DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1. ULFA TRIANA
2. LUTFIANI ANGGINA
3. M.DIDIN HENDRIATMA
4. M.DESFENDY
5. NEHAJRIANA
6. MUSTIKA AMALIA
7. IWAN AFANDI
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Mata kuliah KMB
(Keperawatan Medical Bedah) yang berjudul “ Konsep Asuhan Keperawatan
Pada Gangguan Sistem Imunitas Pada Kasus HIV/AIDS dan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca. Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
COVER ………………………………………………………………………
A. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………
1.3 Tujuan …………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh
HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang
yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik
ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
dalam (membaran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal,
dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal,
anal, ataupun oral), transfuse darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara
ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak
memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak
pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu
kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah
dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan
5.430 kematian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an
menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan Indis, yang percepatan
1.2 Tujuan
9. Untuk mengetahui apa saja komplikasi yang terjadi pada kasus HIV/AIDS
A. Konsep Teori
2.1 Pengertian
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virusyang
merupakan virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini
menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh,
sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi yang menyebabkan
defisiensi (kekurangan) sistem imun. AIDS adalah infeksi oportunistik
yang menyerang seseorang dimana mengalami penurunan sistem imun
yang mendasar (sel T berjumlah 200 atau kurang)dan memiliki antibodi
positif terhadap HIV(Doenges, 1999). AIDS adalah suatu kumpulan
kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh
HIV(Sylvia, 2005).
Sindrom imunodefisiensi yang didapat (AIDS: Acquired
Immunodeficiency Syndrom) diartikan sebagai bentuk keadaan paling
berat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV). Selama bertahun-tahun, HIV
diartikan sebagai HTLV III (HUMAN t-CELL lymphotropic virus tipe III)
dan virus yang berkaitan dengan limfadenopati (LAV: Limphadenopathy
Associated Virus). Manifestasi infeksi HIV berkisar mulai dari kelainan
ringan dalam respon imun tanpa tanda-tanda dan gejala yang nyata hingga
keadaan imunosupresi yang berat yang berkaitan dengan berbagai infeksi
yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang
jarang terjadi.
2.2 Etiologi
HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III
(HTLV-III) atau virus limfadenapati (LAV), adalah suatu retrovirus
manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam
ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah
masuk ke dalam sel pejamu. HIV -1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik,
dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia. Ditularkan
oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
2.3 Manifestasi Klinis
Menurut (Doenges, 1999), manifestasi klinis penyakit AIDS
menyebar luas dan pada dasarnya dapat mengenai setiap sistem organ.
Penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV dan penyakit AIDS terjadi
akibat infeksi, malignansi dan/efek langsung HIV pada jaringan tubuh.
Manifestasi klinis dan akibat infeksi HIV berat yang paling sering
ditemukan, yaitu:
a. Gejala klinis muncul sebagai penyakit yang tidak khas seperti:
1. Diare kronis
2. Kandidiasi mulut yang luas
3. Pneumoystis carini
4. Pneumonia interstisialis lifositik
5. Ensefalopati kronik
b. Gejala Mayor :
1. BB menurun atau gagal tubuh.
2. Diare > 1 bulan (kronis/ berulang).
3. Demam > 1 bulan (kronis/ berulang).
4. Infeksi sakuran nafas.
5. Bawah yang parah atau menetap.
c. Gejala Minor :
1. Lymfadenopati generalisata atau hepatosplenomegali.
2. Kandidiasis oral.
3. Infeksi THT yang berulang.
4. Batuk kronis.
5. Dermatitis generalisata.
6. Encefalit.
2.4 Patofisiologi
HIV tergolong kedalam kelompok virus yang dikenal sebagai
retrovirus yang menunjukkan bahwa virus tersebut menunjukkan materi
genetiknya dalam asam ribonukleat (RNA) dan bukan dalam asam
deoksiribonukleat (DNA.) Virus HIV (partikel virus yang lengkap yang
dibungkus oleh selubung pelindung) mengandung RNA dalam inti
berbentuk peluru yang terpancung dimana p24 merupakan komponen
struktural yang utama. Tombol (knob) yang menonjol lewat dinding virus
terdiri atas protein gp120 dari HIV.
Sel-sel CD4+ mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 Helper
(yang dinamakan sel-sel CD4+ kalau dikaitkan dengan infeksi HIV),
limfosit T4 helper ini merupakan sel yang paling banyak diantara ketiga
sel diatas. Sesudah terikat dengan membran T4 helper HIV akan
menginjeksikan dua utas benang RNA yang identik kedalam sel T4
helper. Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai revense
trancriptase HIV akan melakukan pemprograman ulang materi genetik
dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double stranded. DNA (DNA
utas - ganda). DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai
sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen.
Siklus reflikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang
terinfeksi diaktifkan. Aktifasi sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh
antigen, mitogen, sitokinin (TNF alfa atau interleukin 1) atau produk gen
virus seperti sitomegalovirus (CMV: Cytomegalovirus), virus Epstein-
barr, herpes simpleks dan hepatitis. Sebagai akibatnya, pada saat sel T4
yang terinfeksi diaktifkan replikasi serta pembentukan tunas HIV akan
terjadi dan sel T4 akan dihancurkan. HIV yang baru dibentuk ini
kemudian dilepas kedalam plasma darah dan menginfeksi sel-sel CD4+
lainnya.
Infeksi monosit dan makrofag tampaknya berlangsung secara
persisten dan tidak mengakibatkan kematian sel yang bermakna, tetapi
sel-sel ini menjadi reservoir bagi HIV sehingga virus tersebut dapat
tersembunyi dari sistem imun dan terangkut keseluruh tubuh lewat sistem
ini untuk menginfeksi pelbagai jaringan tubuh. Sebagian besar jaringan
ini dapat mengandung moleku CD4+ atau memiliki kemampuan untuk
memproduksinya. Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa sesudah
infeksi inisial kurang lebih 25 % dari sel-sel kelenjar limfe akan terinfeksi
oleh HIV pula. Replikasi virus akan berlangsung terus sepanjang
perjalanan infeksi HIV, tempat primernya adalah jaringan limfoid. Ketika
sistem imun terstimulasi, replikasi virus ini akan terjadi dan virus ini akan
menyebar kedalam plasma darah yang mengakibatkan infeksi berikutnya
pada sel-sel CD4+ yang lainnya. Sistem imun pada infeksi HIV lebih aktif
dari pada yang diperkirakan sebelumnya sebagaimana dibuktikan oleh
produksi sebanyak dua milyar limfosit CD4+ perhari. Keseluruhan
populasi sel-sel CD4+ perifer akan mengalami pergantian (turn over)
setiap lima belas hari sekali (Ho et al, 1995).
Kecepatan produksi HIV diperkirakan berkaitan dengan status
kesehatan orang yang terjangkit infeksi tersebut. Jika orang tersebut tidak
sedang berrperang melawan infeksi yang lain, reproduksi HV berjalan
dengan lambat. Namun reproduksi HIV tampaknya akan dipercepat kalau
penderitanya sedang mengalami infeksi yang lain atau kalau sistem
imunnya terstimulasi. Keadaan ini dapat menjelaskan periode laten yang
diperlihatkan oleh sebagian penderita sesudah terinfeksi HIV. (pinching,
1992).
Dalam respon imun limfosit T4 memainkan beberapa peranan yang
penting yaitu mengenali anti gen yang asing, mengaktifkan limfosit B
yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksik,
memproduksi limfokin dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi
parasit. Kalau fungsi limposit T4 terganggu mikroorganismeyang
biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk
menginvasi dan menyebabkan sakit yang serius. Infeksi dan malignansi
yang timbul sebagai akibat dari gangguan sistem imun dinamakan infeksi
oportunistik.Masa inkubasi diperkirakan bervariasi 2-5 tahun.
2.5 Pathway
Infeksi opurtinistik
Sistem pernafasan Sistem pencernaan Sistem
Sistem integument
neurologis
3. Gastrointestinal
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora
normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek,
penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan
dehidrasi.
b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi,
obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri
abdomen, ikterik,demam atritis.
c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan
inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek
inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan
dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan
sepsis.
6. Sensorik
a. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek
kebutaan
b. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS HIV/AIDS
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI : Jakarta