Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehilangan dan kematian adalah peristiwa dari pengalaman manusia yang
bersifat universal dan unik secara individual. Hidup adalah serangkaian
kehilangan dan pencapaian. Seorang anak yang mulai berjalan mencapai
kemandiriannya dengan mobilitas. Seorang lansia dengan perubahan visual
dan pendengaran mungkin kehilangan keterandalan dirinya.

Kematian suatu bagian kehidupan yang tak dapat dihindari dan bagian yang
paling sulit untuk diterima. Setiap orang meninggal dengan unit dan oleh
karenanya harus dirawat secara unit, karena itu perawat harus
mengembangkan dan mempertahankan hubungan kebutuhan-perseptif positif
dengan pasien dan keluarga yang akan memungkinkan pasien meninggal
dalam keadaan nyaman dan dengan terhormat.

Manusia dapat mengantisipasi kematian. Hal ini dapat menyebabkan banyak


reaksi termasuk ansietas, perencanaan, menyangkal, mencintai, kesepian,
pencapaian, dan kurang pencapaian. Kematian dapat merupakan suatu
pengalaman yang luar biasa sehingga dapat mempengaruhi seseorang
menjelang ajal dan keluarga, teman, dan pemberi asuhan mereka. Cara
seseorang meninggal mencerminkan gaya kehidupan orang tersebut, latar
budaya keluarga, keyakinan, dan sikap tentang kehidupan dan kematian.

Pada Bab Mata Kuliah ini akan dipelajari mengenai tahapan menjelang ajal
dan kematian serta peran perawat atau konsiderasi perawat pada setiap tahap
atau fase tersebut, serta melakukan simulasi atau role play pengkajian fisik
menjelang ajal, saat kematian dan setelah kematian pada pasien.

B. Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam Bab Mata Kuliah ini adalah:
1. Memahami tentang tahapan menjelang ajal/ kematian.

1
2. Memahami dan mampu mengaplikasikan pengkajian fisik menjelang ajal,
saat kematian dan setelah kematian.

2
BAB II
TOPIK SKILL LAB

A. PERAWATAN TERMINAL
1. Definisi
Keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit di mana menurut akal sehat
tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat
disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan.

2. Tujuan
Ketika tidak mungkin untuk mencegah pasien meninggal, dan perawatan
medis tidak mungkin lagi atau tidak lagi bermanfaat, perawat memberikan
perawatan penunjang pada pasien dan keluarga. Tujuan utama perawatan
ini adalah untuk :
a. Mempertahankan pasien nyaman dan bebas nyeri
b. Membuat hari-hari akhir pasien sebaik mungkin untuk pasien maupun
keluarga, dengan sedikit mungkin penderitaan
c. Membantu pasien meninggal dengan damai
d. Memberikan kenyamanan bagi keluarga

Penting bagi perawat yang merawat pasien menjelang ajal menyadari


perasaan merekan sendiri tentang kematian dan tentang pasien mereka.
Sulit untuk melihat orang yang telah anda rawat meninggal. Khususnya
sulit bila anak atau orang muda yang meninggal. Maka dari itu kita sebgai
perawat perlu saling memberi kenyamanan dan mendukung dalam
perawatan terhadap orang menjelang ajal.

3. Indikasi
Perawatan terminal ditujukan bagi pasien-pasien sekarat, yang semakin
mendekati ajal atau kematian, yang secara logis tidak akan sembuh.

3
B. SEKARAT (DYING) DAN KEMATIAN (DEATH)
Sekarat (dying) merupakan suatu kondisi pasien saat sedang menghadapi
kematian, yang memiliki berbagi hal dan harapan tertentu untuk meninggal.
Kematian secara klinis merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan
tekanan darah serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai
dengan aktivitas listrik otak terhenti. Dengan perkataan lain, kematian
merupakan kondisi terhentinya fungsi jantung, paru-paru, dan kerja otak
secara menetap. Sekarat dan kematian memiliki proses atau tahapan yang
sama seperti pada kehilangan dan berduka. Tahapan tersebut sesuai dengan
tahapan Kubler-Ross, yaitu diawali dengan penolakan, kemarahan, tawar-
menawar, depresi dan penerimaan.

1. Tahapan menjelang ajal


Elisabeth Kubler-Ross, seorang ahli kejiwaan dari Amerika, menjelaskan
secara mendalam respon individu dalam menghadapi kematian. Secara
umum ia membedakan respon tersebut menjadi lima fase, yaitu
penyangkalan dan isolasi, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
Berdasarkan pandangannya, Kubler-Ross menyatakan bahwa respon
tersebut.
a. Tidak selamanya berurutan secara tetap
b. Dapat tumang tindih
c. Lama tiap tahap bervariasi
d. Perlu perhatian perawat secara penuh dan cermat.

2. Ada lima fase menjelang kematian menurut Kubler-Ross:


a. Penyangkalan dan isolasi. Karakteristiknya antara lain:
1) Menunjukkan reaksi penyangkalan secara verbal, “ tidak, bukan
saya. Itu tidak mungkin.”
2) Secara tidak langsung pasien ingin mengatakan bahwa maut
menimpa semua orang kecuali dia.
3) Merepresi kenyataan.
4) Mengisolasi diri dari kenyataan.
5) Tidak memperhatikan fakta-fakta yang dijelaskan padanya.
6) Mensupresi kenyataan.

4
7) Meminta penguatan dari orang lain untuk penolakannya.
8) Gelisah dan cemas.

Tugas perawat pada tahap ini adalah:


1) Membina hubungan saling percaya
2) Memberikan kesempatan pada klien untuk mengekspresikan dirinya
3) Melakukan dialog di saat klien siap, dan menghentikannya ketika
klien tidak mampu menghadapi kenyataan
4) Mendengarkan klien dengan penuh perhatian

b. Marah, karakteristiknya antara lain:


1) Mengekspresikan kemarahan dan permusuhan.
2) Menunjukkan kemarahan, kebencian, perasaan gusar, dan cemburu.
3) Emosi tidak terkendali.
4) Apapun yang dilihat atau dirasa akan menimbulkan keluhan pada
diri individu.
5) Menyalahkan takdir
6) Kemungkinan akan mencela setiap orang dan segala hal yang
berlaku.

Tugas perawat adalah:


1) Menerima kondisi klien.
2) Berhati-hati dalam memberikan penilaian, mengenali kemarahan dan
emosi yang tidak terkendali.
3) Membiarkan klien mengungkapkan kemarahannya.
4) Menjaga agar tidak terjadi kemarahan dekstruktif dan melibatkan
keluarga.

c. Tawar-menawar. Karakteristiknya antara lain:


1) Kemarahan mulai mereda
2) Melakukan tawar-menawar/barter, misalnya untuk menunda
kematian.
3) Mempunyai harapan dan keinginan
4) Terkesan sudah menerima kenyataan

5
5) Berjanji pada tuhan untuk menjadi manusia yang lebih baik
6) Cenderung membereskan segala urusan

Tugas perawat adalah: sedapat mungkin berupaya agar keinginan klien


terpenuhi

d. Depresi. Karakteristiknya antara lain:


1) Mengalami proses berkabung karena dulu ditinggalkan dan sekarang
akan kehilangan nyawa sendiri.
2) Cenderung tidak banyak bicara, sering menangis.
3) Klien berada pada proses kehilangan segala hal yang ia cintai.

Tugas perawat adalah:


1) Duduk tenang disamping klien.
2) Memberikan klien kesempatan untuk mengungkapkan perasaanya.
3) Tidak terus-menerus memaksa klien melihat sisi terang suatu
keadaan.
4) Memberi dukungan dan perhatian pada klien (misalnya, sentuhan
tangan dan usapan pada rambut).

e. Penerimaan. Karakteristiknya antara lain:


1) Mampu menerima kenyataan
2) Merasakan kedamaian dan ketenangan.
3) Respon verbal “ biarlah maut cepat mengambilku, karena aku sudah
siap.”
4) Merenungkan saat-saat akhir dengan pengharapan tertentu.
5) Sering merasa lelah dan memerlukan tidur lebih banyak.
6) Tahap ini bukan tahap yang bahagia, namun lebih mirip perasaan
yang hampa.

6
Tugas perawat adalah:
1) Mendampingi klien
2) Menenangkan klien dan meyakinkannya bahwa Anda akan
mendampinginya sampai akhir.
3) Membiarkan klien mengetahui perihal yang terjadi pada dirinya.

Upaya yang dapat perawat lakukan ketika klien melalui kelima tahap
tersebut adalah menjadi katalisator agar klien dapat mencapai tahap
akhir. Upaya tersebut antara lain dilakukan dengan mengenali dan
memenuhi kebutuhan klien, mendorong dan memberikan klien
kesempatan untuk berbicara dan mengungkapkan emosinya secara
bebas, selalu siap membantu klien, dan menghormati perilaku klien.

3. Tanda-tanda kematian
Tanda-tanda kematian terbagi dalam tiga tahap, yakni menjelang
kematian,saat kematian, dan setelah kematian.
a. Mendekati kematian. Tanda-tanda fisik menjelang kematian meliputi:
1) Penurunan tonus otot
a) Gerakan ekstremitas berangsur-angsur menghilang, khususnya
pada kaki dan ujung kaki
b) Sulit berbicara
c) Tubuh semakin melemah
d) Aktivitas saluran pencernaan menurun sehingga perut membuncit
e) Otot rahang dan muka mengendur
f) Rahang bawah cenderung turun
g) Sulit menelan, refleks gerakan menurun
h) Mata sedikit terbuka
2) Sirkulasi melemah
a) Suhu tubuh pasien tinggi, tetapi kaki, tangan, dan ujung hidung
pasien terasa dingin dan lembab
b) Kulit ekstremitas dan ujung hidung tampak kebiruan, kelabu, atau
pucat
c) Nadi mulai tidak teratur, lemah dan cepat
d) Tekanan darah menurun

7
e) Peredaran darah perifer terhenti
3) Kegagalan fungsi sensorik
a) Sensasi nyeri menurun atau hilang
b) Pandangan mata kabur/berkabut
c) Kemampuan indera berangsur-angsur menurun
d) Sensasi panas, lapar, dingin dan tajam menurun
4) Penurunan /kegagalan fungsi pernapasan
a) Mengorok (death rattle)/ bunyi napas terdengar kasar
b) Pernapasan tidak teratur dan berlangsung melalui mulut
c) Pernapasan Cheyne Stokes

b. Saat kematian
1) Terhentinya pernapasan, nadi, tekanan darah, dan fungsi otak (tidak
berfungsinya paru, jantung dan otak)
2) Hilangnya respon terhadap stimulus eksternal
3) Hilangnya kontrol atas sfingter kandung kemih dan rectum
(inkontinensia) akibat peredaran darah yang terhambat; kaki dan
ujung hidung menjadi dingin.
4) Hilangnya kemampuan pancaindera; hanya indera pendengaran yang
paling lama dapat berfungsi
5) Adanya garis datar pada mesin elektroensefalografi menunjukkan
terhentinya aktivitas listrik otak untuk penilaian pasti suatu
kematian.

c. Setelah kematian. Fase ini ditandai dengan:


1) Livor mortis (lebam mayat)
Merupakan bercak merah-ungu (livide) pada bagian terbawah tubuh
karena penumpukan eritrosit pada lokasi terenda akibat pengaruh
gravitasi, kecuali bagian tubuh ynang tertekan alas keras. Mulai
tampak 20-30 menit pascamati, makin lama makin luas dan lengkap,
akhirnya menetap setelah 8-12 jam.
2) Rigor mortis (kaku mayat)
Terjadi bila cadangan glikogen dalam otot habis maka energy tidak
terbentuk dan aktin-miosin menggumpal sehingga otot menjadi

8
kaku. Pemeriksaan kaku mayat dilakukan pada persendian, mulai
tampak 2 jam setelah mati klinis, arahnya sentripetal(dari luar ke
dalam), menjadi lengkap dalam 12 jam, dipertahankan selama 12
jam, kemudian menghilang sesuai urutan terbentuknya. 7
Faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat diantaranya
aktivitas fisik prakematian, suhu tubuh yang tinggi, tubuh kurus,
suhu lingkungan tinggi. Kaku mayat merupakan tanda pasti
kematian dan dapat digunakan untuk menentukan saat kematian.
3) Algor mortis (penurunan suhu tubuh)
Terjadi karena proses pemindahan panas dari tubuh yang panas ke
lingkungan yang lebih dingin dengan cara radiasi, konduksi,
evaporasi, dan konveksi. Penurunan suhu tubuh lebih cepat terjadi
pada suhu sekeliling yang rendah, lingkungan berangin dengan
kelembaban rendah, tubuh kurus, posisi telentang, tidak
berpakaian/tipis, umumnya orang tua dan anak kecil. Berguna untuk
penghitungan saat kematian.
4) Dekomposisi (pembusukan)
Merupakan proses degradasi jaringan akibat autolysis dan kerja
bakteri. Pembusukan mulai tampak kira-kira 24 jam pascamati
berupa perubahan warna kehijauan pada perut kanan bawah yang
secara bertahap menyebar ke seluruh perut dan dada, menyertai
terciumnya bau busuk. Pembuluh darah bawah kulit akan melebar,
hijau kehitaman, kemudian kulit ari terkelupas/menggelembung,
lama-lama gas menyebabkan pembengkakan tubuh menyeluruh,
terutama pada jaringan longgar. Rambut dan kuku mudah dicabut,
seluruh wajah membengkak warna ungu kehijauan. Kira-kira 36-48
jam pascamati akan dijumpai larva lalat.
5) Adiposera (lilin mayat)
Adalah perubahan postmortem berupa terbentuknya bahan yang
berwarna keputihah, lunak, atau berminyak, berbau tengik dalam
jaringan lunak tubuh pascamati. Terbebtuk di sembarang lemak
tubuh, tetapi lemak superficial yang pertama kali terkena. Adiposera
akan membuat tubuh utuh hingga bertahun-tahun sehingga

9
identifikasi mayat dan luka masih dapat dilakukan lama setelah
kematian.
6) Mumifikasi
Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat
sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat
menghentikan pembusukan. Jaringan berubah menjadi keras dan
kering, keriput, gelap, dan tidak membusuk. Terjadi pada suhu
hangat, kelembaban rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang
dehidrasi dan waktu yang lama (12-14) minggu.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anshul. 2008. Perawatan Pasien Sekarat. In www.sweetadvice02.blogspot.com. Last


Update 20 Oktober 2009 Diposkan oleh Mustamin Smafy di 19.56 (diakses, 20
Maret 2014)

Erik. 2009. Konsep Pasien Terminal. in www.erik-acver-qincai.blogspot.com. Lats


Update 20 Oktober 2009

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3, cet.1 Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius

Mubarak, Wahid Iqbal dan Chayatin, Nurul. 2007. Buku Ajar KDM Teori dan
Aplikasi. Jakarta: EGC

Porter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Vol 1. Jakarta: EGC

Tucker, Susan Martin dkk.1998. Standar Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Wahyuningsih dan Subekti. 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

11
CEKLIST PENGKAJIAN FISIK MENJELANG AJAL, SAAT KEMATIAN
DAN SETELAH KEMATIAN

Skor Penilaian
Tahap No Prosedur
0 1 2
1 Mencuci tangan dan mengeringkannya
2 Berdiri di samping kanan pasien
Pra Interaksi
3 Menjelaskan maksud dan tujuan kepada keluarga pasien
4 Persiapan alat seperti tensimeter, stetoscope dan senter
1 Ucapkan salam dan perkenalkan diri
Identifikasi pasien dengan bertanya kepada keluarga mengenai nama,
2
umur dan tanggal lahir pasien, serta cek gelang identifikasi pasien
Jelaskan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
3
kepada keluarga
Orientasi
4 Kontrak waktu
5 Beri kesempatan kepada keluarga pasien untuk bertanya
6 Minta persetujuan kepada pasien dan keluarga
7 Dekatkan alat kepada pasien
8 Jaga privasi, keamanan dan kenyamanan pasien
Pada pasien yang mendekati kematian (menjelang ajal)
Mengobservasi penurunan tonus otot seperti :
a) Gerakan ekstremitas berangsur-angsur menghilang, khususnya
pada kaki dan ujung kaki
b) Sulit berbicara
Kerja c) Tubuh semakin melemah
1
d) Aktivitas saluran pencernaan menurun sehingga perut membuncit
e) Otot rahang dan muka mengendur
f) Rahang bawah cenderung turun
g) Sulit menelan, refleks gerakan menurun
h) Mata sedikit terbuka
Mengobservasi adanya kelemahan sirkulasi, dengan :
a) Palpasi tubuh pasien untuk menilai suhu tubuh pasien, biasanya
2
tinggi, tetapi kaki, tangan, dan ujung hidung pasien terasa dingin
dan lembab

12
Skor Penilaian
Tahap No Prosedur
0 1 2
b) Observasi warna kulit ekstremitas dan ujung hidung yang
biasanya tampak kebiruan, kelabu, atau pucat
c) Palpasi nadi, dimana nadi mulai tidak teratur, lemah dan cepat
d) Ukur tekanan darah yang cenderung menurun
Observasi kegagalan fungsi sensorik, seperti :
a) Sensasi nyeri menurun atau hilang
3 b) Pandangan mata kabur/berkabut
c) Kemampuan indera berangsur-angsur menurun
d) Sensasi panas, lapar, dingin dan tajam menurun
Observasi penurunan /kegagalan fungsi pernapasan, dengan :
a) Observasi suara nafas tambahan seperti Mengorok (death rattle)/
4
bunyi napas terdengar kasar, pernapasan Cheyne Stokes
b) Observasi pernapasan tidak teratur dan berlangsung melalui mulut
Pada Saat Kematian
1 Observasi berhentinya pernapasan
2 Palpasi nadi, tidak teraba denyutan nadi
3 Ukur tekanan darah, tidak ada bunyi sistole dan diastole
Observasi hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, contoh
4 dekatkan dan jauhkan senter pada pupil mata, akan terlihat midriasis
(melebar)
Kerja Observasi hilangnya kontrol atas sfingter kandung kemih dan rectum
5
(inkontinensia) akibat peredaran darah yang terhambat
6 Raba suhu pada kaki dan ujung hidung yang biasanya menjadi dingin.
Observasi hilangnya kemampuan pancaindera; hanya indera
7
pendengaran yang paling lama dapat berfungsi
Observasi adanya garis datar pada mesin elektroensefalografi
8 menunjukkan terhentinya aktivitas listrik otak untuk penilaian pasti
suatu kematian.
Kerja Setelah Kematian
1 Observasi tanda livor mortis (lebam mayat)
2 Observasi tanda rigor mortis (kaku mayat)

13
Skor Penilaian
Tahap No Prosedur
0 1 2
3 Observasi tanda algor mortis (penurunan suhu tubuh) pada mayat
4 Observasi tanda dekomposisi (pembusukan) pada mayat
5 Observasi tanda adiposera (lilin mayat)
6 Observasi tanda mumifikasi pada mayat
1 Simpulkan hasil kegiatan
Terminasi 2 Interpretasikan hasil pemeriksaan fisik
3 Mengakhiri kegiatan dengan memberi salam kepada keluarga pasien
1 Data (S dan O)
Dokumentasi 2 Action (Tindakan Keperawatan yang dilakukan)
3 Respon (S dan O setelah tindakan)
1 Empati
2 Teliti
Soft Skill
3 Hati-hati
4 Menunjukkan sikap profesional

Note :

0 = tidak dilakukan

1 = dilakukan tidak sempurna

2 = dilakukan sempurna

1. Nilai Prainteraksi s.d Terminasi (Psikomotor dan


Knowledge) = Total skor/66 x 100 =...............
2. Nilai Affektif = Total skor/8 x 100 =................

14

Anda mungkin juga menyukai