Anda di halaman 1dari 3

NAMA : BELLA ASTYANATASHA WIBOWO

NO.ABS : 10 (12 KEPERAWATAN)

Organ Reproduksi Pria

Berdasarkan letaknya, organ reproduksi pria terbagi ke dalam dua bagian, yaitu:

1. Organ eksternal

Organ reproduksi pria bagian luar terdiri dari tiga organ yakni penis, skrotum (kantong zakar), dan testis.
Selain sebagai organ seksual pada pria, penis juga berfungsi sebagai jalan keluarnya urine dari tubuh
melalui saluran yang disebut uretra.

Sedangkan skrotum, bertindak sebagai sistem kontrol suhu pada testis. Suhu pada testis erat kaitannya
dalam memproduksi sperma yang sehat. Selain memproduksi sperma, testis juga berfungsi untuk
menghasilkan hormon testosteron, yang merupakan hormon utama pada pria.

2. Organ internal

Organ reproduksi pria bagian dalam terdiri dari beberapa organ meliputi epididimis, kelenjar prostat,
kelenjar bulbouretral, vesikula seminalis, uretra, dan vas deferens.

Epididimis berfungsi untuk menyimpan sel sperma yang diproduksi di testis dan mengangkut sperma
yang belum matang menuju tabung vas deferens agar menjadi sperma matang.

Vas deferens sendiri adalah tabung yang berfungsi untuk mengangkut sperma matang menuju uretra,
yakni saluran yang membawa urine atau sperma ke luar tubuh, dalam persiapan untuk ejakulasi.
Sedangkan vesikula seminalis berfungsi sebagai penghasil cairan fruktosa yang digunakan sperma
sebagai sumber energi ketika beraktivitas.

Kelenjar prostat berkontribusi dalam memberikan cairan tambahan untuk proses ejakulasi. Cairan
prostat juga membantu sperma agar tetap sehat. Sementara itu, kelenjar bulbourethral berperan
dalam menghasilkan cairan yang berfungsi untuk melumasi uretra dan menetralisir keasaman yang
mungkin ada karena tetesan sisa urine.

Seluruh organ reproduksi pria ini berperan penting dalam setiap tahapan proses reproduksi, mulai dari
pembuahan hingga terjadinya kehamilan. Pada saat pria atau anak laki-laki yang telah melewati masa
pubertas terangsang secara seksual, maka tubuhnya akan memunculkan reaksi. Awalnya, terjadi
perubahan ukuran penis karena pembuluh darah menjadi lebih besar sehingga darah yang masuk
menjadi lebih banyak. Membesarnya penis diiringi dengan perubahan tekstur menjadi lebih kaku, inilah
yang disebut kondisi ereksi.
Setelah pria mengalami ereksi, yang kemudian diikuti dengan ejakulasi, maka penis akan mengeluarkan
air mani bersama dengan sperma di dalamnya. Dalam tiap kali ejakulasi, volume air mani yang
dikeluarkan adalah 2,5 hingga 5 mililiter. Tiap mililiter mengandung lebih dari 20 juta sperma. Setelah
sperma memasuki vagina, maka sperma akan terus bergerak menuju leher rahim hingga sel telur untuk
mencapai proses pembuahan dan akhirnya terjadi kehamilan.

Berikut contoh gambar Reproduksi Laki-laki :

Hormon Reproduksi Pria

Seluruh sistem reproduksi pada pria tergantung pada hormon, yaitu zat kimiawi yang mengatur aktivitas
sel dan organ pada tubuh.Saat anak laki-laki memasuki masa pubertas, maka tubuhnya akan
memproduksi lebih banyak hormon gonadotropin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipotalamus
pada otak.Pada bagian lain otak, yaitu kelenjar pituitari, dihasilkan hormon yang disebut luteinizing
hormone dan hormon perangsang folikel (follicle-stimulating hormone).

Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai hormon pada organ reproduksi pria :

1. Hormon perangsang folikel (follicle-stimulating hormone)


Hormon ini sangat penting agar organ reproduksi pria dapat menghasilkan sperma. Setiap hari produksi
sperma yang dihasilkan bisa mencapai 300 juta, dengan masa pembentukan tiap sperma sekitar 65-75
hari.

2. Luteinizing hormone

Saat hormon ini dilepaskan ke dalam darah, akan terjadi produksi dan pelepasan hormon testosteron
sebagai hormon utama pada pria.

3. Hormon testosteron

Produksi testosteron pada masa pubertas memicu berbagai perubahan fisik. Seperti pembesaran testis
dan skrotum, penis yang semakin memanjang, suara yang semakin berat, serta tumbuhnya rambut di
sekitar alat kelamin, wajah dan ketiak. Sebagian remaja laki-laki juga mengalami penambahan berat dan
tinggi badan yang signifikan setelah memasuki masa pubertas. Testosteron juga akan memengaruhi
massa tulang dan gairah seksual.

Memberikan pemahaman yang memadai kepada anak laki-laki tentang organ reproduksi pria, sebaiknya
sudah dimulai sejak masa kanak-kanak hingga remaja. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah perilaku
seks yang berbahaya dan kehamilan yang tidak direncanakan, sejak dini.

Anda mungkin juga menyukai