Anda di halaman 1dari 19

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Sistem Endokrin


Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi
organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke
berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu
tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar
keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin (Suminarsih, 2011).

Kelenjar endokrin adalah organ-organ yang menghasilkan sekresi yang disebut hormone
yang dialirkan secara langsung ke dalam aliran darah dan sel-sel glandular. Karena alasan ini
kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai kelenjar tanpa ductus(Waston, 2002).
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirimkan hasil sekresinya
langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan. Kelenjar tanoa melewati ductus atau
saluran dari hasil sekresi disebut hormone(Drs. H Syaifuddin, 2006).

2.2 Organ pada Sistem Endokrin


1. Kelenjar Hipotalamus
Hipotalamus merupakan bagian ujung depan diensefalon yang terletak dibawah sulkus
hipotalamik dan didepan nucleus interpudenkular, yang berfungsi sebagai pusat tertinggi sistem
kelenjar endokrin yang menjalankan fungsinya melalui hormonal dan saraf.Hormon-hormon
hipotalamus antara lain:
a. ACTH: Adrenocortico Releasing Hormon
b. ACIH: Adrenocortico Inhibiting Hormon
c. TRH: Tyroid Releasing Hormon
d. TIH: Tyroid Inhibiting Hormon
e. GnRH: Gonadotropin Releasing Hormon
f. GnIH: Gonadotropin Inhibiting Hormon
g. PTRH: Paratyroid Releasing Hormon
h. PTIH: Paratyroid Inhibiting Hormon
i. PRH: Prolaktin Releasing Hormon
j. PIH: Prolaktin Inhibiting Hormon
k. GRH: Growth Releasing Hormon.
l. GIH: Growth Inhibiting Hormon
m. MRH: Melanosit Releasing Hormon
n. MIH: Melanosit Inhibiting Hormon

2. Kelenjar Hipofise
Hipofisis terletak di dasar tengkorak, di dalam fosa hipofisis tulang sfenoid. Kelenjar itu
terdiri atas dua lobus, yaitu lobus aneterior dan posterior, dan bagian di antara kedua lobus
adalah intermedia(Pearce, 2011).
a. Lobus Anterior (Drs. H Syaifuddin, 2006).
Lobus anterior (adenohipofise) yang menghasilkan sejumlah hormone yang bekerja sebagai zat
pengendali produksi dari semua organ endokrin yang lain.
- Hormone somatotropik, mengendalikan pertumbuhan hormone
- Hormone tirotropik (TSH), mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam mengahsilakn
hormone tiroksin.
- Hormone adrenokortikotropik (ACTH), mengendalikan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan
kortisol yang berasal dari korteks kelenjar suprarenal.
- Hormone gonadotropik berasal dari follicle stimulating hormone (FSH) yang merangsang
perkembangan folikel Graaf dalam ovarium dan pembentukan spermatozoa dalam testis.
- Luteinizing hormone (LH), mengendalikan sekresi esterogen dan progesterone dalam ovarium
dan testosterone dalam testis.
- Interstitial cell stimulating hormone (ICSH)
b. Lobus posterior (Drs. H Syaifuddin, 2006).
Lobus posterior disebut juga neurohipofise, mengeluarkan 2 jenis hormone:
- Hormone antidiuretic (ADH), mengatur jumlah air yang keluar melalui ginjal, membuat
kontraksi otot polos ADH disebut juga hormone pituitrin.
- Hormone oksitoksin merangsang dan menguatkan kontraksi uterus sewaktu melahirkan dan
mengeluarkan air susu sewaktu menyusui. Kelenjar hipofise terletak di dasar tengkorak, didalam
fosa hipofise tulang sfenoid.

Gambar: hipofisis bagian anterior dan posterior

3. Kelenjar Tiroid
Tiroid terdiri atas dua lobus kanan dan kiri yang dihubungkan oleh isthmus yang sempit.
Kelenjar ini merupakan organ vascular yang dibungkus oleh selubung yang berasal dari lamina
pretrachealis fasciae profundae. Selubung ini melekatkan glandula pada larynx dan
trachea(Guyton, 2006).
4. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar ini terletak disetiap sisi kelenjar tiroid yang terdapat di dalam leher, kelenjar ini
berjumlah empat buah yang tersusun berpasangan yang mengahasilkan hormone paratiroksin
yang berfungsi mengatur kadar kalsium dan fosfor di dalam tubuh (Drs. H Syaifuddin, 2006).

5. Kelenjar Adrenalin (anak ginjal)


Kelenjar ini berbentuk bola, atau topi yang menempel pada bagian atas ginjal. Pada setiap
ginjal terdapat satu kelenjar suprarenalis dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks)
dan bagian tengah (medula).

6. Pankreas
Kelenjar pancreas merupakan sekelompok sel yang terletak pada pancreas, sehingga
dikenal pulau pulau Langerhans.
- Kelenjar pancreas menghasilkan hormon insulin dan glucagon. Insulin mempermudah gerakan
glukosa dari darah menuju ke sel sel tubuh menembus membrane sel.
- Didalam otot glukosa dimetabolisasi dan disimpan dalam bentuk cadangan.
- Disel hati, insulin mempercepat proses pembentukan glikogen (glikogenesis) dan pembentukan
lemak (lipogenesis).
- Kadar glukosa yang tinggi dalam darah merupakan rangsangan mensekresikan insulin.
Contohnya: insulin akan meningkat setelah kita makan dan kadar glukosa dalam darah akan naik
sebab tubuh mendapatkan dari pemecahan makanan.
Kekurangan hormone insulin akan menyebabkan penyakit diabetes mellitus (kencing
manis). Insulin berperan mengubah glikosa menjadi glikogen agar dapat menurunkan kadargula
darah dalam tubuh. Jika seseorang tidak dapat memproduksi insulin, maka glukosa dalam darah
terus bertambah karena glukosanya tidak bisa dirubah menjadi glikogen. Akibatnya urine yang
dikeluarkannyapun mengandung glukosa.
Gambar: Pengaturan kadar gula darah
Peningkatan glukosa darah diatas titik pasang (sekitar 90mg/100ml pada manusia)
merangsang pankreas untuk mensekresi insulin, yang memicu sel sel targetnya untuk
mengambil kelebihan glukosa dari darah. Ketika kelebihan itu telah dikeluarkan atau ketika
konsentrasi glukosa turun dibawah titik pasang, maka pancreas akan merespons dengan cara
mensekresikan glukagon, yang mempengaruhi hati untuk menaikkan kadar glukosa darah.

7. Ovarium dan testis

a. Ovarium
O
varium merupakan kelenjar kelamin wanita yang berfungsi menghasilkan sel telur,
hormone estrogen dan hormone progesterone.
- Sekresi estrogen dihasilkan oleh folikel de Graaf dan dirangsang oleh FSH.
- Estrogen berfungsi menimbulkan dan mempertahankan tanda tanda kelamin sekunder pada
wanita, misalnya perkembangan pinggul, payudara, serta kulit menjadi halus.
- Progesteron dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh LH.
- Progesteron berfungsi mempersiapkan dinding uterus agar dapat menerima sel telur yang sudah
dibuahi.

Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:


- FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk
merangsang hipofisis mengeluarkan FSH.
- LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk
merangsang hipofisis mengeluarkan LH.
- PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin.

Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:

a) Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari.


Pada saat itu endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-
hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah.
b) Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir,
dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk
mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuhkembali. Antara
hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi) .
c) Masa sekresi.
Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan dan
mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi
(perlekatan janin ke rahim).
Gambar: Regulasi Hormon Wanita
b. Testis
Testis pada mammalia terdiri dari tubulus yang dilapisi oleh sel-sel benih (sel germinal),
tubulus ini dikenal dengan tubulus seminiferus.
- Testis mensekresikan hormon testosterone yang berfungsi merangsang pematangan sperma
(spermatogenesisi) dan pembentukan tanda tanda kelamin pria.
- Misalnya pertumbuhan kumis, janggut, bulu dada, jakun, dan membesarnya suara.
- Sekresi hormon tersebut dirangsang oleh ICTH yang dihasilkan oleh hipofisis bagian anterior.
- Sewaktu pubertas, hipofisis anterior memproduksi gonadotrofin, yaitu hormone FSH dan LH.
Sekresi kedua hormone ini dipengaruhi oleh GnRF (Gonadotropin Releasing Factor) yang
berasal dari hipotalamus.

Gambar: regulasi hormon jantan


BAB 3
KONSEP PENGKAJIAN SYSTEM ENDOKRIN

3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
mur : Beberapa gangguan endokrin baru jelas dirasakan pada usia tertentu meskipun proses patologis
sudah berlangsung sejak lama. Terjadi disemua usia, tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak
dan lansia (karena di usia tersebut daya tahan tubuh tidak maksimal, maka akan sering terserang
penyakit).
is kelamin : Wanita lebih sering terserang penyakit sistem endokrin (karena pada simtem hormonal wanita
lebih banyak)
ndidikan : Bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim menganggap enteng gejala yang timbul
kerjaan : sering menyerang pada pekerja dengan pekerjaan berat (kuli)
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama:
Terdiri dari keluhan utama nonspesifik dan keluhan utama spesifik.
Keluhan utama nonspesifik, yaitu terjadi lesu dan depresi, perubahan kesadaran, penurunan
energi, gangguan pola tidur, perubahan BB, perubahan mood dan afek, peubahan kulit dan
rambut, perubahan penampilan umum, disfungsi seksual.
Keluhan utama spesifik, yaitu terjadi perubahan status mental, perubahan tanda-tanda vital,
palpitasi, tremor, letih, lemah, perubahan nafsu makan, berat badan turun, polidifsia dan
polifagia, perubahan status bowel, abnormalitas organ seksual dan libido, perubahan penampilan,
hiperfungsi adrenokortikal, abnormailtas pertumbuhan, perubahan kulit dan jaringan (vitiligo,
miksidema), rambut (hirsutisme), mata (eksoptalmus), masalah tulang dan sendi, kolik renal dan
batu, tetani, paresthesia dan kram otot.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang:


Perawat memfokuskan pertanyaan pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta
bantuan pelayanan seperti menanyakan persepsi pasien tentang penyakitnya, mulai kapan tanda
dan gejala muncul, jika ada nyeri bagaimana karakteristik nyerinya, penyebarannya, upaya yang
sudah dilakukan untuk mengatasi penyakitnya.
Riwayat kesehatan sekarang dapat ditanyakan dengan menggunakan metode PQRST:
- Provokatif, Paliatif (Apayang memperberat dan apa yang memperingan gejala), perawat bisa
menanyakan hal-hal apa saja yang bisa memperberat gejala, dan hal-hal yang bisa memperingan
gejala.
- Quality, Quantity (karakteristik keluhan dan jumlah).
- Region, Radiasi, misalnya perawat menanyakan dimana lokasi/letak dari rasa nyeri yang dialami
klien? Apakah nyeri yang dirasakan menyebar ke tempat lain? Apakah mengganggu dalam
aktivitas sehari-hari?
- Scale, contohnya menanyakan berapa skala nyeri yang dialami oleh klien? Skala nyeri ini juga
dapat dibuat rentang tersendiri oleh perawat yang mengkaji keluhan nyeri.
- Time, misalnya perawat menanyakan kapan keluhan nyeri dirasakan oleh klien. Apakah pagi
hari, siang hari, ataukah malam hari.
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh Keluarga diluar gangguan yang dirasakan sekarang
khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama karena tidak mengganggu aktivitas,
kondisi ini tidak dikeluhkan, seperti:
- Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang: amenore, bulu rambut tidak tumbuh, buah
dada tidak berkembang bagi perempuan.
- BB yang tidak sesuai dengan usia, misalnya selalu kurus meskipun banyak makan
- Gangguan psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit bergaul dan tidak mudah
berkonsentrasi
- Penggunaan obat-obatan yang dapat merangsang aktivitas hormonal: hidrokortison,
levothyroxine, kontrasepsi oral dan obat antihipertensi.
d) Riwayat operasi bedah
Tanyakan kepada klien tentang riwayat operasi, kemoterapi, atau terapi radiasi untuk gangguan
metabolic atau endokrin, khususnya di bagian kepala dan leher. Jika ada informasi bahwa
penyakit menyertakan operasi atau biopsy, maka penting untuk mengkaji kekambuhan,
Catat juga apakah klien pernah melakukan tes darah, tranfusi produksi darah, prosedur gigi,
tindik telinga atau organ tubuh lainnya, tato, atau injekti intravene dengan jarum terkontaminasi ?
perlu dicatat bahwa prosedur pengkajian yang merusak kulit dapatr digunakan sebagai ruang
masuk virus hepatitis (B dan C) atau pathogen lainnya (Joyce Mk, 2014).
e) Pengobatan
Tanyakan secara khusus tentang penggunaan hormone dan steroid, termasuk :
Nama obat :
Dosis :
Durasi penggunaan :
Tanyakan apakah klien juga menggunakan terapi obat herbal atau terapi alternative lainnya(Joyce
Mk, 2014).
f) Kebiasaan makan (diet)
Kebiasaan makan dapat menjadi factor yang memperburuk atau meringankan penyakit. Jenis
makanan tertentu dapat menyebabkan kembung. Makanan asam, makan dalam porsi besar, dan
makanan berlemak dapat berpresipitasi menyebabkan kembung, flatulensi, serdawa, gangguan
pencernaan, dan nyeri ulu hati juga rasa nyeri didaerah kandung kemih(Joyce Mk, 2014).
g) Riwayat social
Tanyakan klien apakah klien mengonsumsi alcohol, merokok, dan menggunakan obat terlarang .
perhatian utama pada kebiasaan mengonsumsi alcohol dapat menyebabkan penyakit hati dan
pankreas.
Tanyakan apa pekerjaan klien dan lingkungan tempat kerja . apakah klien melaporkan jika
dirinya terpapar oleh factor penyebab kerusakan hati (hepatotoksin) seperti merkuli, timbale atau
senyawa kimia lainnya. Apakah klien mlakukan aktivitas yang meningkatkan resiko terpapar zat
penyebab hepatitis atau pancreatitis?
Tanyakan lingkungan rumah dan tempat bekerja. Pengkajian riwayat psikososial dan gaya hidup
memberikan informasi tentang status fisisk dan psikologinya. Tanyakan kepada klien apakah
menerapkan gaya hidup sehat, seperti latihan fisik atau tidur cukup?(Joyce Mk, 2014).
h) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti yang
di alami klien atau gangguan tertentu yang berhubungan secara langsumg dengan gangguan
hormonal seperti:
- Obesitas
- Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
- Kelainan pada kelenjar tiroid
- Diabetes melitus
- Infertilisasi
Dalam mengidentifikasi informasi ini gunakan bahasa yang sederhana dan di mengerti
oleh klien atau keluarga (Rumaharbo, 1999).

3. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Fisik Kelenjar Tiroid


Melalui pemeriksaan fisik ada dua aspek utama yang dapat di gambarkan yaitu:
1) Kondisi kelenjar endokrin
2) Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari kondisi endokrin
Pemeriksaan fisik terhadap kondisi kelenjar hanya dapat dilakukan terhadap kelenjar
tiroid dan kelenjar gonad pria (testis).Secara umum,tekhnik pemeriksaan fisik yang dapat
dilakukan dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah:
Inspeksi
Pemeriksa berada di depan penderita. Penderita posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi
atau leher terbuka sedikit hiperekstensi agar sternokleidomastoideus relaksasi sehingga tumor
tiroid mudah dievaluasi.
Apabila terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen
berikut:
- Lokasi: lobus kanan, lobus kiri, ismus
- Ukuran: besar/kecil, permukaan rata/noduler
- Jumlah: uninodusa atau multinodusa
- Bentuk: apakah difus (leher terlihat bengkak) ataukah berupa noduler local
- Gerakan: pasien diminta untuk menelan, apakah pembengkakannya ikut bergerak
- Pulsasi: bila nampak adanya pulsasi pada permukaan pembengkakan

Palpasi
Pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi, pemeriksa berdiri di belakang
pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan kedua tangan. Beberapa hal yang perlu dinilai
pada pemeriksaan palpasi:
- Perluasan dan tepi
- Gerakan saat menelan, apakah batas bawah dapat diraba atau tidak dapat diraba trachea dan
kelenjarnya.
- Konsistensi, temperatur, permukaan, dan adanya nyeri tekan
- Hubungan dengan m. sternocleidomastoideus (tiroid letaknya lebih dalam daripada musculus ini.
- Limfonodi dan jaringan sekitar
Palpasi: hanya bisa dilakukan pada kelenjar tiroid dan testis:
- Pada kondisi normal: kelenjar tiroid tidak teraba
- Pada kondisi normal: testis teraba lembut, peka terhadap sinar dan kenyal seperti karet
Derajat pembesaran kelenjar tiroid:
Derajat 0-a : kelenjar tiroid tidak teraba atau bila teraba tidak lebih besar dari ukuran normal
Derajat 0-b : kelenjar tiroid jelas teraba, tapi tidak terlihat bila kepala dalam posisi normal
Derajat I : mudah dan jelas teraba, terlihat dengan kepala dalam posisi normal, dan terlihat nodul
Derajat II : jelas terlihat pembesaran jarak dekat
Derajat III : tampak jelas dari jauh
Derajat IV : sangat besar
Auskultasi
Pada auskultasi perlu diperhatikan adanya bising tiroid yang menunjukkan adanya
hipertiroid.
- Pada daerah leher, diatas kelenjar tiroid dapat terdengar bunyi bruit.
- Bruit adalah bunyi yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada pembuluh darah tiroidea.
- Normal: bunyi ini tidak terdengar.
- Dapat terdengar bila terjadi peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar tiroid sebagai dampak
peningkatan aktivitas kelenjar tiroid
- Auskultasi: untuk mengidentifikasi perubahan pada pembuluh darah dan jantung (TD, ritme dan
rate jantung)
b. Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar Adrenal
- Inspeksi
Pemeriksaan fisik secara inspeksi pada kelenjar adrenal ini, bertujuan untuk mengetahui
apakah ada kelainan yang dialami klien yang ada kaitannya dengan penyakit pada gangguan
kelenjar adrenal tersebut.
1) Penyakit Addison

Pigmentasi pada kulit


Buku-kuku jari, lutut, siku, membran mukosa
Warna kulit: pucat, sianosis
RR cepat
Suhu tubuh diatas normal
Tanda-tanda dehidrasi
Bibir tampak kering
Kelemahan umum
Pasien tampak haus
Membran mukosa kering
2) Cushing Sindrom
Kifosis
Buffalo hump
Moon face
Kulit wajah berminyak dan tumbuh jerawat.
Virilitas pada wanita
Hirsutisme (tumbuhnya bulu wajah yang berlebihan)
- Palpasi
Pemeriksaan fisik secara palpasi pada kelenjar adrenal ini, bertujuan untuk mengetahui
apakah ada kelainan yang dialami klien yang ada kaitannya dengan penyakit pada gangguan
kelenjar adrenal tersebut.
1) Penyakit Addison
Nadi cepat dan lemah
Nyeri abdomen
Turgor kulit
2) Cushing Sindrom
Kulit tipis, rapuh dan mudah luka
Atropi payudara
Klitoris yang membesar
- Auskultasi
1) Penyakit Addison: Tekanan darah rendah
2) Cushing Sindrom: Suara yang dalam
a. Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar Pankreas.
Cara pemeriksaan fisik pada kelenjar pancreas itu terbagi atas 3:
- Inspeksi
1) Atur pencahayaan yang baik
2) Atur posisi yang tepat yaitu berbaring terlentang dengan tangan dikedua sisi dan sedikit
menekuk. Bantal kecil diletakkan dibawah lutut untuk menyokong dan melemaskan otot-otot
abdomen.
3) Buka abdomen mulai dari prosessus xifoideus sampai simfisis pubis
4) Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, kontur permukaan kulit, adanya retraksi,
penonjolan, adanya ketidaksimetrisan, jaringan parut dan striae
5) Perhatikan posisi, bentuk, warna dan adanya inflamasi atau pengeluaran umbillikus
6) Amati gerakan-gerakan kulit pada perut saat inspirasi dan ekspirasi
- Palpasi: teraba masa pada abdomen
1) Teknik palpasi pada perut ini terbagi atas 2:
a) Palpasi Ringan
Palpasi ringan abdomen diatas setiap kuadran. Hindari area yang sebelumnya sebagai titik
bermasalah.
Letakkan tangan secara ringan diatas abdomen dengan jari-jari ekstensi dan berhimpitan.
Tempatkan tangan klien dengan ringan diatas tangan pemeriksa untuk mengurangi sensasi geli
Jari-jari telapak tangan sedikit menekan perut sedalam 1-2 cm.
Palpasi untuk mendeteksi area nyeri, penegangan abnormal, atau adanya massa
Selama palpasi, observasi wajah klien untuk mengetahui tanda ketidaknyamanan.
Jika ditemukan adanya keluhan nyeri, uji adanya nyeri lepas: tekan dalam kemudian lepas
dengan cepat untuk mendeteksi apakah nyeri timbul dengan melepaskan tangan.
b) Palpasi Dalam
Gunakan metode bimanual
Tekan dinding abdomen sekitar 4 - 5 cm
Catat adanya massadan struktur organ dibawahnya. Jika terdapat massa, catat ukuran, lokasi,
mobilitas, kontur, dan kekakuan
- Auskultasi:untuk mendengarkanbising usus meningkat.
1) Hangatkan bagian diafragma dan bell stetoskop
2) Letakkan sisi diafragma stetoskop tadi diatas kuadran kanan bawah pada area sekum.
3) Berikan tekanan yang sangat ringan. Minta klien agar tidak berbicara
4) Dengarkan bising usus dan perhatikan frekuensi dan karakternya.
5) Jika bising usus tidak mudah didengar, lanjutkan pemeriksaan sistematis, dengarkan setiap
kuadran abdomen
6) Catat bising usus apakah terdengar normal, tidak ada, hiperaktif atau hipoaktif
7) Letakkan bagian bell atau sungkup stetoskop diatas aorta, arteri renalis, arteri iliaka dan arteri
femoral.
b. Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar Paratiroid
Pada pemeriksaan fisik kelenjar paratiroid ini, difokuskan untuk mengetahui gangguan pada
kekuatan otot, persendian yang berkaitan dengan kelenjar paratiroid.
- Inspeksi otot
1) Inspeksi ukuran otot, bandingkan satu sisi dengan sisi yang lain dan amati adanya atrofi atau
hipertrofi.
2) Jika didapatkan perbedaan antara kedua sisi, ukur keduanya dengan menggunakan mistar.
3) Amati adanya otot dan tendo untuk mengetahui kemungkinan kontraktur yang ditujukan oleh
malposisi suatu bagia tubuh.
4) Lakukan palpasi pada saat otot istrahat dan pada saat otot bergerak secara aktif dan pasif untuk
mengetahui adanya kelemahan (lasiditas), kontraksi tiba-tiba secara involunter(spastisitas).
5) Uji kekuatan otot dengan cara menyeluruh klien menarik atau mendorong tangan pemeriksa,
bandingkan kekuatan otot ekstremitas kiri dengan ekstremitas kiri.
6) Amati kekuatan suatu bagian tubuh dengan cara memberi penahanan secara resisten.
7) Amati kenormalan susunan dan deformitas.
8) Palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan.
9) Amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan.
- Inspeksi persendian
1) Inspeksi persendian untuk mengetahui adanya kelainan persendian.
2) Palpasi persendian untuk mengetahui adanya nyeri tekan, gerakan, bengkak dan nodul.
3) Kaji rentang gerak persendian (Range of motion, ROM).
4 Kebutuhan Dasar
a. Pola pemenuhan nutrisi:
- Mengkaji tinggi badan dan berat badan.
- Apakah ideal antara berat badan dan tinggi badannya, berapa yang diinginkan berat badannya.
- Adakah perubahan pola makan, baik jumlah maupun jenisnya.
- Adakah perubahan nafsu makan?
- Bagimana keadaan rambut? Distribusi?
- Keadaan warna kulit, khususnya pada wajah, leher, tangan.
- Adakah tanda-tanda malnutrisi?
b. Pola eliminasi:
- Frekuensi BAK, BAB.
- Apakah ada perubahan BAK, BAB, lebih dari normal? BAK sering pada malam hari.
- Adakah kesulitan dalam BAB dan BAK?
- Penggunaan laksativ untuk membantu BAB.
c. Pola aktivitas dan latihan:
- Aktivitas yang bisa dilakukan sehari-hari.
- Adakah program khusus latihan.
- Apakah olahraga secara rutin, bagimana polanya.
- Adakah kesulitan atau gangguan aktivitas.
- Apakah mudah lelah dan letih saat beraktivitas.
d. Pola istirahat dan tidur:
- Berapa jam waktu tidur.
- Adakah gangguan tidur?
- Adakah tanda-tanda kurang tidur?
- Bagaimana pola tidurnya?
- Adakah pemberian obat-obatan untuk mengatasi gangguan tidur?
e. Pola kognitif persepsi sensori:
- Adakah gangguan memori?
- Adakah gangguan orientasi?
- Adakah gangguan intelektual?

f. Pola konsep diri:


- Gambaran diri: sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
- Identitas diri: ciri-ciri atau keadaan seseorang yang berbeda dengan orang lain.
- Peran diri: sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan
posisinya di masyarakat.
- Ideal diri: persepsi individu tentang bagaimana dirinya harus berperilaku dan bertindak
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu.
- Harga diri: pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya.
g. Pola peran-hubungan:
Mengkaji bagaimana hubungan sosial klien dengan keluarga ataupun lingkungan sekitarnya.
h. Pola seksualitas:
- Apakah sudah menikah, mempunyai anak?
- Pola hubungan seksual, kepuasan dalam hubungan seksual.
- Adakah perubahan hasrat seksual?
- Adakah perubahan menstruasi?
- Bagaimana kemampuan ereksi?
i. Pola mekanisme koping:
- Apakah mempunyai stressor?
- Bagaimana mengatasi stressor?
- Bagimana support system yang dilakukan?
j. Pola nilai dan kepercayaan:
Menanyakan nilai dan kepercayaan yang dianut oleh klien, dan kebiasaan klien dalam hal
mendekatkan diri kepada sang pencipta.
5 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan kelenjar hipofise
- Foto Tengkorak (Kranium). Untuk melihat kondisi sella turika: tumor atau atropi.
- Foto Tulang (Osteo). Untuk melihat kondisi tulang (Gigantisme): ukuran tulang bertambah
- Ct ScanOtak. Untuk melihat kemungkinan adanya tumor hipofise atau hipotalamus
- Pemeriksaan Darah dan Urine
1) Kadar Growth Hormone
2) Kadar TSH
3) KadarACTH
b. Pemeriksaan kelenjar tiroid
- Uptake Radioaktif (Ray): Untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap
iodide.
- T3 dan T4 Serum
- Upatake T3 Resin: Untuk mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau tiroid binding globulin
(TBG) tdk jenuh
- Protein Boun Iondine (PBI): Untuk mengukur iodium yang terikat dengan protein plasma.
- Basal Metabolic Rate: Untuk mengukur secara tidak langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan
tubuh dibawah kondisi basal selama beberapa waktu
- Scanning Tyroid
c. Pemeriksaan fisik kelenjar paratiroid
- Percobaan Sulkowitch: Untuk memeriksa perubahan jumlah kalium dalam urine, sehingga
diketahui aktivitas kelenjar paratioroid.
- Percobaan Ellwort-Howard: berdasarkan pada diuresis pospor yang dipengaruhi oleh
parathormon
- Percobaan Kalsium Intravena: berdasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar serum
kalsium akan menekan pembentukan Parathormon
- Pemeriksaan Radiologi
- Pemeriksaan Electrocardiogram (ECG)
- Pemeriksaan Elektromiogram (EMG)
d. Pemeriksaan fungsi korteks adrenal
- Pemeriksaan Hematologi
1) Kadar kortisol
2) Aldosteron
3) Serum ACTH
4) Serum renin assay
- Pemeriksaan urin
3) Pemeriksaan aldosteron urin
4) Pemeriksaan kortisol urin
5) 17 hidroksi kortikosteroid
6) 17 - Ketosteroid
e. Pemeriksaan fungsi medulla adrenal
Pemeriksaan darah: peningkatan serum katekolamin, pengukuran hormon metanepharine.
f. Pemeriksaan fungsi hormon pancreas
- Pemeriksaan hematologi
1) Pemeriksaan gula darah puasa atau fasting Blood Sugar (FBS)
2) Pemeriksaan gula darah postprandial
3) Pemeriksaan toleransi glukosa oral/Oral glukosa tolerance test (TTGO).
4) Essei hemoglobin glikolisat
5) Pemeriksaan kolesterol dan kadar serum trigliserida
- Pemeriksaan glukosa urin
Pemeriksaan ketone urine.
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi
organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke
berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akanmenerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu
tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar
keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin. (Suminarsih, 2011)
Organ-organ endokrin terdiri dari: hipotalamus, hipofise, tiroid, paratiroid, kelenjar
adrenalin (anak ginjal, pankreas, ovarium dan testis.
Pada pemeriksaan fisik system endokrinmelalui dua aspek utama yang dapat
digambarkan yaitu:kondisi kelenjar endokrin dan kondisi jaringan atau organ sebagai dampak
dari gangguan endokrin. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan tehnik inspeksi, palpasi, auskultasi
untuk mendapatkan data objektif.

4.2 Saran
Kami sebagai penyusun makalah ini, mengharapkan kritik dan masukkan yang positif,
untuk penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.Semoga makalah kami, dapat bermanfaat
bagi para pembaca, khususnya mahasiswakeperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. H Syaifuddin, A. (2006). ANATOMI FISIOLOGI untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3.


Jakarta: EGC.
Guyton, A. C. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Joyce Mk, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Singapore: CV Pentasada Media Edukasi.
Pearce, E. C. (2011). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rumaharbo, H. (1999). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System Endokrin.
Jakarta: EGC.
Waston, R. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk perawat. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai