Anda di halaman 1dari 17

Prodi Keperawatan Purwokerto Poltekkes Kemenkes Semarang

KEPERAWATAN DASAR
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR
Ulfah Agus Sukrillah, S.Kep., MH
BAHAN AJAR
KONSEP KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR
Pengampu : Ulfah Agus Sukrillah, S.Kep, MH

Tujuan Instruksional Umum:


Setelah mengikuti proses belajar mengajar diharapkan mahasiswa mampu
melaksanakan asuhan keperawatan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat
tidur.
Tujuan Instruksional Khusus :
Pada akhir perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengertian istirahat
2. Menjelaskan karakteristik istirahat
3. Menjelaskan pengertian tidur
4. Menjelaskan fisiologi tidur
5. Menjelaskan jenis-jenis tidur
6. Menjelaskan fungsi dan tujuan tidur
7. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tidur
8. Menjelaskan gangguan/masalah kebutuhan tidur
9. Melaksanakan asuhan keperawatan dengan gangguan/masalah kebutuhan tidur

Pokok materi
A. Pendahuluan
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi
oleh semua orang. Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar dapat
mempertahankan status kesehatan pada tingkat yang optimal. Studi menunjukkan
dimana setelah kita bangun dari tidur yang cukup, otak kita kembali berfungsi
dengan sangat baik, selain itu proses tidur juga dapat memperbaiki berbagai sel
dalam tubuh.
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur sangat penting terutama bagi orang
yang sedang sakit agar lebih cepat sembuh dan memperbaiki kerusakan pada sel.
Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut cukup maka jumlah energi yang di
harapkan dapat memulihkan status kesehatan dan mempertahankan aktivitas

2
kehidupan sehari-harinya. Selain itu, orang yang mengalami kelelahan juga
memerlukan istirahat dan tidur lebih dari biasanya.

B. Pengertian Istirahat dan Tidur


Pengertian Istirahat
Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan emosional dan
bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas, melainkan juga berhenti sejenak.
Kondisi tersebut membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti menyegarkan diri
atau diam setelah melakukan kerja keras, suatu keadaan untuk melepaskan diri dari
segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan.

Pengertian Tidur
Tidur merupakan suatu perubahan status kesadaran yang didalamnya persepsi
dan reaksi individu terhadap lingkungannya mengalami penurunan. Tidur dicirikan
dengan aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran bervariasi, perubahan pada proses
fisiologis tubuh, dan penurunan respons terhadap stimulus eksternal. Beberapa
stimulus lingkungan, seperti sebuah alarm detektor asap, biasanya akan
membangunkan orang yang sedang tidur, sementara suara bising lain tidak akan
membangunkannya. Tampaknya bahwa individu berespons terhadap stimulus
bermakna saat tidur dan mengabaikan stimulus yang tidak bermakna secara selektif.

C. Karakteristik Istirahat :
Terdapat beberapa karakteristik istirahat. Pada tahun 1967, Narrow
mengemukakan enam karakteristik yang berhubungan dengan istirahat (dalam
Potter dan Perry, 1997) :
a. Merasakan bahwa segala sesuatu dapat diatasi
b. Merasa diterima
c. Mengetahui apa yang sedang terjadi
d. Bebas dari gangguan ketidaknyamanan
e. Mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan
f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan.
Kebutuhan istirahat dapat dirasakan apabila semua karakteristik tersebut di atas
dapat terpenuhi. Hal ini dapat dijumpai apabila pasien merasakan segala

3
kebutuhannya dapat diatasi, adanya pengawasan, dan penerimaan dari tindakan
yang diberikan oleh tenaga kesehatan sehingga memberikan kedamaian. Apabila
pasien tidak merasakan enam kriteria tersebut diatas, maka kebutuhan istirahatnya
masih belum terpenuhi sehingga diperlukan tindakan yang dapat meningkatkan
terpenuhinya kebutuhan istirahat dan tidur. Misalnya, mendengarkan secara hati-
hati tentang kekhawatiran personal pasien dan mencoba meringankannya jika
memungkinkan.
Pasien yang mempunyai perasaan tidak diterima, tidak mungkin dapat
beristirahat dengan tenang. Oleh sebab itu, maka tenaga kesehatan harus sensitif
terhadap kekhawatiran pasien. Pengenalan pasien terhadap apa yang akan terjadi
merupakan keadaan lain yang penting diketahui sehingga pasien dapat beristirahat.
Adanya ketidaktahuan akan menimbulkan gangguan pada istirahat pasien dengan
kecemasan pada tingkat yang berbeda-beda. Tenaga kesehatan harus membantu
memberikan penjelasan kepada pasiennya.
Agar pasien merasa diterima dan mendapatkan kepuasan, maka pasien harus
dilibatkan dalam melaksanakan berbagai aktivitas yang mempunyai tujuan. Hal
tersebut dapat membuat pasien merasa diterima dan dihargai tentang kompetensi
yang ada pada dirinya. Pasien akan merasa aman jika ia mengetahui bahwa ia akan
mendapat bantuan sesuai dengan yang diperlukannya. Pasien yang merasa terisolasi
dan kurang mendapat bantuan, tidak akan dapat beristirahat. Oleh karenanya,
tenaga kesehatan harus dapat menciptakan suasana agar pasien tidak merasa
terisolasi dengan melibatkan keluarga dan teman-teman pasien. Keluarga dan
teman-teman pasien dapat meningkatkan kebutuhan istirahat pasien dengan
membantu pasien dalam tugas sehari-hari dan mengambil keputusan yang sukar.

D. Fisiologi Tidur :
Aktivitas tidur diatur & dikontrol oleh dua sistem pada batang otak yaitu
Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR).
RAS di bagian atas batang otak diyakini, memiliki sel-sel khusus yang dapat
mempertahankan kewaspadaan & kesadaran, memberi stimulus visual,
pendengaran, nyeri,dan sensori raba, serta emosi dan proses berfikir.
Pada saat sadar  RAS melepaskan katekolamin
Pada saat tidur  BSR melepaskan serotonin (Wartonah, 2003)

4
E. Jenis-jenis Tidur
Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis tidur. Pertama, jenis tidur yang
disebabkan oleh menurunnya kegiatan di dalam sistem pengaktivasi retikularis.
Jenis tidur tersebut disebut dengan tidur gelombang lambat karena gelombang
otaknya sangat lambat, atau disebut nonrapid eye movement (NREM). Kedua, jenis
tidur yang disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat abnormal dari dalam otak,
meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara berarti. Jenis tidur yang
kedua disebut dengan jenis tidur paradoks atau tidur rapid eye movement (REM).
1) Tidur gelombang lambat (slow wave sleep) / nonrapid eye movement (NREM).
 Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh, dengan
gelombang otak yang lebih lambat, atau juga dikenal dengan tidur
nyenyak.
 Ciri-ciri tidur nyenyak adalah menyegarkan, tanpa mimpi, atau tidur
dengan gelombang delta. Ciri lainnya adalah individu berada dalam
keadaan istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi napas
menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang, dan
metabolisme turun.
 Perubahan selama proses NREM tampak melalui elektroensefalografi
dengan memperlihatkan gelombang otak berada pada setiap tahap tidur
NREM. Tahap tersebut, yaitu kewaspadaan penuh dengan gelombang beta
yang berfrekuensi tinggi dan bervoltase rendah, istirahat tenang yang dapat
diperlihatkan pada gelombang alfa ke jenis beta atau delta yang bervoltase
rendah, dan tidur nyenyak gelombang lambat dengan gelombang delta
bervoltase tinggi dan berkecepatan 1-2 per detik.
 Tahapan tidur jenis NREM
a. Tahap I
Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri
sebagai berikut : rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa
mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi
nadi dan napas sedikit menurun, serta dapat bangun segera selama
tahap ini berlangsung sekiar 5 menit.

5
b. Tahap II
Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun
dengan ciri sebagai berikut : mata pada umumnya menetap, denyut
jantung dan frekuensi napas menurun, temperatur tubuh menurun,
metabolisme menurun, serta berlangsung pendek dan berakhir 10-15
menit.
c. Tahap III
Tahap ini merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi, frekuensi
napas, dan proses tubuh lainnya lambat. Hal ini disebabkan oleh
adanya dominasi sistem saraf parasimpatis sehingga sulit untuk
bangun.
d. Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan kecepatan jantung dan
pernapasan turun, jarang bergerak, sulit dibangunkan, gerak bola mata
cepat, sekresi lambung menurun, dan tonus otot menurun.
2) Tidur paradoks atau tidur rapid eye movement (REM).
Tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20
menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi selama 80-100 menit.
Namun apabila kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat bahkan
jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur REM adalah sebagai berikut :
a. Biasanya disertai dengan mimpi aktif
b. Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak NREM.
c. Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan inhibisi kuat
proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis.
d. Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur.
e. Pada otot perifer, terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur.
f. Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah
meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolisme
meningkat.
g. Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam
belajar, memori dan adapatasi.

6
Secara umum, siklus tidur normal adalah sebagai berikut :
Bangun
(pra tidur)
NREM I Tidur REM

NREM II NREM II

NREM III NREM III

NREM IV

Gambar. Siklus Tidur


Sumber : Potter & Perry, 1997

F. Fungsi dan Tujuan Tidur


Fungsi dan tujuan masih belum diketahui secara jelas. Meskipun demikian,
tidur diduga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, dan
kesehatan. Selain itu, stres pada paru-paru, sistem kardiovaskuler, endokrin, dan
lain-lainnya juga menurun kativitasnya. Energi yang tersimpan selama tidur
diarahkan untuk fungsi-fungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat dua efek
fisiologis tidur, Pertama efek pada sistem saraf yang diperkirakan dapat
memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf.
Kedua, efek pada struktur tubuh yang dapat memulihkan kesegaran dan fungsi
organ dalam tubuh, karena selama tidur telah terjadi penurunan aktivitas organ –
organ tubuh tersebut.

G. Kebutuhan Tidur pada Tingkat Usia


Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan. Berikut ini
kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia :

Umur Tingkat perkembangan Jumlah kebutuhan tidur


0-1 bulan Bayi baru lahir 14-18 jam/hari
1-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari
18 bulan-3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari
6-12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
7
Umur Tingkat perkembangan Jumlah kebutuhan tidur
12-18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18-40 tahun Masa dewasa 7-8 jam/hari
40-60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari
60 tahun keatas Masa dewasa tua 6 jam/hari

H. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tidur


Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur,di
antaranya adalah penyakit, lingkungan, kelelahan, gaya hidup, stress emosional,
stimulan dan alcohol, diet, merokok, dan motivasi.
1). Penyakit.
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat menyebabkan
gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang lebih
banyak daripada biasanya.di samping itu, siklus bangun-tidur selama sakit juga
dapat mengalami gangguan. Banyak penyakit yang dapat memperbesar
kebutuhan tidur, seperti penyakit yang disebabkan oelh infeksi, terutama
infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan dengan keletihan, sehingga penderitanya
membutuhkan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasinya. Banyak juga
keadaan sakit yang menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak bisa tidur.
2). Lingkungan.
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak
adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat
upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi yang
buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring waktu
individu bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.
3). Latihan dan Kelelahan.
Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih bayak tidur
untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal tersebut
terlihat pada seseorang yang telah melakukan aktivitas dan mencapai
kelelahan. Dengan demikian, orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur
karena tahap tidur gelombang lambatnya (NREM) diperpendek.
4). Gaya hidup.
Seseorang yang jam kerjanya bergeser dan sering kali berganti jam kerja harus
mengatur aktivitas untuk siap tertidur di saat yang tepat. Olahraga sedang
biasanya kondusif untuk tidur, tetapi olahraga berlebihan dapat memperlambat
8
tidur. Kemampuan seseorang untuk relaks sebelum istirahat adalah faktor
terpenting yang mempengaruhi kemampuan untuk tertidur.
5). Stress emosional.
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. kondisi ansietas
dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah melalui stimulasi system saraf
simpatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV
dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
6). Stimulan dan alkohol.
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang sistem
saraf pusat, sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi
alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh
alkohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk. Orang yang
toleran terhadap alkohol mungkin tidak mampu tidur dengan baik dan
akibatnya menjadi mudah marah.
7). Diet
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya
terjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan dengan
peningkatan total tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari. L-
triptofan dalam makanan misalnya, keju dan susu dapat menginduksi tidur,
sebuah bukti yang mungkin dapat menjelaskan mengapa susu hangat
membantu seseorang untuk tidur.
8). Merokok
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh.
Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di
malam hari.
9). Medikasi.
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Hipnotik
dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, metabloker dapat
menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (mis; meperidin
hidroklorida (demerol) dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan
menyebabkan seringnya terjaga di malam hari. Obat penenang mempengaruhi
tidur REM. Amfetamin dan antidepresan menurunkan tidur REM secara tidak
normal. Seorang klien yang putus dari setiap obat-obatan ini mendapatkan

9
lebih banyak tidur REM dibandingkan biasanya dan akibatnya dapt mengalami
mimpi buruk yang mengganggu.
10). Motivasi.
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah
seseorang. Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk
terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk.

I. Masalah Kebutuhan Tidur


 INSOMNIA
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu
dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental
seperti perasaan gundah atau gelisah.

Ada tiga jenis insomnia:


1. Insomnia inisial yaitu kesulitan untuk memulai tidur.
2. Insomnia intermiten yaitu kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya
terjaga.
3. Insomnia terminal yaitu bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.

 PARASOMNIA
Masalah tidur yang lebih banyak terjadi pada anak-anak :
 Night terrors dan mimpi buruk
 Somnambulisme (tidur sambil jalan)
 Bruksisme (mengadu atau menggeretukkan gigi-gigi)
 Enuresis Nocturnal (ngompol dimalam hari)

 HYPERSOMNIA
Gangguan ini adalah kebalikan dari insomnia. Hipersomnia adalah kegiatan tidur
yang melebihi normal/lebih dari 9 jam pada malam hari. Seringkali penderita
dianggap memiliki gangguan jiwa atau malas. Meskipun penderita tidur
melebihi ukuran normal, namun mereka selalu merasa letih dan lesu sepanjang
hari. Namun gangguan ini tidaklah terlalu serius dan dapat diatasi sendiri oleh
penderita dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen diri.
10
 SLEEP APNEA
Adalah pernafasan yang terhenti pada waktu-waktu tertentu selama tidur.
Gangguan ini dapat akibat pembesaran tonsil, kebiasaan mendengkur, kelainan
bentuk rahang sehingga proses ventilasi menjadi terganggu.

 NARKOLEPSI
Adalah perasaan ingin tidur yang tidak dapat dikendalikan.
Penderita narkolepsi dapat tidur dalam keadaan berdiri, menyetir maupun sedang
diajak bicara. Sering diakibatkan oleh rasa malas, kebiasaan mabuk, rusaknya
sistem sentral.

J. Askep Gangguan Tidur


1. Pengakajian
Riwayat tidur:
a. Kaji kebiasaan pola tidur klien, bed time ritual (aktivitas untuk meningkatkan
tidur seperti membaca, minum susu dll), kuantitas dan kualitas tidur, apakah
menggunakan obat tidur, kaji lingkungan / ruang tidur.
b. Kaji dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari : apakah merasa segar
setelah tidur, apa yang terjadi jika kurang tidur.
c. Gangguan tidur / faktor-faktor kontribusi : jenis gangguan tidur, kapan
masalah tidur mulai terjadi
Pemeriksaan fisik:
a. Kaji penampilan wajah klien, adakah lingkaran hitam disekitar mata, mata
sayu, konjungtiva merah, kelopak mata bengkak, wajah terlihat kusut dan
lelah.
b. Kaji perilaku klien : cepat marah, gelisah, perhatian menurun, bicara lambat,
postur tubuh tidak stabil.
c. Kaji kelelahan fisik, fatique, letargi
Pemeriksaan diagnostik / penunjang :
a. EEG/ Electroencephalogram : untuk aktivitas listrik otak
b. EOG/ Electrooculogram : mengukur gerakan mata
c. EMG/ Electromiogram : pengukuran tonus otot
EEG, EOG dan EMG direkam secara bersamaan

11
d. Saturasi O2 (ditentukan dengan pemantauan oksimeter nadi) dan ECG
(Electrocardiogram) untuk mengetahui adanya sleep apnea (apnea tidur).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan :
- Ketidaknyamanan fisik atau nyeri
- Kondisi psikologis : cemas, kehilangan orang yang dicintai
- Perubahan lingkungan
- Penggunaan obat-obatan : alkohol, kafein
Gangguan pola tidur dapat juga dinyatakan sebagai etiologi dari diagnosis lain,
pada kasus tersebut intervensi keeprawatan ditujukan untuk mengatasi gangguan
tidur itu sendiri. Contohnya adalah sebagai berikut :
b. Risiko cedera yang berhubungan dengan somnambulisme
c. Ketidakefektifan koping yang berhubungan dengan kualitas dan kuantitas
tidur yang cukup
d. Keletihan yang berhubungan dengan insomnia
e. Risiko gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan apnea tidur
f. Defisiensi pengetahuan (obat-obatan yang dijual bebas untuk insomnia)
yang berhubungan dengan kesalahan informasi
g. Gangguan proses pikir yang berhubungan dengan insomnia kronik
h. Ansietas yang berhubungan dengan apnea tidur dan ancaman kematian
i. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan deprivasi tidur.

3. Perencanaan
Perencanaan meliputi upaya-upaya yang mendorong memperoleh tidur yang
adekuat.
Tujuan : klien mampu mempertahankan pola bangun-tidur yang adekuat dengan
kriteria hasil :
1. Klien dapat tertidur 30 menit dari waktu pergi tidur
2. Klien dapat tidur selama 6 jam tanpa terbangun
3. Klien menyatakan lebih segar setelah bangun tidur
4. Klien menunjukkan tehnik relaksasi menjelang tidur

12
Intervensi Keperawatan :
1. How to reduce enviromental distraction
2. Tutup pintu kamar
3. Berikan musik yang lembut
4. Kurangi pencahayaan / berikan lampu tidur
5. Kurangi stimulus
6. Tutup korden, lepaskan kawat telepon
7. Safety measure for sleep
8. Gunakan lampu tidur, posisikan tempat tidur rendah
9. Letakkan bel yang mudah dijangkau
10. Bila klien memakai IV line ( infus) gunakan salng yang panjang
11. Supporting bed time ritual
12. Berikan makanan dan minuman yang dapat membantu tidur
13. Beri kesempatan klien untuk melakukan rutinitas hygiene
14. Beri kesempatan mendengarkan musik, fasilitasi anak untuk mendengarkan
dongeng atau cerita/mainan tertentu
15. Promoting comfort and relaxation
16. Berikan pakaian yang longgar, linen yang bersih dan lembut
17. Beri kesempatan klien untuk BAB/BAK sebelum tidur
18. Berikan posisi yang nyaman
19. Administering sleep medication
20. Apabila klien dengan nyeri, berikan analgesik 30 menit sebelum tidur
21. Berikan bronkodilator pada klien dengan gangguan pernafasan
22. Client teaching
23. Anjurkan klien mengkonsumsi makanan tinggi protein sebelum tidur
24. Hindari kafein dan alkohol
25. Ajarkan relaksasi sebelum tidur
26. Ajarkan klien untuk mengatur pola tidur-bangun yang teratur
27. Jika klien tidur siang lakukan pada waktu dan jumlah yang sama

4. Implementasi
a. Tindakan keperawatan pada orang dewasa :
1) Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi masalah tidur

13
a) Bila terjadi pada pasien rawat inap, masalah tidur dihubungkan
dengan lingkungan rumah sakit, maka:
 Libatkan pasien dalam pembuatan jadwal aktivitas
 Berikan obat analgesik sesuai program terapi
 Berikan lingkungan yang suportif
 Jelaskan dan berikan dukungan pada pasien agar tidak takut dan
cemas
b) Bila faktor insomnia, maka:
 Anjurkan pasien memakan makanan yang berprotein tinggi
sebelum tidur
 Anjurkan pasien tidur pada waktu sama dan hindari tidur pada
waktu siang dan sore hari.
 Anjurkan pasien tidur saat mengantuk
 Anjurkan pasien menghindari kegiatan yang membangkitkan
minat sebelum tidur.
 Anjurkan pasien menggunakan teknik pelepasan otot serta
meditasi sebelum tidur.
c) Bila terjadi somnambulisme, maka:
 Berikan rasa aman pada diri pasien
 Bekerjasama dengan diazepam dalam tindakan pengobatan
 Cegah timbulnya cedera
d) Bila terjadi enuresis, maka:
 Anjurkan pasien mengurangi minum beberapa jam sebelum tidur
 Anjurkan pasien melakukan pengosongan kandung kemih
sebelum tidur
 Bangunkan pasien pada malam hari untuk buang air kecil
e) Bila terjadi narkolepsi, maka:
 Berikan obat kelompok amfetamin/kelompok metilfenidat(ritalin)
untuk mengendalikan narkolepsi.
2) Mengurangi distraksi lingkungan dan hal yang mengganggu tidur :
 Tutup pintu kamar pasien
 Pasang kelambu/gorden tempat tidur
 Matikan pesawat telepon
14
 Bunyikan musik yang lembut
 Redupkan atau matikan lampu
 Kurangi jumlah stimulus
 Tempatkan pasien dengan kawan sekamar yang cocok
3) Meningkatkan aktivitas pada siang hari :
 Buat jadwal aktivitas yang dapat menolong pasien
 Usahakan pasien tidak tidur pada siang hari
4) Membuat pasien untuk memicu tidur :
 Anjurkan pasien mandi sebelum tidur
 Anjurkan pasien minum susu hangat
 Anjurkan pasien membaca buku
 Anjurkan pasien menonton televisi
 Anjurkan pasien menggosok gigi sebelum tidur
 Anjurkan pasien membersihkan muka sebelum tidur
 Anjurkan pasien membersihkan tempat tidur
5) Mengurangi potensial cedera sebelum tidur
 Gunakan cahaya lampu malam
 Posisikan tempat tidur yang rendah
 Letakkan bel dekat pasien
 Ajarkan pasien untuk meminta bantuan
 Jika pasien menggunakan selang drainase maka gantungkan di
tempat tidur dan ajarkan bagaiman cara memindahkannya.
6) Memberi pendidikan kesehatan dan rujukan
 Ajarkan rutinitas jadwal tidur di rumah
 Ajarkan pentingnya latihan regular kurang lebih ½ jam
 Jelaskan bahwa obat hipnotik tidak boleh digunakan untuk jangka
waktu yang lama karena berisiko terhadap terjadinya toleransi obat.
 Lakukan rujukan segera bila terjadi gangguan tidur kronis
 Untuk wanita hamil ajarkan untuk tidak berdiri jika mampu duduk
lalu tinggikan kaki ketika duduk serta jangan duduk jika bisa tidur
kemudian sesuaikan jadwal untuk bisa tidur siang.
b. Tindakan keperawatan pada anak:

15
1) Masa neonatus dan bayi
 Beri sprei kering dan tebal untuk menutupi perlak
 Hindarkan pemberian bantal yang terlalu banyak
 Atur suhu ruangan menjadi 180 – 210 C pada malam dan 15,50 -180 C
pada siang.
 Berikan cahaya lampu yang lembut
 Yakinkan bayi merasa nyaman dan kering
 Berikan aktivitas yang tenang sebelum menidurkan bayi.
2) Masa anak
 Berikan kebiasaan waktu tidur malam dan siang secara konsisten
 Tempel jadwal tidur
 Berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur
 Dukung aktivitas “pereda ketegangan” seperti bercerita
3) Masa sebelum sekolah
 Berikan kebiasaan waktu tidur malam dan siang secara konsisten
 Tempel jadwal tidur
 Berikan aktivitas yang tenang sebelum tidur
 Dukung aktivitas “pereda ketegangan” seperti bercerita
 Sering perlihatkan ketergantungan selama menjelang tidur
 Berikan rasa aman dan nyaman
4) Masa sekolah
 Mengingatkan waktu istirahat dan tidur karena umumnya pada anak
usia sekolah banyak memiliki aktivitas.
5) Masa remaja
 Usia ini sering memerlukan waktu sebelum tidur, cukup lama untuk
berias dan membersihkan diri.
6) Tindakan keparawatan pada masa dewasa (muda, paruh baya dan tua)
 Bantu melepaskan ketegangan sebelum tidur : berikan hiburan,
kurangi rasa nyeri, dan bersihkan tempat tidur.
 Membuat lingkungan menjadi aman serta dekat dengan perawat:
 Berikan selimut sehingga tidak kedinginan
 Anjurkan pasien latihan relaksasi
 Berikan makan ringan atau susu hangat sebelum tidur
16
 Berikan obat sedatif sesuai program terapi kolaboratif
 Bantu pasien mendapatkan posisi tidur yang nyaman
5. Evaluasi
a. Klien menggunakan terapi relaksasi setiap makan malam sebelum pergi
tidur dengan meminta klien melaporkan keberhasilan tidur dan tetap tidur.
b. Klien melaporkan perasaan nyaman setelah terbangun di pagi hari dengan
meminta klien melaporkan keberhasilan tidur dan tetap tidur.
c. Klien melaporkan dapat menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan dalam 4
minggu dengan mengobservasi ekspresi dan perilaku nonverbal pada saat
klien terjaga.
d. Pola tidur normal untuk masa anak adalah 11-12 jam /hari terpenuhi, masa
sekolah 10 jam/hari terpenuhi, masa remaja 7-8 jam/hari terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.A. Alimul, 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.

Kozier, et.al., 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, proses &
praktik, Ed. 7, Vol 1. Alih Bahasa: Esti Wahyuningsih dkk, Editor. Dwi
Widiarti, dkk. Jakarta : EGC.

Potter, PA & Perry, AG. 1997. Fundamental of Nursing: concepts, process, and
practice. St. Louis : Mosby.

Tarwoto & Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.

17

Anda mungkin juga menyukai