“Infeksi Oportunistik”
Disusun oleh :
Serang – Banten
2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Tim penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… i
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….. 2
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………… 2
A. Kesimpulan…………………………………………………………………… 6
B. Kritik dan Saran ……………………………………………………………… 6
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2. Latar Belakang
Penyebaran infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin meningkat dan menjadi
masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan
sebanyak 36,9 juta orang di dunia terinfeksi virus ini pada tahun 2014 dengan 2 juta infeksi baru
setiap tahunnya. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan jumlah kumulatif
infeksi HIV di Indonesia dari tahun 1987 hingga September 2014 mencapai 150.296 kasus,
dengan 22.869 kasus baru pada tahun 2014. Bali menempati urutan kelima dengan 9.637 kasus
kumulatif, yang sebagian terdata dari Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah sebanyak 2.965 kasus
mulai tahun 2004 hingga 2014 dengan 304 kasus baru pada tahun 2014.
Perjalanan alami infeksi HIV yang tidak diterapi menyebabkan penurunan imunitas pejamu
berkelanjutan hingga menimbulkan infeksi oportunistik (IO) yang menandakan terjadinya
acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).4,5 Data Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia melaporkan jumlah kumulatif penderita AIDS di Indonesia dari tahun 1987 hingga
September 2014 mencapai 55.799, atau sekitar 36,7% dari keseluruhan kasus HIV. Infeksi
oportunistik dideskripsikan sebagai infeksi yang mengalami peningkatan frekuensi dan keparahan
pada individu dengan HIV/AIDS. 6 Infeksi ini disebabkan oleh patogen yang tidak bersifat invasif
pada orang sehat, namun dapat menyerang tubuh apabila sistem imunitas menurun.
Jenis patogen penyebab IO bervariasi pada masing-masing wilayah. Penelitian di India
mendapatkan bahwa secara umum kandidiasis orofaringeal, tuberkulosis (TB) dan diare oleh
kriptosporidia merupakan IO yang tersering.8 Hal yang serupa juga didapatkan di Indonesia.
Laporan Surveilans AIDS Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1987 sampai dengan
2009 mendapatkan bahwa IO yang terbanyak adalah TB, diare kronis dan kandidiasis
orofaringeal.9 Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Denpasar Bali pada tahun 2014
yang mendapatkan IO tersering adalah TB, Toksoplasmosis, kandidiasis oral, IO multipel dan
pneumonia.
Infeksi oportunistik merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pasien dengan
HIV/AIDS. Sistem imun yang sangat rendah dapat menyebabkan IO berakhir dengan kematian
kecuali mendapat terapi adekuat.10 Penatalaksanaan terhadap IO yang paling bermakna adalah
terapi antiretroviral (antiretroviral therapy/ART) di samping terapi antimikrobial spesifik untuk
IO. 4,11 Angka kejadian IO menurun drastis sejak diperkenalkannya ART pada tahun 1996 dan
diimplementasikannya profilaksis IO pada pertengahan tahun 1990, sehingga meningkatkan
harapan dan kualitas hidup penderita HIV.12,13 Pemberian ART di sisi lain juga berpotensi
1
menimbulkan immune reconstitution inflammatory syndrome (IRIS) atau sindrom pulih imun
yang berkaitan dengan beban penyakit yang lebih berat sehingga perlu dipertimbangkan dalam
menentukan dimulainya rejimen ART.
Berdasarkan data tersebut, mengetahui strategi dalam pencegahan dan penatalaksanaan IO
merupakan hal yang penting dalam menangani kasus HIV/AIDS. Tinjauan pustaka ini akan
membahas mengenai pathogenesis, pencegahan dan penatalaksanaan IO yang sering dijumpai di
negara berkembang, khususnya di Indonesia, serta pertimbangan pemberian ART pada IO.
Diharapkan tinjauan pustaka ini dapat menambah wawasan serta mengoptimalkan penanganan
pasien dengan HIV/AIDS.
3. Rumusan Masalah
1. Pengertian infeksi oportunistik
2. Kondisi yang rentan terkena infeksi oportunistik
3. Jenis-jenis infeksi oportunistik
4. Pencegahan infeksi oportunistik
4. TujuanPenulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian infeksi oportunistik
2. Untuk mengetahui kondisi yang rentan terkena infeksi oportunistik
3. Untuk mengetahui jenis-jenis infeksi oportunistik
4. Untuk mengetahui pencegahan infeksi oportunistik
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ketika kuman penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh orang yang sehat, sel-sel darah
putih yang disebut limfosit akan merespons untuk melawannya, sehingga infeksi tidak
terjadi. Kalaupun terjadi infeksi, umumnya dapat sembuh dengan mudah.
Sedangkan pada penderita AIDS, di mana jumlah sel darah putih yang disebut sel CD4
tidak cukup untuk melawan kuman penyakit, infeksi dapat terjadi dengan mudah. Bahkan
bakteri atau jamur yang biasanya tidak berbahaya dan hidup normal di dalam maupun di
permukaan tubuh bisa menimbulkan infeksi.
Bukan hanya penyakit HIV yang bisa menyebabkan infeksi oportunistik. Semua kondisi
yang membuat sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dapat menjadi “pintu” bagi infeksi
oportunistik untuk masuk.
Berikut adalah beberapa kondisi yang rentan terkena infeksi oportunistik:
3
Luka bakar yang parah
Menjalani kemoterapi
Diabetes
Malnutrisi
Leukemia
Multiple myeloma
1. Candidiasis
Candidiasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida yang bisa
muncul di bagian tubuh mana pun. Orang dengan infeksi HIV sering
mengalami candidiasis, terutama di mulut dan vagina.
2. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi oportunistik yang paling serius bagi penderita HIV. Infeksi
pneumonia yang biasa terjadi pada penderita HIV adalah Pneumocystis
pneumonia (PCP) yang dapat diobati dengan antibiotik.
3. Kanker serviks invasif
Kanker ini dimulai di dalam leher rahim (serviks), yang kemudian menyebar ke
bagian tubuh lainnya. Kemunculan kanker ini bisa dideteksi secara dini dan segera
ditangani bila dilakukan pemeriksaan skrining secara rutin, yaitu dengan Pap smear.
4. Cryptosporidiosis
Cryptosporidiosis adalah infeksi pada saluran cerna yang disebabkan oleh
parasit Criptosporidium. Penyakit ini mengakibatkan diare dengan feses yang cair.
Pada penderita HIV, penyakit ini bisa bertahan lebih lama dan menyebabkan gejala
yang lebih parah.
5. Herpes simpleks
Infeksi virus ini dapat menyebabkan munculnya gelembung kecil dan luka yang khas
di sekitar mulut dan alat kelamin. Herpes simpleks bisa menular lewat hubungan
seksual, bisa juga menular dari ibu ke bayinya melalui proses persalinan. Selain di
mulut dan kelamin, infeksi ini juga dapat menyerang saluran napas. Orang yang daya
tahan tubuhnya lemah lebih mudah terkena herpes simpleks, dan gejala yang
dialaminya juga akan lebih berat.
6. Toksoplasmosis
Toksoplasmosis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Pada
orang sehat, infeksi ini umumnya tidak berbahaya. Namun, pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah, toksoplasmosis dapat menyerang otak dan
menyebabkan gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, kejang, hingga koma.
4
7. Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini
dapat menyebar melalui percikan ludah ketika penderitanya batuk, bersin, atau bicara.
Penderita HIV sangat mudah terkena penyakit TB. Bila tidak diobati, penyakit ini
dapat menyebabkan kematian.
Terapkan gaya hidup sehat, termasuk melakukan seks yang aman. Gunakan kondom saat
berhubungan intim, untuk mencegah infeksi menular seksual.
Cuci dan masak makanan dengan baik. Pastikan kebersihan peralatan masak yang digunakan
untuk mengolah makanan.
Hindari mengonsumsi susu, daging, dan telur yang mentah atau kurang matang.
Gunakan sarung tangan untuk mengambil kotoran hewan peliharaan, dan jauhkan kucing dari
dalam ruangan agar tidak membawa kuman yang dapat membahayakan Anda.
Hindari berbagi penggunaan sikat gigi atau handuk dengan orang lain.
Hindari menelan atau meminum air yang langsung berasal dari kolam, danau, atau sungai.
Ikuti program vaksinasi yang diwajibkan dan dianjurkan oleh pemerintah untuk menjaga
kekebalan tubuh.
Bagi wanita, lakukan pemeriksaan panggul dan Pap smear untuk mendeteksi kanker atau
infeksi.
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Infeksi oportunistik memang tidak perlu ditakuti jika kondisi tubuh Anda sehat. Namun,
bila daya tahan tubuh Anda sedang lemah, atau bila Anda memiliki kondisi medis yang
bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh, lakukanlah pemeriksaan secara rutin ke
dokter agar infeksi oportunistik dapat dicegah dan dideteksi sedini mungkin.
6
DAFTAR PUSTAKA
Elvina, Putu Ayu. (2015). Makalah “Penatalaksanaan dan pencegahan infeksi opotunistik
yang tersering pada penderita HIV di Indonesia”. Universitas Udayana, Denpasar.
Pane, dr. Merry Dame Cristy. (2019). Infeksi Oportunistik Menyerang Sistem Kekebalan
Tubuh yang Lemah. https://www.alodokter.com/infeksi-oportunistik-menyerang-sistem-
kekebalan-tubuh-yang-lemah.