Anda di halaman 1dari 21

Sistem Reproduksi

Sistem reproduksi atau sistem genital adalah sistem organ seks dalam


organisme yang bekerja sama untuk tujuan reproduksi seksual. Banyak zat non-
hidup seperti cairan, hormon, dan feromon juga merupakan aksesoris penting
untuk sistem reproduksi. Tidak seperti kebanyakan sistem organ, jenis
kelamin dari spesies yang telah terdiferensiasi sering memiliki perbedaan yang
signifikan. Perbedaan ini memungkinkan untuk kombinasi materi genetik antara
dua individu, yang memungkinkan untuk kemungkinan kebugaran genetik yang
lebih besar dari keturunannya. Sistem reproduksi yang melibatkan organ-organ
reproduksi pada makhluk hidup digunakan untuk berkembang biak atau
melakukan reproduksi, dengan tujuan untuk melestarikan jenisnya agar tidak
punah.
Sistem reproduksi pada manusia, baik pria maupun wanita, memiliki
struktur organ internal dan ekternalnya masing-masing. Awal proses reproduksi
manusia terjadi ketika sel sperma bertemu dengan sel telur, yang umumnya
terjadi dalam hubungan seksual. Proses ini dapat berlangsung berkat adanya
organ-organ reproduksi yang berfungsi Organ reproduksi beserta kelenjar dan
hormon, membentuk sistem reproduksi yang berperan dalam proses reproduksi
manusia. Sistem reproduksi pada pria dan wanita berbeda, serta bekerja secara
spesifik untuk masing-masing jenis kelamin secara genetik.
Sistem reproduksi pria berfungsi untuk memproduksi dan menyimpan, serta
mengantarkan sperma untuk membuahi sel telur. Sedangkan, sistem reproduksi
wanita memiliki fungsi untuk memproduksi sel telur dan menyediakan tempat
untuk janin selama kehamilan. Kedua fungsi tersebut saling melengkapi dalam
proses reproduksi. Sistem organ reproduksi pria dan wanita sama-sama terdiri
dari bagian eksternal dan internal. Sebagian besar organ sistem reproduksi pria
berada di luar tubuh berbeda dengan wanita yang lebih banyak berada di dalam
tubuh.
Sistem reproduksi pada manusia termasuk ke dalam kategori reproduksi
seksual. Artinya, reproduksi terjadi melalui proses bertemunya gamet jantan
(sperma) dengan gamet betina (ovum) membentuk individu baru yang disebut
dengan fertilisasi.

Hasil dari fertilisasi atau pembuahan adalah terbentuknya zigot. Zigot


kemudian mengalami perkembangan embrio hingga dilahirkan menjadi anak.
Sebagian mamalia, termasuk manusia, bereproduksi secara seksual. Laki-laki
akan menghasilkan sperma, sementara perempuan akan menghasilkan ovum.
Sistem Reproduksi Pria

Organ reproduksi pria merupakan sekelompok organ yang terlibat dalam


sistem reproduksi dan terbagi menjadi dua bagian, yakni organ internal dan
organ eksternal.
A. Organ reproduksi pria bagian eksternal
Organ reproduksi pria bagian luar terdiri dari beberapa organ meliputi:
penis, skrotum dan testis.
1. Penis
Selain sebagai organ seksual pada pria, penis juga berfungsi sebagai
jalan keluarnya urine dari tubuh melalui saluran yang disebut uretra.
Terdapat 3 bagian utama anatomi penis, yaitu:
a. Akar atau basis. Bagian ini menempel pada dinding perut bagian
bawah.
b. Batang penis. Bagian ini merupakan alat kelamin pria yang berfungsi
untuk penetrasi ke dalam vagina.
c. Kepala penis. Bagian ini ditutupi oleh lapisan kulit, yang akan
dihilangkan saat menjalani sunat. Pada ujung kepala penis, terdapat
lubang kecil yang merupakan bukaan dari saluran kemih. Bagian ini
nantinya akan menjadi tempat keluarnya cairan semen dan urine.
Pada alat kelamin pria ini juga terdapat ujung-ujung saraf yang
sensitif terhadap rangsangan.
2. Skrotum
Merupakan bagian dari sistem reproduksi pria yang terlihat berbentuk
seperti kantung. Letaknya berada di belakang penis, dan merupakan
tempat dari testikel, yang biasa disebut dengan testis atau buah zakar.
Pada skrotum juga terdapat banyak saraf dan pembuluh darah. Organ ini
pun berperan untuk mengatur suhu testis. Suhu pada testis erat
kaitannya dalam memproduksi sperma yang sehat. Skrotum dapat
mengalami pembengkakan. Biasanya, ini diakibatkan oleh torsio testis
(gangguan pada testis yang memicu tersumbatnya aliran darah). Selain
itu, pembengkakan skrotum juga bisa dipicu oleh peradangan dan
pertumbuhan yang tidak normal di dalam skrotum. Pembengkakan ini
bisa menimbulkan rasa sakit, atau malah tidak menimbulkan nyeri sama
sekali.
3. Testis
Organ reproduksi pria berbentuk oval dengan ukuran sebesar biji zaitun
ini terletak di dalam skrotum. Pada umumnya, setiap pria masing-
masing memiliki dua testis. Fungsi testis adalah menghasilkan
testosteron, yang merupakan hormon seks pada pria. Selain itu, organ
ini juga berfungsi untuk memproduksi sperma.

B. Organ reproduksi pria bagian internal


Organ reproduksi pria bagian dalam terdiri dari beberapa organ
meliputi: epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, saluran ejakulasi,
saluran kemih, kelenjar prostat, kelenjar bulbouretral, dan uretra
1. Epididimis
Epididimis merupakan saluran panjang, yang terletak di belakang testis.
Organ ini berfungsi untuk membawa dan menyimpan sel sperma yang
telah diproduksi di testis. Selain itu, epididimis juga merupakan organ
reproduksi pria yang berfungsi dalam mematangkan sperma, yang
dibentuk oleh testisdan mengangkut sperma yang belum matang menuju
tabung vas deferens agar menjadi sperma matang. Setelah matang,
sperma baru dapat melakukan tugasnya dalam membuahi sel telur.
2. Vas deferens 
Organ ini merupakan saluran panjang dan tebal, mulai dari epididimis
hingga ke rongga panggul. Fungsi vas deferens adalah saluran yang
membawa urine atau sperma ke luar tubuh, dalam persiapan untuk
ejakulasi. Dari epididimis, sperma disalurkan melalui vas deferens,
untuk kemudian menuju saluran kemih alias uretra. Organ ini terletak di
belakang kandung kemih.
3. Vesikula seminalis
Vesikula seminalis merupakan organ berbentuk kantung yang
menempel pada vas deferens, di dekat bagian dasar kandung kemih.
Organ ini berguna dalam memproduksi cairan, sebagai pemberi energi
sperma untuk bergerak. Vesikula seminalis berfungsi sebagai penghasil
cairan fruktosa yang digunakan sperma sebagai sumber energi ketika
beraktivitas.
4. Saluran ejakulasi
Saluran ini terbentuk dari gabungan vas deferens dan vesikula
seminalis. Sesuai dengan namanya, saluran ejakulasi menjadi "jalan"
bagi air mani untuk keluar saat pria berejakulasi.
5. Saluran kemih
Organ ini disebut juga sebagai uretra, dan berfungsi untuk membawa
urine dari kandung kemih ke luar tubuh.
6. Kelenjar prostat
Kelenjar prostat terletak pada bagian bawah kandung kemih, di depan
rektum atau anus. Prostat berfungsi memproduksi cairan yang
membantu pergerakan sperma saat terjadi ejakulasi dan membantu
menjaga sperma tetap sehat.
7. kelenjar bulbourethral
Kelenjar bulbourethral atau disebut juga kelenjar cowper berfungsi
untuk memproduksi cairan yang melumasi saluran kemih. Selain itu,
bagian dari sistem reproduksi pria ini juga membantu menetralisir
tingkat keasaman di saluran kemih, yang terbentuk akibat sisa urine.

C. Fungsi organ reproduksi pria dimulai saat masa puber


Peran utama dari semua organ reproduksi pria yang telah disebutkan di atas
adalah untuk bekerja sama memproduksi dan mengeluarkan semen ke sistem
reproduksi wanita, saat melakukan hubungan seksual. Namun, alat reproduksi
pria dan bagiannya tidak serta-merta langsung berfungsi. Saat bayi baru lahir,
semua alat reproduksi pria tersebut sudah terbentuk. Namun, fungsi reproduksi
baru akan berjalan saat seorang laki-laki memasuki masa pubertas. Saat masa
puber dimulai, kelenjar pituitari akan mulai memproduksi hormon yang dapat
merangsang testis untuk menghasilkan testosteron. Sebutan lain dari testosteron
adalah hormon seks pada pria. Produksi testosteron jugalah yang menyebabkan
berbagai perubahan fisik pada laki-laki yang sedang puber, seperti:
 Membesarnya skrotum dan testis
 Membesarnya penis, vesikula seminalis, kelenjar prostat
 Tumbuhnya rambut di area genital dan ketiak
 Suara yang semakin berat
 Bertambahnya tinggi badan

D. Hormon yang berperan dalam sistem reproduksi pria


Seluruh sistem reproduksi pada pria tergantung pada hormon, yaitu zat
kimiawi yang mengatur aktivitas sel dan organ pada tubuh. Hormon bisa
disebut sebagai bahan bakar bagi alat reproduksi pria. Tanpa hormon, alat
reproduksi pria dan bagiannya tidak dapat berjalan dengan baik. Saat anak
laki-laki memasuki masa pubertas, maka tubuhnya akan memproduksi lebih
banyak hormon gonadotropin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar
hipotalamus pada otak.Pada bagian lain otak, yaitu kelenjar pituitari,
dihasilkan hormon yang disebut luteinizing hormone (LH) dan hormon
perangsang folikel (follicle-stimulating hormone). Dan juga hormon
testosteron.
1. Hormon perangsang folikel (follicle-stimulating hormone)
Hormon ini sangat penting agar organ reproduksi pria dapat
menghasilkan sperma. Setiap hari produksi sperma yang dihasilkan bisa
mencapai 300 juta, dengan masa pembentukan tiap sperma sekitar 65-75
hari.
2. Luteinizing hormone
Saat hormon ini dilepaskan ke dalam darah, akan terjadi produksi dan
pelepasan hormon testosteron, yang juga diperlukan dalam proses
pembentukan sperma sebagai hormon utama pada pria.
3. Hormon testosteron
Produksi testosteron pada masa pubertas memicu berbagai perubahan
fisik. Seperti pembesaran testis dan skrotum, vesikula seminalis,
kelenjar prostat, dan penis yang semakin memanjang, suara yang
semakin berat, serta tumbuhnya rambut di sekitar alat kelamin, wajah
dan ketiak. Sebagian remaja laki-laki juga mengalami penambahan berat
dan tinggi badan yang signifikan setelah memasuki masa pubertas.
Testosteron juga akan memengaruhi massa tulang dan gairah seksual.

E. Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah proses gametogenesis pada pria dengan cara


pembelahan meiosis dan mitosis. Spermatogenesis pada sperma biasa terjadi
di tubulus semeniferus/testis. Sedangkan tempat menyimpan sperma
sementara, terletak di epididimis. Sebagai akibat stimulasi hormon
gonadotropin hipofisis anterior yang berlangsung terus sepanjang hidup.
Waktu yang dibutuhkan dari sel-sel germinal sampai menjadi sperma adalah
± 75 hari.

F. Struktur Sperma
Sperma memiliki bentuk oval yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
kepala, midpiece atau leher, dan ekor. Kepala sperma berbentuk lonjong
yang mengandung nukleus (inti) atau sistem genetik yang akan
diwariskannya. Sedangkan bagian tengah sperma disebut midpiece yang
merupakan sumber energi bagi sperma.

Sistem Reproduksi Wanita


Organ reproduksi wanita merupakan sekelompok organ yang terlibat dalam
sistem reproduksi, dalam hal ini untuk mempersiapkan kehamilan hingga
melahirkan. Setiap organ reproduksi dirancang dengan fungsinya masing -
masing. Organ - organ ini dimiliki wanita sejak lahir, namun kemampuan
reproduksinya baru akan dimulai setelah masa pubertas.
Struktur dan organ reproduksi wanita memainkan peran penting dalam
proses reproduksi, yang mana meliputi siklus menstruasi, konsepsi (ketika sel
telur dibuahi oleh sperma), kehamilan, dan persalinan.
Berdasarkan letaknya, organ reproduksi wanita dibagi menjadi dua, yaitu
organ yang genitalia bagian luar (eksterna) yang lebih berperan untuk
senggama. dan organ reproduksi bagian dalam (interna) yang berperan sebagai
tempat untuk ovulasi, pembuahan sel telur, transportasi, implantasi (melekatnya
janin), dan tumbuh kembang janin.
A. Organ reproduksi wanita bagian luar (eksternal)
Organ reproduksi wanita bagian luar berkelompok didaerah bernama
vulva, yang letaknya diluar vagina. Organ-organ tersebut termasuk:
1. Mons pubis
Mons pubis adalah jaringan lemak yang mengelilingi tulang pubis.
Tonjolan lemak diatas labia yang ditutupi dengan rambut setelah
memasuki masa pubertas. Bagian ini mengeluarkan zat feromon yang
diduga berperan dalam proses terjadinya ketertarikan seksual. .
2. Labia.
a. Labia majora (bibir kemaluan besar). Bagian ini mengandung banyak
kelenjar keringat dan minyak, berada dibagian luar dan akan
ditutupi dengan rambut kemaluan setelah memasuki masa pubertas.
b. Labia minora (bibir kemaluan kecil) tidak berambut. Labia minora
berada di dalam labia majora, dan mengelilingi lubang vagina dan
uretra. Jadi, lubang tempat urin keluar dari tubuh berbeda dengan
lubang keluarnya darah saat menstruasi.
3. Lubang vagina.
Ini merupakan pintu masuk ke vagina.
4. Lubang uretra.
Lubang uretra adalah tempat keluarnya urine dari kandung kemih.
5. Klitoris.
Klitoris merupakan tonjolan kecil dibagian atas labia minora, yang
sangat sensitif dan merupakan sumber utama kenikmatan seksual
wanita.
6. Kelenjar bartholin atau kelenjar vestibular.
Kelenjar ini terletak dikedua sisi bukan vagina, dan berfungsi
menghasilkan lendir kental untuk melumasi vagina ketika berhubungan
seksual.

B. Organ reproduksi wanita bagian dalam (internal)


Organ reproduksi wanita yang ada didalam tubuh, terletak dalam rongga
panggul (pelvis). Organ-organ tersebut termasuk:
1. Vagina.
Organ ini terletak antara bagian bawah rahim dan tubuh bagian luar.
Fungsi organ satu ini adalah sebagai jalan lahir bayi saat persalinan serta
tempat keluarnya darah saat menstruasi. Vagina juga menjadi jalur akses
sperma untuk menuju rahim serta tempat masuknya penis selama
berhubungan seksual.
2. Serviks.
Leher rahim adalah pintu masuk antara vagina dan rahim, yang berupa
lorong sempit. Dinding serviks bersifat fleksibel, sehingga dapat
meregang dan membuka jalan lahir saat persalinan. Berfungsi untuk
melindungi rahim dari infeksi, dan sebagai jalan masuk sperma saat
berhubungan seksual.
3. Rahim atau uterus.
Merupakan organ berbentuk seperti buah pir yang menjadi rumah bagi
janin yang berfungsi sebagai tempat berkembangnya janin. Uterus
terletak di antara kandung kemih dan rektum. Rahim memiliki banyak
fungsi penting dalam proses reproduksi. Selama siklus menstruasi
normal, lapisan rahim (endometrium), akan diselimuti dengan gumpalan
darah yang menebal.
4. Ovarium (indung telur)
Organ ini merupakan kelenjar kecil berbentuk oval yang terletak
dikedua sisi rahim. Ovarium berfungsi untuk menghasilkan sel telur dan
memproduksi hormon seks utama, yakni estrogen dan progesteron, yang
dilepaskan kedalam aliran darah.
5. Tuba fallopi.
Tuba fallopi adalah saluran sempit yang melekat pada bagian atas rahim
mengarah ke ovarium. Organ ini berfungsi sebagai saluran untuk sel
telur (ovum) bergerak dari ovarium ke rahim, serta tempat terjadinya
pembuahan telur oleh sperma.

C. Fungsi Organ Reproduksi Wanita


Fungsi utama dari organ reproduksi wanita adalah memproduksi sel
telur untuk pembuahan. Selain itu, organ-organ ini juga berfungsi sebagai
tempat berkembangnya janin. Agar fungsinya bisa berjalan dengan baik,
sistem reproduksi wanita memiliki struktur tersendiri untuk
mempertemukan sperma dan sel telur. Pada anak perempuan, indung telur
akan membesar dan tubuh akan mulai memproduksi dua hormon, yakni
estrogen dan progesteron yang menyebabkan berbagai perubahan fisik pada
perempuan yang sedang puber, seperti:
 Payudara mulai tumbuh
 Rambut tumbuh diarea tertentu
 Keluar cairan dari vagina
 Haid
 Tinggi badan menigkat
 Pinggul melebar
 Muncul jerawat
 Perubahan emosional

D. Hormon yang berperan dalam sistem reproduksi wanita

1. Progesteron
Hormon progesteron berpengaruh terhadap siklus menstruasi dan
ovulasi. Saat wanita mengalami ovulasi atau sedang berada di masa
subur, hormon progesteron akan membantu mempersiapkan lapisan
dalam rahim yang disebut endometrium untuk menerima sel telur yang
telah dibuahi oleh sperma. Selama kehamilan, kadar hormon
progesteron dalam tubuh tetap tinggi. Hal ini mencegah tubuh
menghasilkan sel telur baru dan mempersiapkan tubuh
untuk memproduksi ASI. Bila tidak terjadi pembuahan, kadar hormon
progesteron dalam tubuh akan turun dan memicu menstruasi.
2. Estrogen
Sebagian besar hormon estrogen diproduksi di ovarium atau indung
telur. Selain itu, hormon ini juga diproduksi oleh kelenjar adrenal dan
plasenta, tetapi hanya dalam jumlah yang sedikit. Hormon estrogen
berfungsi untuk membantu perkembangan dan perubahan tubuh saat
pubertas, termasuk perkembangan fungsi organ seksual, dan
memastikan proses ovulasi dalam siklus menstruasi bulanan. Hormon
ini juga berperan dalam proses keluarnya ASI setelah persalinan,
mengatur mood atau suasana hati, dan proses penuaan. Penurunan
produksi estrogen dapat menimbulkan berbagai gangguan, seperti
menstruasi yang tidak teratur, vagina kering, suasana hati tidak
menentu, menopause, dan osteoporosis pada wanita lanjut usia.
3. Testosteron
Kadar hormon testosteron yang terdapat pada tubuh wanita memang
tidak sebanyak pada pria, namun hormon ini tetap memiliki fungsi yang
penting bagi kesehatan wanita. Hormon testosteron berperan dalam
mengatur libido atau gairah seksual dan menjaga kesehatan vagina,
payudara, dan kesuburan.
4. Luteinizing hormone (LH)
LH pada wanita bertugas untuk membantu tubuh mengatur siklus
menstruasi dan ovulasi. Oleh karena itu, hormon ini juga berperan
dalam masa pubertas. Hormon ini diproduksi oleh kelenjar hipofisis di
otak. Umumnya, kadar hormon LH pada wanita akan meningkat saat
menstruasi dan setelah menopause. Kadar LH yang terlalu tinggi pada
tubuh wanita dapat mengakibatkan masalah reproduksi.
5. Follicle-stimulating hormone (FSH)
Sama halnya dengan hormon LH, hormon FSH juga diproduksi di
kelenjar hipofisis dan berperan penting dalam sistem reproduksi.
Hormon ini membantu mengendalikan siklus menstruasi dan produksi
sel telur di ovarium. Kadar hormon FSH yang rendah menandakan
bahwa wanita tidak mengalami ovulasi, adanya gangguan pada kelenjar
hipofisis, atau bisa juga menandakan kehamilan. Sebaliknya, hormon
FSH yang tinggi dapat menandakan wanita memasuki masa menopause,
adanya tumor di kelenjar hipofisis, atau gejala dari sindrom Turner.
6. Oksitosin
Hormon oksitosin yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis di otak ini
umumnya akan meningkat selama kehamilan, khususnya ketika
menjelang persalinan. Ketika kadar hormon meningkat, rahim akan
terangsang untuk berkontraksi dan mempersiapkan proses persalinan.
Setelah melahirkan, oksitosin akan merangsang kelenjar payudara untuk
menghasilkan ASI.

E. Oogenesis

Oogenesis atau oögenesis adalah penciptaan ovum merupakan proses


dari bentuk betina gametogenesis yang setara dengan jantan yakni
spermatogenesis. Oogenesis berlangsung melibatkan pengembangan
berbagai tahap reproduksi telur sel betina yang belum matang.

F. Siklus Menstruasi

Menstruasi (haid) adalah pendarahan secara periodik dari uterus pada


saat ovum hasil oogenesis tidak dibuahi, yang disertai dengan pelepasan
endometrium.

Siklus menstryuasi meliputi 4 fase:


1. Fase menstruasi

Fase menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi sperma, sehingga


korpus luteum akan menghentikan peroduksi hormon esterogene dan
progesterone yag berlangsung sekitar 3-5 hari.

2. Fase pra-ovulasi

Fase pra-ovulasi (oliferasi) merupakan akhir menstruasi, berlangsung


dari hari ke 6-13. Hipotamulus mengeluarkan hormon genadotropin,
hormon yang berperan adalah FSH dan LH.

3. Fase ovulasi

Fase ini terjadi saat mendekati hari ke 14, berupa perubahan produksi
hormon. Hormon yang berperan dalam fase ini adalah hormon LH.

4. Fase pasca-ovulasi

Fase pasca-ovulasi berlangsung di hari ke 15-18. Folikel de graff yang


ditinggalkan oleh oosit sekunder karena pengaruh LH dan FSH akan
berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum akan tetap
memproduksi hormon esterogene dan progesterone.

GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI


A. Deretan Penyakit pada Sistem Reproduksi Wanita
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ luar dan dalam. Organ
reproduksi wanita bagian dalam meliputi vagina, rahim, saluran telur (tuba
falopi), dan indung telur (ovarium). Sementara organ reproduksi wanita
bagian luar terdiri dari vulva, kelenjar Bartholin, dan klitoris.
Beberapa penyakit pada sistem reproduksi wanita yang sering terjadi
adalah:
1. Endometriosis
Salah satu penyakit pada sistem reproduksi wanita yang sering kita
dengar adalah endometriosis. Penyakit ini terjadi ketika jaringan yang
membentuk lapisan dalam dinding rahim tumbuh di tempat lain di
dalam tubuh.
Jaringan tersebut dapat tumbuh di ovarium, bagian belakang rahim,
usus, atau bahkan di kandung kemih. Jaringan yang salah tempat ini
akan menyebabkan nyeri haid yang hebat, perdarahan menstruasi yang
deras, nyeri saat berhubungan seksual, serta sulit hamil.
2. Radang panggul
Penyakit kedua yang kerap terjadi pada sistem reproduksi wanita
adalah radang panggul. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri penyebab
infeksi yang merambat masuk ke dalam panggul melalui vagina atau
leher rahim.
Salah satu penyebab radang panggul yang paling umum adalah
penyakit menular seksual, seperti klamidia dan gonore. Jika tidak
diobati dengan baik, penyakit ini bisa menyebabkan nyeri panggul
jangka panjang, tersumbatnya saluran telur, infertilitas, dan kehamilan
ektopik.
3. PCOS
PCOS atau sindrom ovarium polikistik adalah kondisi yang
memengaruhi kadar hormon wanita. Wanita yang menderita penyakit ini
akan menghasilkan hormon seks androgen dalam jumlah yang lebih
banyak.
Akibatnya, penderita akan mengalami menstruasi yang tidak teratur,
atau bahkan tidak menstruasi sama sekali, serta sulit hamil.
4. Miom
Miom atau fibroid rahim adalah tumor jinak yang tumbuh di rahim.
Tumor pada miom terbentuk dari jaringan otot rahim. Penyakit pada
sistem reproduksi wanita ini sering menyerang wanita di usia produktif.
Gejalanya dapat berupa perdarahan dari vagina di luar masa haid,
nyeri panggul, kram atau nyeri pada perut, nyeri punggung, sering
merasa ingin pipis, serta nyeri saat berhubungan seksual.
5. Kanker pada organ reproduksi wanita
Kanker pada organ reproduksi wanita dikenal dengan istilah kanker
ginekologi. Beberapa jenis kanker ginekologi adalah kanker Rahim,
kanker serviks, kanker ovarium, dan kanker vagina.
a. Kanker Rahim
Kanker rahim atau uterus adalah jenis penyakit yang berkembang di
dalam lapisan atau dinding rahim yang ditandai dengan
pertumbuhan tumor ganas. Rahim merupakan organ kosong
menyerupai buah pir yang terletak di antara kandung kemih dan
rektum pada tubuh wanita. Organ ini berfungsi sebagai tempat janin
tumbuh dan berkembang selama masa kehamilan. Bagian dinding
rahim disebut dengan endometrium, dan tepat di bawahnya terdapat
organ penghubung dengan vagina yang disebut serviks atau leher
rahim.
Stadium kanker rahim
 Stadium 1: sel kanker hanya ada pada rahim.
 Stadium 2: sel kanker telah menyebar ke leher rahim.
 Stadium 3: sel kanker telah menyebar ke vagina, ovarium, dan
atau kelenjar getah bening.
 Stadium 4: sel kanker telah menyebar ke kandung kemih,
rektum, atau organ yang terletak jauh dari rahim, seperti paru-
paru atau tulang.
b. Kanker serviks
Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher
rahim. Umumnya, kanker serviks tidak menunjukkan gejala pada
tahap awal. Gejala baru muncul saat kanker sudah mulai menyebar.
Dalam banyak kasus, kanker serviks terkait dengan infeksi menular
seksual. Serviks adalah bagian bawah rahim yang terhubung ke
vagina. Salah satu fungsi serviks adalah memproduksi lendir atau
mukus. Lendir membantu menyalurkan sperma dari vagina ke rahim
saat berhubungan seksual. Selain itu, serviks juga akan menutup
saat kehamilan untuk menjaga janin tetap di rahim, dan akan
melebar atau membuka saat proses persalinan berlangsung.
Stadium Kanker Serviks
Stadium 1
 Sel kanker tumbuh di permukaan leher rahim, tetapi belum
menyebar ke luar rahim.
 Terdapat kemungkinan kanker sudah menyebar ke kelenjar
getah bening di sekitarnya, namun belum menyerang organ di
sekitarnya.
 Ukuran kanker bervariasi, bahkan bisa lebih dari 4 cm.
 Stadium 2
 Kanker sudah menyebar ke rahim, namun belum menyebar
hingga ke bagian bawah vagina atau dinding panggul.
 Terdapat kemungkinan kanker sudah menyebar ke kelenjar
getah bening di sekitarnya, namun belum menyerang organ di
sekitarnya.
 Ukuran kanker bervariasi, bahkan bisa lebih dari 4 cm.
Stadium 3
 Kanker sudah menyebar ke bagian bawah vagina, serta
menekan saluran kemih dan menyebabkan hidronefrosis.
 Terdapat kemungkinan kanker sudah menyebar ke kelenjar
getah bening di sekitarnya, namun belum menyerang organ di
sekitarnya.
Stadium 4
Kanker serviks stadium 4 telah menyebar ke organ lain, seperti
kandung kemih, hati, paru-paru, usus, atau tulang.
c. Kanker Ovarium
Kanker ovarium adalah kanker yang tumbuh dan berkembang pada
ovarium atau indung telur, yaitu dua organ yang berada di sisi kanan
dan kiri rahim. Kanker ini bisa terjadi pada wanita berusia
menengah maupun wanita yang telah lanjut.
d. Kanker Vagina
Kanker vagina adalah kanker yang tumbuh dan berkembang di vagina.
Kanker vagina primer adalah jenis kanker yang bermula di vagina,
bukan di organ lain, seperti serviks, rahim, atau indung telur. Kanker
vagina merupakan kanker yang jarang terjadi dan sering tidak
menimbulkan gejala pada tahap awal. Vagina adalah saluran yang
menghubungkan serviks (leher rahim) dengan bagian luar tubuh.
Vagina juga merupakan jalan keluar bayi saat persalinan normal.
Kanker vagina tahap lanjut biasanya menyebabkan munculnya rasa
gatal dan benjolan pada vagina, nyeri pada panggul, serta rasa sakit
ketika buang air kecil.
Stadium Kanker Vagina
Berdasarkan klasifikasi TNM (tumor, nodul, dan metastasis), kanker
vagina dapat dibagi ke dalam 4 stadium, yaitu:
 Stadium 1
Pada stadium ini, persebaran kanker terbatas hanya pada dinding
vagina
 Stadium 2
Pada stadium ini, kanker di dinding vagina sudah menyebar,
namun belum mencapai dinding panggul
 Stadium 3
Pada stadium ini, kanker menyebar ke rongga panggul dan
sudah menghalangi aliran urine sehingga
menyebabkan hidronefrosis
 Stadium 4A
Pada stadium ini, kanker sudah menyebar ke organ lain, seperti
anus atau kandung kemih, tapi belum sampai ke kelenjar getah
bening di panggul atau selangkangan
 Stadium 4B
Pada stadium ini, kanker sudah menyebar ke organ lain yang
letaknya jauh dari vagina, seperti paru-paru, hati, atau tulang

B. Penyakit pada Sistem Reproduksi Pria


Pria juga memiliki sistem reproduksi yang berada di luar dan di dalam
tubuh. Organ reproduksi pria yang terletak di luar tubuh meliputi penis,
skrotum (kantong zakar), dan testis. Sedangkan organ reproduksi pria yang
berada di dalam tubuh adalah epididimis, saluran vas deferens, saluran
kemih, vesikula seminalis (kantung air mani), kelenjar prostat, dan
kelenjar bulbourethral.
Berikut ini adalah beberapa penyakit yang bisa mengintai sistem reproduksi
pria:
1. Epididimitis
Penyakit ini terjadi akibat adanya peradangan pada epididimis,
yakni saluran di dalam skrotum yang menempel pada testis. Saluran ini
berperan untuk mengangkut serta menyimpan sperma yang diproduksi
oleh testis.
Epididimitis dapat menyebabkan buah zakar bengkak dan nyeri, air
mani mengandung darah, nyeri saat buang air kecil dan ejakulasi, serta
gangguan kesuburan.
2. Orchitis
Penyakit ini merupakan salah satu penyakit pada sistem reproduksi
pria yang cukup sering terjadi. Orchitis adalah peradangan pada testis,
yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Orchitis bisa
menyerang salah satu testis maupun keduanya sekaligus.
Sama seperti epididimitis, orchitis juga bisa menyebabkan buah
zakar bengkak dan nyeri. Bila tidak ditangani, penyakit ini bisa
menyebabkan kemandulan dan penurunan produksi hormon testosteron.
3. Gangguan prostat
Prostat adalah kelenjar pada sistem reproduksi pria yang
membungkus saluran kemih atau uretra. Kelenjar ini memproduksi
cairan mani yang berfungsi untuk menyuburkan dan melindungi sperma.
Gangguan pada prostat dapat berupa peradangan prostat (prostatitis),
pembesaran prostat (BPH), atau kanker prostat.
4. Hipogonadisme
Hipogonadisme pada pria terjadi ketika tubuh tidak menghasilkan
hormon testosteron yang cukup. Pada pria dewasa, kondisi ini dapat
menyebabkan penurunan libido, gangguan produksi sperma dan fungsi
organ-organ reproduksi, serta infertilitas.
5. Masalah pada penis
Masalah pada penis tak jarang dikeluhkan oleh para pria. Beberapa
penyakit yang bisa menyerang organ reproduksi pria ini adalah
disfungsi ereksi, kelainan bentuk penis, misalnya hipospadia atau penis
bengkok (penyakit Peyronie), dan kanker penis.
6. Disfugsi ereksi
Disfungsi ereksi atau impotensi adalah kondisi ketidakmampuan
penis untuk mempertahankan ereksi saat berhubungan seks. Kondisi ini
bisa menyebabkan stres dan turunnya rasa percaya diri pada pria.
Disfungsi ereksi bisa terjadi akibat berbagai macam hal, mulai dari
gangguan fisik maupun mental. Beberapa contohnya adalah penyakit
jantung, hipertensi, obesitas, gangguan tidur, rendahnya hormon
testosteron, hingga depresi.Penyakit reproduksi pria ini bisa diatasi
dengan konsumsi obat-obatan ataupun tindakan medis, seperti
pemasangan pompa penis dan operasi. Penderita disfungsi ereksi juga
disarankan untuk rajin berolahraga dan melakukan konseling sehingga
kondisinya membaik.
7. Pembesaran prostat jinak (benign prostatic hyperplasia/BPH)
Benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah penyakit pada sistem
reproduksi pria yang umum dialami pria akibat ketidakseimbangan
hormon seiring bertambahnya usia. Kondisi ini bisa menyebabkan rasa
tak nyaman saat buang air kecil, seperti terhambatnya aliran
urine.Pembesaran kelenjar prostat jinak juga mungkin menyebabkan
gangguan pada kandung kemih, saluran kemih, serta ginjal. BPH dapat
diatasi dengan berbagai cara, dari konsumsi obat-obatan, terapi, hingga
operasi.Penderita BPH disarankan untuk menjalani gaya hidup sehat dan
aktif setelah menjalani pengobatan. Dengan ini, kondisi ini takkan
kembali terjadi di kemudian hari
8. Prostatitis
Prostat yang membengkak tidak hanya diakibatkan oleh BPH,
melainkan kondisi lainnya seperti prostatitis.Prostatitis adalah penyakit
pada sistem reproduksi pria yang terjadi akibat adanya peradangan pada
kelenjar penghasil air mani tersebut. Infeksi bakteri, termasuk akibat
hubungan seksual yang tidak sehat, menjadi pemicu dari peradangan
tersebut.Dilansir dari National Health Service, prostatitis terbagi
menjadi dua, yaitu prostatitis akut dan prostatitis kronis. Prostatitis
kronis menjadi jenis yang paling umum terjadi yang mana kondisi ini
biasanya akan hilang-tiimbul dan berlangsung dalam waktu lama.
9. Kanker prostat
Kanker prostat adalah kanker yang muncil di prostat. Kondisi ini
tidak selalu menimbulkan gejala pada tahap awal. Namun, seiring
perkembangan penyakit, sejumlah gejala kanker prostat bisa saja
muncul. Contohnya, gangguan berkemih, darah pada semen, nyeri
panggul, hingga disfungsi ereksi.
10. Kanker testis
Kanker testis adalah kanker yang terjadi di testis atau buah zakar.
Organ ini bertugas memproduksi hormon pria dan sperma.Kanker pada
testis dapat ditandai dengan adanya benjolan pada area testis,
penumpukan cairan di skrotum, nyeri pada testis atau skrotum,
pembesaran payudara, serta sakit punggung. Kondisi yang tergolong
jarang terjadi ini dapat diatasi dengan terapi radiasi, kemoterapi,
ataupun operasi.
Selain beragam penyakit pada sistem reproduksi yang telah disebutkan
di atas, pria dan wanita juga bisa terkena penyakit menular seksual,
seperti herpes genital, HIV/AIDS, sifilis, dan gonorea. Penyakit ini
ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual.

a. Proses pembuahan atau fertilisasi adalah bertemunya sel telur


dengan sel sperma untuk bersatu sehingga membentuk zigot, lalu
menjadi embrio sebagai cikal bakal janin.

Anda mungkin juga menyukai