Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kehilangan dan kematian adalah peristiwa dari pengalaman manusia
yang bersifat universal dan unik secara individual. Hidup adalah serangkaian
kehilangan dan pencapaian. Seorang anak yang mulai berjalan mencapai
kemandiriannya dengan mobilitas. Seorang lansia dengan perubahan visual
dan pendengaran mungkin kehilangan keterandalan dirinya.
Kematian suatu bagian kehidupan yang takdapat dihindari dan bagian
yang paling sulit untuk diterima. Setiap orang meninggal dengan unit dan
oleh karenanya harus dirawat secara unit; karena itu perawat harus
mengembangkan dan mempertahankan hubungan kebutuhan-perseptif positif
dengan pasien dan keluarga yang akan memungkinkan pasien meninggal
dalam keadaan nyaman dan dengan terhormat.
Manusia dapat mengantisipasi kematian. Hal ini dapat menyebabkan
banyak reaksi termasuk ansietas, perencanaan, menyangkal, mencintai,
kesepian, pencapaian, dan kurang pencapaian. Kematian dapat merupakan
suatu pengalaman yang luar biasa sehingga dapat mempengaruhi seseorang
menjelang ajal dan keluarga, teman, dan pemberi asuhan mereka. Cara
seseorang meninggal mencerminkan gaya kehidupan orang tersebut, latar
budaya keluarga, keyakinan, dan sikap tentang kehidupan dan kematian.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.2.1. Mempelajari tentang tahapan menjelang ajal/ kematian.
1.2.2. Mempelajari tanda-tanda kematian
1.2.3. Mempelajari bagaimana cara merawat jenazah
1.2.4.Mempelajari asuhan keperawatan menjelang ajal dan kematian.
1.2.5.Memahami etika dalam bersikap kepada pasien sekarat dan keluarganya

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Menjelang Ajal atau Terminal

2.1. Pengertian
Keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit di mana menurut akal
sehat tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu
dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan.
2.2.Karakteristik Menjelang Ajal
Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan, yang merupakan proses
menuju akhir. Pengertian sakit gawat adalah suatu keadaan sakit yang tidak
memungkinka lagi untuk sembuh.
Ciri/Tanda menjelang Ajal :
1. Gerakan dan pengindraan menghilang secara berangsur-angsur.
Biasanya dimulai pada anggota badan, khususnya kaki dan ujung
kaki.
2. Gerak peristaltic usus menurun.
3. Badan dingin dan lembap, terutama pada kaki, tangan, dan ujung
hidungnya.
4. Kulit tampak pucat, berwarna kebiruan / kelabu.
5. Denyut nadi mulai tidak teratur.
6. Nafas mendengkur berbunyi keras (stidor) yang disebabkan oleh
adanya lender pada saluran pernafasan yang tidak dapat dikeluarkan
oleh klien lanjut usia.
7. Tekanan darah menurun.
8. Terjadi gangguan kesadaran (ingatan menjadi kabur).

Penyebab kematian:
2.2.1. Penyakit
a. Keganasan (karsinoma hati, paru, mammae).
b. Penyakit kronis, misalnya:

2
1. CVD (cerebrovascular diseases)
2. CRF (chronic renal failure (gagal ginjal))
3. Diabetes militus (ganggua)
4. MCI (myocard infarct (gangguan kardiovaskuler) )
5. COPD (chronic obstruction pulmonary diseases)
2.2.2 .Kecelakaan (hematoma epidural)

2.3. Tujuan
Ketika tidak mungkin untuk mencegah pasien meninggal, dan
perawatan medis tidak mungkin lagi atau tidak lagi bermanfaat, perawat
memberikan perawatan penunjang pada pasien dan keluarga. Tujuan
utama perawatan ini adalah untuk :
a. Mempertahankan pasien nyaman dan bebas nyeri
b. Membuat hari-hari akhir pasien sebaik mungkin untuk
pasien maupun keluarga, dengan sedikit mungkin
penderitaan
c. Membantu pasien meninggal dengan damai
d. Memberikan kenyamanan bagi keluarga
Penting bagi perawat yang merawat pasien menjelang ajal menyadari
perasaan merekan sendiri tentang kematian dan tentang pasien mereka.
Sulit untuk melihat orang yang telah anda rawat meninggal. Khususnya
sulit bila anak atau orang muda yang meninggal. Maka dari itu kita sebgai
perawat perlu saling memberi kenyamanan dan mendukung dalam
perawatan terhadap orang menjelang ajal.

2.4. Tahapan menjelang ajal


Secara umum ia membedakan respon tersebut menjadi lima fase,
yaitu penyangkalan dan isolasi, marah, tawar-menawar, depresi dan
penerimaan. Berdasarkan pandangannya, Kubler-Ross menyatakan
bahwa respon tersebut.
a. Tidak selamanya berurutan secara tetap
b. Dapat tumang tindih
c. Lama tiap tahap bervariasi
d. Perlu perhatian perawat secara penuh dan cermat.

3
Ada lima fase menjelang ajal, Kubler - Ross
1. Denial (Penyangkalan dan isolasi. Karakteristiknya antara lain:
a. Menunjukkan reaksi penyangkalan secara verbal, “ tidak, bukan
saya. Itu tidak mungkin.”
b. Secara tidak langsung pasien ingin mengatakan bahwa maut
menimpa semua orang kecuali dia.
c. Merepresi kenyataan
d. Mengisolasi diri dari kenyataan
e. Tidak memperhatikan fakta-fakta yang dijelaskan padanya.
f. Mensupresi kenyataan
g. Meminta penguatan dari orang lain untuk penolakannya
h. Gelisah dan cemas
Tugas perawat pada tahap ini adalah:
a. Membina hubungan saling percaya
b. Memberikan kesempatan pada klien untuk mengekspresikan
dirinya
c. Melakukan dialog di saat klien siap, dan menghentikannya
ketika klien tidak mampu menghadapi kenyataan
d. Mendengarkan klien dengan penuh perhatian

2. Anger (Marah), karakteristiknya antara lain:


a. Mengekspresikan kemarahan dan permusuhan.
b. Menunjukkan kemarahan, kebencian, perasaan gusar
c. Emosi tidak terkendali.
d. Menyalahkan takdir
e. Kemungkinan akan mencela setiap orang dan segala hal yang
berlaku.
Tugas perawat pada tahap ini adalah:
a. Menerima kondisi klien.
b. Berhati-hati dalam memberikan penilaian, mengenali
kemarahan dan emosi yang tidak terkendali.
c. Membiarkan klien mengungkapkan kemarahannya.

3. Bargaining (Tawar-menawar). Karakteristiknya antara lain:


a. Kemarahan mulai mereda
b. Melakukan tawar-menawar/barter, misalnya untuk menunda
kematian.
c. Mempunyai harapan dan keinginan
d. Terkesan sudah menerima kenyataan

4
e. Berjanji pada tuhan untuk menjadi manusia yang lebih baik
f. Cenderung membereskan segala urusan
Tugas perawat pada tahap ini adalah:
a. Sedapat mungkin berupaya agar keinginan klien terpenuhi

4. Depression (Depresi). Karakteristiknya antara lain:


a. Mengalami proses berkabung karena dulu ditinggalkan dan
sekarang akan kehilangan nyawa sendiri.
b. Cenderung tidak banyak bicara, sering menangis.
c. Klien berada pada proses kehilangan segala hal yang ia cintai.

Tugas perawat pada tahap ini adalah:


a. Duduk tenang disamping klien.
b. Member klien kesempatan untuk mengungkapkan
perasaanya.
c. Tidak terus-menerus memaksa klien melihat sisi terang suatu
keadaan.
d. Memberi dukungan dan perhatian pada klien (misalnya,
sentuhan tangan dan usapan pada rambut) .

5. Acceptance (Penerimaan). Karakteristiknya antara lain:


a. Mampu menerima kenyataan
b. Merasakan kedamaian dan ketenangan.
c. Respon verbal “ biarlah maut cepat mengambilku, karena aku
sudah siap.”
d. Merenungkan saat-saat akhir dengan pengharapan tertentu.
e. Sering merasa lelah dan memerlukan tidur lebih banyak.

Tugas perawat pada tahap ini adalah:


a. Mendampingi klien
b. Menenangkan klien dan meyakinkannya bahwa Anda akan
mendampinginya sampai akhir.
c. Membiarkan klien mengetahui perihal yang terjadi pada dirinya.

Upaya yang dapat perawat lakukan ketika klien melalui


kelima tahap tersebut adalah menjadi katalisator agar klien dapat
mencapai tahap akhir. Upaya tersebut antara lain dilakukan dengan
mengenali dan memenuhi kebutuhan klien, mendorong dan
memberikan klien kesempatan untuk berbicara dan mengungkapkan

5
emosinya secara bebas, selalu siap membantu klien, dan menghormati
perilaku klien.

B. Kematian

2.5. SEKARAT (DYING) DAN KEMATIAN (DEATH)


Sekarat (dying) merupakan suatu kondisi pasien saat sedang menghadapi
kematian, yang memiliki berbagi hal dan harapan tertentu untuk
meninggal. Kematian secara klinis merupakan kondisi terhentinya
pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta hilangnya respon terhadap
stimulus eksternal, ditandai dengan aktivitas listrik otak terhenti. Dengan
perkataan lain, kematian merupakan kondisi terhentinya fungsi jantung,
paru-paru, dan kerja otak secara menetap. Sekarat dan kematian memiliki
proses atau tahapan yang sama seperti pada kehilangan dan berduka.
Tahapan tersebut sesuai dengan tahapan Kubler-Ross, yaitu diawali
dengan penolakan, kemarahan, tawar-menawar, depresi dan penerimaan

2.6. Tanda-tanda kematian dan Setelah Kematian


A. Tanda-tanda fisik kematian meliputi:
a. Terhentinya pernapasan, nadi, tekanan darah, dan fungsi otak
(tidak berfungsinya paru, jantung dan otak)
b. Hilangnya respon terhadap stimulus eksternal
c. Hilangnya kontrol atas sfingter kandung kemih dan rectum
(inkontinensia) akibat peredaran darah yang terhambat; kaki dan
ujung hidung menjadi dingin.
d. Hilangnya kemampuan pancaindera; hanya indera pendengaran
yang paling lama dapat berfungsi
e. Adanya garis datar pada mesin elektroensefalografi
menunjukkan terhentinya aktivitas listrik otak untuk penilaian
pasti suatu kematian.

6
B. Tanda-tanda Setelah kematian. Fase ini ditandai dengan:
a.Livor mortis (lebam mayat)
Merupakan bercak merah-ungu(livide) pada bagian terbawah
tubuh karena penumpukan eritrosit pada lokasi terenda akibat
pengaruh gravitasi, kecuali bagian tubuh ynang tertekan alas keras.
Mulai tampak 20-30 menit pascamati, makin lama makin luas dan
lengkap,akhirnyamenetapsetelah8-12jam. Livor mortis (lebam
mayat)

b. Rigor mortis (Kaku mayat)


Terjadi bila cadangan glikogen dalam otot habis maka energy
tidak terbentuk dan aktin-miosin menggumpal sehingga otot
menjadi kaku. Pemeriksaan kaku mayat dilakukan pada persendian,
mulai tampak 2 jam setelah mati klinis, arahnya sentripetal(dari luar
ke dalam), menjadi lengkap dalam 12 jam, dipertahankan selama 12
jam, kemudian menghilang sesuai urutan terbentuknya. 7
Faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat diantaranya
aktivitas fisik prakematian, suhu tubuh yang tinggi, tubuh kurus,
suhu lingkungan tinggi. Kaku mayat merupakan tanda pasti
kematian dan dapat digunakan untuk menentukan saat kematian.

c.Algor mortis (Penurunan suhu tubuh)


Terjadi karena proses pemindahan panas dari tubuh yang panas ke
lingkungan yang lebih dingin dengan cara radiasi, konduksi,
evaporasi, dan konveksi. Penurunan suhu tubuh lebih cepat terjadi
pada suhu sekeliling yang rendah, lingkungan berangin dengan
kelembaban rendah, tubuh kurus, posisi telentang, tidak
berpakaian/tipis, umumnya orang tua dan anak kecil..

7
d.Dekomposisi (pembusukan)
Merupakan proses degradasi jaringan akibat autolysis dan kerja
bakteri. Pembusukan mulai tampak kira-kira 24 jam pascamati
berupa perubahan warna kehijauan pada perut kanan bawah yang
secara bertahap menyebar ke seluruh perut dan dada, menyertai
terciumnya bau busuk. Pembuluh darah bawah kulit akan melebar,
hijau kehitaman, kemudian kulit ari terkelupas/menggelembung,
lama-lama gas menyebabkan pembengkakan tubuh menyeluruh,
terutama pada jaringan longgar. Rambut dan kuku mudah dicabut,
seluruh wajah membengkak warna ungu kehijauan. Kira-kira 36-48
jam pascamati akan dijumpai larva lalat.

e.Adiposera(lilinmayat)
Adalah perubahan postmortem berupa terbentuknya bahan yang
berwarna keputihah, lunak, atau berminyak, berbau tengik dalam
jaringan lunak tubuh pascamati. Terbebtuk di sembarang lemak
tubuh, tetapi lemak superficial yang pertama kali terkena. Adiposera
akan membuat tubuh utuh hingga bertahun-tahun sehingga
identifikasi mayat dan luka masih dapat dilakukan lama setelah
kematian.

f.Mumifikasi
Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup
cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat
menghentikan pembusukan. Jaringan berubah menjadi keras dan
kering, keriput, gelap, dan tidak membusuk. Terjadi pada suhu
hangat, kelembaban rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang
dehidrasi dan waktu yang lama (12-14) minggu.

2.6. Perawatan Jenazah

8
a.Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis.
b.Singkirkan pakaian.
c. Lepaskan semua alat kesehatan.
d. Bersihkan tubuh dari noda dan kotoran.
e. Tempatkan kedua tangan jenazah di atas abdomen dan ikat pergelangannya
(bergantung dari kepercayaan atau agama)
f. Tempatkan satu bantal di bawah kepala.
g. Tutup kelopak mata, jika tidak ada tutup, bisa menggunakan kapas basah.
h. Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikat dan letakkan gulungan handuk
di bawah dagu.
i. Letakkan alas di bawah glutea.
j. Tutup sampai sebatas bahu, kepala ditutup demgan kain tipis.
k. Catat semua milik pasien dan berikan pada keluarga.
l. Beri kartu atau tanda pengenal.
m. Bungkus jenazah dengan kain panjang.

Perawatan jenazah yang akan diotopsi


a. Ikuti prosedur rumah sakit dan jangan lepas alat kesehatan.
b. Beri label pada pembungkus jenazah.
c. Beri label pada alat protesis yang digunakan.
d. Tempatkan jenazah pada lemari pendingin.

Perawatan terhadap keluarga


a. Dengarkan ekspresi keluarga
b. Beri kesempatan keluarga untuk bersama dengan jenazah beberapa saat.
c. Siapkan ruangan khusus untun berduka.
d. Bantu keluarga untuk membuat keputusan dan perencanaan pada jenazah.
e. Beri dukungan jika terjadi disfungsi berduka.

2.7. ASUHAN KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN KEMATIAN


2.7.1. Pengkajian
Pada kasus ini perawat mengkaji seluruh data baik subjektif maupun objektif
yang berhubungan dengan proses menjelang ajal dan kematian. Ini bisa dipelajari

9
dari tanda-tanda yang muncul dari proses tersebut sesuai dengan tahapannya.
Pengkajian dilakukan secara cermat dengan mengamati tanda-tanda klinis kilen
antara lain:
a. Fisik
Pengkajian fisik meliputi pengkajian menjelang, mendekati, dan saat kematian.
1. Menjelang kematian
Adanya tanda klinis saat menghadapi kematian (sekarat) :
a. Hilangnya tonus otot
b. Relaksasi otot wajah
c. Kesulitan untuk berbicara
d. Kesulitan menelan
e. Penurunan aktifitas gastrointestinal
f. Melemahnya tanda sirkulasi
g. Terjadi sianosis pada ekstremitas
h. Kulit teraba dingin
i. Nadi lambat & lemah
j. Penurunan TD
k. Pernafasan tdk teratur melalui mulut
l. Pandangan kabur
m. Menurunnya tingkat kesadaran

2. Mendekati kematian
Pada tahap ini, manifestasi klinis yang bisa diamati pada klien meliputi:
a. Pupil berdilatasi
b. Refleks menghilang
c. Frekuensi nadi meningkat, kemudian menurun
d. Pernapasan Cheyne Stokes
e. Tidak bisa bergerak
f. Klien mengorok atau bunyi napas terdengar kasar
g. Tekanan darah menurun

10
3. Kematian
Pada tahap ini, manifestasi klinis yang dapat diamati pada klien meliputi:
a. Pernapasan, nadi dan tekanan darah terhenti
b. Hilangnya respon terhadap stimulus eksternal
c. Pergerakan otot sudah tidak ada
d. Pada ensefalogram datar (garis otak) berarti aktivitas listrik otak terhenti

2.7.2. Diagnosis
Serangkaian diagnosis untuk memenuhi kebutuhan psikologis
maupun psikososial dapat diterapkan pada klien yang mendekati kematian,
bergantung pada hasil pengkajiannya. Beberapa diagnosis yang mungkin
sesuai untuk klien tersebut adalah Ketakutan, keputusasan, dan
Ketidakberdayaan.

2.7.3. Perencanaan dan implementasi


1. Ketakutan
Intervensi umum :
a. kaji faktor penyebab
b. kurangi atau hilangkan faktor penyebab
c. dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya
d. beri masukan tentang perasaan yang diungkapkan klien
e. dorong klien untuk menggumakan mekanisme koping yang efektif
f. dorong klien untuk menceritakan masalahnya kepada orang lain
g. dorong klien untuk menghadapi ketakutannya
h. hadirkan suasana yang tidak mengancam secara emosional
i. identifikasi aktivitas yang dapat menyalurkan energy emosionalnya
guna mengurangi ketakutan klien

11
2. Keputusasaan
Intervensi umum:
a. bantu klien mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaanya
b. dengarkan klien dengan saksama dan perlakukan ia sebagai seorang
individu
c. tunjukkan sikap empati agar klien bersedia mengutarakan keraguan,
ketakutan dan kekhawatirannya
d. dorong klien untuk menceritakan bagaimana harapan menjadi
ketidakpastian dalam hidupnya dan saar-saat ketika harapan telah
mengecewakannya
e. bantu klien mengidentifikasi hal-hal yang menyenangkan dan hal-
hal yang mereka anggap sebagai humor
f. bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan
g. bantu klien dalam memecahkan masalah dan mengambil
keputusan
h. hargai klien sebagai pengambil keputusan yang kompeten; hargai
keinginan dan keputusan yang di ambil klien

i. dorong klien menggunakan teknik relaksasi sebelum menghadapi


peristiwa stress yang telah diperkirakan sebelumnya
j. ajarkan klien untuk menjadi manusia yang terbaik hari ini dan
menghargai setiap waktu yang ada
k. libatkan keluaga dan orang-orang terdekat kilen dalam rencana
perawatan
l. hargai dan dukung harapan klien terhadap tuhan dan bantu ia
mengekspresikan keyakinan spiritualnya.

2.7.4. Evaluasi
Meskipun penyelesaian proses duka cita membutuhkan waktu
beberapa bulan atau tahun, sebagian besar klien berada di bawah perawatan
perawat hanya dalam waktu singkat.perawat mungkin menjadi frustasi ketika
klien atau keluarganya mulai mengespresikan dukacita, klien meninggalkan
institusi perawatan kesehatan atau meninggal. Berduka adalah proses

12
individual, resolusi kehilangan tidak mengikuti urutan proses. Penring artinya
bagi klien untuk mendiskusikan atau berbagi pengalaman dengan orang
terdekat. Tujuan yang ditetapkan bersama klien dan keluarganya menjadi
dasar untuk evaluasi; misalnya, jika salah satu tujuan adalah agar klien
mengomunikasikan rasa cinta dan kasihnya kepada keluarga, maka perawat
mengepaluasi apakah hal ini telah terjadi dalam bentuk verbal atau tertulis.
Perawat juga mengamati kualitas interaksi.

Tujuan Tindakan evaluasi Hasil yang diharapkan


a. Klien mengalami peredaan dari maladaftif berduka atau menunjukkan
tidak terdapatnya reaksi emosional dalam 2 bulan
b. Observasi klien yang mendiskusikan kehilangan dengan orang terdekat
c. Observasi perilaku klien, minta klien menceritakan perasaan kehilangan.
d. Klien menghargai kesadaran tentang kehilangan dalam satu minggu
e. Klien mengekspresikan pikiran dan perasaan yang berhubungan dengan
kehilangan dalam 2 minggu.

Amati keinginan klien untuk berinteraksi dengan orang lain


a. Klien mempertahankan penampilan yang rapi dan berdandang
dengan baik.
b. Klien memulai diskusi dengan perawat dan keluarga tentang masa
depan
c. Klien kembali menjalani rutinitas kehidupan sehari-hari dalam 2
minggu
Amati keterlibatan klien dalam aktivitas perawatan diri
a. Minta klien untuk mendiskusikan rencana
b. Evaluasi tingkat partisipasi klien dalam aktivitas
c. Evaluasi tingkat partisivasi klien dalam aktivitas social dengan
keluarga
d. Klien menjalankan kembali aktivitas perawatan diri
e. Klien mengungkapkan keputusan tentang perawatan
f. Klien berpartisipasi lebih banyak dalam aktivitas sosial.

Perawatan klien menjelang ajal mengharuskan perawat mengevaluasi


tingkat kenyamanan klien dengan penyakit dan kualitas
hidupnya.keberhasilan evaluasi bergantung sebagian pada ikatan yang
terbentuk dengan klien. Kecuali klien mempercayai perawat, mengepresikan
dari perasaan dan kekhawatiran yang sebenarnya tidak mungkin terjadi.
Tingkat kenyamanan klien dievaluasi dengan dasar hasil seperti penurunan

13
nyeri, control gejala, pemeliharaan fungsi system tubuh, penyelesaian tugas
yang belum terselesaikan, dan ketenangan emosional.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit di mana menurut akal sehat
tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat
disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan.
Tujuan utama perawatan ini adalah untuk :
a. Mempertahankan pasien nyaman dan bebas nyeri
b. Membuat hari-hari akhir pasien sebaik mungkin untuk pasien maupun
keluarga, dengan sedikit mungkin penderitaan
c. Membantu pasien meninggal dengan damai
d. Memberikan kenyamanan bagi keluarga
Perawatan terminal ditujukan bagi pasien-pasien sekarat, yang semakin
mendekati ajal atau kematian, yang secara logis tidak akan sembuh.

3.2. Saran
Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari sisi referensi maupun cara penulisan atau penyusunan,
maka dari itu kami harap masukan (saran) untuk perbaikan pada makalah-
makalah selanjutnya baik dari dosen pengampu mata kuliah ataupun dari
rekan-rekan pembaca. Kami akan terima dengan lapang dada setiap ktitikan
dan saran yang sifatnya membangun untuk perubahan kearah yang lebih
baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anshul. 2008. Perawatan Pasien Sekarat. In www.sweetadvice02.blogspot.com. Last


Update 20 Oktober 2009 Diposkan oleh Mustamin Smafy di 19.56 (diakses, 20
Maret 2014)
Erik. 2009. Konsep Pasien Terminal. in www.erik-acver-qincai.blogspot.com. Lats
Update 20 Oktober 2009
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3, cet.1 Jilid 2.
Jakarta: Media Aesculapius
Mubarak, Wahid Iqbal dan Chayatin, Nurul. 2007. Buku Ajar KDM
Teori dan Aplikasi. Jakarta: EGC
Porter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Vol 1. Jakarta: EGC
Tucker, Susan Martin dkk.1998. Standar Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Wahyuningsih dan Subekti. 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
https://www.academia.edu/11260631/ETIKA_KEPERAATAN_PADA_PASIEN_TE
RMINAL
(Keperawatan. Gerontik & geriatrik, H. wahjudi Nugroho, B. Sc.,SKM 2008)

15

Anda mungkin juga menyukai