Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Sistem Reproduksi

Reproduksi menggambarkan produksi telur dan sperma dan proses menuju


pembuahan. Sistem reproduksi terdiri dari organ seks utama atau gonad (testis
pada pria dan ovarium pada wanita) yang mengeluarkan hormon dan
menghasilkan gamet (sperma dan telur). Aksesori termasuk saluran organ
reproduksi, kelenjar, dan alat kelamin eksternal.

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria

Genetalia pada laki-laki terpisah dengan saluran uretra, berjalan sejajar


pada kelamin luar laki-laki. Alat kelamin laki-laki terbagi atas 3 bagian:

1. Kelenjar, yang termasuk kelenjar ialah:

a. Testis
Testis merupakan organ kelamin laki-laki tempat pembentukan
sperma. Testis terdiri atas 900 lilitan tubulus seminiferous, yang masing-
masing mempunyai panjang rata-rata lebih dari 5 meter. Testis berbentuk
lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun yang didalamnya terdapat
skrotum. Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan. Testis
menghasilkan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH) juga hormon testosterone.

Fungsi testis, yaitu membentuk gamet-gamet baru yaitu


spermatozoa, dilakukan di Tubulus seminiferous dan menghasilkan
hormon testosteron, dilakukan oleh sel interstial.

b. Vesika seminalis

Merupakan kelenjar yang panjangnya 5-10 cm, berupa kantong


seperti huruf S berbelok-belok, sekretnya yang alkalis bersama dengan
cairan prostat merupakan bagian terbesar semen yang mengandung
fruktosa yang menjadi sumber energi untuk spermatozoa. Prostat dan
vesikula seminalis menghasilkan cairan yang merupakan sumber makanan
bagi sperma. Cairan ini merupakan bagian terbesar dari semen. Cairan
lainnya yang membentuk semen berasal dari vas deferens dan dari kelenjar
lendir di dalam kepala penis.

Vesika seminalis bermuara pada duktus deferens pada bagian yang


hampir masuk prostat. Dindingnya tipis, mengandung serabut otot dan
mukosa, terbagi menjadi ruang-ruang dan lekuk-lekuk yang
penampangnya memperlihatkan gambaran jembatan membran mukosa.
Vesika seminalis mempunyai saluran yang dinamakan duktus vesikula
seminalis yang akan bergabung dengan duktus deferens. Penggabungan ini
membentuk duktus baru yang disebut duktus ejakulatorius yang berrmuara
pada dua buah kelenjar tubulo alveolar yang terletak di kanan dan kiri
dibelakang leher kandung kemih.

Fungsi vesika seminalis, yaitu Mensekresi cairan basa yang


mengandung nutrisi yang membentuk sebagian besar cairan semen

c. Prostat
Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih di dalam pinggul
dan mengelilingi bagian tengah dari uretra. Biasanya ukurannya sebesar
walnut atau buah kenari dan akan membesar sejalan dengan pertambahan
usia. Prostat mengeluarkan sekeret cairan yang bercampur sekret dari
testis, perbesaran prostate akan membendung uretra dan menyebabkan
retensi urin.
Kelenjar prostat, merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50
kelenjar yang terbagi atas 4 lobus yaitu:
Lobus posterior
Lobus lateral
Lobus anterior
Lobus medial
Fungsi prostat, yaitu menambah cairan alkalis pada cairan
seminalis yang berguna untuk menlindungi spermatozoa terhadap sifat
asam yang terapat pada uretra dan vagina.
d. Bulbouretralis
Merupakan kelenjar yang memiliki panjang 2-5 cm, dan fungsinya
hampir sama dengan kelenjar prostat.

2. Kelenjar duktuli, yang termasuk kelenjar duktuli:

a. Epididimis
Merupakan saluran halus yang panjangnya 6 cm terletak
sepanjang atas tepi dan belakang dari testis. Epididimis terdiri dari kepala
yang terletak di atas katup kutup testis, badan dan ekor epididimis
sebagian ditutupi oleh lapisan visceral, lapisan ini pada mediastinum
menjadi lapisan parietal.
Saluran epididimis dikelilingi oleh jaringan ikat, spermatozoa
melalui duktuli eferentis merupakan bagian dari kaput (kepala) epididimis.
Duktus eferentis panjangnya 20 cm, berbelok-belok dan membentuk
kerucut kecil dan bermuara di duktus epididimis tempat spermatozoa
disimpan, masuk ke dalam vas deferens
Fungsi dari epididimis, yaitu sebagai saluran penhantar testis,
mengatur sperma sebelum diejakulasi, dan memproduksi semen. Semen
terdiri dari sekret epididimis vesika seminalis dan prostat serta
mengandung spermatozoa yang dikeluarkan setiap ejakulasi. Spermatozoa
bergerak dalam semen, lingkungan cairan alkalis melindungi dari
keasaman.
b. Duktus deferens
Duktus deferens mempunyai panjang 50-60 cm yang merupakan
kelanjutan dari epididimis ke kanalis inguinalis, kemudian duktus ini
berjalan masuk ke dalam rongga perut terus ke kandung kemih, di
belakang kandung kemih akhirnya bergabung dengan saluran vesika
seminalis dan selanjutnya membentuk ejakulatorius dan bermuara di
prostate.

c. Uretra
Uretra merupakan saluran kemih pada pria yang sekaligus
merupakan saluran ejakulasi (mani). Pengeluaran urin tidak bersamaan
dengan ejakulasi karena diatur oleh kegiatan kontraksi prostat.

3. Bangun penyambung

a. Skrotum
Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan
melindungi testis. Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu
untuk testis, karena agar sperma terbentuk secara normal, testis harus
memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh.

Otot kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau


mengencang sehinnga testis menggantung lebih jauh dari tubuh (dan
suhunya menjadi lebih dingin) atau lebih dekat ke tubuh (dan suhunya
menjadi lebih hangat).

b. Fenikulus spermatikus
Merupakan bangun penyambung yang berisi duktus seminalis,
pembuluh limfe, dan serabut saraf.
c. Penis
Penis terletak menggantung di depan skrotum.
Penis terdiri dari:
1. Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut)

Glan penis tertutup oleh kulit korpus penis, kulit penutup ini disebut
prepusium.

2. Korpus penis/badan penis (bagian tengahnya)

Badan penis terdiri dari 3 rongga silindris (sinus) jaringan erektil:

2 rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus


yang terletak bersebelahan.

Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum yang mengelilingi


uretra. Jika rongga tersebut terisi darah, maka penis menjadi lebih
besar, kaku dan tegak (mengalami ereksi).

3. Radiks penis (bagian pangkalnya)

Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah perkembangan spermatogonia menjadi


spermatozoa. Berlangsung 64 hari. Spermatogonia berkembang menjadi
spermatozit primer. Spermatozit primer menjadi spermatozit sekunder.

Spermatozit sekunder berkembang menjadi spermatid. Tahap akhir


spermatogenesis adalah pematangan spermatid menjadi spermatozoa. Ukuran
spermatozoa adalah 60 mikron. Spermatozoa terdiri dari kepala, badan dan ekor.

Hormon pada sistem reproduksi pria


a. Testoteron
Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di
antara tubulus seminiferus. Hormon ini penting bagi tahap
pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama
pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder.
b. LH (Luteinizing Hormone)
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi
menstimulasi sel-sel Leydig untuk mensekresi testoteron.
c. FSH (Follicle Stimulating Hormone)
FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior
dan berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini,
pengubahan spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan
terjadi.
d. Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi
oleh FSH. Sel-sel sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat
androgen yang mengikat testoteron dan estrogen serta membawa
keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus. Kedua
hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.
e. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi
metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara khusus
meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.

Perubahan pada Sistem Reproduksi Pria Lansia

1. Testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya


penurunan secara berangsur-angsur.

2. Atrofi asini prostat otot dengan area focus hyperplasia. Hyperplasia


noduler benigna terdapat pada 75% pria diatas 90 tahun.

3. Impotensi/ Disfungsi Ereksi, yaitu ketidakmampuan secara konsisten


untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi sedemikian rupa
sehingga mencapai aktivitas seksual yang memuaskan (Vinik, 1998).

Klasifikasi Disfungsi Ereksi :


a. DE organic, sebagai akibat gangguan endokrin, neurogenik,
vaskuler (aterosklerosis atau fibrosis).

b. DE psikogenik, sebelum ini selalu dikatakan sebagai penyebab


utama DE, namun menurut penelitian hal ini tidak benar. Justru
penyebab utama DE pada lansia gangguan organic, walaupun
faktor psikogenik ikut memegang peranan. DE jenis ini yang
berpotensi reversible potensial biasanya yang disebabkan oleh
kecemasan, depresi, rasa bersalah, masalah perkawinan atau juga
akibat dari rasa takut akan gagal dalam hubungan seksual.

c. Andropuse, yaitu perubahan akibat proses menua pada sistem


reproduksi pria yang didalamnya termasuk perubahan pada
jaringan testis, produksi sperma dan fungsi ereksi. Pertambahan
usia mengakibatkan semua fungsi menurun termasuk endokrin,
testosterone juga mengalami penurunan fungsi sehingga terjadilah
andropause.

2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

1. Genetalia Eksterna (vulva), yang terdiri dari :


a. Tundun (Mons veneris)

Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan


dan lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas.
Bagian yang dilapisi lemak, terletak di atas simfisis pubis

b. Labia Mayora (bibir besar)

Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong.


Kedua bibir ini bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia
mayora bagian luar tertutp rambut, yang merupakan kelanjutan dari
rambut pada mons veneris. Labia mayora bagian dalam tanpa rambut,
merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak). Ukuran
labia mayora pada wanita dewasa yaitu dengan panjang 7- 8 cm, lebar 2
3 cm, tebal 1 1,5 cm. Pada anak-anak dan kedua labia mayora sangat
berdekatan.

c. Labia Minora (bibir kecil)

Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia
mayora), tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis
yang lembab dan berwarna kemerahan.

d. Klitoris

Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat


erektil. Glans clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat
saraf sensoris sehingga sangat sensitif. Analog dengan penis pada laki-laki.
Terdiri dari glans, corpus dan 2 buah crura, dengan panjang rata-rata tidak
melebihi 2 cm.

e. Vestibulum (serambi)

Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora),


muka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum, dalam vestibulum
terdapat muara-muara dari:
Liang senggama (introitus vagina)

Uretra

Kelenjar bartolin

Kelenjar skene kiri dan kanan

Pada vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra


eksterna, introitus vagina, 2 buah muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah
muara kelenjar paraurethral. Kelenjar bartholini berfungsi untuk
mensekresikan cairan mukoid ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar
bartholini juga menghalangi masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae
maupun bakteri-bakteri patogen

f. Himen (selaput dara)

Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang
menutupi sabagian besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang
supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari himen dari
masing-masing wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan
sabit, konsistensi ada yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang
seujung jari, dan ada yang dapat dilalui satu jari. Saat melakukan koitus
pertama sekali dapat terjadi robekan, biasanya pada bagian posterior

g. Perineum (kerampang)

Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm.


Dibatasi oleh otot-otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus.
Otot-otot berfungsi untuk menjaga kerja dari sphincter ani.

2. Genetalia Interna

a. Vagina

Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan


rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari
muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat
dikendalikan.

Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian


depannya sekitar 9 cm dan dinding belakangnya sekitar 11 cm.

Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio.


Portio uteri membagi puncak (ujung) vagina menjadi:

-Forniks anterior

-Forniks posterior

-Forniks dekstra

-Forniks sisistra

Fungsi utama vagina, yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan


lendir uterus dan darah menstruasi, sebagai alat hubungan seks dan sebagai
jalan lahir pada waktu persalinan.

b. Uterus (rahim)

Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor


diantara kandung kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan dan
bagian atas tertutup peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan
dengan kandung kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang
merupakan cabang utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika
interna).

Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng.

1. Fundus uteri (dasar rahim) : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua
pangkal saluran telur.

2. Korpus uteri : berbentuk segitiga


Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bagian ini berfungsi sebagai
tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut
kavum uteri atau rongga rahim

3. Serviks uteri ( berbentuk silinder )

Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio,


hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri
internum.

Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa


ligamentum, jaringan ikat dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari
usia wanita dan paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm,
multipara 8-9 cm dan > 80 gram pada wanita hamil. Uterus dapat menahan
beban hingga 5 liter.

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :

a) Peritonium

Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar


uterus. Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh
darah limfe dan urat syaraf. Peritoneum meliputi tuba dan mencapai
dinding abdomen.

b) Lapisan otot

Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar,
lapisan tengah, dan lapisan dalam. Pada lapisan tengah membentuk
lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus
oleh pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini
membentuk angka delapan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh
darah terjepit rapat, dengan demikian pendarahan dapat terhenti.

Makin kearah serviks, otot rahim makin berkurang, dan


jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum
uteri internum anatomikum, yang merupakan batas dari kavum uteri
dan kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana
terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir
serviks) disebut isthmus. Isthmus uteri ini akan menjadi segmen bawah
rahim dan meregang saat persalinan.

c). Endometrium

Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan


muara dari kelenjar endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase
pengeluaran lendir endometrium ditentukan oleh perubahan hormonal
dalam siklus menstruasi. Pada saat konsepsi endometrium mengalami
perubahan menjadi desidua, sehingga memungkinkan terjadi
implantasi (nidasi).Lapisan epitel serviks berbentuk silindris, dan
bersifat mengeluarakan cairan secara terus-menerus, sehingga dapat
membasahi vagina. Kedudukan uterus dalam tulang panggul
ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang
menyangga, tonus otot-otot panggul. Ligamentum yang menyangga
uterus adalah:

1. Ligamentum latum: Ligamentum latum seolah-olah tergantung


pada tuba fallopii.

2. Ligamentum rotundum (teres uteri)

Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat.

Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi.

3. Ligamentum infundibulopelvikum: Menggantung dinding


uterus ke dinding panggul.

4. Ligamentum kardinale Machenrod

Fungsinya: Menghalangi pergerakan uteruske kanan dan ke


kiri, Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus.
5. Ligamentum sacro-uterinum: Merupakan penebalan dari
ligamentum kardinale Machenrod menuju os.sacrum.

6. Ligamentum vesiko-uterinum: Merupakan jaringan ikat agak


longgar sehingga dapat mengikuti perkembangan uterus saat
hamil dan persalinan.

c. Ovarium

Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan


uterus di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh
ligamentum latum uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan
sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14)
siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan folikel de graaf dan
mengeluarkan ovum. Ketika dilahirkan, wanita memiliki cadangan ovum
sebanyak 100.000 buah di dalam ovariumnya, bila habis menopause.

Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi:

a. Memproduksi ovum

b. Memproduksi hormone estrogen

c. Memproduksi progesterone

Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai


pertumbuhan folikel primordial ovarium yang mengeluarkan hormon
estrogen. Estrogen merupakan hormone terpenting pada wanita.
Pengeluaran hormone ini menumbuhkan tanda seks sekunder pada wanita
seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan
rambut ketiak, dan akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama
yang disebut menarche. Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena
folikel graaf belum melepaskan ovum yang disebut ovulasi. Hal ini terjadi
karena memberikan kesempatan pada estrogen untuk menumbuhkan
tanda-tanda seks sekunder. Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah teratur
dengan interval 28-30 hari yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari disertai
dengan ovulasi, sebagai kematangan organ reproduksi wanita.

d. Tuba Fallopii

Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm


dan diameternya antara 3-8 mm. fungsi tubae sangat penting, yaiu untuk
menangkap ovum yang di lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari
spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan
tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai
bentuk blastula yang siap melakukan implantasi.

Tuba fallopii terdiri atas:

Pars interstitialis, bagian yang terdapat di dinding uterus

Pars ismika/ismus, merupakan bagian medial tuba yang sempit


seluruhnya

Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran leher tempat konsepsi


agak lebar

Infundibulum, bagian ujung tuba yantg terbuka ke arah abdomen dan


mempunyai umbai yang disebut fimbria untuk menangkap telur
kemudian menyalurkan telur ke dalam tuba.

Hormone pada sistem reproduksi wanita


a. Gonadotropin Hormone (GnRH)
dihasilkan oleh kelenjar pituitary anterior (hipofisis anterior)
yang terdiri dari:
Luteinizing Hormone (LH), berperan dalam merangsang
pelepasan oosit skunder dari folikel tersier (de graf)
sehingga terjadi ovulasi.
Folicle Stimulating Hormone (FSH), merangsang
pertumbuhan folikel telur pada ovarium.
b. Estrogen
Disekresikan seiring dengan perkembangan folikel.
Estrogen juga diproduksi oleh korpus luteum dan plasenta. Fungsi
estrogen adalah:
o Merangsang pembentukan kembali (proliferasi) sel penyusun
endometrium.
o Mempengaruhi serviks menghasilkan lendir yang bersifat basa
pada vagina sehingga mendukung kelangsungan hidup sperma
ketika masuk ke vagina
o Sangat berperan dalam menentukan sifat kelamin sekunder
wanita.
o Berperan dalam kontraksi uterus ketika proses persalinan.
c. Progesterone
dihasilkan oleh korpus luteum (folikel yang telah melepaskan
ovumnya), berfungsi sebagai:
o Mendukung fungsi estrogen dalam penebalan endometrium
o Merangsang sekresi lendir pada vagina
o Merangsang pertumbuhan kelenjar susu
d. Oksitosin
disekresikan oleh hipofisis wanita, berperan merangsang
kontraksi uterus pada saat persalinan
e. Prostaglandin
disekrsikan oleh membrane janin, berfungsi meningkatkan
intensitas kontraksi uterus rahim ketika proses persalinan
f. Relaksin
dihasilkan oleh plasenta dan korpus luteum pada ovarium,
berfungsi merelaksasi dan melunakkan serviks serta melonggarkan
tulang panggul sehingga mempermudah persalinan.
g. Mammotropin
disekresikan oleh hipofisis dan plasenta, berfungsi
merangsang pertumbuhan awal kelenjar susu (glandula mamae).
h. Prolaktin
disekresikan oleh hipofisis ibu pada minggu kelima
kehamilan, berfungsi meningkatkan sekresi air susu oleh glandula
mamae.

Perubahan pada Sistem Reproduksi Wanita Lansia

1. Menopause, yaitu berhentinya haid yang terjadi karena tidak lagi


menghasilkan estrogen yang cukup. Menopause dapat terjadi karena
folikel resisten terhadap GnRh dan feed back ke hipotalamus
menyebabkan peningkatan FSH dan LH. Peningkatan pada FSH dan
LH menyebabkan stromal terhadap ovarium dan penurunan estrogen
dan progesterone.

2. Penurunan estrogen yang bersirkulasi. Implikasi dari hal ini adalah


atrofi jaringan payudara dan genital

3. Peningkatan androgen yang bersirkulasi. Implikasi dari hal ini adalah


penurunan massa tulang dengan risiko osteoporosis dan fraktur, serta
peningkatan kecepatan aterosklerosis.

4. Klimakterium, yaitu masa peralihan antara masa reproduksi dan masa


senium. Berlangsung 6 tahun sebelum menopause dan berakhir 6-7
tahun setelah menopause.

Tanda-tanda Klimakterium :

a. Menstruasi tidak lancar atau tidak teratur

b. Haid banyak ataupun sangat sedikit

c. Sakit kepala terus menerus

d. Berkeringat

e. Neuralgia

5. Perubahan dalam gairah seksual; berkurangnya cairan vagina, akan


timbul rasa sakit kalau terjadi hubungan badan.

6. Gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah


tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, cemas,
depresi, dan merasa kehilangan daya tarik fisik dan seksual, sehingga
dia takut ditinggalkan suaminya (Purwoastuti, 2008).
7. Senium, yaitu masa sesudah menopause ditandai dengan telah
tercapainya keseimbangan baru dalam kehidupan wanita, sehingga
tidak ada lagi gangguan vegetative maupun psikis.

8. Perubahan anatomi pada sistem reproduksi wanita

a. Vagina mengalami kontratur dan pengecilan, forniks dangkal

b. Uterus mengalami atrofi- mendatar dengan vagina

c. Ovarium mengalami penipisan dinding sehingga permukaannya


menjadi rata

d. Kelenjar payudara menyusut.

Upaya pencegahan terhadap keluhan/ masalah menopause yang dapat dilakukan di


tingkat pelayanan dasar :

1. Pemeriksaan alat kelamin

2. Pap Smear

3. Pemeriksaan Payudara

4. Penggunaan bahan makanan yang mengandung unsur fito-estrogen. Fito-


estrogen yang cukup seperti kedelai (tahu, tempe, kecap), papaya, dan
semanggi merah

5. Penggunaan bahan makanan sumber kalsium

6. Menghindari makanan yang banyak mengandung banyak lemak, kopi dan


alkohol.

Fase tanggapan Seksual Perubahan

Fase Desire Dipengaruhi oleh penyakit, masalah


hubungan dengan pasangan, harapan
kultural, kecemasan akan
kemampuan seks.

Hasrat pada lansia wanita mungkin


menurun seiring makin lanjutnya
usia, tetapi bias bervariasi. Interval
untuk meningkatkan hasrat seksual
pada lansia pria meningkat serta
testosterone menurun secara
bertahap sejak usia 55 tahun akan
mempengaruhi libido.

Fase Arousal Lansia wanita: pembesaran


payudara berkurang; terjadi
penurunan flushing, elastisitas
dinding vagina, lubrikasi vagina dan
peregangan otot-otot; iritasi uretra
dan kandung kemih.

Lansia pria: ereksi membutuhkan


waktu lebih lama, dan kurang begitu
kuat, penurunan produksi sperma
sejak usia 40 tahun akibat
penurunan testosterone; elevasi
testis ke perineum lebih lambat.

Fase Orgasmik Lansia Wanita: tanggapan orgasme


kurang intens disertai lebih sedikit
konstraksil kemampuan
mendapatkan orgasme multiple
berkurang.

Lansia Pria: kemampuan


mengontrol ejakulasi membaik;
kekuatan dan jumlah konstraksi otot
berkurang; volume ejakulat
menurun.

Fase Pasca Orgasmik Mungkin terdapat periode refrakter


dimana pembangkitan gairah sampai
timbulnya fase orgasme berikutnya
lebih sukar terjadi.

Daftar Pustaka

Guyton, Arthur C, Hall, John E . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. 1997 .
Jakarta : EGC

Kartika .2012. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi. Diakses pada tanggal 14
Februari 2015 dari http://kartikamidwifery.blogspot.com/2012/10/anatomi-dan-
fisiologi-alat-reproduksi.html

Potter, Patricia A, Perry Anne G . Buku Ajar Fundamental Edisi 4 . 2005 . Jakarta
: EGC

Syaifuddin . 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta :


EGC

Anda mungkin juga menyukai