Kelompok 6
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2016
KAJIAN PUSTAKA
Dari beberapa definisi diatas dapat di simpulkan bahwa BPH merupakan suatu
keadaan yang sering terjadi pada pria umur 50 tahun atau lebih yang ditandai
dengan terjadinya perubahan pada prostat yaitu prostat mengalami atrofi dan
menjadi nodular, pembesaran dari beberapa bagian kelenjar ini dapat
mengakibatkan obstruksi urin.
Penyebab BPH :
Basic Fibroblast Growth Factor (bFGF) dapat menstimulasi sel stroma dan
ditemukan dengan konsentrasi yang lebih besar pada pasien dengan pembesaran
prostad jinak. bFGF dapat diakibatkan oleh adanya mikrotrauma karena miksi,
ejakulasi atau infeksi.
Progam kematian sel (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik
untuk mempertahankan homeostatis kelenjar prostat.
Sel-sel yang telah apoptosis selalu dapat diganti dengan sel-sel baru. Didalam
kelenjar prostat istilah ini dikenal dengan suatu sel stem, yaitu sel yang
mempunyai kemampuan berpoliferasi sangat ekstensif.
Patofisiologi BPH
Proses pembesaran prostate ini terjadi secara perlahan-lahan, sehingga
perubahan pada saluran kemih juga terjadi penyempitan lumen uretra prostatika
dan akan menghambat aliran urine, keadaan ini menyebabkan peningkatan
tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urine, buli-buli harus
berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan tersebut. Kontraksi yang terus
menerus ini menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi
otot detrusor (menebal dan meregang) sehingga terbentuklah selula, sekula dan
divertikel buli-buli.
Fase penebalan detrusor ini disebut juga fase kompensasi. Dan apa bila
berlanjut, maka detrusor akan mengalami kelelahan dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi, sehingga terjadi retensio
urine yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran
kemih atas. (Arief Manjoer, et al, 2000)
Turp merupakan pembedahan bph yang paling sering di lakukan dimana
endoskopi dimasukkan melalui penis (uretra). Cara ini cocok untuk hyperplasia
yang kecil. Reseksi Kelenjar prostate dilakukan ditrans-uretra yang dapat
mengiritasi mukosa kandung kencing sehingga dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan, untuk itu tindakan ini mempergunakan cairan irigasi (pembilas) agar
daerah yang direseksi tidak tertutup darah.
WOC BPH
(Terlampir)
Manifestasi Klinis BPH
Gejala-gejala pembesaran prostat jinak dikenal sebagai Lower Urinary
Tract Symptoms (LUTS), yang dibedakan menjadi :
1. Gejala Obstruktif
Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan
Intermitency yaitu terputusnya aliran
Terminal dribbling, yaitu menetesnya urin pada akhir kencing.
Pancaran lemah, yaitu kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran
destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.
2. Gejala Iritasi
Urgensi yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
Frekuensi yaitu pnderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada
malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.
Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.
Komplikasi BPH
Dilihat dari sudut pandang perjalanan penyakitnya, hiperplasia prostat
dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
Retensi Urine, Perdarahan, Perubahan VU; trabekulasi, divertikulasi, Infeksi
saluran kemih akibat kateterisasi, Hidroureter, Hidronefrosis, Cystisis, prostatitis,
epididymitis, pyelonefritis., Hipertensi, Uremia, Prolaps ani atau rectum,
hemorroid, Gagal ginjal
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan colok dubur
Untuk pemeriksaan keadaan tonus sfingtr anus, mukosa rectum, kelainan lain
seperti benjolan dalam rectum dan prostat.
2. Pemeriksaan Radiologi
3. USG (Ultrasonografi)
Penatalaksanaan BPH
Jenis pengobatan pada BPH antara lain:
1. Observasi (watchfull waiting)
Biasa dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasehat yang
diberikan adalah mengurangi minum setelah makan malam untuk
mengurangi nokturia, menghindari obat-obat dekongestan, mengurangi
minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol.
2. Terapi medikamentosa
3. Terapi bedah
Tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk
terapi bedah yaitu : Retensi urin berulang , Hematuri, Tanda penurunan
fungsi ginjal, Infeksi saluran kemih berulang, Tanda obstruksi berat seperti
hidrokel, Ada batu saluran kemih.
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tanggal lahir, umur, alamat, asal
kota, dan daerah, asal suku bangsa, nama orangtua dan pekerjaan orangtua.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama/ Alasan Masuk Rumah Sakit
Biasanya keluhan utama pasien dengan BPH adalah rasa nyeri saat
BAK dan sulit BAK.
b. Data subyektif
Pasien mengeluh sakit pada luka insisi.. Pasien mengatakan tidak
bisa melakukan hubungan seksual.Pasien mengatakan buang air
kecil tidak terasa.
c. Data Obyektif :
Terdapat luka insisi, Takikardi, Gelisah, Tekanan darah meningkat,
w ajah ketakutan,terpasang kateter
3. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian yang perlu dilakukan pada penderita Benigna Prostat
Hipertrofi, yaitu:
a. Sirkulasi
Tanda : Peninggian TD (efek pembesaran ginjal).
b. Eliminasi
Penurunan kekuatan/dorongan aliran urine, tetesan, keragu-raguan pada
berkemih awal, ketidakrnampuan untuk mengosongkan kandung kemih
dengan lengkap, dorongan dan frekuensi berkemih, nokturia, disuria,
hematuria, duduk untuk berkemih, ISK berulang, riwayat batu (stasis
urinaria), konstipasi (protrusi prostat kedalam rektum).
c. Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan.
d. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri suprapubis, panggul, atau punggung, tajam, kuat (pada
prostatitis akut). Nyeri punggung bawah.
e. Keamanan
Gejala : Demam.
f. Seksualitas
Gejala : Masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan seksual.
g. Penyuluhan/Pembelajaran
Riwayat keluarga kanker, hipertensi, penyakit ginjal. Penggunaan
antihipertensif atau antidepresan, antibiotik urinaria atau agen antibiotik.
obat yang dijual bebas untuk flu/alergi obat mengandung simpatomimetik.
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Defisiensi nutrisi, edema, pruritus, echymosis menunjukkan renal
insufisiensi dari obstruksi yang lama.
Kandung kemih
Inspeksi : Penonjolan pada daerah supra pubik retensi urine
Palpasi : Akan terasa adanya ballotement dan ini akan
menimbulkan pasien ingin buang air kecil retensi urine
Perkusi : Redup residual urine
Pemeriksaan penis uretra
Kemungkinan adanya penyebab lain misalnya stenose meatus, striktur
uretra, batu uretra/femosis.
Pemeriksaan Rectal Toucher (Colok Dubur) posisi knee chest,
syarat: buli-buli kosong/dikosongkan. Tujuan: Menentukan
konsistensi prostat dan besar prostat.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Intra Vena Pyelografi ( IVP )
Untuk mengetahui gambaran trabekulasi buli, residual urine post
miksi, dipertikel buli.
b. BOF
Untuk mengetahui adanya kelainan pada renal
c. Retrografi dan Voiding Cystouretrografi
Untuk melihat ada tidaknya refluk vesiko ureter/striktur uretra.
d. USG
Untuk menentukan volume urine, volume residual urine dan
menilai pembesaran prostat jinak/ganas.
e. Pemeriksaan Endoskopi.
f. Pemeriksaan Uroflowmetri
Berperan penting dalam diagnosa dan evaluasi klien dengan
obstruksi leher buli-buliQ max : > 15 ml/detik non obstruksi10 -
15 ml/detik border line< 10 ml/detik obstruktif