Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Sekarat (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian


, yang memiliki bebagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal,kematian (death)
merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya
respon otak, atau dapat juga dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara
menetap atau terhentinya kerja otak secara menetap. (Hidayat, 2006)
Kehilangan (loss) adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat
dialami individu ketika berpisah dengan sebelumnya ada, baik sebagian atau
keseluruhan, atau terjadi perubahan dallam hidup sehingga terjadi perasaan
kehilangan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu selama rentan kehidupannya. Sejak lahir, individu sudah mengalami
kehilangan dan cendrung akan menglami kembaliwalaupun dalam betuk yang
berbeda. Setiap individu akan bereaksi terhadap kehilangan. Respon terakhir terhadap
kehilangan sangat dipengaruhi oleh respons individu terhadap kehilangan
sebelumnya. (Hidayat, 2006).
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian
yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti
sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena
kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka
sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada
keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain. Pandangan-pandangan tersebut
dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang
demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan

1
perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi
perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe
kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami
dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka
dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita
setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah
emosi, mental dan sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan
asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga
yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami
kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga
mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir
karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi,
nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung
klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan konsep menjelang ajal (dying) ?
2. Apa saja tahap proses menjelang ajal (dying) dan tugas perawat dalam tahap
ini?
3. Apa dampak sakit pada klien dan keluarga dalam tahap ini?
4. Apa yang dimaksud dengan konsep kematian (death)?
5. Apa saja yang dilakukan dalam asuhan keperawatan klien dalam proses
menjelang ajal (dying)?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk dapat mengetahui, memahami, dan menjelaskan tentang konsep dasar
death and dying

2
2. Untuk dapat mengetahui, memahami, dan menjelaskan tentang tahap-tahap
proses menjelang ajal (dying) dan tugas perawat dalam tahap ini
3. Untuk dapat mengetahui, memahami, dan menjelaskan tentang asuhan
keperawatan klien dalam proses menjelang ajal (dying).
D. Metode Penulisan
Adapun metode yang penulis gunakan untuk menulis dan menyusun makalah
ini adalah metode studi pustaka yaitu sebuah metode penulisan karya tulis dengan
mencari informasi dari berbagai jenis referensi, mulai dari literatur buku, internet,
televisi, dan jenis referensi lainnya.

E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Makalah ini diawali dengan halaman judul, kata pengantar, dan daftar
isi.
2. BAB I yang merupakan pendahuluan dibagai menjadi beberapa sub-bab
seperti latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
3. BAB II yang merupakan pembahasan dibagi menjadi beberapa sub-bab
seperti Menjelang ajal (Dying), kematian (death), asuhan keperawatan pada
klien saat menjelang ajal, dan pelayanan homecare.
4. BAB III yang merupakan penutup dibagi menjadi beberapa sub-bab yaitu
kesimpulan dan saran-saran.

3
BAB II
PEMBAHASAAN
A. Menjelang Ajal (Dying)
1. Definisi
Secara etimologi dying berasal dari kata dien yang berarti mendekati
kematian. Dengan kata lain, dying adalah proses ketika individu semakin
mendekati akhir hayatnya. Atau disebut proses kematian. Kondisi ini biasanya
disebabkan oleh sakit yang parah / terminal, atau oleh kondisi lain yang
berujung pada kematian individu.
Dalam konsep Islam, fase sakaratul maut sangat menentukan baik atau
tidaknya seseorang terhadap kematiannya untuk menemui Allah dan bagi
perawat pun akan dimintai pertanggungjawabannya nanti untuk tugasnya
dalam merawat pasien di rumah sakit.

2. Tahapan Menjelang Ajal (Dying)

Elisabeth Kubler-Ross, seorang ahli kejiwaan dari Amerika, menjelaskan


secara mendalam respons individu dalam menghadapi kematian. Berdasarkan
pandangannya, Kubler-Ross menyatakan bahwa respons tersebut:
o Tidak selamanya berurutan secara tetap;
o dapat tumpang tindih;
o lama tiap tahap bervariasi;
o perlu perhatian perawat secara penuh dan cermat.
Ada pula fase ketidaktahuan dan ketidakpastian yang dikemukakan oleh
Sporken dan Michels (P.J.M.Stevens, 1999). Akan tetapi, kali ini akan dibahas
lima fase menjelang kematian menurut Kubler-Ross. Secara umum, ia
membedakan respons tersebut menjadi 5 fase (Tailor dkk.,1989), yaitu:

3. Penyangkalan dan isolasi


Karakteristiknya antara lain :

4
1. Menunjukkan reaksi penyangkalan secara verbal, “ Tidak, bukan saya. Itu
tidak mungkin.”
2. Secara tidak langsung pasien ingin mengatakan bahwa maut menimpa
semua orang kecuali dia.
3. Merepresi kenyataan.
4. Mengisolasi diri dari kenyataan.
5. Biasanya begitu terpengaruh dengan sikap penolakannya .
6. Tidak begitu memperhatikan fakta-fakta yang dijelaskan padanya.
7. Mensupresi kenyataan.
8. Meminta penguatan dari orang lain untuk penolakannya.
9. Gelisah dan cemas.

Tugas perawat pada tahap ini adalah :


1. Membina hubungan saling percaya.
2. Memberi kesempatan klien untuk mengekspresikan diri dan menguasai
dirinya.
3. Melakukan dialog di saat klien siap, dan menghentikannya ketika klien
tidak mampu menghadapi kenyataan.
4. Mendengarkan klien dengan penuh perhatian dan memberinya
kesempatan untuk bermimpi tentang hal-hal yang menyenangkan.
Jika dilihat dalam konteks Islam, maka terdapat beberapa etika dan perilaku yang
perlu kita lakukan sebagai seorang perawat terutama untuk pasien muslim. Perlu
diketahui oleh petugas kesehatan tentang moral dan etika dalam pendampingan
pasien sakaratul maut. Moral dan etika inilah yang dapat membantu pasien, sehingga
pasien akan lebih sabar dalam mengahadapi sakit yang di deritanya. Dalam banyak
studi, dukungan sosial sering dihubungkan dengan kesehatan dan usia lanjut. Dan
telah dibuktikan pula bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan kesehatan.
Pemebrian dukuangan sosial adalah prinsip pemberian asuhan. Perilaku petugas
kesehatan dalam mengeksperikandukungan meliputi :

5
o Menghimbau pasien agar Ridlo kepada qadha dan qadarnya-Nya serta berbaik
sangka terhadap Allah Swt.
o Menghimbau pasien agar tidak boleh putus asa dari rahmat Allah Swt.
o Kembangkan empati kepada pasien.
o Bila diperlukan konsultasi dengan spesialis lain.
o Komunikasikan dengan keluarga pasien.
o Tumbuhkan harapan, tetapi jangan memberikan harapan palsu.
o Bantu bila ia butuh pertolongan.
o Mengusahakan lingkungan tenang, berbicara dengan suara lembut dan penuh
perhatian, serta tidak tertawa-tawa atau bergurau disekitar pasien
o Jika memiliki tanggungan hak yang harus pasien penuhi, baik hak Allah Swt
(zakat, puasa, haji, dll) atau hak manusia (hutang, ghibah, dll). Hendaklah
dipenuhi atau wasiat kepada kepada orang yang dapat memenuhi bagi dirinya.
Wasiat wajib atas orang yang mempunyai tanggungan atau hak kepada orang
lain.
4. Marah

Karakteristiknya antara lain:


1. Mengekspresikan kemarahan dan permusuhan.
2. Menunjukkan kemarahan, kebencian, perasaan gusar, dan cemburu.
3. Emosi tidak terkendali.
4. Mengungkapkan kemarahan secara verbal “ Mengapa harus aku?” Dilihat
dari sudut pandang keluarga dan staf rumah sakit, kondisi ini
sangat sulit diatasi karena kemarahan terjadi di segala ospek dan diproyeksi
pada saat yang takterduga.
5. Apaun yang dilihat atau dirasa akan menimbulkan keluhan pada diri
individu.
6. Menyalahkan takdir.
7. Kemungkinan akan mencela setiapa orang dan segala hal yang berlaku.

6
Tugas perawat adalah :
1. Menerima kondisi klien.
2. Berhati-hati dalam memberikan penilaian ,mengenali kemarahan dan emosi
yang takterkendali.
3. Membiarkan klien mengungkapkan kemarahannya.
4. Menjaga agar tidak terjadi kemarahan destruktif dan melibatkan keluarga.
5. Berusaha menghormati dan memahami klien,memberinya kesempatan
memperlunak suara dan mengurangi permintaan yang penuh kemarahan.

5. Tawar-menawar

Karakteristiknya adalah :
1. Kemarahan mulai mereda.
2. Respons verbal ’’Yah benar aku,tapi …”
3. Melakukan tawar- menawar /barter,misalnya untuk menunda kematian.
4. Mempunyai harapan dan keinginan.
5. Terkesan sudah menerima kenyataan.
6. Berjanji pada Tuhan untuk menjadi manusia yang lebih baik.
7. Cenderung membereskan segala urusan.
Tugas perawat adalah sedapat mungkin berupaya agar keinginan klien terpenuhi.

6. Depresi
Penerimaan. Karakteristiknya antara lain :
1. Mampu menerima kenyataan.
2. Merasakan kedamaian dan ketenangan.
3. Respons verbal, “Biarlah maut cepat mengambilku, karena aku sudah
siap.”
4. Merenungkan saat-saat akhir dengan pengharapan tertentu.
5. Sering merasa lelah dan memerlukan tidur lebih banyak.

7
6. Tahap ini bukan merupakan tahap bahagia, namun lebih mirip perasaan
yang hampa.

Tugas perawat adalah :


1. Mendampingi klien.
2. Menenangkan klien dan meyakinkannya bahwa Anda akan
mendampinginya sampai akhir.
3. Membiarkan klien mengetahui perihal yang terjadi pada dirinya.
Upaya yang dapat perawat lakukan ketika klien melalui kelima tahap tersebut
adalah menjadi katalisator agar klien dapat mencapai tahap akhir. Upaya tersebut
antara lain dilakukan dengan mengenali dan memenuhi kebutuhan klien,
mendorong dan memberi klien kesempatan untuk berbicara dan mengungkapkan
emosinya secara bebas , selalu siap membantu klien, dan menghormati perilaku
klien (Taylor dkk.,1989).

7. Dampak Sakit
Penyakit yang diderita klien, dapat berdampak khusus pada klien maupun
keluarga. Secara umum, dampak sakit pada klien dan keluarga dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Dampak sakit pada diri klien dan keluarga
KLIEN KELUARGA
Menderita sampai saat Berpartisipasi aktif dalam
kematian tiba; memerlukan perawatan untuk penyembuhan
bantuan dan dukungan dalam klien.
melewati masa-masa tersebut. Memperoleh dukungan dan
Memutuskan perawatan perhatian selama proses berduka.
yang akan dijalani.
Mendapat dukungan untuk
setiap keputusan yang

8
diambilnya. Dengan kata lain
ada kecenderungan keluarga
untuk memenuhi semua
keinginannya.

B. Kematian (Death)

1. Definisi
Secara etimologi death berasal dari kata death atau deth yang berarti keadaan
mati atau kematian. Sedangkan secara definitive, kematian adalah terhentinya
fungsi jantung dan paru-paru secara menetap, atau terhentinya kerja otak secara
permanen. Ini dapat dilihat dari tiga sudut pandang tentang definisi kematian,
yakni:
a. kematian jaringan;
b. kematian otak, yakni kerusakan otak yang tidak dapat pulih
c. kematian klinik, yakni kematian orang tersebut ( Rapor,2002 ).

2. Pandangan Tentang Kematian


Seiring waktu pandangan masyarakat tentang kematian mengalami perubahan.
Dahulu kematian cenderung dianggap sebagai hal yang menakutkan dan tabu.
Kini kematian telah dipandang sebagai hal yang wajar dan merupakan proses
normal kehidupan.

3. Tanda-tanda Kematian
Tanda-tanda kematian terbagi kedalam tiga tahap, yakni menjelang kematian,
saat kematian, dan setelah kematian.
a. Mendekati kematian. Tanda-tanda fisik menjelang kematian meliputi :
1) Penurunan tonus otot
o Gerakan ekstremitas berangsur-angsur menghilang, khususnya
pada kaki dan ujung kaki.

9
o Sulit berbicara
o Tubuh semakin lemah
o Aktivitas saluran pencernaan menurun sehingga perut membuncit
o Otot rahang dan muka mengendur
o Rahang bawah cenderung menurun
o Sulit menelan, reflex gerakan menurun
o Mata sedikit terbuka

2) Sirkulasi melemah
o Suhu tubuh pasien tinggi, tetapi kaki, tangan, dan ujung hidung
pasien terasa dingin dan lembap
o Kulit ekstremitas dan ujung hidung tampak kebiruan, kelabu atau
pucat
o Nadi mulai tidak teratur, lemah dan cepat
o Tekanan darah menurun
o Peredaran darah perifer terhenti

3) Kegagalan fungsi sensorik


o Sensari nyeri menurun atau hilang
o Pandangan mata kabur/berkabut
o Kemampuan indera berangsur-angsur menurun
o Sensasi panas, lapar, dingin dan tajam menurun

4) Penurunan / kegagalan fungsi pernapasan


o Mengorok (death rattle) / bunyi napas terdengar kasar
o Pernapasan tidak teratur dan berlangsung melalui mulut
o Pernapasan Cheyne stokes

10
b. Saat kematian
Fase ini ditandai dengan :
1) Terhentinya pernapasan, nadi, tekanan darah, dan fungsi otak (tidak
berfungsinya paru,jantung dan otak ).
2) Hilangnya respons terhadap stimulus eksternal.
3) Hilangnya control atas sfingter kandung kemih dan rectum
(inkontinensia) akibat peredara yang terhambat; kaki dan ujung hidung
menjadi dingin.
4) Hilangnya kemampuan pancaindera; hanya indera pendengaran yang
paling lama dapat berfungsi (Stevens,dkk.,2000).
5) Adanya garis daftar pada mesin elektroensefalografi menunjukkan
terhentinya aktivitas listrik otak untuk penilaian pasti suatu kematian.

c. Setelah kematian
Fase ini ditandai dengan :
1) Rigor mortis (kaku). Tubuh menjadi kaku 2-4 jam setelah kematian.
2) Algor mortis (dingin). Suhu tubuh perlahan-lahan turun.
3) Livor mortis (post-mortem decomposition). Perubahan warna kulit
pada daerah yang tertekan; jaringan melunak dan bakteri sangat
banyak.
Setelah klien meninggal, perawat bertugas melakukan perawatan pada
jenazahnya. Disamping itu, perawat juga bertugas memberikan asuhan
keperawatan kepada keluarga dan orang terdekat klien.

C. Asuhan Keperawatan Klien dalam Proses Menjelang Ajal

1. Pengkajian

Pada kasus ini, perawat mengkaji seluruh data baik subjek maupun objek yang
berhubungan dengan proses menjelang ajal I dan kematian. Ini bisa dipelajari dari

11
tanda-tanda yang muncul dari proses tersebut sesuai dengan tahapannya.
Pengkajian dilakukan secara cermat dengan mengamati tanda-tanda klinis klien,
antara lain :
a. Fisik
Pengkajian fisik meliputi pengkajian menjelang, mendekati, dan saat
kematian
1) Menjelang kematian.
Fase ini ditandai dengan :
o Perubahan tanda-tanda vital: nadi melemah dan melambat;
penurunan tekanan darah; pernapasan ireguler dan tersengal-
sengal melalui mulut.
o Sirkulasi melemah: sensasi berkurang; kulit teraba dingin pada
akral, ujung hidung, dan telinga; sianosis pada ekstermitas.
o Tonus otot menghilang: relaksasi ott wajah; kesulitan bicara;
gangguan menelan dan perlahan-lahan refleks muntah
menghilang; penurunan aktivitas sistem pencernaan; penurunan
refleks motorik.
o Kegagalan sensorik: pandangan kabur; kegagalan fungsi indera
perasa dan penciuman.
o Tingkat kesadaran, biasanya bervariasi dari sadar, mengantuk,
stupor, hingga koma.
2) Mendekati kematian
Pada tahap ini, manifestasi klinis yang bisa diamati pada klien
meliputi:
o Pupil berdilatasi
o Refleks menghilang
o Frekuensi nadi meningkat, kemudian menurun
o Pernapasan Cheyne Stokes
o Tidak bisa bergerak
o Klien mengorok atau bunyi napas terdengar kasar

12
o Tekanan darah menurun
3) Kematian
Pada tahap ini, manifestasi klinis yang bisa diamati pada klien
antara lain:
o Pernapasan, nadi, dan tekanan darah terhenti
o Hilangnya respon terhadap stimulus eksternal
o Pergerakan otot sudah tidak ada
o Pada ensefalogram datar (garis otak) berarti aktivitas listrik
otak terhenti.
2. Psikologis
Respon psikologis yang mungkin muncul pada klien menjelang ajal adalah
ansietas (kematian). Respon tersebut antara lain :
a. Kekhawatiran tentang dampak kematian pada diri orang terdekat.
b. Ketidakberdayaan terhadap isu yang berhubungan dengan kematian.
c. Perasaan takut kehilangan kemampuan fisik dan / atau mental apabila
meninggal.
d. Kepedihan yang diantisipasi yang berhubungan dengan kematian.
e. Kesedihan mendalam.
f. Perasaan takut dalam menjalani proses menjelang ajal.
g. Kekhawatiran tentang beban kerja pemberi asuhan akibat sakit terminal dan
ketidakmampuan diri.
h. Kekhawatiran tentang pertemuan dengan Sang Pencipta atau perasaan ragu
tentang keberadaan Tuhan atau Sang Penguasa.
i. Kehilangan total control terhadap aspek kematian seseorang atau dirinya.
j. Gambaran negative tentang kematian atau pikiran yang tidak menyenangkan
tentang kejadian yang berhubungan dengan kematian atau proses menjelang
ajal.
k. Ketakutan terhadap kematian yang tertunda.
l. Ketakutan terhadap kematian dini karena hal itu mencegah upaya pencapaian
tujuan hidup yang penting.

13
3. Penetapan Diagnosis
Serangkaian diagnosis untuk memenuhi kebutuhan psikologi maupun psikososial
dapat diterapkan pada klien yang mendekati kematian, bergantung hasil
pengkajian. Beberapa diagnosis yang mungkin sesuai untuk klien tersebut adalah
ketakutan, keputusan, dan ketidakberdayaan. Diagnosis lain yang dapat
menyertai diagnosis tersebut antara lain gangguan proses keluarga, dan
ketegangan peran pemberi asuhan.

4. Perencanaan dan Implementasi


Tujuan utama asuhan keperawatan untuk klien yang mendekati kematian adalah
mempertahankan kenyamanan fisiologis dan psikologis serta mencapai kematian
yang damai dan bermartabat, termasuk mempertahankan control personal dan
menerima kondisi kesehatan yang terus menurun.
Ketakutan
Berhubungan dengan :
1) Pengaruh dini atau jangka panjang yang dirasakan akibat (kehilangan
fungsi tubuh atau angota tubuh; penyakit terminal;disabilitas jangka
panjang; gangguan kognitif)
2) Hilangnya control dan hasil akhir yang tidak diperkirakan, sekunder
akibat (hospitalisasi; prosedur pembedahan dan hasil akhirnya;
lingkungan yang baru; kehilangan orang yang dicintai; percereaian;
kegagalan)
3) Perpisahan dari orang tua dan sebaya
4) Ketakutan terkait usia(gelap, orang asing, hantu, monster, binatang)
5) Kepastian tentang (penampilan, dukungan teman, pernikahan,
kehamilan, pekerjaan)

14
a. Kriteria Hasil
Individu akan mengungkapkan kenyamanan fisik dan psikologis yang kian
meningkat

b. Indikator
1) Memperlihatkan penurunan respon vineral(nadi,pernapasan)
2) Membedakan antara kenyataan dan hayalan
3) Menjelaskan pola koping efektif dan tak efektif
4) Mengidentifikasi pola kopingnya sendiri

d. Intervensi Umum
1) Kaji factor penyebab (lingkungan yang asing, perubahan gaya hidup,
perubahan biologis dan psikologis, ancaman pada harga diri, dll.).
2) Kurangi atau hilangkan factor penyebab (berbeda untuk masing-
masing factor).
3) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya(tidak
berdaya,marah).
4) Beri masukan tentang perasaan yang diungkapkan klien.
5) Dorong klien untuk mengungkapkan mekanisme koping yang positif.
6) Dorong klien untuk menceritakan masalahnya kepada orang lain.
7) Dorong klien untuk menghadapi ketakutannya.
8) Hadirkan suasana yang tidak mengancam secara emosioal.

e. Saat intensitas kekuatan telah menurun


1) Jelaskann isyarat perilaku yang mengindikasikannmeningkatnya
ketakutan(misalnya, ” wajah anda memerah dan tangan anda mengepal
saat kita membahas masalah kepulangan anda.”).
2) Ajarkan cara untuk meningkatkan control.
3) identifikasi aktifitas yang dapat menyalurkan energy emosional klien
guna mengurangi intensitas ketakutan.

15
4) Sarankan atau ajarkan beberapa metode yang dapat mneningkatkan
kenyamanan atau relaksasi (teknik relaksasi progresif, membaca,
mendengarkan music, teknik napas dalam, imaginasi terbimbing, yoga,
dll)
5) Lakukan penyuluhan kesehatan sesuai dengan indikasi

f. Rasional
1) Perasaan aman akan meningkat ketika individu bercermin dari
individu lain yang telah berhasil mengatasi situasi menakutkan yang
serupa.
2) Individu pendukung dan mekanisme koping merupakan sarana yang
penting untuk mengurangi kecemasan.
3) Meminimalkan stimulus lingkungan dapat membantu mengurangi
ketakutan (Varacolis, 1998).
4) Dialog yang jujur dan terbuka dapat membantu upaya pemecahan
masalah yang konstruktif dan memberikan harapan.
5) Aktifitas fisik dapat membantu mengarahkan dan mengurangi
ketegangan (Varacolis,1998).

Keputusasaan
Yang berhubungan dengan :
1) Kondisi fisik yang kian menurun
2) Gangguan kemampuan fungsional (berjalan, eliminasi, makan)
3) Pengobatan yang berlangsung lama(mis; kemoterapi, radiasi) yang dapat
menyebabkan nyeri, mual, ketidaknyamanan
4) Pengobatan yang lama, namun tanpa hasil
5) Ketidakmampuan mencapai tujuan dalam hidup (pernikahan, pendidikan, anak-
anak)
6) Kehilangan sesuatu atau seseorang yang sangat dicintai (pasangan, anak,
teman)

16
7) Gangguan fungsi tubuh atau kehilangan anggota keluarga
8) Hambatan dalam gangguan (perpisahan, perceraian)
9) Kehilangan pekerjaan

a. Kriteria hasil
1) Individu akan memperlihatkan peningkatan energy, yang ditandai dengan
aktivitas (mis;perawatan diri, olahraga, hobi).
2) Mengungkapan harapan yang positif tentang masa depan,
mengungkapkan tujuan hidup dan makna hidup.
3) Memperlihatkan inisiatif dan otonomi dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah.
4) Mendefinisikan ulang masa depan dan menetapkan tujuan yang realistis.
5) Memperlihatkan kedamaian dan kenyamanan dengan situasi yang ada.
b. Indikator
1) Menyampaikan penderitaan yang dialami secara terbuka dan konstruktif
kepada orang lain.
2) Mengenang dan mengulas kehidupan secara positif.
3) Mempertimbangkan nilai-nilai dan makna kehidupannya.
4) Mengungkapkan perasaan optimis tentang kehidupan saat ini.
5) Membina, meningkatkan, dan mempertahankan hubungan yang positif
dengan orang lain.
6) Berpartisipasi dalam peran yang bermakna.
7) Mengekspresikan keyakinan spiritual.

c. Intervensi umum
1) Bantu klien mengidentifikasi dan mengungkapakan perasaannya.
2) Dengarkan klien dengan seksama dan perlakukan ia sebagai seorang
individu.
3) Tunjukkkan sikap empati agar klien bersedia mengutarakan keraguan,
ketakutan, dan kekhawatirannnya.

17
4) Dorong klien untuk menceritakan bagaimana harapan menjadi
ketidakpastian dalam hidupnya dan saat-saat ketika harapan telah
mengecewakannya.
5) Bantu klien mengidentifikasi hal-hal yang menyenangkan dan hal-hal
yang mereka anggap sebagai humor.
6) Bantu klien memahami bahwa ia pribadi mampu mengatasi aspek
keputusasaan dalam hidupnya dengan memisahkan aspek tersebut
dengan aspek penuh harapan. Bantu klien mengidetifikasi area
keputusasaaan dalam hidupnya dan menerimanya. Bantu ia dalam
membedakan hal yang mungkin dan ustahil. Berdayakan sumber-sumber
eksternal dan internal klien untuk mendukung harapannya. Bantu klien
mengidentifikasi alasan mereka untuk hidup yang kemudian memberi
makna dan tujuan pada hidup mereka.
7) Tekankan keberhasilan pencapaian di masa lalu dan gunakan informasi
ini untuk merancang tujuan baru bersama klien.
8) Bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan (mis; hubungan,
keyakinan, tugas yang harus dituntaskan).
9) Bantu klien dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan.
10) Hargai klien sebagai pengambil keputusan yang kompeten, hargai
keinginan dan keputusan yang diambil klien.
11) Bantu klien beralih dari permasalahan yang mustahil dipecahkan dan
mulai berfokus pada masalah yang realistis dan mungkin dipecahkan.
12) Bantu klien mempelajari ketrampilan koping yang efektif.
13) Dorong klien menggunakan teknik relaksasi sebelum menghadapi
peristiwa stress yang telah diperkirakan sebelumnya.
14) Dorong klien melakukan imajinasi terbimbing untuk meningkatkan
proses pikir yang positif.
15) Ajarkankan klien untuk “berharap menjadi” manusia yang terbaik hari ini
dan untuk menghargai setiap watu yang ada.

18
16) Libatkan keluarga dan orang terdekat klien dalam rencana keperawatan;
ajarkan pada mereka peran-peran yang harus yang dijalani untuk
menumbuhkan harapan klien melalui hubungan yang positif dan saling
mendukung.
17) Dorong klien untuk berbagi rasa dengan individu lain yang memiliki
masalah atau menderita penyakit yang sama serta memiliki pengalaman
yang positif dalam menghadapi kondisi tersebut.
18) Hargai dan dukung harapan klien terhadap Tuhan dan bantu ia
mengekspresikan keyakinan spiritualnya.

d. Rasional
1) Harapan terkait dengan bantuan yang diberikan oleh orang lain. Dalam
hal ini individu merasa sumber-sumber yang ada di luar dirinya akan
memberikan dukungan di saat sumber-sumber serta kekuatan yang ada
didalam dirinya tidak cukup untuk menghadapi situasi yang ada (mis;
keluarga atau orang terdekat kerap menjadi sumber harapan) (Tollett &
Thomas, 1995).
2) Harapan terbukti berkaitan langsung dengan kualitas hubungan seseorang
dengfan orang lain (Gotttschalk,1974; Herth,1990).
3) Harapan dianggap mampu mempengaruhi kesehatan fisik, psikologis, dan
spiritual individu (Cousins,1989; Miller,1985; Wtson, 1979).
4) Mempertahankan peran dan tangguang jawab keluarga penting untuk
menumbuhkan harapan dan koping (Herth, 1989). Selain itu, konsep
harapan penting bagi keluarga yang anggota keluarganya menderita
penyakit kritis untuk memfasilitasi koping dan penyesuaian dri (Coulter,
1989).
5) Hiburan, humor , dan mengingat kembali kenangan-kenangan lama dapat
meningkatkan harapan pada individu yang menderita penyakit terminal
(Herth,1993).

19
6) Harapan yang diberikan oleh anggota keluarga dapat menular pada klien
(Miller, 1991).
7) Individu yang oernah mengalami keputusasaaan tidak dapat
membayangkan sesuatu apapun yang dapat dilakukan atau berharga untuk
dilakukan, tidak pula membayangkan hal yang diluar peristiwa yang
tengah terjadi.
8) Individu dapat berkoping dengan bagian hidupnya yang ia pandang
sebagai kepusasaan jika ia mampu menyadari bahwa ada banyak factor
dalam hidupnya yang penuh dengan harapan. Misalnya, seseorang
menyadari bahwa ia tidak akan bisa berjalan lagi, namun dengan
demikian ia akan bisa pulang kerumah, berkumpul bersama cucu-cucunya
dan bepergian. Dengan demikian, keputusasaan dapat membawa kita
menemukan beberapa alternative yang akan memberi makna dan tujuan
pada hidup kita. Untuk itu, penting kiranya menjauhkan harapan dari
keputusasaan.
9) Motivasi penting dalam proses pemulihan dan keputusasaan. Klien harus
menetapkan sebuah tujuan bahkan ketika ia tidak terlalu optimis bisa
mencapainya. Perawat berperan sebagai katalisator dalam mendorong
klien mengambil langkah untuk mengidentifikasi tujuan. Setelah tujuan
tersebut berhasil dicapai, tujuan lain harus dibuat.

D. Pelayanan Home Care


1. Pengertian
Homecare adalah perawatan pasien di rumah yang melibatkan anggota
keluarga dalam proses perawatan dan penyembuhan pasien. Perawatan ini
dibantu oleh tim kesehatan professional (dokter, perawat/fisiotherapist)
yang biasa di datangkan ke rumah pasien sewaktu-waktu jika diperlukan.

20
2. Manfaat
a. Pasien lebih dekat dengan keluarga sehingga menciptakan rasa aman
dan nyaman antara pasien dan keluarganya
b. Melibatkan keluarga dalam perawatan pasien sehingga pasien tidak
merasa diabaikan
c. Meningkatkan kualitas hidup pasien
d. Menghemat biaya
e. Keluarga tidak kehilangan waktu dan tenaga untuk pergi pulang ke
rumah sakit
3. Pasien Homecare
a. Penderita lanjut usia yang tidak dirawat di rumah sakit tetapi masih
memerlukan pelayanan kesehatan
b. Bayi / Anak-anak yang berkebutuhan khusus dan memerlukan
pelayanan kesehatan khusus untuk tumbuh kembang mereka
c. Pasien pasca rawat inap dari rumah sakit
d. Pasien yang dinyatakan oleh ahli medis bahwa penyakitnya parah dan
secara medis tidak dapat disembuhkan lagi
Melihat pasien homecare di no. 4 menunjukkan salah satu metode tersebut
sesuai dengan pasien yang menghadapi sakaratul maut. Perawatan secara
teratur seorang pasien di rumah oleh tim medis (home care) bisa
mengantarkan pasien yang menghadapi sakaratul maut mencapai khusnul
khatimah atau kematian terbaik di tengah kehangatan keluarganya. Adanya
perawatan di rumah tersebut membuat pasien merasa dibesarkan hatinya
dengan adanya dialog, saling berbagi rasa dengan sanak keluarga sehingga
bias mengurangi rasa sakit ataupun kesedihan yang dirasa. Homecare
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perawatan dalam menghadapi
kondisi tubuh yang semakin rapuh.

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Secara etimologi dying berasal dari kata dien yang berarti mendekati
kematian. Dengan kata lain, dying adalah proses ketika individu semakin mendekati
akhir hayatnya. Atau disebut proses kematian. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh
sakit yang parah / terminal, atau oleh kondisi lain yang berujung pada kematian
individu.

Secara etimologi death berasal dari kata death atau deth yang berarti keadaan
mati atau kematian. Sedangkan secara definitive, kematian adalah terhentinya fungsi
jantung dan paru-paru secara menetap, atau terhentinya kerja otak secara permanen.
Ini dapat dilihat dari tiga sudut pandang tentang definisi kematian, yakni:
a. kematian jaringan;
b. kematian otak, yakni kerusakan otak yang tidak dapat pulih
c. kematian klinik, yakni kematian orang tersebut ( Rapor,2002 ).

B. Saran

Pembaca diharapkan dapat mengetahui dan memahami konsep dying and


death sehingga nantinya terutama bagi seorang perawat akan dapat menerapkannya
pada pasien yang kita rawat. Demikian sedikit informasi dari kami selaku penyusun
makalah ini. Tentu masih banyak sekali kekurangan yang jauh dari sempurna. Maka
dari itu kritik dan saran yang membangun masih sangat kami butuhkan demi
kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini. Ucapan terima kasih saya
ucapkan bagi para pembaca serta ucapan maaf yang sebesar – besarnya jika dalam
penyusunan makalah ini banyak kalimat-kalimat yang kurang berkenan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Bimbingan Kebutuhan Dasar Manusia Dying and Death diakses pada tanggal 30 Oktober
2018 pukul 12.45 WITA (https://www.scribd.com/upload-
document?archive_doc=246009583&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A
%22archive%22%2C%22page%22%3A%22archive_plans%22%2C%22action%22%3A%
22start_trial%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A%22web%22
%7D)

Psikologi Kesehatan Dying and Death diakses pada tanggal 30 Oktober 2018 pukul 2.02
WITA
(http://catatandianakartinisyahnaputri.blogspot.com/2013/11/psikologi-kesehatan-death-
dying.html)

Dying and Death diakses pada tanggal 30 Oktober 2018 pukul 13. 14 WITA
(http://evatulhasanah.blogspot.com/2017/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html)

Konsep Dasar Dying and Death diakses pada tanggal 30 Oktober 2018 pukul 13.37 WITA
(http://akperla.blogspot.com/2013/09/konsep-dasar-death-and-dying.html)

Proses Dying and Death diakses pada tanggal 30 Oktober 2018 pukul 13.56 WITA
(http://suhadianto.blogspot.com/2009/03/death-and-dying-kematian-dan-proses.html)

23

Anda mungkin juga menyukai