Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmatdan
Hidayah-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan tugas dengan judul
“Asuhan  Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan HIV AIDS “ 
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak atas
segala bantuannya sehingga makalah ini dapat tersusun, semoga bermanfaat bagi para pembaca
sekalian. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam dunia pengetahuan
khususnya ilmu keperawatan.Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangatlah penyusun
harapkan demi kesepurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Orang yang terkena virus HIV/AIDS ini akan menjadi rentanterhadap infeksi oportunistik
ataupun mudah terkena tumor. Penyakit AIDSini telah menyebar ke berbagai negara di dunia.
Bahkan menurut UNAIDSdan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25
juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu
epidemic paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja,akses perawatan
antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia,epidemik AIDS diklaim bahwa
diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta)hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta
(570.000) merupakananak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup
denganHIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4dan 3,3 juta
orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun
1981.
 
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampaidengan 31 Desember 2011
yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, KemenkesRI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan
jumlah kasus AIDS sudahmenembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan
106.758yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian.Angka ini tidak
mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahliepidemiologi sudah membuat estimasi
kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia
menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya
tertinggi di Asia.TB ( Tubrkulosis ) merupakan salah satu infeksi oportunistiktersering
menyerang pada orang dengan HIV/AIDS di Indonesia. InfeksiHIV/AIDS memudahkan
terjadinya infeksi mycobacterium tuberculosis, Penderita HIV/AIDS mempunyai resiko lebih
besar menderita TB di bandingkan dengan non-HIV/AIDS.  Resiko HIV/AIDS untuk  menderita 
TB adalah 10% per tahun, sedangkan yang non-HIV/AIDS resiko menderita TB hanya 10%
seumur hidup. Di Amerika Serikat di laporkan angka kejadianTB dengan infeksi menurun, 4,4
kasus baru per 100.000 populasi ( total13,299 kasus ) pada tahun 2007. Di RSU Dr.Soetomo
dilaporkan sebanyak25-83 %. Sementara Raviglione, dkk menyebutkan bahwa TB
merupakan penyebab kematian tersering pada orang penderita HIV/AIDS. Di mana WHO
memperkirakan TB sebagai penyebab kematian 13% dari penderita AIDS.

2. Rumusan Masalah
1.Apa definisi dari HIV/AIDS ?
 
2.Apa etiologi dari HIV/AIDS ?
 
3.Bagaimana patofisiologi dari HIV/AIDS?
 
4.Bagaimana tanda-tanda dari HIV/AIDS ?

5. Apa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada HIV/AIDS ?

6.Apa komplikasi yang akan muncul dari HIV/AIDS?


 
7. Apa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada HIV/AIDS ?
 
8. Apa komplikasi yang akan muncul dari HIV/AIDS ?
 
9. Bagaimana penatalaksanaan medis yang dilakukan pada HIV/AIDS ?

10.Bagaimana pengobatan yang dilakukan pada HIV/AIDS?


 
11. Bagaimana pencegahan HIV/AIDS ?
 
3. Tujuan
Tujuan umum Untuk menjelaskan dan mengetahui konsep dasar teori serta bagaimana cara
menyusun asuhan keperawatan pada pada pasien dengan penyakit HIV/AIDS
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human
Immunodeficiency virus (HIV). (Mansjoer, 2000:162)
AIDS adalah Runtuhnya benteng pertahanan tubuh yaitu system kekebalan alamiahmelawan
bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, yaitu dengan hancurnya sel limfosit T (sel-T).(Tambayong,
J:2000)
AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler
yangdisebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana
kebanyakan pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama perjalanan pe
nyakit.(Carolyn, M.H.1996:601)
AIDS adalah penyakit defisiensi imunitas seluler akibat kehilangan kekebalan yang dapat
mempermudah terkena berbagai infeksi seperti bakteri, jamur, parasit dan virus tertentuyang
bersifat oportunistik. ( FKUI, 1993 : 354)
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan AIDS adalah kumpulan
gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan ole
hretrovirus (HIV) yang dapat mempermudah terkena berbagai infeksi seperti bakteri,
jamur, parasit dan virus.

B. Etiologi
 HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus yang melekat dan memasuki limfosit T
helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologik lain dan orang
itu mengalami destruksi sel CD4+ secara bertahap (Betz dan Sowden, 2002). Infeksi HIV
disebabkan oleh masuknya virus yang bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus) kedalam
tubuh manusia (Pustekkom, 2005).

C.Patofisiologi
 HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang
bekerjasebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup limfosit penolong dengan
peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga meperlihatkan pengurangan
bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi HIV yang 
menyebabkan penurunan sel CD4.

HIV secara istimewa menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang bekerja
sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini,  yang mencakup  linfosit penolong dengan  peran 
kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga memperlihatkan pengurangan bertahap be
rsamaan dengan perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan penurunan
sel CD4 ini tidak pasti, meskipun kemungkinan mencakup infeksi litiksel CD4 itu sendiri;
induksi apoptosis melalui antigen viral, yang dapat bekerja sebagai superantigen; penghancuran
sel yang terinfeksi melalui mekanisme imun antiviral penjamu dankematian atau disfungsi
precursor limfosit atau sel asesorius pada timus dan kelenjar getah bening.
HIV dapat menginfeksi jenis sel selain limfosit. Infeksi HIV pada monosit, tidak seperti infeksi
pada limfosit CD4, tidak menyebabkan kematian sel. Monosit yang terinfeksi dapat berperang
sebagai reservoir virus laten tetapi tidak dapat diinduksi, dan dapat membawa virus keorgan,
terutama otak, dan menetap di otak. Percobaan hibridisasi memperlihatkan asam nukleatviral
pada sel-sel kromafin mukosa usus, epitel glomerular dan tubular dan astroglia.
Pada jaringan janin, pemulihan virus yang paling konsisten adalah dari otak, hati, dan paru. Patol
ogiterkait HIV melibatkan banyak organ, meskipun sering sulit untuk mengetahui apakah
kerusakanterutama disebabkan oleh infeksi virus local atau komplikasi infeksi lain atau
autoimun.

Stadium tanda infeksi HIV pada orang dewasa adalah fase infeksi akut, sering simtomatik,
disertai viremia derajat tinggi, diikuti periode penahanan imun pada replikasi viral,selama
individu biasanya bebas gejala, dan priode akhir gangguan imun sitomatik progresif,dengan
peningkatan replikasi viral. Selama fase asitomatik kedua-bertahap dan dan progresif,kelainan
fungsi imun tampak pada saat tes, dan beban viral lambat dan biasanya stabil. Faseakhir, dengan
gangguan imun simtomatik, gangguan fungsi dan organ, dan keganasan terkaitHIV, dihubungkan
dengan peningkatan replikasi viral dan sering dengan perubahan pada jenisvital, pengurangan
limfosit CD4 yang berlebihan dan infeksi aportunistik.

Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak bergejala saat terakhir, meskipun “ priodeinkubasi “
 atau interval sebelum muncul gejala infeksi HIV, secara umum lebih singkat padainfeksi
perinatal dibandingkan pada infeksi HIV dewasa. Selama fase ini, gangguan regulasiimun sering
tampak pada saat tes, terutama berkenaan dengan fungsi sel B;hipergameglobulinemia dengan
produksi antibody nonfungsional lebih universal diantara anak- anak yang terinfeksi HIV dari
pada dewasa, sering meningkat pada usia 3 sampai 6 bulan.Ketidak mampuan untuk berespon
terhadap antigen baru ini dengan produksi imunoglobulinsecara klinis mempengaruhi bayi tanpa
pajanan antigen sebelumnya, berperang pada infeksi dankeparahan infeksi bakteri yang lebih
berat pada infeksi HIV pediatrik. Deplesi limfosit CD4sering merupakan temuan lanjutan, dan
mungkin tidak berkorelasi dengan status simtomatik.Bayi dan anak-anak dengan infeksi HIV
sering memiliki jumlah limfosit yang normal, dan 15% pasien  dengan 
AIDS periatrik mungkin memiliki resiko limfosit CD4 terhadap CD8 yangnormal. Panjamu yang
berkembang untuk beberapa alasan menderita imunopatologi yang berbeda  dengan 
dewasa, dan kerentanan perkembangan system saraf pusat menerangkan frekuensi relatif
ensefalopati yang terjadi pada infeksi HIV anak.

D. Tanda Dan Gejala


 Dengan sedikit pengecualian, bayi dengan infeksi HIV perinatal secara klinis dan
imunologis normal saat lahir. Kelainan fungsi imun yang secara klinis tidak tampak sering
mendahului gejala-gejala terkait HIV, meskipun penilaian imunologik bayi beresikodipersulit
oleh beberapa factor unik. Pertama, parameter spesifik usia untuk hitung limfositCD4 dan resiko
CD4/CD8 memperlihatkan jumlah CD4 absolut yang lebih tinggi dan kisaranyang lebih
lebar pada awal masa bayi, diikuti penurunan terhadap pada beberapa tahun pertama. Selain itu,
pajanan obat ini beresiko dan bahkan pajanan terhadap antigen HIV tanpainfeksi dapat
membingungkan fungsi dan jumlah limfosit. Oleh karena itu, hal ini petinguntuk merujuk pada
standar yang ditentukan usia untuk hitung CD4, dan bila mungkin menggunakan parameter yang
ditegakkan dari observasi bayi tak terinfeksi yang lahir dari ibu yang terinfeksi.
Gejala terkait HIV yang paling dini dan paling sering pada masa bayi jarang diagnostic.
Gejala HIV tidak spesifik didaftar oleh The Centers For Diseasen Control
sebagai bagian definisi mencakup demam, kegagalan berkembang, hepatomegali dan splenomeg
ali,limfadenopati generalisata (didefinisikan sebagai nodul yang >0,5 cm terdapat pada 2
ataulebih area tidak bilateral selama >2 bulan), parotitis, dan diare. Diantara semua anak
yangterdiagnosis dengan infeksi HIV, sekitar 90% akan memunculkan gejala ini,
kebergunaannyasebagai tanda awal infeksi dicoba oleh studi the European Collaborativ pada
bayi yang lahirdari ibu yang terinfeksi. Mereka menemukan bahwa dua pertiga bayi yang
terinfeksimemperlihatkan tanda dan gejala yang tidak spesifik pada usia 3 bulan, dengan angka
yanglebih rendah diantara bayi yang tidak terinfeksi. Pada penelitian ini, kondisi
yangdidiskriminasi paling baik antara bayi terinfeksi dan tidak terinfeksi adalah
kandidiasiskronik, parotitis, limfadenopati persistem, hepatosplenomegali. Otitis media, tinitis,
demanyang tidak jelas, dan diare kronik secara tidak nyata paling sering pada bayi yang
terinfeksidaripada bayi yang tidak terinfeksi.
Tanda pertama infeksi tidak nyata. Pengalaman dari beberapa pusat penelitian menunjukkan
bahwa sekitar 20% bayi yang terinfeksi secara cepat akan berkembang menjadi gangguan imun
dan AIDS. Banyak dari bayi ini akan menampakkan gejala aneumonia Pneumocystis carinii
(PCP) pada usia 3 sampai 6 bulan, atau menderita infeksi bakteri seriuslain. Pada beberapa bayi,
jumlah CD4 mungkin normal saat terjadinya PCP.
Dalam 2 tahun setelah lahir, kebanyakan bayi akan mengalami beberapa derajat kegagalan
berkembang, demam rekuren atau kronik, keterlambatan perkembangan, adenopati persisten, 
atau hepatosplemegali. Semua ini  bukan  keadaan kecacatan, dan konsisten dengan
kelangsungan hidup yang lama. Melebihi ulang tahun pertama, sekitar 8% bayi ini akan
berkembang  menjadi AIDS  terbatas  CDC  per  tahun. Penunjukan “AIDS” merupakan
kebergunaan yang sangat terbatas pada prognosis atau pada nosologi deskriptif infeksi
HIV,tetapi penyakit indicator AIDS berperang sebagai tanda tingginya perkembangan
penyakitdan sebagai catalog kondisi yang sering terlihat dengan perkembangan penyakit.
Masing-masing dibahas secara singkat dibawah:
Pneumonia Pneumocystis carinii (PCP). PCP merupakan penyakit indicator AIDS  paling 
sering, yang terjadi pada  sekitar  sepertiga anak dan bayi yang terinfeksi. Usia rata untuk
munculnya penyakit adalah sekitar usia 9 bulan, meskipun puncaknya sampai usia 3sampai 6
bulan diantara bayi-bayi yang berkembang sangat cepat. Tidak seperti reaksi PCP
pada orang dewasa, infeksi ini biasanya merupakan infeksi primer pada anak yang terinfeksi
HIV, bergejala subkutan atau mendadak dengan demam, batuk, takipnea, dan ronki. PCP sulit
dibedakan dengan infeksi paru lain atau usia ini, dan karena trimetoprim-sulfametoksasol dan
kortikosteroid intravena diberikan pada awal perjalanan penyakit menyebabkan perbaikan yang
signifikan, lavese bronkoalveolar diagnostic harus dipikirkan secara serius pada bayi beresiko
dengan gambaran klinis konsisten. PCP memberikan prognosis yang tidak baik pada awal
penelitian dengan kelangsungan hidup media 1 bulan setelah diagnosis. Saat ini dikenali bahwa 
penyakit yang  lebih ringan  dapat  terjadi  dan  konsisten dengan kelangsungan hidup yang lama.
Profilaksin PCP dengan trimetoprim-sulfametoksasol oral efektif, dan merupakan indikasi untuk
bayi dengan kehilangan limfosit CD4 yang signifikan, sebelum PCP, dan pada beberapa bayi
muda dengan perkembangan gejala terkait HIV yang cepat.
Pneumolitis Interstisial Limfoid (LIP). Infiltrasi paru intersisial kronik telah ditentukan pada
orang dewasa yang terinfeksi HIV dalam jumlah kecil, tetapi terjadi padasekitar 20% anak yang
terinfeksi HIV. Dianggap berhubungan dengan infeksi virus Epstein-Barr. Kondisi ini ditandai
dengan perjalanan kronik eksa-serbasi intermiten (sering selamainfeks respirasi yang terjadi di
antara infeksi atau selama infeksi. Infiltra dada kronik yangterlihat pada sinar-X sering
menunjukkan diagnosis, tetapi hanya biopsy paru terbuka yangdapat dipercaya untuk diagnosis
definitive. Hipoksia jaran parah sampai terbawa selama beberapa tahun, dan
beberapa perbaikan pada kostikosteroid. LIP sebagai gejala yang timbul pada infeksi HIV dapat
disertai prognosis yang lebih baik, dan sering terlihat pada kelompokgejala dengan
hipergamaglobulinemia yang nyata dan parotitis.
Infeksi Bakteri Rekuren. Untuk criteria AIDS pediatric CDC, infeksi bakteri rekurenadalah
dua atau lebih episode sepsis, meningitis, pneumonia, abses internal, atau infeksitulang dan
sendi; ini semua terlihat pada 15% anak-anak dengan AIDS pediatric.Infeksi  bakteri yang 
lebih sedikit,  seperti infeksi  sinus  rekuren  atau kronik,  otitis  media,  dan  pioderma  masih 
sering terjadi. Streptococcus pneumonia merupakan isolate darah yang paling sering pada anak
yang terinfeksi HIV, meskipun stafilokokal gram-negatif, dan bahkan bakteremia pseudomonal 
terjadi berlebihan. Penanganan episode demam pada anak yang terinfeksi HIV sama dengan
penanganan anak dengan kondisi yang menganggu imunitas lain.Gangguan kemampuan untuk
menjaga respons antibody yang efektif dan kurangnya pajanan membuat anak yang terinfeksi
HIV rentang terhadap penyakit bakteri yang lebih setius.Profilaksis dengan immunoglobulin
intravena dapat mengurangi frekuensi dan keparahan infeksi bakteri yang serius.
Penyakit Neurologi Progresif. Sampai 60% anak yang terinfeksi HIV dapat munculkan tanda
infeksi system saraf pusat. Pada sekitar seperempatnya, infeksi ini
dalam bentuk ensefalopati static yang biasanya bermanifestasi pada tahun pertaman denganketerl
ambatan perkembangan. Pada sekitar sepertiganyan, terjadi ensefalopati progresif,dengan
kehilangan kejadian yang penting sebelumnya dan deficit motorik dan kognitif
yang berat. Pencitraan saraf dapat memperlihatkan atrofi serebral, kelainan subtansi alba, ataukla
sifikasi ganglion basal, atau kesemuanya, meskipun keparahan abnormalitas pencitraansering
tidak berkorelasi dengan gambaran klinis. Zidovudin IV kontinu ditemukan menyebabkan
perbaikan yang dramatic pada beberapa anak dengan deficit perkembangan saraf; kostikosteroid
juga menguntungkan pada laporan terisolasi.
Wasting Syndrome. Kegagalan kronik untuk tumbuh pada infeksi HIV lanjut
terjadi pada sekitar 10% bayi dan anak dengan AIDS dan hamper selalu multifaktorial. Deficitsy
stem saraf pusat dari latergi sampai kelemahan dalam mengunyah; abnormalitas neuroendokrin;
malabsorpsi dan diare akibat infeksi HIV primer, infeksi usus sekunder, atau terapi; dan
katabolisme yang diinduksi infeksi sering berperang pada masalah yang menjengkelkan ini.
Infeksi Oportunistik. Lebih dari satu lusin infeksi oportunistik spesifik memenuhi AIDS,
meskipun setelah PCP, paling sering pada AIDS pediatric adalah esofagistis kandida,terjadi pada
sekitar 10%, dan infeksi kompleks, Mycobakterium avium. Diantara virus-virus,infeksi CMV
diseminata dan lama pada saluran cerna, dan infeksi virus varisela zosterapitikal, rekuren dan
ekstensif sering terjadi. Walaupun daftar panjang pathogen yang menyebabkan penyakit berat
dan lama tidak lazim pada penjamu ini, virus respirasi yang lazim, mencakup virus sinsitial
respiratorius, jarang menyebabkan penyakit yang berkomplikasi.
Terkenanya organic lain. Terkenanya hepar padi infeksi HIV pediatric sering mengambil
bentuk organ yang membesar sedang sampai berat, transaminitis berfluktuasi.Yang jarang adalah
hepatitis kolestatik berat yang terjadi pada bayi yang terinfeksi pada tahun pertama, dengan
prognosis buruk. Kelainan hati dapat disebabkan oleh infeksi yang bersama  dengan 
CMV, HCV, atau HBV, oleh infeksi HIV itu sendiri, atau banyak agen infeksius lain. Penyakit
ginjal yang sering terjadi, paling sering bermanifestasi protenuria.Perubahan mesangial dan
glomerulokslerosis fokal telah diindentifikasi sebagai patologi yang  paling  sering terjadi 
pada anak dengan AIDS. Kelainan jantung dapat diperhatikan pada separuh anak semua usia
penyakit HIV, meskipun insiden kardiomiopati simtomatik hanya12 sampai 20%; efusi
pericardial dan gangguan fungsi ventrikel merupakan kelainan ekokardiografi yang paling sering
ditemukan. Meskipun frekuensi penyakit paru kronik pada pasien ini,  terkenanya 
vertikel kiri beberapa kali lebih sering daripada yang kanan. Tekanan HIV langsung,
autoimunitas, malnutrisi dan infeksi bersama dengan virus miotropiksemuanya telah dihipotesis
sebagai etiologi. Fenomena autoimun mencakup anemia hemolitik positif-
coombs dan trombositopenia. Sarcoma Kaposi dan kanker sekunder lain jarang padaanak yang
terinfeksi HIV.

E. Diagnosis
Diagnosis awal bayi yang terinfeksi sangat diinginkan, tetapi pengenalan awal bayi yang
beresiko HIV lebih penting. Hanya jika infeksi HIV pada perempuan hamil teridentifikasi,
terhadap kesempatan untuk mengubah ibu dan bayi secara cepat dengan terapiantiviral atau
preventif. Oleh karena itu uji dan konseling HIV harus menjadi bagian rutin pada perawatan
kehamilan.
Menetapnya antibody terhadap HIV yang didapat secara transplasenta pada bayimerupakan
komplikasi pemakaian uji antibody konversional dalam mendignosis infeksi HIV pada 
masa bayi. Karena antibodi seperti ini dapat menetap dalam sirkulasi bayi yang tidakterinfeksi
selama 18 bulan, diagnosis infeksi pada bayi beresiko memerlukan biakan virusdari bayi (biakan
HIV), atau adanya antigen HIV (antigen p24) atau asam nuclear viral-[reaksi rantai polymerase
HIV (PCR)]. Uji virolegi dengan PCR atau biakan HIV darah  perifer 
dapat diharapkan menegakkan atau menyingkirkan (95% dapat dipercaya) diagnosisinfeksi HIV
pada usia 3 sampai 6 bulan. Uji-uji ini jika dilakukan dengan tepat mempunyai angka positivitas
palsu rendah yang dapat diterima dan dapt diandalkan untuk menegaskan infeksi pada semua
usia. Sensitivitas pada tiap-tiap tes lebih rendah pada priode parinatal,membuat diperlukannya
tes serial. Untuk memonitor secara prospektif bayi yang beresiko, uji firologi diagnostic
dianjurkan sekurang-kurangnya 2 kali dalam 6 bulan pertama. Sebagai orang tua diberitahukan
bahwa anaknya terinfeksi, konfirmasi dan tinjauan semua uji laboratorium dianjurkan.
Bila bayi atau anak tanpa factor resiko yang dikenali untuk infeksi HIV tampak dengan
gambaran atau tanda yang cocok dengan defisiensi imun, diagnosis HIV harus dijalankan
bersama defisiensi imun lain. Kenyataan bahwa infeksi HIV akhir-akhir ini merupakan penyebab
utama defisiensi imun pada anak yang lebih mudah membantu saat membersihkan konseling
orang tua berkenang dengan uji serologi.Pada anak berusia 18 bulan sampai masa remaja, tes
serologi yang positif yang dikonfirmasi untuk antibody terhadap HIV (ELISA dan bekuan
Western atau tes konfirmasi lain) biasanya cukup untuk menegakkan diagnosis infeksi HIV.
Beberapa persen bayi tidak terinfeksi dari ibu yang terinfeksi HIV akan memiliki antibody yang
berasal dari ibu yang dideteksi, sehingga konfirmasi virologi diharapkan. Kesukaran lain yang
jarang dalam diagnosi yang didasarkan pada serologi saja adalah bayi yang terinfeksi HIV yang
tidak menghasilkan antibody spesifik HIV dan keadaan yang tidak lazim pada bayi terinfeksi
yang menjadi seronegatif setelah pencucian antibody meternal sebelum menghasilkan antibody
itu sendiri.
F. Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitisHuman
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan
berat badan, keletihan dan cacat. Kandidiasis oral ditandai oleh bercak-bercak putih seperti krim
dalam rongga mulut. Jika tidak diobati, kandidiasis oral akan berlanjut mengeni esophagus dan
lambung. Tanda dan gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan yang sulit danrasa sakit
di balik sternum (nyeri retrosternal).
2. Neurologik
•Ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia AIDS (ADC; AIDS
dementiacomplex). Manifestasi dini mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala,
kesulitan berkonsentrasi, konfusi progresif, perlambatan psikomotorik, apatis dan ataksia. stadiu
mlanjut mencakup gangguan kognitif global, kelambatan dalam respon verbal, gangguanefektif
seperti pandangan yang kosong, hiperefleksi paraparesis spastic, psikosis, halusinasi,tremor,
inkontinensia, dan kematian.
•Meningitis kriptokokus ditandai oleh gejala seperti demam, sakit kepala, malaise, kakukuduk,
mual, muntah, perubahan status mental dan kejang-kejang. diagnosis ditegakkandengan analisis
cairan serebospinal.
3. GastrointestinalWasting syndrome kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang diperbarui
untuk penyakit AIDS. Kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB > 10% dari BB
awal, diareyang kronis selama lebih dari 30 hari atau kelemahan yang kronis, dan demam
yangkambuhan atau menetap tanpa adanya penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala ini.
 Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma
Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan
dehidrasi.
 Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik.
Dengananoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
 Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai
akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rektal, gatal-gatal dan diare
4. Respirasi
Pneumocystic Carinii. Gejala napas yang pendek, sesak nafas (dispnea), batuk-batuk,nyeri
dada, hipoksia, keletihan dan demam akan menyertai pelbagi infeksi oportunis, seperti yang
disebabkan oleh Mycobacterium Intracellulare (MAI), cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus, dan strongyloides.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,reaksi
otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksisekunder dan
sepsis. Infeksi oportunis seperti herpes zoster dan herpes simpleks akan disertaidengan
pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak integritas kulit. Moluskum kontangiosum
merupakan infeksi virus yang ditandai oleh pembentukan plak yang disertai deformitas.
dermatitis sosoreika akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit
kepala serta wajah.penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang
disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitis topik seperti ekzema
dan psoriasis.
6. Sensorik
 Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata : retinitis
sitomegalovirus berefek kebutaan
 Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan
efeknyeri yang berhubungan dengan mielopati, meningitis, sitomegalovirus dan reaksi-
reaksiobat.
G. Pemeriksaan Penunjang
  Menurut Hidayat (2008) diagnosis HIV dapat tegakkan dengan menguji HIV. Tes
inimeliputi tes Elisa, latex agglutination dan western blot. Penilaian Elisa dan
latexagglutination dilakukan untuk mengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak, bila
dikatakan positif HIV harus dipastikan dengan tes western blot. Tes lain adalah dengan ca
ra mengujiantigen HIV, yaitu tes antigen P 24 (polymerase chain reaction) atau PCR.
Bila pemeriksaan pada kulit, maka dideteksi  dengan tes  antibody (biasanya  digunakan 
pada bayi lahir denganibu HIV.
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
 ELISA (positif; hasil tes yang positif dipastikan dengan western blot)
 Western blot (positif)
 P24 antigen test (positif untuk protein virus yang bebas)
 Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut mendeteksi
enzim reversetranscriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat)
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
 LED (normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan)
 CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan kemampuan untuk bereaksi
terhadap antigen)
 Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)
 Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan dengan berlanjutnya
penyakit).
 Kadar immunoglobulin (meningkat)
H. Penatalaksanaan
1. Perawatan
 Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain:
 Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah
kemungkinan terjadi infeksi
 Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada
 Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan
dideosinukleotid, yaituazidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT
dengan berintegrasi ke DNA virus,sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV
 Mengatasi dampak psikososial
 Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan
prosedur yangdilakukan oleh tenaga medis
 Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus selalu
memperhatikan perlindungan universal (universal precaution)
I. Pengobatan
Hingga kini belum ada penyembuhan untuk infeksi HIV dan AIDS. Penatalaksanaan AIDS
dimulai dengan evaluasi staging untuk menentukan perkembangan penyakit dan  pengobatan 
yang sesuai. Anak dikategorikan dengan menmggunakan tiga parameter : status kekebalan,
status infeksi dan status klinik dalam kategori imun : 1) tanpa tanda supresi, 2) tanda supresi
sedang dan 3) tanda supresi berat. Seorang anak dikatakan dengan tanda dangejala ringan
tetapi tanpa bukti adanya supresi imun dikategorikan sebagai A2. Status imun didasarkan pada
jumlah CD$ atau persentase CD4 yang tergantung usia anak (Betz danSowden, 2002).
Selain mengendalikan perkembangan penyakit, pengobatan ditujuan terhadap mencegah dan
menangani infeksi oportunistik seperti Kandidiasis dan pneumonia interstisiel.Azidomitidin
( Zidovudin), videks dan Zalcitacin (DDC) adalah obat-obatan untuk infeksiHIV dengan
jumlah CD4 rendah, Videks dan DDC kurang bermanfaat untuk oenyakit sistemsaraf pusat.
Trimetoprin sulfametojsazol (Septra, Bactrim) dan Pentamadin digunakan untuk 
pengobatan dan profilaksi pneumonia cariini setiap bulan sekali berguna untuk mencegah
infeksi bakteri berat pada anak, selain untuk hipogamaglobulinemia. Imunisasi disarankan
untuk anak-anak dengan infeksi HIV, sebagai pengganti vaksin poliovirus (OPV), anak-anak
diberi vaksin vorus polio yang tidak aktif (IPV) (Betz dan Sowden, 2002)

J. Pencegahan
Pencegahan infeksi HIV primer pada semua golongan usia kemungkinan akan memengaruhi
epidemil global lebih dari terapi apa pun dimasa depan yang dapat diketahui.Kesalahan konsepsi
mengenai factor resiko untuk infeksi HIV adalah target esensial untuk usaha mengurangi
perilaku resiko, terutama diantara remaja. Untuk dokter spesialis anak,kemampuan member
konsultasi pada pasien dan keluarga secara efektif mengenai praktik seksual dan penggunaan
obat adalah aliran utama usaha pencegahan ini. Bahkan pendidikandan latihan tersedia dari The
American Medical Assosiation dan The American Academy of Pediatrics yang dapat membantu
dokter pediatric memperoleh kenyamanan dan kompetensiyang lebih besar pada peran ini.
Pencegahan infeksi HIV pada bayi dan anak harus dimulai dengan tepat dengan pencegahan
infeksi pada perempuang hamil. Langkah kedua harus menekan pada uji serologi HIV bagi
semua perempuan hamil. Rekomendasi ini penting karena uji coba pengobatan mutakhir
menunjukkan bahwa protocol pengobatan bayi menggunakan obat yang samaselama beberapa
minggu secara signifikan mengurangi angka transmisi dari ibu ke bayi.
Pemberian zidovudin terhadap wanita hamil yang terinfeksi HIV-1 mengurangi
penularan HIV-1 terhadap bayi secara dermatis. Penggunaan zidovudin (100mg lima
kali/24 jam)  pada wanita HIV-1 dalam 14 minggu  kehamilan sampai  kelahiran dan  persalinan 
dan selama 6 minggu pada neonatus (180 mg/m2 secara oral setiap jam) mengurangi penularan
pada 26% resipien palasebo sampai 8% pada resipien zidovudin, suatu perbedaan yang
sangat bermakna. Pelayanan kesehatan A.S. telah menghasilkan pedoman untuk penggunaanzido
vudin pada wanita hamil HIV-1 positif untuk mencegah penularan HIV-1 perinatal.Wanita yang
HIV-1 positif, hamil dengan masa kehamilan 14-34 minggu, mempunyai anaklimfosid CD4
+ 200/mm atau lebih besar, dan sekarang tidak berada pada terapiatteretrovirus dianjurkan
menggunakan zidovudin. Zidovudin intravena (dosis beban 1 jam 2mg/kg/jam diikuti dengan
infus terus menerus 1 mg/kg/jam sampai persalinan) dianjurkanselama proses kelahiran. Pada
semua keadaan dimana ibu mendapat zidovudin untukmencegah penularan HIV-1, bayi harus
mendapat sirup zidovudin (2 mg/kg setiap 6 jamselama usia 6 minggu pertama yang mulai dan 8
jam sesudah lahir). Jika ibu HIV-1 positif dan tidak mendapatkan zidovudin, zidovudin harus
dimulai pada bayi baru lahir sesegera mungkin sesudah lahir, tidak ada bukti yang mendukung
kemajuan obat dalam mencegah infeksi HIV-1 bayi baru lahir sesudah 24 jam. Ibu dan anak
diobati dengan zidovudin harus diamati dengan ketak untuk kejadian-kejadian yang merugikan
dan didaftar pada PPP untuk menilai kemungkinan kejadian yang merugikan jangka lama. Saat
ini, hanya anemia ringan reversible yang telah ditemukan pada bayi. Untuk melaksanakan
pendekatan ini secara penuh,  semua wanita  harus mendapatkan  prenatal yang tepat,  dan 
wanita hamil harus diujiuntuk positivitas HIV-1.
Penularan seksual. Pencegahan penularan seksual mencakup penghindaran pertukaran cairan-
cairan tubuh.  Kondom  merupakan  bagian  integral program yang mengurangi penyakit yang
ditularkan secara seksual. Seks tanpa perlindungan dengan mitra yang lebih tua atau dengan
banyak mitra adalah biasa pada remaja yang terinfeksi HIV-1.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN HIV-AIDS

A. PENGKAJIAN

I. Identitas Klien :
Nama : An. A.
Tempat tanggal lahir : Poasia, 27 Mei 2005
Umur : 6 bulan 8 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : -

Alamat : BTN Kendari Permai Blok J No.14

Tanggal masuk : 18 Mei 2011

Tanggal pengkajian : 19 Mei 2011

Diagnosa Medik : HIV-AIDS

II. Identitas Orang Tua


1.Ayah
a) N a m a : Tn. T.L. 
b) U m u r : 27 tahun
c) Pendidikan : SMA
d) Pekerjaan : Buruh Pabrik
e) A g a m a : Islam
f) A l a m a t : BTN Kendari Permai Blok J No.14
2.Ibu
a) N a m a : Ny. R 
b) U s i a : 25 tahun
c) Pendidikan : SMP
d) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e) A g a m a : Islam
f) A l a m a t : BTN Kendari Permai Blok J No.14

III. Keluhan Utama


 Orang tua klien mengeluhkan bayinya mengalami diare disertai dengan demam.

IV. Riwayat Kesehatan


1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Diare dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Mula-mula intensitas BAB kurang, dan sejak 2 hariyang
lalu diare semakin parah diserta dengan demam, terdapat bercak-bercak terasa
gatal pada kulit, diare diikuti dengan batuk, sesak dan klien tidak mau menyusu. Dengan alasante
rsebut orang tua klien membawa klien ke RS untuk di periksa.
2.Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak 0-5 tahun)
1)Prenatal Care

 Pemeriksaan kehamilan 3 kali
 Keluhan selama hamil Ngidam, kadang-kadang demam dan lemas
 Riwayat terkena sinar tidak ada
 Kenaikan berat badan selama kehamilan 2 kg
 Imunisasi 2 kali
 Golongan darah Ibu : lupa /golongan darah ayah : A

2)N a t a l 

 Tempat melahirkan di Puskesmas oleh bidan


 Lama dan jenis persalinan : Spontan/normal
 Penolong persalinan Dokter Kebidanan
 Tidak ada komplikasi selama persalinan ataupun setelah persalinan (sedikit perdarahan
daerahvagina).

3)Post Natal 
 Kondisi Bayi : BB lahir 2 kg, PB 45 cm
 Pada saat lahir kondisi anak baik
 (untuk semua usia)
 Penyakit yang pernah dialami demam setelah imunisasi
 Kecelakaan yang pernah dialami: tidak ada
 Imunisasi belum lengkap
 Alergi belum Nampak
 Perkembangan anak dibanding saudara-saudara : Anak pertama

V. Riwayat Kesehatan Keluarga


 
Anggota keluarga : Ibu klien positif HIV

VI. Riwayat Imunisasi


No. Jenis Imunisasi WaktuPemberian Reaksi setelah pemberian

1. BCG 1 bulan Demam


2. DPT Lupa Demam
3. Polio - -
4. Campak - -
5. Hepatitis lupa lupa

VII. Riwayat Tumbuh Kembang
a.Pertumbuhan Fisik:

1. Berat Badan : BB lahir 2 kg, BB masuk RS : 5 kg.


2. Tinggi Badan : PB lahir 45 cm, PB masuk RS : 50 Cm
3. Waktu tumbuh gigi pertama : belum 
b.Perkembangan tiap tahapUsia anak saat :

1. Berguling : 5 bulan
2. Duduk : belum
3. Merangkak : belum
4. Berdiri : belum
5. Berjalan : belum
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : lupa
7. Bicara pertama kali : belum
8. Berpakaian tanpa bantuan : masih di bantu ibunya secara penuh

VIII. Riwayat Nutrisi
 a.Pemberian ASI
1. Pertama kali di susui : satu jam setelah lahir
2. Cara Pemberian : Setiap Kali menangis dan tanpa menangis
3. Lama Pemberin : 15-20 manit
4. Diberikan sampai usia : sampai saat ini 

b.Pemberian Susu Formula : SGM


Tidak pernah diberikan susu formula hanya ASI

c.Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini :

U s i a Jenis Nutrisi Lama Pemberian


 

0 - saat ini Asi Masih berlangsung saat

 IX. Riwayat Psiko Sosial

 Anak tinggal di rumah sendiri


 Lingkungan berada di tepi kota
 Rumah tidak ada fasilitas lengkap
 Di Rumah tidak ada tangga yang berbahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan, anak
bebas bermain di luar dengan teman-temannya
 Hubungan antar anggota kelurga baik
 Pengasuh anak adalah orang tua

X. Riwayat spiritual
 1.Anggota Keluarga tidak taat melaksanakan ibadah
2.Kegiatan keagamaan : jarang mengikuti kegiatan keagamaan

XI. Reaksi Hospitalisasi


 a.Pengalaman Keluarga tentang Sakit dan rawat inap
1.Orang tua membawa anaknya ke RS karena khawatir dan cemas tentang keadaan anaknya yang
demam terus
2.Dokter menceritakan sebagaian kecil kondisi anaknya dan kelihatannya orang tua belum
mengerti hal ini dibuktikan dengan ekspresi wajah orang tua dan pertanyaan yang timbul
sekitar keadaan anaknya
3.Orang tua saat masuk di RS sangat merasa khwatir dengan keadaan anaknya dan
selalumenanyakan kondisi anaknya
4.Orang tua selalu menjaga anaknya bergantian antara ayah, ibu dan dan keluarga yang lain. 

b.Pemahaman anak tentang sakit dan rawat Inap


1.Anak belum mampu berbicara.

XII. Aktivitas Sehari – hari


a. Nutrisi

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


Keinginan Menyusui Baik Kurang
Frekuensi Menyusui 7 kali Tidak pernah
b. Cairan

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


Jenis Minuman ASI Tidak ada
Frekuensi Minum Setiap kali haus Sering
Kebutuhan Cairan Tidak diketahui Tergantung
Cara Pemberian ASI Infuse
c. Eliminasi (BAB/BAK)

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


Tempat pembuangan Kain sarung Popok
Frekuensi/waktu BAK = sering BAB BAK = sering
= 2 x sehari BAB = 4-6xd
istirahat/tidur
Konsistensi Sering encer Sehari
Kesulitan Tidak ada Encer
Obat pencahar Tidak pernah Tidak ada
digunakan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Jam tidur
Siang 12.00-14.00 Jam 14.00-15.00
Malam Jam 20.00-06.00 Jam 21.00-07.30
Pola tidur Tidur dilaksanakan Tidur dilaksanakan pada
pada siang dan siang dan malam hari
malam hari
Kebiasaan sebelum Menyusui Menyusui
tidur
Kesulitan tidur Gelisah Sering terbangun karena
popoknya basah oleh feses

d. Olahraga
Tidak dikaji
e. Personal Hygiene

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


Mandi
Cara Dikerjakan oleh Tidak penah mandi hanya
orang tua dilap badan
Frekuensi
alat mandi 2xsehari Sabun 1xsehari/melap badan
Cuci rambut Kadang-kadang Pake air hangat
frekuensi
Cara Tidak menentu Belum pernah dilakukan
Gunting kuku Dikerjakan oleh
orang tua
frekuensi
Cara Setiap kali kuku Belum pernah dilakukan
panjang
4.Gosok gigi Dikerjakan oleh
orang tua
Frekuensi
Cara Setiap kali mandi Belum pernah dilakukan
dikerjakan oleh
orang tua

f. Aktifitas/mobilitas fisik
Tidak dikaji
g. Rekreasi
Tidak dikaji
B. Pemeriksaan Fisik
a.Keadaan umum klien : Lemah, gelisah dan batuk sesak
 Ekspresi wajah biasa kadang tersenyum dan cengeng bila diajak bermain.
 Berpakaian bersih karena selalu dijaga oleh ibunya. 
b.Tanda-tanda vital:
 Suhu : 38,5 º C
 Nadi : 120x/m
 Pernafasan : 28x / m
 TD : 95/60 mmHg
c.Antropometri
 - Panjang badan : 50 cm
 - Berat badan : 5 kg
 - Lingkaran lengan atas : tidak dikaji
 - lingkaran kepala : tidak dikaji
 - lingkaran dada : tidak di kaji
 - Lingkaran perut : tidak dikaji
 - Skin fold : tidak dikaj
d.Head To Toe
 Kulit :
Pucat dan turgo kulit jelek dipenuhi dengan bercak-bercak dan gatal
 Kepal dan leher :
I: Normal tidak ada kerontokan rambut, warna hitam dan tidak adaPeradangan.
P: Normal, tidak ada benjolan dikepala
P: -
A: -
 Kuku : Jari tabuh
 Mata / penglihatan :
Sklera pucat dan nampak kelopak mata cekung
 Hidung :
Tidak ada Peradangan, tidak ada reaksi alergi, tidak ada polip, dan fxungsi
penciuman normal
 Telinga :
Bentuk simetris kanan/kiri, tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan
 Mulut dan gigi :
Terjadi peradangan pada rongga mulut dan mukosa, terjadi Peradangan dan
perdarahan padagigi ,gangguan menelan(-), bibir dan mukosa mulut klien nampak
kering dan bibir pecah- pecah
 Leher : 
Terjadi peradangan pada eksofagus.
 Dada :
I : Dada terlihat normal, Tidak ada kelainan gerakan dada
P: Terdapat nyeri tekan pada epigastrium, Tidak nampak adanya pembesaran hati
P: nada sonor
A: Tidak terdengar adanya bunyi nafas tambahan
Tidak ada retraksi dinding dada (+).
 Abdomen :
I : Nampak normal, simetris kiri kanan
P: Turgor jelek ,tidak ada massa, terdapat nyeri tekan pada bagiankanan bawah
P : Bunyi timpany (+). Kembung (-)
A: terdengar bunyi peningkatan peristaltic/ bising usus dan tidak ada krepitasi
abdomen.
 Perineum dan genitalia
Pada alat genital terdapat bintik-bintik radang
 Ekstremitas : klien tidak mampu mengerakkan extremitas atas dan extremitas
bawah tonusotot lemah akibat tidak ada energi karena diare dan proses penyakit
I: Bentuk kaki simetris, tidak terdapat gejala / tanda oedema. Jumlah jari
lengkap.terdapat keterbatasan gerak ekstremitas bawah
P: Akral hangat, terdapat keterbatasan gerak ekstremitas atas.
P: reflek tendon kurang
A: -
o Skala kekuatan otot 3 33 3
e.Sistem Pernafasan
 Hidung : Simetris, pernafasan cuping hidung : ada, secret : ada
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe di sub mandibu
 D a d a :
o Bentuk dada : Normal
o Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal : 1 : 1
o Gerakan dada : simetris, tidak terdapat retraksi 
o Wh
o Rh
o Suara nafas : ronki
o Suara nafas tambahan : ronki
o Tidak ada clubbling fingerf.
f.Sistem kardiovaskuler :
 Conjungtiva : Tidak anemia, bibir : pucat/cyanosis, arteri carotis : berisi reguler ,
tekanan vena jugularis : tidak meninggi
 Ukuran Jantung : tidak ada pembesaran
 Suara jantung : Tidak ada bunyi abnormal
 Capillary refilling time > 2 detikg.
g.Sistem pencernaan:
 Mulut : terjadi peradangan pada mukosa mulut
 Abdomen : distensi abdomen, peristaltic meningkat > 25x/mnt akibat adanya
virus yangmenyerang usus
 Gaster : nafsu makan menurun, mules, mual muntah, minum normal,
 Anus : terdapat bintik dan meradang gatal
h. Sistem indra
1. Mata : agak cekung
2. Hidung : Penciuman kurang baik
3. Teling
o Keadaan daun telinga : kanal auditorius kurang bersih akibat benyebaran
penyakit
o Fungsi pendengaran kesan baiki.
i.Sistem Saraf
2. Fungsi serebral:
 Status mental : Orientasi masih tergantung orang tua
 Bicara : -
 Kesadaran : Eyes (membuka mata spontan) = 4, motorik (bergerak mengikuti
perintah) = 6,verbal (bicara normal) = 5 
3 Fungsi kranial :Saat pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda kelainan dari
NervusI –  Nervus XII.
4 Fungsi motorik : Klien nampak lemah, seluruh aktifitasnya dibantu oleh orang tua
5 Fungsi sensorik : suhu, nyeri, getaran, posisi, diskriminasi (terkesan terganggu)
6 Fungsi cerebellum : Koordinasi, keseimbangan kesan normal
7 Refleks : bisip, trisep, patela dan babinski terkesan normal. 

j. Sistem Muskulo Skeletal


1. Kepala : Betuk kurang baik, sedikit nyeri
2. Vertebrae: Tidak ditemukan skoliosis, lordosis, kiposis, ROM pasif, klien malas
bergerak,aktifitas utama klien adalah berbaring di tempat tidur.
3. Lutut : tidak bengkak, tidak kaku, gerakan aktif, kemampuan jalan baik
4. Tangan tidak bengkak, gerakan dan ROM aktif.

k. Sistem integument
 warna kulit pucat dan terdapat bintik-bintik dengan gatal, turgor menurun > 2 dt,
 suhu meningkat 39 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refilltime memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.

l. Sistem endokrin
 Kelenjar tiroid tidak nampak, teraba tidak ada pembesaran
 Suhu tubuh tidak tetap, keringat normal,
 Tidak ada riwayat diabetesm.

m. Sistem Perkemihan
 Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam), frekuensi berkurang.
 Tidak ditemukan odema
 Tidak ditemukan adanya nokturia, disuria , dan kencing batun.

n. Sistem Reproduksi
Alat genetalia termasuk glans penis dan orificium uretra eksterna merah dan gatalo.
o. Sistem Imun
 Klien tidak ada riwayat alergi
 Imunisasi lengkap
 Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca tidak ada
 Riwayat transfusi darah tidak ada

XIII. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
1.6 tahun ke atas
a.Perkembangan kognitif : Klien mampu bekerja sama dengan orang lain hal
ini dibuktikandengan klien sering bermain bola bersama teman-temannya waktu sebelum
sakit. 
b.Perkembangan motorik : klien mampu menggunakan sepeda dengan sendirinya

XIV. Terapi Saat ini :
 Infus RL 20 tts/m
 Imunisasi disarankan untuk anak-anak dengan infeksi HIV, sebagai pengganti
vaksin poliovirus (OPV), anak-anak diberi vaksin virus polio yang tidak aktif (IPV)
Keperawatan
 Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah
kemungkinanterjadi infeksi
 Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan yang ada
 Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan dideosinukleotid,
yaituazidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT dengan berintegrasi ke DNA
virus,sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV
 Mengatasi dampak psikososial
 Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan prosedur
yangdilakukan oleh tenaga medis
 Hasil Laboratorium tanggal 28 Maret 2011:Tidak dikaji

XV. Klasifikasi Data
Data Subjektif 
 Keluarga klien mengatakan anaknya batuk-batuk dan sesak
 Keluarga klien mangatakan anaknya demam terus-menerus
 Keluarga klien mengatakan muncul bercak-bercak di tubuh anaknya
 Keluarga klien mengatakan, klien tidak mau makan/malas makan
 Ibu klien mengatakan anaknya susah menelan akibat luka-luka pada mulutnya
 Keluarga klien mengatakan anaknya sering buang air besar dan encer
 Keluarga klien mengatakan sangat khawatir dengan kondisi anaknya, maka dari itu
anaknya di bawa ke RS.
Data Objektif 
 Klien selama di RS nampak batuk terus dan gelisah nampak sesak sesak
 Klien nampak teraba panas dengan suhu
39oC, Nadi : 120x/m, P : 28x /m dan TD : 95/60mmHg
 Nampak terlihat bercak-bercak dan klien selalu menangis menggaruk badannya yang
gatal.
 Klien nampak cengeng bila ingin disusui, berat badan klien turun dari 5 kg menjdi 4 kg.
 Klien nampak selalu mengeluh ingin BAB dan diRS terhitung 4-5/hari
 Kulit klien nampak kering, nampak cekung pada mata
 Keluarga klien nampak gelisah dan selalu menanyakan kondisi anaknya.

XVI. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1. DS : Kandidiasis Bersihan jalan
Ibu klien mengatakan anaknya nafas tidak efektif
batuk-batuk dan sesak
DO : Menginfeksi bronkus
Klien selama di RS nampak
batuk terus dan gelisah
Nampak sesak sesak Aktivitas
Tanda-tanda vital: bronkus berkurang
Suhu : 38,5oC
Nadi : 120x/m
Pernafasan : 28x /m Penumpukan secret
TD : 95/60 mmHg

Batuk inefektif
2. DS : Kuman mengeluarkan Hipertemi
Ibu klien mangatakan anaknya endotoksin
demam terus-menerus
DO :
Klien nampak teraba panas Merangsang pengeluaran
dengan suhu zat pirogen oleh leukosit
38,5º C, Nadi : 120x/m, P :28x pada jaringan yg meradang
/ m dn TD : 95/60mmHg
Melepas zat IL-1,

prostaglandin E2

(pirogen leukosi & pirogen


endokrin

Mencapai
hipotalamus (set point)
3. DS : Kandidiasis Perubahan nutrisi
ibu klien mengatakan,klien kurang dari
tidak mau makan/malas kebutuhan tubuh
makan Ibu klien mengatakan
anaknya susah menelan akibat Lesi oral
luka-luka pada mulutnya
DO :
Klien nampak cengeng bila 
inbin diberi makan dan porsi Ketidakmampuan menyusu
makannya tidak habis serta
BB turun menjadi 20 kg
dari25kg.Inter
Perubahan indra pengecap

Menurunkan keinginan
menyusu
4. DS : Timbul jamur dan bintik- Kerusakan
Ibu klien mengatakan muncul bintik integritas kulit
bercak-bercak ditubuh
anaknya
DO : 
Nampak terlihat bercak-
bercak dan klien selalu Lesi kulit
menangis menggaruk 
badannya yang gatal

Dermatitis

5. DS : AIDS Cemas


Keluarga klien mengatakan
sangat khawatir dengan
kondisi anaknya, maka dari itu
anaknya di bawa ke RS.
DO : Gelisah
Keluarga klien Nampak
gelisah dan selalu
menanyakan kondisi anaknya.

Merasa ketakutan akan


penyakit anaknya
C. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret


2. Hipertermi berhubungan dengan pelepasan pyrogen dari hipotalamus sekunder
terhadap reaksi antigen dan antibody
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kekambuhan
penyakit,diare, kehilangan nafsu makan, kandidiasis oral
4. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan dermatitis seboroik dan herpers
zostersekunder proses inflamasi system integument
5. Kecemas berhubungan dengan perubahan kesehatan yang diderita klien
BAB VI
PENUTUP

Kesimpulan
 AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit
akibatmenurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi
HumanImmunodeficiency virus (HIV). (Mansjoer, 2000:162)AIDS adalah penyakit yang berat
yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yangdisebabkan oleh retrovirus (HIV) atau
penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan pasien  memerlukan  perawatan  medis 
dan keperawatan canggih selama perjalanan penyakit.(Carolyn, M.H.1996:601) Dengan sedikit
pengecualian, bayi dengan infeksi HIV perinatal secara klinis dan imunologis normal saat lahir.
Kelainan fungsi imun yang secara klinis tidak tampak sering
 
Mendahului gejala-gejala terkait HIV, meskipun penilaian imunologik bayi
beresikodipersulit oleh beberapa factor unik. Pertama, parameter spesifik usia untuk hitung
limfositCD4 dan resiko CD4/CD8 memperlihatkan jumlah CD4 absolut yang lebih tinggi dan
kisaranyang lebih lebar pada awal masa bayi, diikuti penurunan terhadap pada beberapa
tahun pertamaGejala terkait HIV yang paling dini dan paling sering pada masa bayi jarang
diagnostic.Gejala HIV tidak spesifik didaftar oleh The Centers For Diseasen Control sebagai
bagiandefinisi mencakup demam, kegagalan berkembang, hepatomegali dan
splenomegali,limfadenopati generalisata (didefinisikan sebagai nodul yang >0,5 cm terdapat
pada 2 atau lebih area tidak bilateral selama >2 bulan), parotitis, dan diare.

 Saran
 Pemberian materi yang lebih mendalam dapat meningkatkan pemahaman dan
pengetahuanmahasiswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan disamping pengarahan dan
bimbinganyang senantiasa diberikan sehingga keberhasilan dalam tugas dapat dicapai
DAFTAR PUSTAKA

Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994,Pedoman Diagnosis  dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo


Surabaya.
Lyke, Merchant Evelyn, 1992,Assesing for  Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,
J.B.Lippincott Company, London.
Phipps, Wilma. et al, 1991,Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice,4th
edition,Mosby Year Book, Toronto
Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan  ; Pedoman untuk 
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa
dan Mosby Year Book, St. Louis.Rampengandan Laurentz, 1995,Penyakit Infeksi Tropik Pada
Anak cetakan kedua, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai