Anda di halaman 1dari 17

Student Project Konsep Dasar Keperawatan

”Analisis Isu Etik Keperawatan di Indonesia”

Dosen Pengempu Hj. Tuti Sulastri, S. Kep., M. Kep.

Disusun oleh :

Olivia Rossdiana Putri (8884200004)

Nihlatin Nufus (8884200013)

Nadia Widianti (8884200023)

Nuraeni (8884200026)

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Serang – Banten

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah “Student project” sebagai tugas dari mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan.

Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Serang, 13 November 2020

Tim penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………. ii

BAB I : PENDAHULUAN …………………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang ……………………………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….. 1

C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………… 1

BAB II : PEMBAHASAN ……………………………………………………………… 2

A. Pengertian Kode Etik Keperawatan ………….........………………………… 2


B. Tujuan Etika Keperawatan ………………………..………………………….. 2
C. Fungsi Kode Etik Keperawatan ...………………………..………………...…. 3
D. Isu Etik Keperawatan ...………………………..…………...……………...… 3
E. Supporting devices (Perangkat tambahan) ...…………...…...……………...… 9
F. Analisis SWOT isu etik keperawatan ...…………...…...........……………....… 9
BAB III : PENUTUP……………………………………………………………………. 11

A. Kesimpulan…………………………………………………………………… 11
B. Saran …………………………………….…………………………………… 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kode etik profesi merupakan pernyataan yang komprehensif dari bentuk tugas dan
pelayanan dari profesi yang memberi tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan praktek
dibidang profesinya, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga, masyarakat dan
teman sejawat, profesi dan diri sendiri. Sedangkan Kode etik keperawatan merupakan
daftar prilaku atau bentuk pedoman/panduan etik prilaku profesi keperawatan secara
professional (Aiken, 2003). dengan tujuan utama adanya kode etik keperawatan adalah
memberikan perlindungan bagi pelaku dan penerima praktek keperawatan.
Kode etik profesi disusun dan disyahkan oleh organisasi profesinya sendiri yang akan
membina anggota profesinya baik secara nasional maupun internasional.(Rejeki, 2005).
Konsep etik yang merupakan panduan profesi merupakan tanggung jawab dari anggota
untuk melaksanakannya. Profesi keperawatan sebagai salah satu profesi yang professional
dan mempunyai nilai-nilai/prinsip moral dalam melakukan prakteknya maka kode etik
sangatlah diperlukan. Perawat sebagai anggota profesi keperawatan hendaknya dapat
menjalankan kode etik keperawatan yang telah dibuat dengan sebaik-baiknya dengan
tetap memegang teguh dan selalu dilandasi oleh nilai-nilai moral profesionalnya.
(Misparsih, 2005).
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian kode etik keperawatan
2. Tujuan etika keperawatan
3. Fungsi kode etik keperawatan
4. Isu etik keperawatan
C. TujuanPenulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian kode etik keperawatan
2. Untuk mengetahui tujuan etika keperawatan
3. Untuk mengetahui fungsi kode etik keperawatan
4. Untuk mengetahui isu etik keperawatan

1
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Mengembangkan kemampuan penulis dalam hal menyusun suatu laporan dan menambah
wawasan penulis tentang isu-isu etik yang terjadi dalam praktik keperawatan, serta
bagaimana seharusnya melakukan malpraktik yang baik.

2.  Bagi Pembaca
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai isu-isu etik yang terjadi dalam
praktik keperawatan.

2
B
PEMBAHASAN

A. Pengertian kode etik keperawatan


Kode etik adalah pernyataan standar professional yang digunakan sebagai pedoman
perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku untuk
seorang perawat indonesia dalam melaksanakan tugas atau fungsi perawat adalah kode etik
perawat. Etik keperawatan adalah norma – norma yang di anut oleh perawat dalam
bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di suatu
pelayanan keperawatan yang bersifat professional.Perilaku etik akan dibentuk oleh nilai-nilai
dari pasien, perawat dan interaksi sosial dalam lingkungan. Dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien perawat harus mempunyai kode etik dan moral, dalam
menjalankan praktik keperawatan, ada beberapa masalah etik yang sering dijumpai perawat
isu mengenai pasien seperti HIV/AIDS, aborsi ,transplantasi organ, keputusan untuk
mengakhiri hidup. Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan
prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk melindungi
hak-hak manusia.Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga keperawatan yang
mendasari prinsip-prinsip dasar dan profesi dalamstandar praktik profesional (Doheny et all,
1982).

B. Tujuan etika keperawatan


Tujuan dari etika keperawatan:
 Mengidentifikasi,
 mengorganisasikan,
 memeriksa,
 dan membenerkan tindakan-tindakan kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-
prinsip tertentu.
Menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang diemban oleh perawat dan mencari informasi
mengenai dampak-dampak dari keputusan perawat. Sedangkan kode etik keperawatan
merupakan suatu pernyataan komperehensif dari profesi yang memberikan tuntutan bagi
anggotanya dalam melaksanakan praktek keperawatan, baik yang berhubungan dengan
pasien, keluarga masyarakat, teman sejawat, diri sendiri dan tim kesehatan lain.

3
C. Fungsi kode etik keperawatan
Fungsi kode etik keperawatan:
 Kode etikperawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan
memahami dan menerima kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan kepada
perawat oleh masyarakat,
 Kode etik menjadi pedoman bagi perawat untuk berprilaku dan menjalin hubungan
keprofesian sebagai landasan dalam menerapkan praktik etika,
 Kode etik perawat menetapkan hubunganhubungan profesional yang harus di patuhi
yaitu hubungan perawat dengan pasien atau klien sebagai adokator, perawat dengan
tenaga keprofesionalan kesehatan lain sebagai teman sejawat,dengan profesi
keperawatan sebagai seorang kontributor dan dengan masyaraakat sebagai perwakilan
dari asuhan kesehatan,
 Kode etik perawat memberikan sarana pengaturran diri sebagai profesi.

D. Isu etik keperawatan


Dalam issue etik keperawatan ada beberapa tindakan yang melanggar kode etik dalam issue
keperawatan antara lain :

1. Malpraktik
Malpraktik adalah kesalahan atau kegagalan pelaksanaan professional karena
keterampilan yang tidak memadai dan tidak beralasan, ketaatan terhadap profesi atau
hukum, praktik kejahatan, tindakan melanggar hukum atau tidak bermoral. Strategi yang
efektif bagin perawat dalam upaya menghindari perkara malpraktik adalah memberikan
perawatan yang aman untuk klien mereka. Klien tidak dapat menjadi penggugat, kecuali
sampai mereka mengalami cidera. Jika perawat telah melakukan tindakan yang beralasan
dan cermat, ia tidak akan bertanggung jawab atas cidera akibat tindakan atau
kelalaiannya. Dalam kasus malpraktik tindakan perawatan yang kurang beralasan akan
dinilai sebagai bukti yang diperoleh dari saksi ahli, kebijakan dan prosedur institusi,
Undang-undang, dan aturan administrative, standar asosiasi professional dan literature
professional. Oleh karena itu,strategi kedua untuk mencegah malpraktik adalah
mengetahui dan mematuhi standar keperawatan.

2. Abortus/aborsi

4
Abortus/aborsi adalah cara menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran
dikenal dengan istilah abortus yang berarti mengeluarkan hasil konsepsi (pertemuan sel
telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Disatu pihak aborsi
dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung
menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi dimasyarakat.
Ada 3 pandangan secara umum tentang abortus yaitu :
 Pandangan konservatif, berpendapat bahwa abortus secara moral salah dan
dalam situasi apapun tidak boleh dilakukan, termasuk dengan alasan
penyelamatan.
 Pandangan moderat, berpendapat bahwa abortus tidak mutlak kesalahan moral
dan hambatan penentang abortus dapat diabaikan dengan suatu pertimbangan
moral yang kuat.
 Pandangan liberal, berpendapat bahwa abortus secara moral diperbolehkan atas
dasar permintaan. Pandangan ini secara umum mengganggap bahwa fetus belum
menjadi manusia. Secara genetik fetus sebagai bakal manusia, tetapi secara moral
buka manusia.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa abortus adalah suatu proses pengakhiran hidup dari
janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Tatanan Hukum Conscience Clauses, memperbolehkan dokter, parawat atau rumah sakit
untuk menolak membantu pelaksanaan abortus. Di Indonesia dilarang sejak tahun 1918
dalam KUHP pasal 346 s/d 349, dinyatakan bahwa Barang siapa melakukan sesuatu
dengan sengaja yang menyebabkan keguguran atau matinya kandungan dapat dikenai
penjara.

Jenis-Jenis Aborsi
Dalam dunia kedokteran dikenal 3 jenis aborsi, yaitu :
a. Aborsi spontan atau alamiah. Berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan
disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
b. Aborsi buatan atau sengaja atau kriminalis adalah pengakhiran kehamilan
sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja
dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi. Misalnya dengan bantuan
obat aborsi.
c. Aborsi terapeutik atau medis adalah pengguguran kandungan buatan yang
dilakukan atas indikasi medis. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi
mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah
yang dapa membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya.
Tetapiini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.

5
3. Euthanasia
Secara etimologis, euthanasia dapat diartikan kematian yang baik atau mati dengan baik
tanpa penderitaan. Ada pula yang menyebutkan bahwa euthanasia merupakan praktek
pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak
menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya dilakukan
dengan cara memberikan suntikan yang mematikan.
Klasifikasi Euthanasia Dilihat dari orang yang membuat keputusan euthanasia dibagi
menjadi :
 Voluntary euthanasia , jika yang membuat keputusan adalah orang yang sakit B.
 Involuntary euthanasia ,jika yang membuat keputusan adalah orang lain. Seperti
pihak keluarga atau dokter karena pasien mengalami koma medis.

 Jenis-Jenis Euthanasia
Euthanasia dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, dilihat dari cara pelaksanaannya,
euthanasia dapat dibedakan atas :

a. Euthanasia Pasif
Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan
atau pengobatan yang sedang berlangsung untuk mempertahankan hidup pasien.
Dengan kata lain, euthanasia pasif merupakan tindakan tidak memberikan
pengobatan lagi kepada pasien terminal untuk mengakhiri hidupnya. Tindakan
pada euthanasia pasif ini dilakukan secara sengaja dengan tidak lagi memberikan
bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien, seperti tidak memberikan
alat-alat bantu hidup atau obat-obat penahan rasa sakit, dan sebagainya.
Penyalahgunaan euthanasia pasif biasa dilakukan oleh tenaga medis maupun
keluarga pasien sendiri. Keluarga pasien bisa saja menghendaki kematian anggota
keluarga mereka dengan berbagai alasan, misalnya untuk mengurangi penderitaan
pasien itu sendiri atau karena sudah tidak mampu membayar biaya pengobatan.

b. Euthanasia Aktif atau Agresif


Euthanasia aktif atau euthanasia agresif adalah perbuatan yang dilakukan secara
medik melalui intervensi aktif oleh seorang dokter dengan tujuan untuk
mengakhiri hidup manusia. Dengan kata lain, Euthanasia agresif atau euthanasia
aktif adalah suatu tindakan secara sengaja yang dilakukan oleh dokter atau tenaga
kesehatan lain untuk mempersingkat atau mengakhiri hidup si pasien. Euthanasia
aktif menjabarkan kasus ketika suatu tindakan dilakukan dengan tujuan untuk
mnimbulkan kematian dengan secara sengaja melalui obat-obatan atau dengan
cara lain sehingga pasien tersebut meninggal.
Euthanasia aktif ini dapat dibedakan atas :

6
1). Euthanasia aktif langsung (direct) adalah dilakukannnya tindakan medis secara
terarah yang diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien, atau memperpendek
hidup pasien. Jenis euthanasia ini juga dikenal sebagai mercy killing.
2). Euthanasia aktif tidak langsung (indirect) adalah saat dokter atau tenaga
kesehatan melakukan tindakan medis untuk meringankan penderitaan pasien,
namun mengetahui adanya risiko tersebut.

Ditinjau dari permintaan atau pemberian izin, euthanasia dibedakan atas :


a). Euthanasia Sukarela (Voluntir)
Euthanasia yang dilakukan oleh tenaga medis atas permintaan pasien itu sendiri.
Permintaan pasien ini dilakukan dengan sadar atau dengan kata lain permintaa
pasien secara sadar dn berulang-ulang, tanpa tekanan dari siapapun juga.
b). Euthanasia Tidak Sukarela (Involuntir)
Euthanasia yang dilakukan pada pasien yang sudah tidak sadar. Permintaan
biasanya dilakukan oleh keluarga pasien. Ini  terjadi ketika individu tidak mampu
untuk menyetujui karena faktor umur, ketidak mampuan fisik dan mental,
kekurangan biaya, kasihan kepada penderitaan pasien, dan lain sebagainya.
Sebagai contoh dari kasus ini adalah menghentikan bantuan makanan dan
minuman untuk pasien yang berada di dalam keadaan vegetatif (koma).
Euthanasia ini seringkali menjadi bahan perdebatan dan dianggap sebagai suatu
tindakan yang keliru oleh siapapun juga. Hal ini terjadi apabila seseorang yang
tidak berkompeten atau tidak berhak untuk mengambil suatu keputusan, misalnya
hanya seorang wali dari pasien dan mengaku memiliki hak untuk mengambil
keputusan bagi pasien tersebut.

4. AIDS
Tidak saja menimbulkan dampak pada penatalaksanaan klinis tetapi juga dampak
sosial, kekhawatiran masyarakat serta masalah hukumdan etika. Oleh karena sifat virus
penyebab AIDS yaitu HIV dapat menular pada orang lain maka muncul ketakutan
masyarakat untuk berhubungan dengan penderita AIDS dan kadang-kadang penderita
AIDS sering di perlakukan tidak adil dan di diskriminasikan. Perawat yang bertanggung
jawab dalam merawat klien AIDS akan mengalami berbagai stres pribadi, termasuk takut
tertular atau menularkan pada keluarga dan ledakan emosi bila merawat klien AIDS fase
terminal yang berusia muda dengan gaya hidup yang bertentangan dengan gaya hidup
perawat.
5. Transplansi Organ
Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari
suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan
persyaratan dan kondisi tertentu. Tindakan medik ini sangat bermanfaat bagi pasien

7
dengan gangguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini adalah terapi pengganti (alternatif)
yang merupakan upaya terbaik untuk menolong penderita/pasien dengan kegagalan
organnya,karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dengan pengobatan biasa atau
dengan cara tetapi. Tindakan medik ini tidak dapat dilakukan begitu saja, karena masih
harus dipertimbangkan dari segi non medik, yaitu dari segi agama, hukum, budaya, etika
dan moral.
Jenis-Jenis Transplansi Organ
a. Autograf (Autotransplatasi) yaitu, pemindahan suatu jaringan atau organ ke
tempat lain dalam tubuh orang itu sendiri.
Misalnya operasi bibir sumbung, imana jaringan atau organ yang diambil untuk
menutup bagian yang sumbing diambil dari jaringan tubuh pasien itu sendiri.
b. Allograft (Homotransplantasi) yaitu, pemindahan suatu jaringan atau organ dari
tubuh seseorang ke tubuh yang lan yang sama spesiesnya, yakni manusia dengan
manusia. Homotransplantasi yang sering terjadi dan tingkat keberhasilannya
tinggi, antara lain : transplantasi ginjal dan kornea mata. Disamping itu terdapat
juga transplantasi hati, walaupun tingkat kebrhsilannya belum tinggi. Transfusi
darah sebenarnya merupakan bagian dari transplntasi ini, karena melalui transfusi
darah, bagian dari tubuh manusia (darah) dari seseorang (donor) dipindahkan ke
orang lain (recipient).
c. Xenograft (Heterotransplatasi) yaitu, pemindahan suatu jaringan atau organ
dari tubuh yang satu ke tubuh yang lain yang berbeda spesiesnya. Misalnya antara
species manusia dengan binatang. Yang sudah terjadi contohnya daah
pencangkokan hati manusia dengan hati dari baboon (sejenis kera), meskipun
tingkat keberhasilannya masih sangat kecil.
d. Isograft yaitu, Transplantasi Singenik yaitu pempindahan suatu jaringan atau
organ dari seseorang ke tubuh orang lain yang identik. Misalnya masih memiliki
hubungan secara genetik.

6. Issue sekitaran kematian


Secara umum jelang ajal berlangsung dalam tiga fase :
 Fase agonal (agonal phase) , fase rusaknya denyut teratur
 Kematian klinis (cllinical death) , jeda singkat bagi masih mungkinnya dilakukan
penyelamatan
 Kematian (mortality) , atau kematian permanen.
Dalam situasi kematian, jika nyawa pasien tidak bisa diselamatkan lagi, masih banyak
yang dapat dan harus dilakukan. Kalau perawatan sudah tidak mungkin lagi, selalu banyak
yang dapat dan harus dilakukan. Kalau perawatan sudah tidak mungkin lagi, selalu masih
bisa diberikan care. Pada suatu saat, pengobatan harus dihentikan, tetapi perawatan tidak

8
pernah boleh dihentikan. Dalam rangka perawatan paliatif memegang peranan penting.
Perrawatan di sini perlu dimengerti dalam arti memberi perhatian khusus, mengelilingi
dengan suasana hangat dan mencipta keadaan nyaman bagi pasien.

E. Supporting devices (Perangkat tambahan)


Supporting Devices adalah perangkat tambahan atau pendukung. Jika di tinjau dari segi
keperawatan, maka dapat kita simpulkan kalau supporting devices itu adalah perangkat
tambahan yang digunakan dalam dunia kesehatan pada para perawat dalam melakukan
praktik.
 Peralatan pendukung yang sering digunakan
Adapun peralatan pendukung yang sering digunakan oleh perawat atau tenaga medis
adalah :
a. Cusa (pisau pemotong yang menggunakan gelombang ultrasonografi)
b. Meja operasi
c. Gunting
d. Pisau operasi
e. Bedah minor set
f. Slang-slang pembius
g. Drap (kain steril yang digunakan untuk menutup bagian tubuh yang tidak
dioperasi)
h. Plastik steril berkantong yang fungsinya menampung darah yang meleleh dari
tubuhpasien
i. Retractor
j. Penghangat darah dan cairan
k. Lampu operasi, dan lain-lain.

F. Analisis SWOT isu etik keperawatan


Analisis SWOT terdiri
dari strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats
(ancaman) yang merupakan proses perencanaan yang membantu perusahaan Anda
mengatasi tantangan dan menentukan apa yang harus dituju secara keseluruhan.
 Strength (Kekuatan)
Adanya isu etik keperawatan membuat para teanaga keperawatan menjadi lebih
berhati-hati dan bijaksana dalam mengambil keputusan ketika nanti dihadapi salah
satu kasus isu etik keperawatan. Karena telah adanya perlindungan hukum bagi
perawat:
1. Undang-undang No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
2. Undang-undang Kesehatan No.36 Tahun 2009
3. Permenkes No. 1796/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
9
Serta adanya perlindungan hukum bagi perawat dalam pelayanan kesehatan
Undang – Undang Dalam Praktek Keperawatan :
1. Pasal 53 (1) UU 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
 Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan profesinya.
 Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
 Tenaga kesehatan untuk kepentingan pembuktian dapat melakukan
tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan
keselamatan yang bersangkutan.
 Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien diatur dalam
peraturan pemerintah.
2. Pasal 54 UU tahun 1992 tentang kesehatan
 Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian
dalam melaksankan tugas profesinya dapat dikenakan tindakan sanksi.
 Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.
 Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja Majelis
Disiplin Tenaga Kesehatan ditetapkan dengan keputusan presiden.
3. Pasal 24 (1) PP 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yg melakukan
tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan.
4. Pasal 1 ayat 9 uu no 38 tahun 2014
Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Perawat yang telah memiliki
Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan telah mempunyai kualifikasi
tertentu lainnya serta telah diakui secara hukum untuk menjalankan Praktik
Keperawatan.
5. Pasal 1 ayat 11 uu no 38 tahun 2014
Surat lzin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada
Perawat sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan Praktik
Keperawatan.

10
 Weakness (Kelemahan)
Adanya isu etik keperawatan memberikan kelemahan pada pendokumentasian
proses keperawatan yang belum optimal, belum ada format pengkajian khusus
kardiologi dari ruangan, dan perawat belum optimal dalam melakukan
pendokumentasian askep. Dimana telah diatur dalam Undang-undang
1. Pasal 1 ayat 4 uu no 38 tahun 2014 tentang keperawatan
Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat
dalam bentuk Asuhan Keperawatan.
 Opportunities (Peluang)
Adanya isu etik keperawatan memberikan peluang adanya program pelatihan
seminar khusus, sehingga para mahasiswa atau petugas keperawatan bisa
meningkatkan ilmu pengetahuannya dan bisa menjadi perawat yang profesioanl.
Dimana telah diatur dalam Undang-undang:
1. Pasal 3 uu no 38 tahun 2014
Pengaturan Keperawatan bertujuan :
meningkatkan mutu Perawat, meningkatkan mutu Pelayanan Keperawatan,
memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada Perawat dan Klien, dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.’’
 Threats (Ancaman)
Adanya isu etik keperawatan memberikan sedikit ancaman apabila nanti saat
bekerja ternyata tenaga perawat tersebut berada dalam salah satu kasus isu etik
keperawatan tanpa sepengetahuannya. Jadi, bijaklah dalam memilih rekan kerja,
lingkungan, tempat, dan institusi pekerjaan. Dimana telah diatur dalam Undang-
undang
1. Pasal 344 KUHP
Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri,
yang disebutkannya dengan nyata & sungguh-sungguh dihukum penjara
selama-lamanya duabelas tahun.
2. Pasal 299 KUHP
 Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh
supaya diobati, dengan memberitahukan atau menimbulkan harapan bahwa
dengan pengobatan itu kandungannya dapat digugurkan, diancam pidana

11
penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat
puluh lima ribu rupiah.
 Bila yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pekerjaan atau kebiasaan, atau bila
dia seorang dokter, bidan atau juru-obat, pidananya dapat ditambah
sepertiga.
 Bila yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pekerjaannya, maka haknya untuk melakukan pekerjaan itu dapat dicabut.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara mempertahankan hidup dengan
kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga keselamatan klien yang
bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak
ilmiah dalam mengatasi permasalah klien. Dalam membuat keputusan terhadap masalah
etik, perawat dituntut dapat mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri
perawat dan tidak bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien.Dalam upaya
mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat diterima dan dihargai oleh pasien,
masyarakat atau profesi lain, maka perawat harus memanfaatkan nilai-nilai keperawatan
dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran
profesionalnya.
Dengan demikian perawat yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan
asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai
dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan
bagi keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, dan akan berdampak
terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Selain itu dalam menyelesaikan
permasalahan etik atau dilema etik keperawatan harus dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan prinsip-prinsip etik supaya tidak merugikan salah satu pihak.

B. Saran
Saran kami, dengan adanya pembahasan menganai isu etik seperti ini, kita akan
diingatkan batapa kejinya perbuatan yang melanggar aturan itu. Dan kita juga diajarkan
tentang bagaimana menyikapi semuanya itu dalam praktik keseharian kita. Semoga
makalah ini dapat menjadi acuan, atau referensi dalam pengajaran mata kuliah etika
keperawatan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E,dkk.(2010). Etika Keperawatan. Jakarta TIM. Suhaemi, M. (2010). Etika


Keperawatan Aplikasi Pada Praktik. Jakarta EGC.
https://docplayer.info/61988880-Masalah-etik-keperawatan.html
http://materikeperawatankelasc15uit.blogspot.com/2015/10/makalah-isu-etik-dalam-
praktik.html

Anda mungkin juga menyukai