Anda di halaman 1dari 25

PENGERTIAN SISTEM REFRODUKSI

Pengertian Sistem Reproduksi (Organ Reproduksi


Manusia). Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian
dan interaksi organ dan zat dalam organisme yang
dipergunakan untuk berkembang biak. Sistem
reproduksi pada suatu organisme berbeda antara
jantan dan betina. Sistem reproduksi pada
perempuan berpusat di ovarium. Berikut ini
pembahasan mengenai organ reproduksi pria dan
wanita beserta pengertian-pengertiannya.
A.ORGAN REPRODUKSI PRIA
Bagian Luar
1. Penis
Di samping berfungsi sebagai saluran keluarnya air seni pada sistem urinaria, dalam sistem
reproduksi penis mempunyai dua fungsi yakni sebagai tempat keluarnya cairan semen serta alat
untuk kopulasi. Meski demikian, air semen serta air seni tidak akan keluar bersamaan, sebab saat
terjadinya ejakulasi (pengeluaran sperma) otot-otot pada kandung kemih akan mengerut untuk
mencegah sperma masuk sehingga urine yang berada di dalamnya juga tidak akan ikut keluar.
Penis merupakan organ yang bersifat erektil yang disusun dari tiga tabung erektil yakni sepasang
corpora cavernosa dan sebuah corpora spongiosa yang ketiganya akan berakhir pada gland penis,
disekeliling tabung diliputi oleh jaringan ikat dan banyak otot polos. Ketiga tabung inilah yang
berperan dalam proses ereksi dan ejakulasi.Penis juga dilapisi oleh kulit yang tipis dan halus
dengan bagian ujung melipat yang disebut preputium, bagian inilah yang akan dipotong saat
khitan. Selain itu, pada kulit penis juga terdapat kelenjar keringat, kelenjar lemak, dan folikel
rambut.
• 2. Skrotum
• Skrotum adalah suatu kantung pembungkus testis.
Kantung ini terdiri dari lapisan subkutan, otot polos,
serta lapisan kulit. Kulit pada skrotum memiliki
lipatan-lipatan. Hal ini menjadikan skrotum bisa
mengendur menjauhi tubuh saat cuaca panas, serta
mengerut mendekati tubuh saat suhu rendah
(dingin). Fungsinya yakni untuk mempertahankan
suhu testis agar stabil sehingga spermatogenesis
tetap terjadi.
• Bagian Dalam
• 1. Testis
• Jika pada sistem reproduksi wanita yang berperan menghasilkan sel
telur adalah ovarium, maka pada reproduksi jantan organ penghasil
sperma adalah testis. Testis juga merupakan kelenjar eksokrin sekaligus
endokrin. Fungsi eksokrin, yakni untuk memproduksi sel-sel kelamin
pria, sedangkan fungsi endokrin, yakni untuk memproduksi hormon.
• Testis dibungkus oleh kapsula testikularis yang terdiri dari selapis
mesotel, sel-sel otot polos, dan jala-jala kapiler yang terbenam pada
jaringan ikat. Kapsula testikularis ini akan menimbulkan terjadinya
kerutan secara berkala. Hal ini berguna untuk mempertahankan
tekanan di dalam testis, mengatur keluar-masuknya cairan ke dalam
kapiler-kapiler, serta mendorong pengeluaran sperma.
TESTIS
Pembentukan sperma terjadi di dalam tubulus seminiferus. Yakni saluran panjang yang
berlekuk-lekuk dan berada di dalam testis. Pada epitel tubulus terdapat dua jenis sel,
yaitu;
Sel Spermatogenik – Sesuai dengan namanya, sel spermatogenik merupakan cikal bakal
sel spermatozoa. Sel benih ini awalnya berkromosom diploid, kemudian memerlukan
waktu sekitar 64 hari untuk berdifferensiasi dan mengalami spermatogenesis hingga
memiliki kromosom haploid. Sel spermatogonium sendiri terdiri dari4-8 lapis sel.
Sel Sertoli – Jumlah sel sertoli tidak sebanyak jumlah sel spermatogenik. Sel ini berada 
di antara sel-sel spermatogonium dan berperan sebagai sel penyokong. Yakni untuk
memberi makan sel-sel spermatogenik serta menghilangkan sisa sitoplasma spermatid
yang merupakan bahan residu. Dua sel sertoli yang teletak berdekatan akan membentuk
sawar darah (blood testis barrier) bersama-sama dengan jaringan peritubuler.. Selain
diisi oleh tubulus seminiferus, testis juga diisi oleh sel-sel interstitial yang terletak
diantara tubulus seminiferus. Sel interstitial atau sel leydig terdiri dari jaringan ikat
kendor, dan diisi oleh sel-sel fibroblast, mast sel, makrofag, pembuluh darah, limfe, sel
mesenchyme, dan saraf. Fungsinya ialah menghasilkan hormone testosteron.
• 2. Sistem saluran genital
• Tubulus recti – Yakni saluran lurus yang merupakan kelanjutan dari tubulus seminiferus. Tubulus recti dimulai
dari puncak setiap lobulus testis.
• Rete testis – Selanjutnya, tubulus-tubulus recti akan memasuki mediastinum testis dan membentuk seperti
anyaman. Struktur inilah yang dimaksud dengan rete testis. Spermatozoa yang melewati saluran ini berjalan
sangat cepat sehingga jarang ditemukan di daluran ini.
• Duktus efferens – Kelanjutan dari rete testis ialah duktus efferens. Rata-rata panjang saluran ini ialah 6-8 cm
dengan diameter 0.05 mm. pada bagian dalam duktus dilapisi oleh epitel selapis silindris serta bersilia yang
dapat bersifat motil. Kegunaannya yakni untuk mendorong spermatozoa menuju epididimis. Dibandingkan
dengan saluran yang lain, motil silia ini hanya dapat dijumpai di dalam duktus efferens.
• Duktus epididimis – Setelah melalui duktus efferens, spermatozoa akan berjalan melalui duktus epididimis.
Duktus epididimis adalah saluran panjang yang berlekuk-lekuk serta terletak di atas testis. Dengan panjang
sekitas 5-7 meter spermatozoa berjalan sangat lambat. Hal ini menjadikan sperma mengalami pematangan
yang sempurna. Pada sekitas duktus epididimis terdapat otot polos yang akan membantu pengeluaran
spermatozoa ke saluran berikutnya.
• Duktus Defferens – Setelah mengalami pematangan, maka spermatozoa akan keluar dari skrotum dan naik ke
atas melalui duktus deferens. Pada ujung saluran terdapat pelebaran yang disebut ampulla duktus deferens.
• Duktus ejakulatorius – Saluran ini merupakan bagian terakhir dari saluran genitalia. Duktus ejakulatorius
menembus kelenjar prostat dan masuk ke saluran urethra.
3. Kelenjar genital
Vesikula seminalis – Vesikula seminalis adalah tonjolan dari duktus deferens yang masih
berbentuk saluran dan terletak di belakang prostat. Saluran ini mempunyai panjang sekitar 5-10
cm. Kelenjar ini menghasilkan sekret yang mengandung protein globulin, fruktosa, asam askorbat,
serta prostaglandin yang berpengaruh saat fertilisasi di dalam saluran reproduksi wanita. Sekret
yang dihasilkan vesikula seminalis mempunyai pH 7,3 sehingga tergolong basa. Cairan ini bersifat
kental dan bergabung menjadi bagian dari cairan semen yang keluar bersama sperma saat
ejakulasi. Meski ukuran kelenjar ini lebih kecil dari kelenjar prostat, namun vesikula seminalis
menyumbang sebesar 60% dari komposisi cairan semen.
Kelenjar prostat – Dibandingkan kelenjar tambahan lainnya, kelenjar prostat merupakan kelenjar
terbesar pada sistem reproduksi pria. Letaknya berada di bawah vesika urinaria. Sekret yang
dihasilkan kelenjar  prostat bersifat encer dan berwarna putih seperti susu. Pada cairan ini
terdapat banyak enzim acid-phosphatase, asam sitrat, dan juga fosfolipid. Cairan yang dihasilkan
kelenjar prostat mencapai 30% dari total volume cairan semen.
Kelenjar Bulbo-urethralis – Kelenjar bulbo-urethralis dikenal juga sebagai kelenjar cowpery.
Kelenjar ini berukuran sebesar kacang hijau dan berjumlah sepasang. Letaknya di belakang
urethra pars membranacea. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar cowpery bersifat kental, sperti
lendir serta nampak jernih.
Tujuan Pembuahan
Fungsi dari organ reproduksi pria yaitu menghasilkan air mani dan sperma di dalamnya, kemudian
memasukkan sperma ke dalam organ reproduksi wanita untuk proses pembuahan.
Pria memiliki beberapa organ reproduksi yaitu penis, skrotum dan testis. Namun, selain itu ada pula
organ internal antara lain epididimis, kelenjar prostat, kelenjar bulbouretral, vesikula seminalis, uretra,
dan vas deferens.
Pada saat pria atau anak laki-laki yang telah melewati masa pubertas terangsang secara seksual, maka
tubuhnya akan memunculkan reaksi. Awalnya, terjadi perubahan ukuran penis karena pembuluh darah
menjadi lebih besar sehingga darah yang masuk menjadi lebih banyak. Membesarnya penis diiringi
dengan perubahan tekstur menjadi lebih kaku, inilah yang disebut kondisi ereksi.
Setelah pria mengalami ereksi, kemudian akan diikuti dengan ejakulasi, maka hal tersebut akan
membuat penis mengeluarkan air mani bersama dengan sperma di dalamnya. Pada saat ejakulasi,
saluran air kencing otomatis tertutup.
Tiap kali seorang pria mengalami ejakulasi, maka ia dapat mengeluarkan air mani 2,5 hingga 5 mililiter.
Tiap mililiter mengandung lebih dari 20 juta sperma. Setelah sperma memasuki vagina, maka sperma
akan terus bergerak menuju leher rahim hingga sel telur untuk mencapai proses pembuahan dan
akhirnya terjadi kehamilan.
Produksi Hormon
Seluruh sistem reproduksi pada pria tergantung pada hormon, yaitu zat kimiawi yang mengatur aktivitas sel
dan organ pada tubuh.
Saat anak laki-laki memasuki masa pubertas, maka tubuhnya akan memproduksi lebih banyak hormon
gonadotropin yang diproduksi oleh hipotalamus pada otak.
Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai hormon pada organ reproduksi pria :
Hormon perangsang folikel (follicle-stimulating hormone)
Hormon ini sangat penting agar organ reproduksi pria dapat menghasilkan sperma. Setiap hari produksi
sperma yang dihasilkan bisa mencapai 300 juta, dengan masa pembentukan tiap sperma sekitar 65-75 hari.
Hormon pelutein (luteinizing hormone)
Saat hormon pelutein yang memasuki aliran darah akan merangsang produksi dan pelepasan hormon
testosteron sebagai hormon utama pada pria.
Hormon testosteron
Produksi hormon testosteron pada masa pubertas memicu berbagai perubahan fisik. Seperti pembesaran
testis dan skrotum, penis yang semakin memanjang, suara yang semakin berat, serta tumbuhnya rambut di
sekitar alat kelamin, wajah dan ketiak. Sebagian remaja laki-laki juga mengalami penambahan berat dan
tinggi badan yang signifikan setelah memasuki masa pubertas. Testosteron juga akan memengaruhi massa
tulang dan gairah seksual.
Proses terjadinya pembuahan Wanita
Ada beberapa hormon yang memegang peranan dalam terjadinya menstruasi.
Gonadotropin-releasing Hormone (GnRH)
Hormon ini diproduksi oleh otak besar atau hipotalamus. Hormon ini berfungsi untuk
merangsang tubuh guna memproduksi dan melepaskan hormon FSH dan hormon LH.
Follicle stimulating Hormone (FSH)
FSH diproduksi pada kelenjar hipofisis dalam otak. Fungsi dari hormon ini ialah untuk membuat
telur yang berada dalam ovarium menjadi matang sehingga siap disalurkan ke rahim.
Luteinising hormone (LH)
Hormon LH berfungsi untuk merangsang ovarium agar melepaskan telur. Sama seperti hormon
FSH, hormon LH ini juga diproduksi pada kelenjar hipofisis.
Hormon estrogen
Hormon estrogen diproduksi di dalam ovarium. Hormon ini berperan untuk menjaga keteraturan
siklus reproduksi pada wanita. Selain itu hormon estrogen juga berfungsi untuk membantu
mempertahankan kehamilan.
Hormon Progesteron
Hormon progesteron bekerjasama dengan hormon estrogen dalam menjaga siklus reproduksi dan
menjaga kehamilan. Hormon progesteron juga diproduksi di ovarium. Hormon ini juga berperan
penting dalam proses dalam penebalan dinding rahim.
Proses Terjadinya Menstruasi
Proses terjadinya menstruasi terbagi dalam 3 fase, yaitu fase menstruasi, fase pra ovulasi dan
ovulasi, serta fase pra menstruasi.
Menstruasi
Menstruasi terjadi antara 3 hingga 7 hari. Pada fase menstruasi wanita mengeluarkan darah
dengan jumlah antara 30 sampai 40 ml. Pada saat menstruasi biasanya wanita akan mengalami
sakit pada bagian perutnya. Hal tersebut merupakan hal yang normal jika sakit yang terasa masih
dalam tahap wajar.
Sakit yang timbul pada saat menstruasi terjadi karena adanya kontraksi otot rahim yang bertujuan
untuk mendorong serta mengeluarkan lapisan dinding rahim yang luruh agar keluar menjadi
darah menstruasi.
Lapisan dinding rahim dapat menjadi luruh dikarenakan menurunnya kadar hormon estrogen dan
progesteron. Berbanding terbalik dengan menurunnya kadar hormon estrogen dan progesteron,
pada fase ini hormon FSH justru mengalami peningkatan.
Peningkatan hormon FSH ini mendorong perkembangan folikel dalam ovarium. Folikel adalah
kantong berisi indung telur. Folikel yang mengalami perkembangan dalam ovarium tidak
semuanya akan terus berkembang. Hanya ada satu folikel yang akan terus mengalami
perkembangan.
Satu folikel tersebut akan memproduksi estrogen. Hal tersebut akan kembali meningkatkan kadar
hormon estrogen yang menurun saat wanita mengalami menstruasi.
Pra ovulasi dan ovulasi
Pada fase pra ovulasi, akan terjadi kembali penebalan pada lapisan dinding rahim yang luruh pada saat
menstruasi. Menebalnya dinding rahim ini
merupakan peran dari hormon estrogen yang sudah kembali meningkat setelah menstruasi.
Masa pra ovulasi dan masa ovulasi merupakan masa subur bagi wanita. Pada masa ini sperma yang masuk pada
dinding rahim akan dapat bertahanhingga beberapa hari. Namun demikian panjangnya masa ovulasi pada
setiap wanita tidaklah sama.
Pra Menstruasi
Pada fase pra menstruasi, lapisan dinding rahim akan mengalami penebalan. Penebalan terjadi karena folikel
yang pecah akan memproduksi hormon progesteron yang memang berperan dalam proses penebalan dinding
rahim.
Jika tidak ada pembuahan yang terjadi, maka tubuh akan memasuki fase pre menstruasi. Pada masa ini hormon
progesteron akan mengalam penurunan drastis. Hal tersebut akan kembali membuat lapisan dinding rahim
menjadi luruh dan menjadi darah menstruasi.
 Pre Menstruation Syndrome
PMS atau pre menstruation syndrome merupakan fase sebelum terjadinya menstruasi. Pada fase ini terjadi
berbagai gejala, baik fisik maupun emosional. Beberapa gejala perubahan fisik yang terjadi pada saat PMS
antara lain:
Perut terasa kembung
Terjadi kram pada perut
Payudara menjadi bengkak dan terasa nyeri
Berat badan meningkat
• Gejala – gejala pre menstruasi tersebut disebabkan karena beberapa hal. Penyebab
pertama tentu saja adanya ketidakstabilan hormon. Seperti yang kita telah ketahui
sebelumnya, pada masa pre menstruasi terjadi penurunan kadar hormon
progesteron secara drastis.
• Selain menurunnya kadar hormon progesterone, gejala yang terjadi pada masa pre
menstruasi juga terjadi karena adanya perubahan kimia dalam otak. Salah satunya
ialah menurunnya kadar serotonin. Penurunan kadar serotonin lah yang membuat
wanita menjadi lebih mudah marah pada saat berada dalam fase ini.
• Gejala – gejala pre menstruasi merupakan hal yang sangat normal karena memang
dialami oleh hampir semua wanita. Gejala – gejala pre menstruasi tersebut akan
mereda seiring dengan berjalannya siklus menstruasi.
• Namun demikian ada baiknya untuk tetap mengetahui cara mengatasi gejala –
gejala pre menstruasi agar tidak mengganggu aktivitas sehari – hari.
• Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi atau meredakan gejala
menstruasi, antara lain:
• Siklus Menstruasi
• Sejak remaja, wanita umumnya akan mengalami siklus menstruasi. Siklus haid merupakan perubahan pada
bagian organ reproduksi wanita, yaitu saat lapisan dinding rahim atau endometrium menebal kemudian luruh
karena tidak terjadi pembuahan. Siklus menstruasi ini terjadi berbeda-beda pada setiap wanita, namun
umumnya terjadi antara 23-35 hari. Jika wanita mengalami siklus di rentang waktu tersebut, siklus masih
dikatakan normal.
• Siklus menstruasi terjadi karena diatur oleh 5 hormon tubuh, yaitu:
• Hormon ini sangat berperan penting terutama pada ovulasi pada siklus reproduksi wanita. Hormon yang
diproduksi di ovarium ini juga berperan pada perubahan tubuh seorang remaja ketika berada dalam masa
pubertas, dan hormon ini juga terlibat pada pembentukan kembali lapisan rahim ketika periode menstruasi
telah selesai.
• Untuk menjaga siklus reproduksi dan kehamilan, hormon yang juga diproduksi di ovarium ini bekerjasama
dengan hormon estrogen. Hormon ini juga berperan dalam terjadinya penebalan dinding rahim.
• Hormon pelepas gonadotropin. Hormon ini diproduksi oleh otak yang berguna untuk membantu memberi
rangsangan pada tubuh untuk memproduksi hormon perangsang folikel dan juga hormon pelutein.
• Hormon pelutein. Hormon ini akan bertugas untuk merangsang ovarium untuk memproduksi sel telur dan
juga proses ovulasi.
• Hormon perangsang folikel. Hormon yang diproduksi di kelenjar pituitari bagian bawah otak ini akan berguna
untuk membantu sel telur pada ovarium untuk matang dan siap dilepaskan.
• Fase Menstruasi
• Ada beberapa fase yang akan dilalui oleh seorang wanita pada saat melalui siklus menstruasinya.
Fase-fase tersebut yaitu fase menstruasi, fase pra-ovulasi, fase ovulasi dan juga fase pasca ovulasi.
Berikut ini penjelasannya:
• Fase Menstruasi
• Fase ini akan dialami oleh para wanita setiap bulan, dan barulah wanita akan dikatakan produktif.
Fase menstruasi ini akan dialami wanita sekitar 3-7 hari. Pada saat inilah, lapisan dinding rahim akan
luruh dan mengeluarkan darah menstruasi. Darah yang keluar pada fase menstruasi ini biasanya
sekitar 30-40 ml di tiap siklusnya.
• Pada hari pertama menstruasi, biasanya wanita akan merasakan sakit ataupun nyeri yang disebabkan
karena otot-otot rahim yang berkontraksi untuk mendorong dan juga mengeluarkan lapisan dinding
rahim yang sudah luruh menjadi darah menstruasi.
• Lapisan dinding rahim yang luruh ini disebabkan karena kadar progesteron dan juga estrogen
menurun. Semakin menurun progesteron dan juga estrogen ketika pada fase menstruasi, maka akan
menyebabkan meningkatnya hormon perangsang folikel, dan memancing berkembangnya folikel-
folikel atau kantong berisi indung telur di dalam ovarium. Namun hanya akan ada satu folikel yang
akan terus berkembang dan akan memproduksi estrogen. Estrogen pada wanita akan sangat rendah
ketika awal menstruasi, dan akan mulai meningkat seiring dengan berkembangnya folikel.
Fase Pra-ovulasi
Pada fase pra-ovulasi, lapisan dinding rahim akan mulai menebal kembali walaupun sedikit. Di fase ini, terjadi proses
pembentukan dan juga pematangan ovum di dalam ovarium. Namun belum bisa terjadi pembuahan pada fase ini, karena kondisi
rahim yang belum kembali pada kondisi normal.
Fase Ovulasi
Fase ovulasi tiap wanita akan berbeda-beda. Banyak yang mengira bahwa fase ovulasi akan terjadi pada hari ke-14 setelah siklus
pertama, namun sebenarnya itu bukanlah patokan. Karena ovulasi tergantung pada siklus yang dialami tiap wanita.
Pada fase ovulasi, ovum telah matang dan juga siap untuk dibuahi. Jika Anda berencana memiliki momongan, maka Anda bisa
melakukan hubungan intim bersama pasangan pada fase ini. Biasanya sperma akan bertahan selama 3 sampai 5 hari, karena
pada fase ini hormon estrogen sedang meningkat.
Fase Pasca Ovulasi
Di fase ini lapisan dinding rahim akan semakin menebal karena folikel yang sudah pecah dan mengeluarkan sel telur akan
membentuk korpus luteum. Korpus luteum ini akan menghasilkan estrogen yang menyebabkan lapisan dinding rahim akan
semakin menebal.
Jika pada fase ini sel telur tidak mengalami pembuahan, maka wanita akan merasakan gejala pramenstruasi (PMS). Yang biasanya
terjadi ketika PMS yaitu perubahan pada emosi yang menjadi lebih sensitif, perubahan kondisi fisik seperti nyeri di payudara,
pusing, mudah lelah ataupun merasa kembung. Selain itu, korpus luteum juga akan berdegenerasi dan juga berhenti
menghasilkan progesteron. Kadar progesteron dan estrogen yang menurun karena tidak terjadinya pembuahan akan membuat
lapisan dinding rahim meluruh menjadi darah menstruasi dan wanita akan kembali mengalami fase menstruasi.
PROSES TERJADINYA SPERMA
• Spermatogenesis adalah proses pembentukan spermatozoa pada sel
spermatogonia melalui tahap mitosis dan meiosis. Sel tersebut terdapat
pada dinding tubulus seminiferus yang terdapat pada testis. Selain sel
spermatogonia, pada tubulus seminiferus juga terhadap sel sertoli dan
sel leydig. Fungsi sel sertoli adalah untuk memberi makan spermatozoa
sedangkan fungsi sel leydig berfungsi untuk menghasilkan testosteron.
• Proses pembentukan sperma dipengaruhi oleh beberapa hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar hipofisis yaitu LH dan FSH. Fungsi LH (Luteinizing
Hormone) adalah untuk merangsang sel leydig untuk menghasilkan
hormon testosteron. Sedangkan fungsi FSH (Folicle Stimulating
Hormone) adalah untuk merangsang sel sertoli untuk menghasilkan ABP
(Androgen Binding Protein). Fungsi ABP adalah untuk memacu
spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis.
• 1. Spermatositogenesis
• Spermatositogenesis adalah pembentukan gametositogenesis yang
memengaruhi pembentukan spermatosit yang mengandung setengah
dari materi genetik. Dalam proses ini terjadi pembelahan
spermatogonium hingga menjadi spermatid. Proses ini terdiri dari dua
tahap yaitu mitosis dan meiosis. Mitosis adalah pembelahan
spermatogonium sehingga menjadi spermatosit primer. Sedangkan
meiosis adalah pembelahan spermatosit primer menjadi spermatid.
• Setiap bagian sel pada spermatid belum sempurna. Sel-sel tersebut
masih terhubung satu sama lain oleh jembatan sitoplasma supaya
dapat berkembang. Tidak semua spermatogonia (spermatogonium)
membelah menjadi spermatosit. Beberapa spermatogonia akan keluar
dan membelah untuk memproduksi spermatogonia yang lain.
2. Spermatidogenesis
Spermatidogenesis adalah pembentukan spermatid (haploid) dari spermatosit sekunder melalui meiosis II.
3. Spermiogenesis
Spermiogenesis adalah peristiwa perubahan spermatid menjadi spermatozoa muda. Selama proses spermiogenesis,
spermatid akan membentuk “ekor” dengan menumbuhkan mikrotubulus pada salah satu sentriol. “Ekor” tersebut
akan berubah menjadi aksonema. Bagian depan ekor (bagian tengah sperma. Disebut midpiece) tampak lebih tebal
karena mitokondria terdapat dibagian sana untuk menghasilkan energi bagi sperma. DNA juga dimasukkan ke dalam
spermatid hingga menjadi kental. Badan golgi mengelilingi nukleus dan menjadi akrosom.
4. Maturasi
Baca juga: Sistem Reproduksi Pria (Materi Lengkap)
Proses maturasi (pematangan) dipengaruhi oleh testosteron. Dalam maturasi, sitoplasma dan beberapa organel
yang tidak berguna dihilangkan. Sitoplasma yang telah menjadi resido mengalami fagositosis oleh sel sertoli di
dalam testis. Hasilnya, spermatozoa menjadi dewasa namun belum matang. Spermatozoa dewasa dikeluarkan dari
sel sertoli yang sangat steril menunju tubulus seminiferus.
5. Spermiasi
Spermiasi adalah proses pelepasan spermatozoa dewasa dari sel sertoli menuju lumen tubulus seminiferus dan
selanjutnya menuju epididimis. Spermatozoa dewasa belum memiliki kemampuan bergerak sendiri (non-motil)
sehingga pergerakan menuju epididimis harus dibantu dengan cairan testikuler hasil sekresi sel sertoli dan gerakan
peristaltik dari otot peritubuler yang terdapat di tubulus seminiferus.
Di epididimis, tahap maturasi kembali berlanjut.
Ketika di epididimis, terjadi proses pematangan
spermatozoa. Spermatozoa juga menjadi motil
sehingga dapat bergerak sendiri melalui
“ekor”nya. Hasilnya spermatozoa menjadi
sperma matang dan siap digunakan dalam
proses fertilisasi.
SEKIAN PRESENTASI DARI KELOMPOK KAMI

ADA PERTANYAAN???

Anda mungkin juga menyukai