangunan seperti topi. Epididimis berfungsi sebagai
tempat pematangan sperma.
2.1.1.5 Vesikula seminalis
Alat ini berfungsi sebagai penampung spermatozoa dari testis.
2.1.1.6 Kelenjar prostat
Kelenjar prostat sebagai penghasil cairan basa untuk melindungi
sperma dari gangguan luar.
2.1.1.7 Uretra
Uretra merupakan saluran sperma dan urine. Uretra berfungsi
membawa sperma dan urine ke luar tubuh.
2.1.1.8 Penis
Penis dibagi menjadi dua bagian, yaitu batang dan kepala penis.
Pada bagian kepala terdapat kulit yang menutupinya, disebut
preputium. Kulit ini diambil secara operatif saat melakukan sunat.
Penis tidak mengandung tulang dan tidak terbentuk dari otot.
Ukuran dan bentuk penis bervariasi, tetapi jika penis ereksi
ukurannya hampir sama. Kemampuan ereksi sangat berperan
dalam fungsi reproduksi. Pada bagian dalam penis terdapat saluran
yang berfungsi mengeluarkan urine. Saluran ini untuk mengalirkan
sperma keluar. Jadi, fungsi penis sebagai alat sanggama, saluran
pengeluaran sperma, dan urine.

2.1.1.8.1 Proses spermatogenesis

Proses pembentukan dan pemasakan sperma disebut


spermatogenis. Pada pembahasan sebelumnya dikatakan
bahwa sperma dihasilkan oleh testis. Spermatogenis terjadi
di tubulus seminiferus testis. Dalam tubulus tersebut
terdapat sel sperma, yang disebut spermatogonium.
Spermatogonium kemudian membelah secara mitosis
menghasilkan spermatogonium yang haploid.

Spermatogonium ini kemudian membesar membentuk


spermatosit primer. Spermatosit primer seterusnya akan
membelah secara meiosis I untuk menghasilkan dua
spermatosit sekunder yang haploid. Kemudian setiap
spermatosit sekunder akan membelah secara meiosis II
untuk menghasilkan dua spermatid yang hapolid. Sel-sel
spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa atau
sperma.

2.1.2 Alat reproduksi wanita

Saat dilahirkan seorang anak wanita telah mempunyai alat reproduksi yang
lengkap, tetapi belum berfungsi sepenuhnya. Alat reproduksi ini akan berfungsi
sepenuhnya saat seorang wanita telah memasuki masa pubertas. Alat reproduksi
wanita juga terdiri dari alat kelamin dalam dan alat kelamin luar. Alat kelamin
bagian luar terdiri dari lubang vagina, labia mayora, labia minora, mons pubis dan
klitoris. Sedangkan pada alat kelamin bagian dalam terdapat ovarium, tuba falopii
(oviduk), dan uterus (rahim).

2.1.2.1 Vulva
Vulva merupakan daerah yang menyelubungi vagina. Vulva terdiri atas
mons pubis, labia, klitoris, daerah ujung luar vagina, dan saluran kemih.
Mons pubis adalah gundukan jaringan lemak yang terdapat di bagian
bawah perut. Daerah ini dapat dikenali dengan mudah karena tertutup oleh
rambut pubis. Rambut ini akan tumbuh saat seorang gadis beranjak
dewasa. Labia adalah lipatan berbentuk seperti bibir yang terletak di dasar
mons pubis. Labia terdiri dari dua bibir, yaitu bibir luar dan bibir dalam.
Bibir luar disebut labium mayora, merupakan bibir yang tebal dan besar.
Sedangkan bibir dalam disebut labium minora, merupakan bibir tipis yang
menjaga jalan masuk ke vagina. Klitoris terletak pada pertemuan antara ke
dua labia minora dan dasar mons pubis. Ukurannya sangat kecil sebesar
kacang polong, penuh  dengan sel saraf sensorik dan pembuluh darah. Alat
ini sangat sensitif dan berperan besar dalam fungsi seksual.

2.1.2.2 Vagina
Vagina adalah saluran yang elastis, panjangnya sekitar 8-10 cm, dan
berakhir pada rahim. Vagina dilalui darah pada saat menstruasi dan
merupakan jalan lahir. Karena terbentuk dari otot, vagina bisa melebar dan
menyempit. Kemampuan ini sangat hebat, terbukti pada saat melahirkan
vagina bisa melebar seukuran bayi yang melewatinya. Pada bagian ujung
yang terbuka, vagina ditutupi oleh sebuah selaput tipis yang dikenal
dengan istilah selaput dara. Bentuknya bisa berbeda-beda setiap
wanita.Selaput ini akan robek pada saat bersanggama, kecelakaan,
masturbasi/onani yang terlalu dalam, olah raga dan sebagainya.

2.1.2.3 Serviks

Serviks disebut juga dengan mulut rahim. Serviks ada pada bagian
terdepan dari rahim dan menonjol ke dalam vagina, sehingga berhubungan
dengan bagian vagina. Serviks memproduksi cairan berlendir. Pada sekitar
waktu ovulasi, mukus ini menjadi banyak, elastis, dan licin. Hal ini
membantu spermatozoa untuk mencapai uterus. Saluran yang berdinding
tebal ini akan menipis dan membuka saat proses persalinan dimulai.

2.1.2.4 Rahim
Rahim disebut juga uterus. Alat ini memiliki peranan yang besar dalam
reproduksi wanita. Rahim berperan besar saat menstruasi hingga
melahirkan. Bentuk rahim seperti buah pear, berongga, dan berotot.
Sebelum hamil beratnya 30-50 gram dengan ukuran panjang 9 cm dan
lebar 6 cm kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Tetapi saat hamil
mampu membesar dan beratnya mencapai 1000 gram. Rahim berfungsi
sebagai tempat untuk perkembangan embrio menjadi janin. Dinding rahim
memiliki banyak pembuluh darah sehingga dindingnya menebal ketika
terjadi pertumbuhan janin.

Rahim terdiri atas 3 lapisan, yaitu:


 Lapisan parametrium, merupakan lapisan paling luar dan yang
berhubungan dengan rongga perut.
 Lapisan miometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong
bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi).
 Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat
menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri atas
lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.
2.1.2.5 Ovarium
Ovarium menghasilkan ovum. Ovarium disebut juga dengan indung telur.
Letak ovarium di sebelah kiri dan kanan rongga perut bagian bawah.
Ovarium berhasil memproduksi sel telur jika wanita telah dewasa dan
mengalami siklus menstruasi. Setelah sel telur masak, akan terjadi ovulasi
yaitu pelepasan sel telur dari ovarium. Ovulasi terjadi setiap 28 hari. Sel
telur disebut juga dengan ovum.

2.1.2.6 Tuba fallopi


Tuba fallopi disebut juga dengan saluran telur. Saluran telur adalah
sepasang saluran yang berada pada kanan dan kiri rahim sepanjang +10
cm. Saluran ini menghubungkan rahim dengan ovarium melalui fimbria.
Ujung yang satu dari tuba fallopii akan bermuara di rahim sedangkan
ujung yang lain merupakan ujung bebas dan terhubung ke dalam rongga
abdomen. Ujung yang bebas berbentuk seperti umbai dan bergerak bebas.
Ujung ini disebut fimbria dan berguna untuk menangkap sel telur saat
dilepaskan oleh ovarium. Dari fimbria, telur digerakkan oleh rambut-
rambut halus yang terdapat di dalam saluran telur menuju ke dalam rahim.

2.1.2.7 Proses oogenesis.


Proses pembentukan ovum disebut oogenesis dan terjadi di ovarium.
Pembentukan ovum diawali dengan pembelahan mitosis lapisan luar
ovarium untuk membentuk oogonium yang diploid. Setiap oogonium
dilapisi oleh sel folikel. Keseluruhan struktur ini disebut folikel primer.
Ketika folikel tumbuh, oosit primer membelah secara meiosis I
menghasilkan satu oosit sekunder dan badan kutub. Oosit sekunder
kemudian berkembang menjadi ovum haploid yang siap untuk dibuahi
oleh sperma

2.2 Gangguan Fungsi Genito Reproduksi Pria dan wanita

2.2.1 Gangguan Pada Sistem Reprodusi Pria


2.2.1.1 Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah penurunan fungsi testis yang disebabkan
oleh gangguan interaksi hormon, seperti hormon androgen dan
testoteron. Gangguan ini menyebabkan infertilitas, impotensi dan
tidak adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganan dapat dilakukan
dengan terapi hormon.

2.2.1.2 Kriptorkidisme
Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk
turun dari rongga abdomen ke dalam skrotum pada waktu bayi.
Hal tersebut dapat ditangani dengan pemberian hormon human
chorionic gonadotropin untuk merangsang terstoteron. Jika belum
turun juga, dilakukan pembedahan.

2.2.1.3 Uretritis
Uretritis adalah peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada
penis dan sering buang air kecil. Organisme yang paling sering
menyebabkan uretritis adalah Chlamydia trachomatis, Ureplasma
urealyticum atau virus herpes.

2.2.1.4 Prostatitis
Prostatitis adalah peradangan prostat yang sering disertai dengan
peradangan pada uretra. Gejalanya berupa pembengkakan yang
dapat menghambat uretra sehingga timbul rasa nyeri bila buang air
kecil. Penyebabnya dapat berupa bakteri, seperti Escherichia coli
maupun bukan bakteri.

2.2.1.5 Epididimitis
Epididimitis adalah infeksi yang sering terjadi pada saluran
reproduksi pria. Organisme penyebab epididimitis adalah E. coli
dan Chlamydia.

2.2.1.6 Orkitis
Orkitis adalah peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus
parotitis. Jika terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan
infertilitas.

2.2.1.7 Anorkidisme
Anorkidisme adalah penyakit dimana testis hanya bejumlah satu
atau tidak ada sama sekali.

2.2.1.8 Hyperthropic prostat


Hyperthropic prostat adalah pembesaran kelenjar prostat yang
biasanya terjadi pada usia-usia lebih dari 50 tahun. Penyebabnya
belum jelas diketahui.

2.2.1.9 Hernia inguinalis


Hernia merupakan protusi/penonjolan isi rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan.

2.2.1.10 Kanker prostat


Gejala kanker prostat mirip dengan hyperthropic prostat.
Menimbulkan banyak kematian pada pria usia lanjut.

2.2.1.11 Kanker testis

Kanker testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis


(buah zakar), yang bisa menyebabkan testis membesar atau
menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum (kantung zakar).

2.2.1.12 Impotensi
ketidakmampuan ereksi ataupun mempertahankan ereksi penis
pada pada hubungan kelamin yang normal.

2.2.1.13 Infertilitas (kemandulan)

Yaitu ketidakmampuan menghasilkan ketururan. Infertilitas dapat


disebabkan faktor di pihak pria maupun pihak wanita. Pada pria
infertilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan mengfertilisasi
ovum. Hal ini dapat disebabkan oleh:
 Gangguan spermatogenesis, misalnya karena testis terkena
sinar radio aktif, terkena racun, infeksi, atau gangguan hormon
 Tersumbatnya saluran sperma
 Jumlah sperma yang disalurkan terlalu sedikit

2.2.2 Gangguan pada Sistem Reproduksi Wanita


2.2.2.1Gangguan menstruasi
Gangguan menstruasi pada wanita dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu amenore primer dan amenore sekunder. Amenore primer
adalah tidak terjadinya menstruasi sampai usia 17 tahun dengan
atau tanpa perkembangan seksual. Amenore sekunder adalah tidak
terjadinya menstruasi selama 3 – 6 bulan atau lebih pada orang
yang tengah mengalami siklus menstruasi.

2.2.2.2 Kanker vagina


Kanker vagina tidak diketahui penyebabnya tetapi kemungkinan
terjadi karena iritasi yang diantaranya disebabkan oleh virus.
Pengobatannya antara lain dengan kemoterapi dan bedah laser.

2.2.1.3 Kanker serviks


Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh di
seluruh lapisan epitel serviks. Penanganannya dilakukan dengan
mengangkat uterus, oviduk, ovarium, sepertiga bagian atas vagina
dan kelenjar limfe panggul.

2.2.1.4 Kanker ovarium


Kanker ovarium memiliki gejala yang tidak jelas. Dapat berupa
rasa berat pada panggul, perubahan fungsi saluran pencernaan atau
mengalami pendarahan vagina abnormal. Penanganan dapat
dilakukan dengan pembedahan dan kemoterapi.

2.2.1.5 Kanker rahim


Kanker rahim (uterus) atau yang sebenarnya adalah kanker
jaringan endometrium adalah kanker yang sering terjadi di
endometrium, tempat dimana janin tumbuh, sering terjadi pada
wanita usia 60-70 tahun.

2.2.1.6 Kanker payudara


Yaitu tumor yang bersifat ganas. Kanker payudara banyak terdapat
pada wanita yang telah menopause. Pengobatannya dengan
operasi, sinar radio aktif, dan obat-obatan.

2.2.1.7 Fibroadenoma
Yaitu tumor yang bersifat jinak. Gejalanya berupa benjolan kenyal
pada payudara. Pengobatannya dengan operasi.

2.2.1.8 Endometriosis
Endometriosis adalah keadaan dimana jaringan endometrium
terdapat di luar uterus, yaitu dapat tumbuh di sekitar ovarium,
oviduk atau jauh di luar uterus, misalnya di paru-paru. Gejala
endometriosis berupa nyeri perut, pinggang terasa sakit dan nyeri
pada masa menstruasi. Jika tidak ditangani, endometriosis dapat
menyebabkan sulit terjadi kehamilan. Penanganannya dapat
dilakukan dengan pemberian obat-obatan, laparoskopi atau bedah
laser.

2.2.1.9 Infeksi vagina


Gejala awal infeksi vagina berupa keputihan dan timbul gatal-
gatal. Infeksi vagina menyerang wanita usia produktif.
Penyebabnya antara lain akibat hubungan kelamin, terutama bila
suami terkena infeksi, jamur atau bakteri.

2.2.1.10 Condyloma
Yaitu tumbuhnya bejolan keras berbungkul seperti bunga kol atau
jengger ayam atau dikenal sebagai kutil kelamin. Kutil kelamin
atau condyloma merupakan penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh human papilloma virus (HPV), atau virus yang
menyebabkan keganasan pada jaringan. Penyakit ini ditularkan
melalui kontak langsung secara seksual dengan penderita HPV
lainnya. Penyakit ini ditemukan di seputar alat kelamin bagian
luar, di dalam liang vagina, di sekitar anus, hingga mulut rahim.
Jika sampai menginfeksi leher rahim, dapat menyebabkan kanker
mulut rahim atau kanker serviks. Kutil kelamin dapat diobati
dengan obat oles, suntik, maupun tindakan operasi. Untuk tindakan
operatif dapat dilakukan dengan menggunakan alat kotter
(pemotong) oleh tenaga medis. Pengobatan bisa dilakukan dengan
obat topikal (oles).
2.2.1.11 Bartolinitis
Yaitu infeksi pada kelenjar bartolin. Bartolinitis dapat
menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita.
Biasanya, pembengkakan disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan
sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring
pembengkakan pada kelamin yang memerah. Bartolinitis
disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang
terletak di bagian dalam vagina agak keluar. Penyakit ini
disebabkan oleh Chlamydia, Gonorrhea, dsb. Bartolinitis dapat
menyumbat mulut kelenjar tempat diproduksinya cairan pelumas
vagina. Akibat penyumbatan ini, lama kelamaan cairan memenuhi
kantong kelenjar sehingga disebut sebagai kista (kantong berisi
cairan). Untuk mengatasinya, pemberian antibiotik untuk
mengurangi radang dan pembengkakan. Jika terus berlanjut,
dokter akan melakukan tindakan operatif untuk mengangkat
kelenjar yang membengkak.
2.2.1.12 ulvovaginatis
Merupakan suatu peradangan pada vulva dan vagina yang sering
menimbulkan gejala keputihan (flour albus) yaitu keluarnya cairan
putih/putih kehijauan dari vagina. Penyakit ini dapat disebabkan
oleh berbagai mikroorganisme misalnya Gardnerella vagimalis,
Trichomonas vaginalis, Candida albicans, virus herpes,
Candyloma accuminata, dll.
2.2.1.13 Candidiasis / keputihan
Yaitu munculnya gumpalan seperti endapan susu berwarna putih.
Disebabkan karena infeksi jamur Candida albicans. Keputihan ini
dapat muncul akibat ketidakseimbangan hormonal yang
disebabkan oleh kegemukan, pasca menstruasi, kehamilan,
pemakaian alat kontrasepsi hormonal, pengunaan obat-obatan
steroid, kondisi organ intim yang terlalu lembap, dan lainnya. Juga
bisa merupakan akibat dari gula darah yang tidak terkontrol.
Penanganan untuk candidiasis cukup dengan menjaga kebersihan
dan kelembapan organ intim wanita. Peggunaan sabun khusus
pembersih vagina dan menjaga agar di bagian intim tak terlalu
lembap bisa dilakukan. Namun, jika memang tak tertahankan dan
menimbulkan gatal yang amat sangat, dapat diberikan obat
antijamur misalnya triazol atau imidazol.
2.2.1.14 Kista ovarium
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi
pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini
dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan
terluar dari ovarium.

2.3 Infeksi Seksual Menular


Penyakit menular seksual atau PMS, kini dikenal dengan istilah infeksi menular
seksual atau IMS, adalah penyakit atau infeksi yang umumnya ditularkan melalui
hubungan seks yang tidak aman. Penyebaran bisa melalui darah, sperma, cairan
vagina, atau pun cairan tubuh lainnya.

Selain itu, penyebaran tanpa hubungan seksual juga bisa terjadi dari seorang ibu
kepada bayinya, baik saat mengandung atau ketika melahirkan. Pemakaian jarum
suntik secara berulang atau bergantian di antara beberapa orang juga berisiko
menularkan infeksi. 

2.3.1 Penyakit Menular Seksual yang Disebabkan oleh Bakteri


2.3.1.1 Sifilis

Sifilis atau raja singa adalah penyakit seksual yang disebabkan


oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. Gejala awal sifilis adalah
munculnya lesi atau luka pada alat kelamin atau pada mulut. Luka
ini mungkin tidak terasa sakit, tapi sangat mudah untuk
menularkan infeksi. Luka atau lesi ini akan bertahan selama 1,5
bulan dan kemudian menghilang dengan sendirinya. Perlu
diperhatikan bahwa lesi sangat menular, sentuhan dengan lesi
dapat mengakibatkan seseorang tertular.
Jika sifilis tidak ditangani, infeksi ini akan berlanjut ke tahap yang
berikutnya dalam 4-10 minggu setelah lesi hilang. Pada tahap
berikutnya, gejala yang mirip dengan flu seperti demam, nyeri
pada persendian, dan sakit kepala akan muncul. Kerontokan
rambut hingga pitak juga bisa dialami penderita.
Jika dibiarkan, infeksi sifilis bisa bertahan di dalam tubuh selama
beberapa tahun tanpa menimbulkan gejala apapun. Yang perlu
diwaspadai, selama masa itu bakteri akan menyebar ke bagian
tubuh lain dan dapat menyebabkan kondisi serius berupa
kelumpuhan, kebutaan, demensia, meningitis, gangguan jantung ,
dan masalah koordinasi.

Untuk memastikan diagnosis sifilis, tes darah bisa dilakukan.


Terkadang gejala yang muncul sulit dikenali sebagai penyakit
sifilis, oleh karena itu segera lakukan tes darah jika mencurigai diri
berisiko terkena sifilis.
Antibiotik seperti suntikan penisilin digunakan untuk mengobati
sifilis. Jika sifilis diobati dengan benar, tahapan sifilis yang lebih
parah bisa dicegah. Hindari hubungan seksual sebelum
memastikan infeksi sifilis benar-benar hilang, yaitu sekitar 2
minggu setelah pengobatan selesai.

2.3.1.2 Gonore atau kencing nanah


Gonore atau kencing nanah adalah penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Beberapa
penderita penyakit ini tidak menunjukkan gejala apa pun, sehingga
bisa tidak diketahui sama sekali jika dirinya terinfeksi. Bila
menimbulkan gejala, pada penderita gonore dapat ditemukan:
2.3.1.2.1 Gejala gonore pada pria:
 Pada ujung penis keluar cairan berwarna putih,
kuning, atau hijau.
 Rasa sakit atau perih saat buang air kecil
 Peradangan pada ujung penis
 Terkadang ditemukan rasa sakit di sekitar buah
zakar.
2.3.1.2.2 Gejala gonore pada wanita:
 Cairan vagina yang encer dan berwarna kuning
atau hijau.
 Sering buang air kecil.
 Perih atau rasa sakit saat buang air kecil.
 Rasa sakit pada perut bagian bawah pada saat
berhubungan seks atau setelahnya.
 Perdarahan pada saat berhubungan seks atau
setelahnya, atau perdarahan berlebihan ketika
mengalami menstruasi
 Gatal di sekitar kelamin.

Infeksi gonore juga bisa berdampak pada bagian tubuh lain bila
terjadi kontak dengan sperma atau cairan vagina. Bagian tubuh lain
yang beresiko terkena gonore adalah rektum, mata, dan
tenggorokan.

Diagnosis untuk memastikan apakah Anda terinfeksi gonore


adalah dengan melakukan tes urine pada pria dan pemeriksaan
cairan vagina pada wanita. Selain itu, pengambilan sampel nanah
dari bagian yang terinfeksi juga bisa dilakukan.

Sama seperti sifilis, infeksi gonore atau kencing nanah bisa diobati
dengan antibiotik. Sangat penting untuk minum obat antibiotik
sesuai dosis dan jangka waktu yang dianjurkan, agar infeksi benar-
benar lenyap. Jika tidak ditangani dengan baik, gonore atau
kencing nanah bisa menyebabkan kemandulan.

2.3.1.3 Chlamydia
Chlamydia adalah jenis penyakit seksual yang disebabkan oleh
bakteri Chlamydia trachomatis. Penyakit ini merupakan penyakit
menular seksual yang paling sering terjadi. Beberapa orang tidak
merasakan gejala sama sekali, sehingga penularan bisa terjadi
tanpa disadari. Pada sebagian orang, chlamydia bisa menimbulkan
gejala, seperti:
2.3.1.3.1 Gejala chlamydia pada wanita:
 Cairan vagina tidak seperti biasanya.
 Perih atau rasa sakit saat buang air kecil.
 Menstruasi yang banyak.
 Perdarahan diluar siklus haid.
 Sakit saat melakukan hubungan seksual.
 Nyeri di perut bagian bawah

2.3.1.3.2 Gejala chlamydia pada pria:v
 Pada ujung penis keluar cairan berwarna jernih
atau putih
 Sakit pada saat buang air kecil
 Rasa gatal atau panas sekitar lubang penis
 Rasa sakit dan pembengkakan di sekitar buah zakar

Untuk mendiagnosis chlamydia bisa dengan cara tes urine atau


pengambilan sampel cairan dari area yang terinfeksi.

Pengobatan infeksi ini adalah dengan cara mengonsumsi antibiotik.


Pastikan untuk menghabiskan obat yang sudah diresepkan oleh
dokter, meski kondisi terasa sudah membaik. Lakukan tes urine
atau pengambilan sampel cairan alat kelamin sekali lagi setelah
pengobatan selesai, hal ini untuk memastikan infeksi benar-benar
telah sembuh.

Infeksi chlamydia juga bisa menyerang rektum, tenggorokan, atau


mata. Jika tidak dirawat, infeksi ini dapat menyebabkan
kemandulan baik pada pria maupun wanita. Pada wanita,
chlamydia juga bisa menyebabkan kehamilan ektopik. Infeksi ini
juga bisa ditularkan saat melahirkan dan menyebabkan bayi bisa
mengalami infeksi mata atau paru-paru. Pada pria, chlamydia bisa
menyebabkan peradangan pada saluran kencing, infeksi pada
kandung kemih dan epididimitis, serta infeksi pada rektum. 
2.3.1.4 Chancroid
Penyakit menular seksual ini disebabkan oleh bakteri Haemophilus
ducreyl. Bisul kecil di alat kelamin akan muncul setelah 1-14 hari
seseorang terinfeksi chancroid. Sehari setelahnya, benjolan akan
berubah menjadi luka. Selain kemunculan luka, sebagian orang
yang terinfeksi chancroid akan mengalami pembengkakan kelenjar
getah bening di bagian selangkangan. Pada sebagian orang,
pembengkakan ini bisa berkembang menjadi abses.
Tidak ada tes darah khusus untuk chancroid. Chancroid biasanya
didiagnosis dengan melihat luka yang muncul, pembengkakan
kelenjar, dan melakukan beberapa tes pemeriksaan untuk
menyingkirkan PMS lainnya. Pengobatan kondisi ini dilakukan
dengan pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi. Untuk abses
kelenjar getah bening, prosedur drainase dengan jarum atau operasi
kecil bisa dijalankan.

2.3.1.5 Denovanosis
Penyakit yang juga disebut granuloma inguinale ini disebabkan
oleh bakteri Klebsiella granulomatis. Penyebaran penyakit ini
biasa terjadi melalui vagina atau seks anal dan sangat jarang
ditularkan melalui seks oral. Kebanyakan penderita dari penyakit
ini adalah pria.
Penyakit ini akan menggerogoti jaringan alat kelamin secara
perlahan.

2.3.1.5.1 gejala seperti:


 Muncul luka di sekitar bokong serta benjolan
berwarna merah di sekitar anus dan alat kelamin.
 Alat kelamin dan kulit di sekitarnya akan memudar
warnanya.
 Lapisan kulit perlahan terkelupas, kemudian
benjolan akan membesar akibat proses peradangan.
 Kulit tidak nyeri pada fase ini, tetapi mudah sekali
berdarah.
 Kerusakan jaringan bisa meluas hingga pangkal
paha.
Untuk mendiagnosis penyakit ini, dokter akan melakukan biopsi
pada lesi penderita untuk diteliti lebih lanjut di laboratorium. Jika
positif terkena donovanosis, biasanya dokter akan meresepkan
antibiotik pada penderita untuk dikonsumsi selama 3 minggu.

Jika tidak ditangani dengan benar, penderita donovanosis akan


berisiko terkena beberapa komplikasi seperti:

 Kerusakan dan pembentukan jaringan parut pada organ genital.


 Warna kulit pada alat kelamin dan sekitarnya akan memudar.
 Pembengkakan permanen pada organ genital akibat jaringan
parut.

2.3.1.6 Lymphogranuloma Venereum
Penyakit yang juga dikenal dengan nama LGV atau penyakit Durand-
Nicholas-Favre ini disebabkan oleh infeksi bakteri Chlamydia
trachomatis. Infeksi bakteri ini biasanya terjadi pada sistem limfatik.
LGV sendiri dibagi menjadi tiga, LGV primer, LGV sekunder dan LGV
tersier.

2.3.1.6.1.1 karakteristik LGV primer:


 Gejala muncul 3-21 hari setelah terjadi kontak
antara seseorang dengan bakteri.
 Pria lebih sering mengalami kondisi ini
dibandingkan wanita.
 Muncul beberapa kelompok lesi yang mirip dengan
infeksi herpes.
 Penderita biasanya akan mengalami gejala
peradangan uretra (uretritis).
 Pada pria, LGV primer akan berdampak pada bagian
tubuh di sekitar penis hingga uretra, serta anus.
 Pada wanita, LGV primer akan berdampak pada
bagian tubuh di sekitar vagina.

2.3.1.6.1.2 LGV sekunder:


 Lesu.
 Nyeri pada sendi.
 Demam.
 Sakit kepala.
 Mual dan muntah.
 Pembengkakan nodus limfa.
 Muncul bercak beralur.
 Kulit penderita akan terkena eritema multiforme,
urtikaria, eritema nodosum, atau ruam.
2.3.1.6.1.3 LGV tersier lainnya adalah:
 Proktokolitis (peradangan pada dubur dan usus
besar).
 Rasa gatal pada bagian bokong.
 Tinja bercampur darah.
 Nyeri pada dubur.
 Tenesmus (muncul dorongan untuk buang air besar
secara terus menerus).
 Penurunan berat badan.
 Fibrosis dubur
 Esthiomene (pembesaran granuloma menahun
disertai ulserasi dan erosi pada alat kelamin wanita).

Untuk mengobati LGV, biasanya dokter akan meresepkan antibotik.


Dokter juga bisa melakukan tindakan pembedahan untuk mengatasi
LGV.

2.3.2 Penyakit Menular Seksual yang Disebabkan oleh Virus


Herpes genital, kutil kelamin, molluscum contagiosum, hepatitis B, hepatitis
D, dan HIV adalah contoh-contoh penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh virus.

2.3.2.1 Herpes Genital

Herpes genital adalah penyakit seksual yang disebabkan oleh virus


herpes simpleks atau sering disebut HSV. Gejala herpes genital
akan muncul beberapa hari setelah terinfeksi HSV. Luka melepuh
berwarna kemerahan serta rasa sakit pada wilayah genital
menjadi awal gejala herpes yang muncul. Mungkin juga akan
disertai gatal atau sakit saat membuang air kecil.

Virus ini dapat bersifat dorman atau tidak aktif dan bersembunyi
di dalam tubuh tanpa menyebabkan gejala. Tapi virus ini bisa
kembali aktif dan luka akan muncul kembali. Meskipun begitu
luka yang terjadi biasanya lebih kecil dan tidak terlalu sakit
dibandingkan dengan infeksi pertama. Hal ini terjadi karena tubuh
telah menghasilkan antibodi terhadap virus ini setelah pertama
kali terinfeksi. Antibodi yang sudah ada akan melawan
kemunculan kembali virus ini.

Diagnosis herpes genital bisa dilakukan dengan pengambilan


sampel cairan dari luka yang muncul atau dengan melakukan tes
darah. Hingga kini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan
herpes genital. Tapi, gejala yang terjadi bisa dikendalikan dengan
obat-obatan antivirus..

2.3.2.2 Kutil Kelamin


Kutil kelamin atau kutil genital adalah penyakit menular seksual
yang disebabkan oleh virus yang dikenal sebagai human
papillomavirus (HPV). Terdapat 40 tipe virus HPV yang dapat
menyerang alat kelamin, tetapi sebagian besar kutil kelamin
disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11. Kutil kelamin adalah kutil
yang muncul di sekitar alat kelamin atau di area dubur. Kutil ini
mungkin tidak menimbulkan rasa sakit, tapi biasanya akan
muncul rasa gatal-gatal, memerah dan terkadang bisa berdarah.
Pada beberapa penderita, kutil bisa tumbuh bergerombol dan
kemudian terlihat seperti kembang kol.

Kutil dapat muncul setelah beberapa bulan bahkan tahunan


setelah terjadinya infeksi HPV. Bahkan pada kebanyakan orang,
kutil tidak muncul sama sekali meskipun telah terinfeksi. Kutil
dapat juga muncul pada mulut atau tenggorokan orang yang
melakukan seks oral.

Penyebaran virus ini tidak hanya melalui hubungan seksual. HPV


bisa menyebar melalui kontak langsung dari kulit ke kulit. Untuk
memastikan diagnosis apakah terdapat kutil kelamin, dokter akan
melakukan pemeriksaan fisik pada bagian yang terinfeksi. Selain
itu, bisa juga dilakukan tes khusus untuk mendiagnosis HPV
dengan memeriksa vagina bagian dalam atau saluran kencing pad
pria.
Tidak ada pengobatan atau penanganan yang bisa melenyapkan
virus HPV dari tubuh sepenuhnya. Kutil yang muncul di area
kelamin atau dubur bisa ditangani dengan prosedur pembekuan,
terapi laser, atau memakai krim. Operasi juga bisa dilakukan
untuk mengangkat kutil yang besar.

Meskipun tidak ada pengobatan untuk virus HPV, kutil kelamin


bisa dicegah dengan memberikan vaksin HPV. Penting untuk
diketahui bahwa vaksin HPV tidak dapat mencegah seluruh tipe
HPV, konsultasikan dengan dokter jenis vaksin HPV yang cocok
dengan kebutuhan anda.

Meski tidak semua jenis virus HPV berkaitan dengan kanker,


disarankan untuk melakukan pemeriksaan sel kanker secara
teratur jika terinfeksi HPV.

2.3.2.3 HIV
HIV atau human immunodeficiency virus adalah virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus ini dapat tertular
melalui hubungan seks yang tidak aman, berbagi alat suntik atau
pun jarum, dari ibu kepada bayinya saat melahirkan, maupun
melalui transfusi darah.
Sistem kekebalan tubuh akan melemah dan tidak mampu
melawan infeksi maupun penyakit akibat virus ini. Hingga kini,
belum ada obat untuk sepenuhnya melenyapkan HIV dari
tubuh. Pengobatan HIV umumnya dilakukan untuk
memperpanjang usia dan meredakan gejala yang muncul akibat
HIV.

HIV tidak memiliki gejala yang jelas. Gejala awal yang terjadi
adalah gejala flu ringan disertai demam, sakit tenggorokan,
maupun ruam. Seiring virus HIV menyerang sistem kekebalan
tubuh, tubuh penderita akan makin rentan terhadap berbagai
infeksi.

Jika merasa berisiko terinfeksi virus HIV, satu-satunya cara untuk


mengetahui diagnosisnya adalah dengan melakukan tes
HIV beserta konselingnya. Tes HIV bisa dilakukan di
klinik Voluntary Counseling and Testing atau VCT (KTS=
Konseling dan Tes HIV Sukarela).
.
2.3.2.4 Molluscum contagiosum
Ini adalah infeksi kulit akibat virus yang menyebabkan
munculnya benjolan kecil berwarna seperti daging segar.
Benjolan ini bisa muncul terpisah atau berkelompok. Molluscum
contagiosum menular melalui kontak fisik dengan penderitanya,
termasuk hubungan seksual.

Umumnya, benjolan Molluscum contagiosum muncul di sekitar


alat kelamin, badan, wajah, atau kelopak mata. Benjolan ini juga
bisa meradang dan berubah warna menjadi kemerahan ketika
tubuh penderita melawan virusnya.

Infeksi virus ini akan tetap menular selama benjolan masih ada.
Biasanya benjolan akan muncul setelah 2 hingga 7 minggu sejak
terinfeksi, namun bisa saja muncul setelah 6 bulan. Untuk
memastikan diagnosis penyakit ini, dokter akan mengutamakan
pemeriksaan fisik dan bila diperlukan mungkin akan mengambil
sampel untuk di periksa lebih lanjut.

Pada kebanyakan pasien, penyakit ini akan sembuh sendiri dan


benjolan akan hilang setelah 6-9 bulan. Khusus pada benjolan
yang ada di sekitar alat kelamin, dokter biasanya akan melakukan
pengobatan untuk mencegah penyebaran. Pengobatan yang bisa
dilakukan meliputi membekukan benjolan dengan prosedur
seperti krioterapi, mengikis benjolan dengan tindakan kuret,
memberikan zat kimia pada benjolan, dan mengoleskan obat cair
atau krim.

2.3.2.4 Hepatitis B
Disebabkan oleh virus dengan nama yang sama, hepatitis B
ternyata lebih mudah ditularkan melalui hubungan seksual
daripada HIV. Virus ini bisa ditemukan pada darah, cairan vagina,
air liur, dan sperma. Seks oral, dan khususnya seks anal, adalah
cara yang bisa menularkan virus Hepatitis B. Transplantasi organ
dan penggunaan jarum suntik secara bergantian juga berisiko
menjadi cara penularan virus penyakit ini.

Gejala Hepatitis B biasanya baru akan muncul sekitar 2-5 bulan


setelah penderita mengalami kontak dengan virus. Gejala awal
muncul seperti flu dan kemudian berkembang menjadi penyakit
kuning. Pada fase kronis, hepatitis B dapat menyebabkan
kerusakan permanen pada hati.

Untuk memastikan diagnosis hepatitis, dapat dilakukan


pemeriksaan darah. Pemeriksaan darah yang dilakukan meliputi
pemeriksaan antibodi dan protein pada virus. Selain itu juga akan
dilakukan pemeriksaan fungsi hati untuk melihat kerusakan pada
organ hati anda.

Hingga saat ini tidak ada pengobatan untuk menghilangkan virus


hepatitis. Pengobatan yang dilakukan oleh dokter akan bertujuan
untuk menunda atau mencegah komplikasi yang dapat terjadi.
Meskipun begitu, terdapat vaksin yang dapat melindungi dari
infeksi hepatitis B.

2.3.2.5 Hepatitis D

Hepatitis D adalah infeksi virus yang hanya bisa dialami oleh


seseorang yang mengidap infeksi hepatitis B aktif. Cara
penularannya mirip dengan hepatitis B, namun lebih sering terjadi
pada pengguna jarum suntik yang bergantian dibandingkan
hubungan seksual..

Seperti halnya hepatitis B, penderita hepatitis D bisa mengalami


gejala parah secara tiba-tiba. Secara umum,infeksi hepatitis D akan
memperberat kerusakan dan gejala yang muncul setelah terkena
hepatitis B.

2.3.3 Penyakit Menular Seksual yang Disebabkan oleh Parasit


Terdapat pula beberapa penyakit menular seksual yang disebabkan parasit,
antara lain:

2.3.3.1 Kudis atau scabies


Kudis adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes
scabiei. Tungau yang sulit terlihat oleh mata ini menggali dan
hidup di dalam kulit. Parasit ini bisa ditularkan melalui kontak
tubuh secara langsung, melalui baju, peralatan tidur, atau handuk
yang terinfeksi.

Gejala utama dari kudis adalah munculnya rasa gatal yang hebat
terutama pada malam hari. Rasa gatal ini sering kali muncul di
bagian jari, pergelangan tangan dan kaki, ketiak, atau bisa juga di
area kelamin. Terkadang, kudis juga bisa mengakibatkan
munculnya ruam dan bintik kecil.

Kondisi ini bisa ditangani dengan memakai krim atau sampo


khusus. Setelah pengobatan, terkadang rasa gatal masih tetap ada
selama beberapa lama.

2.3.3.2 Kutu pada rambut kemaluan

Kutu pada rambut kemaluan adalah serangga parasit kecil yang


hidup di antara rambut tubuh, misalnya rambut kemaluan, bulu
ketiak, rambut tubuh, jenggot, alis, dan bulu mata. Kutu ini
memangsa darah manusia untuk bertahan hidup. Di kulit, kutu ini
merangkak dari rambut ke rambut dan tidak bisa melompat dari
satu orang ke orang lainnya. Penularan hanya terjadi dengan
kontak tubuh langsung dan seringkali terjadi saat hubungan
seksual.

Gejala utama yang terjadi adalah rasa gatal pada bagian yang
terinfeksi dan terjadinya peradangan atau iritasi akibat garukan
penderita. Selain itu penderita juga bisa menemukan serbuk
kehitaman di celana dalam atau bercak darah di kulit akibat gigitan
kutu.

Jika merasakan gejala seperti tadi, anda terkadang bisa melihat


secara langsung apakah ada kutu pada rambut kemaluan atau pun
rambut lain yang terasa gatal. Kutu ini bisa diatasi dengan
memakai krim atau sampo khusus. Anda tidak perlu mencukur
rambut pada kemaluan atau rambut tubuh yang terinfeksi.

2.3.4 Penyakit Menular Seksual yang Disebabkan oleh Protozoa


2.3.4.1 Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan
oleh parasit sangat kecil bernama Trichomonas vaginalis. Kondisi
ini mudah sekali ditularkan melalui hubungan seksual.
Kebanyakan penderita pria tidak menyadari infeksi ini karena tidak
mengalami gejala apa pun, sampai ketika pasangan wanitanya
mengalami gejala dan didiagnosis menderita penyakit ini.
2.3.4.1.1 Gejala yang terjadi pada pria:
 Buang air kecil lebih sering dari biasanya.
 Sensasi rasa perih sesaat setelah buang air kecil atau
usai ejakulasi.
 Cairan penis berwarna keputihan.
 Inflamasi pada kulup dan kulit penis.
2.3.4.1.2 Gejala yang terjadi pada wanita adalah:
 Cairan vagina encer atau berbuih warna kuning
kehijauan dengan bau tidak sedap.
 Rasa sakit dan gatal-gatal di sekitar vagina.
 Sakit atau tidak nyaman saat melakukan hubungan
seksual atau buang air kecil.

Untuk mendiagnosis trikomoniasis bisa dilakukan dengan


pemeriksaan fisik, tes urine, dan pengambilan sampel cairan. Jika
anda sangat diduga menderita trikomoniasis, pengobatan dengan
antibiotik akan dimulai meskipun hasil pemeriksaan sampel belum
muncul. Hal ini bertujuan agar infeksi cepat sembuh dan
kemungkinan penularan menurun.

2.3.5 Penyakit Menular Seksual yang Disebabkan oleh Jamur

2.3.5.1 Tinea cruris


Penyakit menular seksual ini adalah infeksi jamur yang menyerang
kulit di sekitar alat kelamin, paha bagian dalam, serta bokong.
Penderita tinea cruris biasanya akan merasakan munculnya ruam
kemerahan berbentuk lingkaran yang terasa gatal pada bagian kulit
yang terinfeksi.

Untuk memastikan tinea cruris, sampel akan diambil dari kulit


yang terinfeksi. Sampel kulit kemudian akan dilihat di mikroskop.
Meskipun begitu, kebanyakan dokter ahli kulit dapat mendiagnosis
tinea cruris hanya dengan mengenali ruam pada kulit pasien.

Tinea cruris dapat disembuhkan dengan pemberian obat salep,


semprot, bedak, atau losion anti-jamur. Namun, untuk menangani
tinea cruris yang sudah parah, penderita dapat menggunakan salep
atau krim anti-jamur yang lebih kuat, serta mengonsumsi pil anti-
jamur yang bisa didapatkan dengan resep dokter.

2.3.5.2 Infeksi Candida


Infeksi jamur Candida albicans, biasanya menjadi penyebab
umum iritasi pada vagina. Namun pada pria, khususnya yang tidak
sunat, juga bisa mengalaminya. Selain di alat kelamin, jamur ini
juga dapat ditemukan di bibir, kuku, sekitar anus, dan bahkan
saluran pencernaan.
Pada infeksi di vagina, penderita wanita biasanya akan merasakan
rasa gatal luar biasa di sekitar vagina, kulit di sekitar vagina akan
memerah dan terasa perih, serta keputihan yang menggumpal
seperti keju. Sedangkan pada penderita pria akan muncul ruam
kemerahan pada penis, gatal dan sensasi rasa perih pada ujung
penis, serta bau tidak sedap.

Pengobatan pada infeksi candida tergantung pada lokasi,


keparahan dan kondisi kesehatan penderita. Untuk di sekitar
kelamin dapat diobati dengan pemberian krim, supositoria, atau
tablet anti-jamur.

2.4 Infertilitas

Infertilitas atau kemandulan, adalah ketidak-mampuan secara biologis dari pasangan


suami istri untuk menghasilkan keturunan yang lahir hidup. Infertilitas dapat berupa
keadaan tidak dapat menghasilkan suatu kehamilan sama sekali ataupun keadaan
dapat hamil, namun kehamilan berakhir lebih cepat dari waktu yang diperlukan
sehingga anak lahir mati.
2.4.1 Gejala
Dalam dunia medis, syarat dari infertilitas adalah sebagai berikut :

 Dialami oleh pasangan, bukan individu


 Tidak mampu menghasilkan suatu kehamilan setelah 12 bulan
bersetubuh dengan frekuensi dan cara yang wajar (1-3 kali seminggu)
 Tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun

Berdasarkan gejala atau riwayatnya, infertilitas diklasifikasikan kedalam


dua kondisi, yaitu infertilitas primer serta infertilitas sekunder. Dikatakan
sebagai infertilitas primer jika suatu pasangan tidak dapat menghasilkan
keturunan. Infertilitas sekunder merupakan kondisi berupa pasangan
yang pernah menghasilkan suatu kehamilan dengan anak lahir hidup,
namun tidak dapat menghasilkan kehamilan kembali.
2.4.2 Penyebab
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan infertilitas,
antara lain :
2.4.2.1 Faktor laki-laki yang dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti :
 Kelainan pada bentuk anatomi alat kelamin, seperti halnya
muara saluran kemih letaknya abnormal (hipospadia dan
epispadia), ejakulasi dengan aliran air mani kembali kedalam
kandung kemih (ejakulasi retrograd), pembesaran pembuluh
darah yang memperdarahi organ testis yang menyebabkan
jumlah serta kemampuan gerak spermatozoa berkurang
(varicocele), serta testis tidak turun menuju kantung pelir
(undecesus testis)
 Kegagalan fungsional, yaitu berupa kemampuan ereksi yang
berkurang, kelainan pembentukan spermatozoa (baik jumlah,
bentuk, maupun pergerakannya)
 Gangguan pre-testicular, yaitu berupa gangguan hormon
 Gangguan testicular yang dapat terjadi akibat trauma,
gangguan fisik, infeksi, ataupun gangguan perkembangan
selama bupertas
 Gangguan post-testicular, berupa penyempitan pada saluran
sperma sehingga aliran sperma yang dialirkan keluar dari
testis terhambat
 Tidak adanya air mania tau semen
 Kurangnya hormone testosterone

2.4.2.2 Gangguan ovulasi, yaitu berupa hambatan pelepasan ovum dari


ovarium yang dapat disebabkan oleh beberapa kondisi,
diantaranya : gangguan hormone seperti polycystic ovarian
syndrome (PCOS) dan hiperprolaktinemia, ataupun kondisi lainya
berupa gangguan pola makan, cedera atau tumor
2.4.2.3 Kelainan pada rahim

Termasuk gangguan pembukaan mulut rahim dan produksi cairan


rahim atau kelainan pada bentuk atau rongga rahim
2.4.2.4 Kerusakan atau sumbatan tuba fallopi, yang biasanya terjadi
akibat peradangan pada tuba fallopi (salphingitis)
2.4.2.5 Endometriosis merupakan suatu keadaan berupa jaringan
endometrium yang tumbuh diluar rahim sehingga mempengaruhi
fungsi ovarium, rahim dan saluran tuba
2.4.2.6 Insufisiensi ovarium primer, juga disebut menopause dini, ketika
menstruasi berakhir dan ovarium berhenti bekerja sebelum usia 40
berakhir
2.4.2.7 Perlengketan pada rongga panggul, yaitu berupa pembentukan
jaringan parut yang mengikat organ organ pada rongga panggul
akibat infeksi ataupun prosedur operasi
2.4.2.8 Faktor lainya, yang dapat berupa gangguan hormone tiroid
(hopotiroidism atau hypertiroidism), tumor ganas atau kanker
serta efek samping pengobatanya, serta efek samping obat obatan
tertentu

2.4.3 Pengobatan
Penanganan pada infertilitas diarahkan kepada penyebabnya, usia dari
pasangan yang mengalami infertilitas, serta pilihan dan kecenderungan pribadi,
perlu diketahui beberapa penyebab infertilitas tidak dapat diperbaiki. Beberapa
metode yang dikenal dalam penanganan infertilitas antara lain :
2.4.3.1 Pemberian antibiotik guna mengobati infeksi yang diduga menjadi
sumber infertilitas
2.4.3.2 Konseling pada kondisi seperti disfungsi ereksi atau ejakulasi dini
2.4.3.3 Terapi hormon, baik pemberian hormon sintetik maupun obat
obatan yang memicu pembentukan hormon pada kasus infertilitas
yang disebabkan oleh gangguan hormone
2.4.3.4 Prosedur pembedahan pada kasus perlengkapan ataupun gangguan
struktur anatomi dari organ reproduksi
2.4.3.5 Intauterine insemination (IUI), yaitu suatu prosedur penanaman
secara langsung, sel sel spermatozoa sehat yang telah
dikumpulkan dan terkonsentrasi, kedalam rongga rahim pada
masa subur dari pasangan wanita
2.4.3.6 In vitro fertilization (IVF) atau bayi tabung, merupakan prosedur
yang melibatkan perangsangan dan pengambilan beberapa sel
ovum dari seorang wanita, lalu dilakukan pembuahan dalam
laboratorium dengan sel sel spermatozoa dari seorang pria, yang
dilanjutkan penanaman embrio kedalam rahim 3-5 hari setelah
pembuahan dilakukan

BAB III

KESIMPULAN

3.1 PENUTUP
3.1.1 Kesimpulan

Penyakit Menular Seksual (PMS) biasanya terjadi karena seringnya


seseorang melakukan hubungan dengan berganti-ganti pasangan. Jenis-
jenis penyakit menular seksual diantaranya penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh organisme dan bakteri seperti hiv, gonorea, sifilis,
vaginitis, klamidia, candidiasis, chancroid dan granula inguinale. Lalu ada
penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus seperti herpes, viral
hepatitis, lymphogranuloma venereum. Juga ada penyakit menular seksual
yang disebabkan oleh parasit seperti trichomoniasis dan pediculosis
Infeksi saluran reproduksi (ISR) adalah masuk dan
berkembangbiaknya kuman penyebab infeksi kedalam saluran reproduksi.
Kuman penyebab infeksi tersebut dapat berupa bakteri, jamur, virus dan
parasit. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) adalah terminologi umum
yang digunakan untuk tiga jenis infeksi pada saluran reproduksi yaitu ISR
endogen, ISR iatrogenik atau yang berhubungan dengan prosedur medis
dan terakhir PMS adalah sebagian ditularkan melalui hubungan seksual
dengan pasangan yang telah terinfeksi.

3.1.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Majoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Media


Aesculapius. FKUI..
Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SPOG, Memahami Kesehatan
Reproduksi.
Kusmiran Eny. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita.
Jakarta: Salemba Medika
Arnold, H.L, Odom, R.B, James, W.D.: Andrew’ Diseases Of The Skin 8
th. WB Saunders Co, Philadel., London, Torontalo, 8 th ed. 1990.,
p.446-451

Anda mungkin juga menyukai