Anda di halaman 1dari 21

ISU DAN PERMASALAHAN ETIK KEPERAWATAN

DALAM PELAYANAN KESEHATAN

MATA KULIAH ETIKA KEPERAWATAN DAN HUKUM KESEHATAN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 6

1. NUR MUSDALIFAH NIM: P07220218029


2. RIFATIA TOTO’ NIM: P072202180
3. WAFIQ AURELIA NOVANY NIM: P07220218036
4. WULAN SIH RAHAYU NIM: P07220218038

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

2019
ISU DAN PERMASALAHAN ETIK KEPERAWATAN

DALAM PELAYANAN KESEHATAN

MATA KULIAH ETIKA KEPERAWATAN DAN HUKUM KESEHATAN

Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Etika
Keperawatan dan Hukum Kesehatan

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 6

1. AKMALIA NUR ALISA NIM: P07220218002


2. NUR MUSDALIFAH NIM: P07220218025
3. RIFATIA TOTO’ NIM: P07220218027
4. WAFIQ AURELIA NOVANY NIM: P07220218036
5. WULAN SIH RAHAYU NIM: P07220218038

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

2019

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya dan tidak lupa shalawat serta salam kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah “Isu dan Permasalahan Etik dalam Pelayanan Kesehatan” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Etika Keperawatan dan Hukum Kesehatan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan baik


tulisan maupun informasi yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, kami berterima
kasih kepada bapak H. Edi Sukamto, M.Kep atas bimbingannya dalam menulis
dan menyusun makalah ini, sehingga penulis dapat membuat makalah sesuai
dengan kaidah dalam membuat karya tulis.

Walaupun makalah ini masih banyak terdapat banyak kekurangan, kami


sangat mengharapkan kepada para pembaca untuk menyampaikan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi kebaikan dan kesempurnaan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat selalu bermanfaat bagi pembaca dan atas
kekurangan dalam makalah ini kami mohon maaf. Terakhir tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih.

Samarinda, 19 Oktober 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………… i

Kata Pengantar ……………………………………………………… ii

Daftar Isi …………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………….. 1


B. Rumusan Masalah …………………………………………… 2
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………. 2
D. Metode Penulisan ……………………………………………. 2
E. Sistematika Penulisan ………………………………………... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Isu Etik Keperawatan Retrospektif dan Prospektif …..………… 4


B. Permasalahan Etik Dalam Praktik Keperawatan ……………..… 6
C. Masalah Etik Yang Terjadi Dalam Pelayanan Kesehatan ….…… 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………….. 16
B. Saran-saran ………………………………………………….. 16

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelayanan keperawatan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat


memuaskan setiap pemakai jasa, serta penyelenggaraannya sesuai dengan
standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan. Upaya untuk memberikan
keperawatan bermutu ini dapat dimulai perawat dari adanya rasa tanggung
jawab perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga
dan masyarakat. Sebagai salah satu tenaga profesional, keperawatan
menjalankan dan melaksanakan kegiatan praktek keperawatan dengan
mengunakan ilmu pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat
dipertanggung jawabkan. Dimana ciri sebagai profesi adalah mempunyai body
of knowledge yang dapat diuji kebenarannya serta ilmunya dapat
diimplementasikan kepada masyarakat langsung.
Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah
bentuk implementasi praktek keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien
baik kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan tujuan upaya
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan guna mempertahankan dan
memelihara kesehatan serta menyembuhkan dari sakit, dengan kata lain upaya
praktek keperawatan berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.
Dalam melakukan praktek keperawatan, perawat secara langsung
berhubungan dan berinteraksi kepada penerima jasa pelayanan, dan pada saat
interaksi inilah sering timbul beberapa hal yang tidak diinginkan baik
disengaja maupun tidak disengaja, kondisi demikian inilah sering
menimbulkan konflik baik pada diri pelaku dan penerima praktek
keperawatan. Oleh karena itu profesi keperawatan harus mempunyai standar
profesi dan aturan lainnya yang didasari oleh ilmu pengetahuan yang

1
dimilikinya, guna memberi perlindungan kepada masyarakat. Dengan adanya
standar praktek profesi keperawatan inilah dapat dilihat apakah seorang
perawat melakukan malpraktek, kelalaian ataupun bentuk pelanggaran praktek
keperawatan lainnya baik itu pelanggaran yang terkait dengan etika ataupun
pelanggaran terkait dengan masalah hukum.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang diangkat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
“Bagaimana isu dan permasalahan etik dalam pelayanan kesehatan?”

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
bagaimana konsep pengembangan diri seorang perawat.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut.
o Untuk mengetahui isu etik keperawatan retrospektif dan prospektif.
o Untuk mengetahui permasalahan etik dalam praktik keperawatan.
o Untuk mengetahui masalah etik yang terjadi dalam pelayanan
kesehatan.

D. Metode Penulisan
Adapun metode yang penulis gunakan untuk menulis dan menyusun
makalah ini adalah metode studi pustaka yaitu sebuah metode penulisan karya
tulis dengan mencari informasi dari berbagai jenis referensi, mulai dari literatur
buku, internet, televisi, dan jenis referensi lainnya.

2
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Makalah ini diawali dengan halaman judul, kata pengantar, dan
daftar isi.
2. BAB I yang merupakan pendahuluan dibagai menjadi beberapa sub-
bab seperti latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
3. BAB II yang merupakan tinjauan pustaka dibagi menjadi beberapa
sub-bab seperti isu etik keperawatan retrospektif dan prospektif,
permasalahan etik dalam praktik keperawatan, masalah etik yang terjadi
dalam pelayanan kesehatan.
4. BAB III yang merupakan penutup dibagi menjadi beberapa sub-bab yaitu
kesimpulan dan saran-saran.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Isu Etik Keperawatan Retrospektif dan Prospektif


1. Studi Case Control (Retrospektif)
Pengertian studi retrospektif adalah meneliti ke belakang dengan
menggunakan data sekunder untuk melihat apakah ada hubungan atau
tidak antara penyakit dan factor resiko yang terdapat pada orang yang
sakit.

2. Studi Cohort (Prospektif)


Pengertian studi prospektif adalah meneliti apakah orang yang
sehat tetapi memiliki resiko atau paparan positif akan menderita sakit atau
tidak pada waktu mendatang. Dengan kata lain, ingin melihat dan
membuktikan ada atau tidaknya hubungan atau asosiasi antara factor
resiko dan penyakit.

Permasalahan Dasar dalam Etika Keperawatan

Bandman (1990) secara umum menjelaskan bahwa permasalahan etika


keperawatan pada dasarnya terdiri dari lima jenis, yaitu :

1. Kuantitas Melawan Kuantitas Hidup


Contoh masalahnya : seorang ibu minta perawat untuk melepas
semua selang yang dipasang pada anaknya yang berusia 14 tahun, yang
telah koma selama 8 hari. Dalam keadaan seperti ini, perawat menghadapi
permasalahan tentang posisi apakah yang dimilikinya dalam menentukan
keputusan secara moral. Sebenarnya perawat berada pada posisi
permasalahan kuantitas melawan kuantitas hidup, karena keluarga pasien
menanyakan apakah selang-selang yang dipasang hampir pada semua
bagian tubuh dapat mempertahankan pasien untuk tetap hidup.

4
2. Kebebasan Melawan Penanganan dan Pencegahan Bahaya.
Contoh masalahnya : seorang pasien berusia lanjut yang menolak
untuk mengenakan sabuk pengaman sewaktu berjalan. Ia ingin berjalan
dengan bebas. Pada situasi ini, perawat pada permasalahan upaya menjaga
keselamatan pasien yang bertentangan dengan kebebasan pasien.

3. Berkata Secara Jujur Melawan Berkata Bohong


Contoh masalahnya : seorang perawat yang mendapati teman
kerjanya menggunakan narkotika. Dalam posisi ini, perawat tersebut berada
pada masalah apakah ia akan mengatakan hal ini secara terbuka atau diam,
karena diancam akan dibuka rahasia yang dimilikinya bila melaporkan hal
tersebut pada orang lain.

4. Keinginan Terhadap Pengetahuan Yang Bertentangan Dengan


Falsafah  Agama, Politik, Ekonomi Dan Ideologi
Contoh masalahnya : seorang pasien yang memilih penghapusan
dosa daripada berobat kedokter.

5. Terapi Ilmiah Konvensional Melawan Terapi Tidak Ilmiah Dan Coba-


Coba
Contoh masalahnya : di Irian Jaya, sebagian masyarakat
melakukan tindakan untuk mengatasi nyeri dengan daun-daun yang sifatnya
gatal. Mereka percaya bahwa pada daun tersebut terdapat miang yang dapat
melekat dan menghilangkan rasa nyeri bila dipukul-pukulkan dibagian
tubuh yang sakit.

5
B. Permasalahan Etika dalam Praktik Keperawatan
Adapun permasalahan etik yang yang sering muncul banyak sekali, seperti
berkata tidak jujur (bohong), abortus, menghentikan pengobatan, penghentian
pemberian makanan dan cairan, euthanasia, transplantasi organ serta beberpa
permasalahan etik yang langsung berkaitan dengan praktek keperawatan, seperti:
evaluasi diri dan kelompok, tanggung jawab terhadap peralatan dan barang,
memberikan rekomendasi pasien pad dokter, menghadapi asuhan keperawatan
yang buruk, masalah peran merawat dan mengobati (Prihardjo, 1995).
Disini akan dibahas sekilas beberapa hal yang berikaitan dengan masalah etik
yang berkaitan lansung pada praktik keperawatan.
1. Konflik Etik Antara Teman Sejawat

Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian


kesejahteraan pasien. Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan
pasien, maka perawat harus mampu mengenal/tanggap bila ada asuhan
keperawatan yang buruk dan tidak bijak, serta berupaya untuk mengubah
keadaan tersebut. Kondisi inilah yang sering sering kali menimbulkan
konflik antara perawat sebagai pelaku asuhan keperawatan dan juga
terhadap teman sejawat. Dilain pihak perawat harus menjaga nama baik
antara teman sejawat, tetapi bila ada teman sejawat yang melakukan
pelanggaran atau dilema etik hal inilah yang perlu diselesaikan dengan
bijaksana.

2. Menghadapi Penolakan Pasien terhadap Tindakan Keperawatan atau


Pengobatan

Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak
bentuk-bentuk pengobatan sebagai alternative tindakan. Dan
berkembangnya tehnologi yang memungkinkan orang untuk mencari jalan
sesuai dengan kondisinya. Penolakan pasien menerima pengobatan dapat
saja terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti pengetahuan,
tuntutan untuk dapat sembuh cepat, keuangan, social dan lain-lain.

6
Penolakan atas pengobatan dan tindakan asuhan keperawatan
merupakan hak pasien dan merupakan hak outonmy pasien, pasien berhak
memilih, menolak segala bentuk tindakan yang mereka anggap tidak
sesuai dengan dirinnya, yang perlu dilakukan oleh perawat adalah
menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak terjadi konflik sehingga
menimbulkan masalah-masalah lain yang lebih tidak etis.

3. Masalah Antara Peran Merawat dan Mengobati

Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat


adalah memberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai
factor sering kali peran ini menjadai kabur dengan peran mengobati.
Masalah antara peran sebagai perawat yang memberikan asuhan
keperawatan dan sebagai tenaga kesehatan yang melakuka pengobatan
banyak terjadi di Indonesia, terutama oleh perawat yang ada didaerah
perifer (puskesmas) sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.

Dari hasil penelitian, Sciortio (1992) menyatakan bahwa


pertentangan antara peran formal perawat dan pada kenyataan dilapangan
sering timbul dan ini bukan saja masalah Nasional seperti di Indonesia,
tetapi juga terjadi di Negara-negara lain.Walaupun tidak diketahui oleh
pemerintah, pertentangan ini mempunyai implikasi besar. Antara
pengetahuan perawat yang berhubungan dengan asuhan keperawatan yang
kurang dan juga kurang aturan-aturan yang jelas sebagai bentuk
perlindungan hukum para pelaku asuhan keperawatan hal inisemakin tidak
jelas penyelesaiannya.

4. Berkata Jujur atau Tidak jujur

Didalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali


perawat tidak merasa bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal
yang dilakukan perawat adalah benar (jujur) sesuai kaedah asuhan
keperawatan.

7
Sebagai contoh: sering terjadi pada pasien yang terminal, saat
perawat ditanya oleh pasien berkaitan dengan kondisinya, perawat sering
menjawab “tidak apa-apa ibu/bapak, bapak/ibu akan baik, suntikan ini
tidak sakit”. Dengan bermaksud untuk menyenangkan pasien karena tidak
mau pasiennya sedih karena kondisinya dan tidak mau pasien takut akan
suntikan yang diberikan, tetapi didalam kondisi tersebut perawat telah
mengalami dilema etik. Bila perawat berkata jujur akan membuat sedih
dan menurunkan motivasi pasien dan bila berkata tidak jujur, perawat
melanggar hak pasien.

5. Tanggung Jawab terhadap Peralatan dan Barang

Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering,


yang berarti mencuri barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: ada
pasien yang sudah meninggal dan setalah pasien meninggal ada barang-
barang berupa obat-obatan sisa yang belum dipakai pasien, perawat
dengan seenaknya membereskan obat-obatan tersebut dan memasukan
dalam inventarisasi ruangan tanpa seijin keluarga pasien.

Hal ini sering terjadi karena perawat merasa obat-obatan tersebut


tidak ada artinya bagi pasien, memang benar tidak artinya bagi pasien
tetapi bagi keluarga kemungkinan hal itu lain. Yang penting pada kondisi
ini adalah komunikasi dan informai yang jelas terhadap keluarga pasien
dan ijin dari keluarga pasien itu merupakan hal yang sangat penting,
Karena walaupun bagaimana keluarga harus tahu secara pasti untuk apa
obat itu diambil.

Perawat harus dapat memberikan penjelasan pada keluarga dan


orang lain bahwa menggambil barang yang seperti kejadian diatas tidak
etis dan tidak dibenarkan karena setiap tenaga kesehatan mempunyai
tanggung jawab terhadap peralatan dan barang ditempat kerja.

8
Selain itu ada juga permasalahan etik yg terjadi yaitu:

1. Malpraktek

Balck’s law dictionary mendefinisikan malpraktek sebagai ”


kesalahan profesional atau kurangnya keterampilan tidak masuk akal
"kegagalan atau satu layanan render profesional untuk melatih bahwa
tingkat keterampilan dan pembelajaran umum diterapkan dalam semua
keadaan masyarakat oleh anggota terkemuka rata bijaksana profesi dengan
hasil dari cedera, kerugian atau kerusakan kepada penerima layanan tersebut
atau mereka yang berhak untuk bergantung pada mereka ".

Bila dilihat dari definisi diatas maka malpraktek dapat terjadi karena
tindakan yang disengaja (intentional) seperti pada misconduct tertentu,
tindakan kelalaian (negligence), ataupun suatu kekurang-
mahiran/ketidakkompetenan yang tidak beralasan (Sampurno, 2005).
Malpraktek dapat dilakukan oleh profesi apa saja, tidak hanya dokter,
perawat. Profesional perbankan dan akutansi adalah beberapa profesi yang
dapat melakukan malpraktek.

2. Neglience (Kelalaian)

Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk


dalam arti malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada
unsur kelalaian. Kelalaian adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat
melanggar standar sehingga mengakibatkan cidera/kerugian orang lain
(Sampurno, 2005).

Sedangkan menurut Amir dan Hanafiah (1998) yang dimaksud


dengan kelalaian adalah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa
yang seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar, atau
sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan
melakukannya dalam situasi tersebut.

9
Negligence, dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan
sesuatu yang seharusnya dilakukan) atau Commission (melakukan sesuatu
secara tidak hati-hati). (Tonia, 1994).

Dapat disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang


harusnya dilakukan pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau
melakukan tindakan dibawah standar yang telah ditentukan. Kelalaian
praktek keperawatan adalah seorang perawat tidak mempergunakan tingkat
ketrampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang lazim dipergunakan
dalam merawat pasien atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama.

1. Jenis-Jenis Kelalaian
Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut sampurno (2005), sebagai
berikut:
a. Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang menlanggar hukum
atau tidak tepat/layak. Misal: melakukan tindakan keperawatan
tanpa indikasi yang memadai/tepat
b. Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang
tepat tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat. Misal: melakukan
tindakan keperawatan dengan menyalahi prosedur
c. Nonfeasance : Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang
merupakan kewajibannya. Misal: Pasien seharusnya dipasang
pengaman tempat tidur tapi tidak dilakukan.

2. Dampak Kelalaian

Kelalaian yang dilakukan oleh perawat akan memberikan


dampak yang luas, tidak saja kepada pasien dan keluarganya, juga
kepada pihak Rumah Sakit, Individu perawat pelaku kelalaian dan
terhadap profesi. Selain gugatan pidana, juga dapat berupa gugatan
perdata dalam bentuk ganti rugi. (Sampurna, 2005).

10
Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan, bahwa
kelalaian merupakan bentuk dari pelanggaran dasar moral praktek
keperawatan baik bersifat pelanggaran autonomy, justice,
nonmalefence, dan lainnya. (Kozier, 1991) dan penyelesainnya
dengan menggunakan dilema etik. Sedangkan dari segi hukum
pelanggaran ini dapat ditujukan bagi pelaku baik secara individu dan
profesi dan juga institusi penyelenggara pelayanan praktek
keperawatan,  dan bila ini terjadi kelalaian dapat digolongan
perbuatan pidana dan perdata (pasal 339, 360 dan 361 KUHP).

3. Liability (Liabilitas)

Liabilitas adalah tanggungan yang dimiliki oleh seseorang


terhadap setiap tindakan atau kegagalan melakukan tindakan.
Perawat profesional, seperti halnya tenaga kesehatan lain
mempunyai tanggung jawab terhadap setiap bahaya yang timbulkan
dari kesalahan tindakannya. Tanggungan yang dibebankan perawat
dapat berasal dari kesalahan yang dilakukan oleh perawat baik
berupa tindakan kriminal  kecerobohan dan kelalaian.

Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap tenaga


kesehatan dianggap lalai, bila memenuhi empat (4) unsur, yaitu:

1. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk
tidak melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan
kondisi tertentu.
2. Dereliction of the duty atau penyimpanagan kewajiban.
3. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien
sebagai kerugian akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi
pelayanan.

11
4. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal
ini harus terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban
dengan kerugian yang setidaknya menurunkan “Proximate cause”.  

Seperti telah didefinisikan diatas bahwa kelalaian merupakan kegagalan


melakukan sesuatu yang oleh orang lain dengan klasifikasi yang sama, seharusnya
dapat dilakukan dalam situasi yang sama, hal ini merupakan masalah hukum yang
paling lazim terjadi dalam keperawatan. Terjadi akibat kegagalan menerapkan
pengetahuan dalam praktek antara lain disebabkan kurang pengetahuan. Dan
dampak kelalaian ini dapat merugikan pasien.

C. Masalah Etik yang Sering Terjadi dalam Pelayanan Kesehatan


Menurut Rosdahal, 1999: 45-46, masalah isu etik dan moral sering terjadi dalam
praktik keperawatan professional meliputi (dikutip dari Yosef,I):
A. Organ Transplantation (Transplantasi Organ)
Banyak sekali kasus dimana tim kesehatan berhasil mencangkokan
organ terhadap klien yang membutuhkan. Dalam kasus tumor ginjal,
trauma ginjal atau gagal ginjal, ginjal dari pendonor akan
ditransplantasikan kepeada ginjal penerima (recipient). Masalah etik yang
dimuncul adalah apakah organ donor bisa diperjual belikan? Bagaimana
dengan hak donor utuk hidup sehat dan sempurna, apakah kita tidak
berkewajiban untuk menolong orang yang membutuhkan padahal kita bisa
bertahan dengan satu ginjal. Apakah si penerima berhak untuk
mendapatkan organ lain? Bagaimana dengan organ orang yang sudah
meninggal, apakah diperbolehkan diambil? Semua penelaahan donor
organ harus diteliti dengan kajian majelis etik yang terdiri dari para ahli di
bidangnya.
Majelis etik bisa terdiri atas pakar terdiri dari dokter, pakar
keperawatan, pakar agama, pakar hukum, atau pakar ilmu sosial. Secara
medis, ada persyaratan yang harus dipenuhi untuk melakukan donor organ
tersebut. Diantaranya adalah memiliki DNA, golongan darah, jenis antigen

12
yang cocok antara pendonor dan recipient, tidak terjadi reaksi penolkan
secara antigen dan antibody oleh resipien, harus dipastikan apakah
sirkulasi, perfusi dan metabolism organ masih berjalan dengan baik dan
belum mengalami kematian (nekrosis). Hal ini berkaitan dengan isu mati
klinis dan informed consent. Perlu adanya saksi yang disahkan secara
hukum bahwa organ seseorang atau keluarganya di donorkan pada
keluarga lain agar di kemudian hari tidak ada masalah hukum.
Biasanya ada sertifikat yang menyertai bahwa organ tersebut telah
sah dan legal. Pada kenyataanya perangkat hukum dan undang-undang
mengenai donor organ di Indonesia belum selengkap di luar.

B. Determination of Clinical Health (Perkiraan Kematian Klinis)


Masalah etik yang sering terjadi adalah penentuan meninggalnya
seseorang secara klinis. Banyak kontoversi ciri-ciri dalam menentukan
mati klinis. Hal ini berkaitan dengan pemanfaatan organ klien yang
dianggap sudah mati klinis. Menurut Rosdahl (1999), kriteria kematian
klinis (brain death) di beberapa Negara lain:
a. Penghentian nafas setelah berhentinya pernafasan artifisial selama
3 menit (inspirasi-ekspirasi)
b. Berhentinya denyut jantung tanpa stimulus eksternal
c. Tidak ada respon verbal dan nonverbal terhadap stimulus eksternal
d. Hilangnya refleks (cephalic reflexes)
e. Pupil dilatasi
f. Hilangnya fungsi seluruh otak yang bisa dibuktikan dengan EEG.

C. Quality of Life (Kualitas dalam Kehidupan)


Masalah kualitas kehidupan sering kali menjadi masalah etik. Hal
ini mendasari tim kesehatan untuk mengambil keputusan etis untuk
menentukan seorang klien harus mendapatkan intervensi atau tidak.
Sebagai contoh di suatu tempat yang tidak ada pendonor yang bersedia
dan tidak ada tenaga ahli yang dapat memberikan tindakan tertentu. Siapa

13
yang berhak memutuskan tindakan keperawatan pada klien yang
mengalami koma? Siapa yang berhak memutuskan tindakan keperawatan
pada klien yang mengalami koma? Siapa yang boleh memeutuskan untuk
menghentikan resusitasi?

D. Ethical Issues in Treatment (Isu Masalah Etik dalam Tindakan


Keperawatan)
Masalah etik yang erring muncul seperti:
a. Klien menolak pengobatan atau tindakan yang direkomendasikan
(refusal of treatment) misalnya menolak fototerapi, menolak
operasi, menolak NGT, menolak kateter, menolak kemoterapi, dan
sebagainya.
b. Klien menghentikan pengobatan yang sedang berlangsung (with
drawl of treatment) misalnya DO (Drop Out) berobat pada TBC,
DO (Drop Out) kemoterapi pada kanker.
c. Witholding treatment misalnya menunda pengobatan karena tidak
ada donor atau keluarga menolak sebuat transplantasi.

E. Euthanasia
Masalah bioetik yang juga menjadi perdebatan utama di dunia barat.
Euthanasia berasal dari bahasa Yunani, eu (berarti mudah, bahagia, atau
baik) dan thanatos (meninggal dunia). Jadi berarti meninggal dunia
dengan baik atau bahagia. Menurut Oxford English Dictionary, euthanasia
berarti tindakan untuk mempermudah mati dengan mudah dan tenang.
Euthanasia terdiri atas euthanasia volunteer, involunter, aktif, dan pasif.
o Pada kasus euthanasia volunteer, klien secara sukarela dan bebas
memilih untuk meninggal dunia.
o Pada euthanasia involunter, tindakan yang menyebabkan kematian
dilakukan bukan atas dasar persetujuan dari klien dan sering kali
melanggar keinginan klien.

14
o Euthanasia aktif melibatkan suatu tindakan disengaja yang
menyebabkan klien meninggal, misalnya dengan menginjeksi obat
dosis letal. Euthanasia aktif merupakan tindakan yang melanggar
hukum dan dinyatakan dalam KUHP pasal 338, 339, 345, dan 359.
o Euthanasia pasif dilakukan dengan menghentikan pengobatan atau
perawatan suportif yang mempertahankan hidup.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Permasalahan etika keperawatan pada dasarnya terdiri dari lima jenis,


yaitu :

1. Kuantitas melawan kuantitas hidup


2. Kebebasan melawan penanganan dan pencegahan bahaya.
3. Berkata secara jujur melawan berkata bohong
4. Keinginan terhadap pengetahuan yang bertentangan dengan
falsafah  agama, politik, ekonomi dan ideologi
5. Terapi ilmiah konvensional melawan terapi tidak ilmiah dan coba-
coba
Permasalahan Etika yang sering terjadi di pelayanan kesehatan adalah
sebagai berikut.
1. Organ Transplantation (Transplantasi Organ)
2. Determination of Clinical Health (Perkiraan Kematian Klinis)
3. Quality of Life (Kualitas dalam Kehidupan)
4. Ethical Issues in Treatment (Isu Masalah Etik dalam Tindakan
Keperawatan)
5. Euthanasia

B. Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini baik pembaca maupun penulis
dapat memahami isu etik dalam keperawatan dan dapat
mengaplikasikannya dalam keseharian. Makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, diharapkan kritik dan saran membangun untuk keperluan
pembuatan makalah berikutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Ully, S.Kep.,M.Kep. 2013. Kecenderungan dan Prinsip Etik dalam


Asuhan Keperawatan PJJ. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Amir & Hanafiah, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, edisi ketiga:
Jakarta: EGC.

Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing : concept theory and practices. 


Philadelphia. Addison Wesley.

Sampurno, B. (2005). Malpraktek dalam pelayanan kedokteran. Materi seminar


tidak diterbitkan.

Tonia, Aiken. (1994). Legal, Ethical & Political Issues in Nursing. 2ndEd.
Philadelphia. FA Davis.

17

Anda mungkin juga menyukai