HIV/AIDS
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
SITI INTAN PRATIWI (221440101034)
HIV adalah penyakit seumur hidup. Dengan kata lain, virus HIV akan
menetap di dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Meski belum ada metode
pengobatan untuk mengatasi HIV, tetapi ada obat yang bisa memperlambat
perkembangan penyakit ini dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita.si
HIV.
5. Patofisiologi
Patofisiologi infeksi HIV pada prinsipnya adalah defisiensi imunitas selular oleh
HIV yang ditandai dengan penurunan limfosit T helper (sel CD4). Terjadinya
penurunan sel T helper CD4 menyebabkan inversi rasio normal sel T CD4/CD8
dan disregulasi produksi antibodi sel B. Respon imun terhadap antigen mulai
menurun, dan host gagal merespon terhadap infeksi oportunistik maupun
organisme komensal yang seharusnya tidak berbahaya. Defek respon imun ini
terutama terjadi pada sistem imunitas selular sehingga infeksi cenderung bersifat
nonbakterial.
Beberapa protein HIV menganggu fungsi sel T secara langsung, baik melalui
gangguan siklus sel maupun melalui penurunan regulasi molekul CD4. Efek
sitotoksik langsung dari replikasi virus bukanlah penyebab utama penurunan sel T
CD4, melainkan karena apoptosis sel T sebagai bagian dari hiperaktivasi imun
dalam merespon infeksi kronik. Sel yang terinfeksi juga dapat terdampak oleh
serangan imun tersebut. HIV menyebabkan siklus sel berhenti sehingga
menganggu produksi profil sitokin. Pada infeksi HIV terjadi penurunan IL-7, IL-
12, IL-15, FGF-2, dan peningkatan TNF-alpha, IP-10.
Infeksi HIV terdiri dari 3 fase, yaitu fase serokonversi akut, fase asimtomatik, dan
fase Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
Viremia plasma yang cepat disertai penyebaran virus yang luas terjadi 4-11 hari
setelah virus masuk ke dalam mukosa. Virus cenderung akan berintegrasi pada
area dengan transkripsi aktif. Hal ini dimungkinkan terjadi karena area tersebut
memiliki kromatin terbuka yang lebih banyak dan deoxyribonucleic acid (DNA)
yang lebih mudah diakses.
Pada fase ini, viral load sangat tinggi (sangat menular) dan jumlah sel T CD4
menurun cepat. Dengan munculnya respon sel T CD8 dan antibodi anti-HIV, viral
load turun dan jumlah sel T CD4 kembali ke rentang normalnya namun sedikit
lebih rendah dibandingkan sebelum infeksi.
Fase Asimtomatik
Pada fase asimtomatik, pasien yang terinfeksi menunjukkan sedikit atau bahkan
tidak ada gejala sama sekali selama beberapa tahun sampai 1 dekade atau lebih.
Meski begitu, HIV tetap dapat ditularkan pada fase ini.
Replikasi virus tetap berlangsung. HIV tetap aktif namun diproduksi dalam
jumlah sedikit. Respon imun melawan virus juga terjadi, yang ditandai dengan
munculnya limfadenopati generalisata persisten pada beberapa pasien.
Selama fase ini, jika tidak diterapi, viral load akan tetap stabil (tidak meningkat
atau menurun), dan sel T CD4 akan menurun. Fase ini dapat berlangsung sampai
1 dekade atau lebih. Pada akhir fase asimtomatik, viral load akan meningkat,
jumlah sel CD4 menurun, mulai muncul gejala, dan memasuki fase AIDS.[3,6]
Fase AIDS
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) terjadi jika sistem imun telah
rusak dan muncul infeksi oportunistik. Pasien didiagnosis AIDS jika Sel T CD4 di
bawah 200/µL atau ada infeksi oportunistik.
Pada fase AIDS, sel CD4 terus turun sehingga terjadi immunosupresi yang
menyebabkan infeksi oportunistik. Viral load pada fase ini tinggi dan sangat
infeksius. Tanpa pengobatan, kesintasan hidup pasien dengan AIDS adalah sekitar
3 tahun.
6. Pathway
7. Komplikasi
menurut burnner dan suddarth (1%,) manifestasi klinis penyakit AID-
menyebar luas dan pada dasarnya dapat mengenai setiap sistem organ. Penyakit
yang berkaitan dengan infeksi HIV dan penyakit AID- terjadi akibat tinfeksi
ma!ignasi dan atau efek langsung HIV pada jaringan tubuh pembahasan berikut
ini diatasi pada manifestasi klinis dan akiat infeksi HIV berat yang paling sering
ditemukan.
a.respiratori
neumonia neumocytis carini gejala nafas yang pendek sesak nafas(dispnea)
batuk- batuk, nyeri dada dan demam akan menyertai berbagai infeksi oportunistik
seperti yang disebabkan oleh mycobacterium aviumintracellulare (MAI),
sitomegaLovirus (SMV) dan Legionella Walaupun begitu infeksi yang paling
sering ditemukan pada penderita AID- adalah pneumonia pneumocytis carinii
(PPC) yang merupakan penyakit oportunistik pertama yang dideskripsikan
Berkaitan dengan AID Gambaran klinik PPC pada pasien AID- umumnya tidak
begitu akut jika dibandingkan dengan pasien gangguan kekebalan karena keadaan
lain.Periode waktu antara awitan gejala dan penegakan diagnosis yang benar bisa
beberapa minggu hingga beberapa bulan. Penderita AID- pada mulanya hanya
memperlihatkan tanda-tanda dan geja!a yang tidak khas seperti demam, menggigil
batuk non produktif nafas pendek dispnea dan kadang-kadang nyeri dada.
konsentrasi oksigen dalam darah arterial pada pasien yang bernafas dengan udara
ruangan dapat mengalami penurunan yang ringan keadaan ini menunjukkan
keadaan hipoksemia minimal. Bila tidak diatasi PPc akan berlanjut dengan
menimbulkan kelainan paru yang signifikan dan pada akhirnya kegagalan
pernafasan
b.gastrointerstinal
manifestasi gastrointerstinal penyakit AID- menyangkup hilagnya selera makan
mual, vomitus, kondisi asis oral serta esofagus, dan diare kronis.lagi pasien AID-
diare dapat membawa akibat yang serius sehubungan dengan terjadinya
penurunan berat badan yang nyata (lebih dari 10% berat badan) gangguan
keseimbnagan cairan dan elektrolit ekskoriasis kulit periana!, kelemahan dan
ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan yang biasa dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari.
c. kanker
d. Neurologik
e. Struktur intergumen
infeksi virus yang ditandai oleh pembentukan plak yang disertai deformitas.
Dermatitis seboreika akan disertai ruam yang difusi dengan indurasi yang
mengenai kulit kepala serta wajah.Terlepas dari penyebab ruam ini pasien akan
mengalami gangguan rasa nyaman dan menghadapi peningkatan resiko untuk
menderita infeksi tambahan akibat rusaknya keutuhan kulit.
8. Pemeriksaaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
a. Tes untuk diagnosa infeksi HIV
1) ELISA
2) Western blot
3) P24 antigen test
4) Kultur HIV
Tes untuk deteksi gangguan system imun
1) Hematokrit.
2) LD
3) CD4 Limfosit
4) Rasio CD4/CD Limfosit
5) Serum mikroglobulin B2
6) Hemoglobulin
9. Penatalaksana medis dan keperawatan
menurut burner dan suddarth upaya penanganan medis meliputi beberapa cara
pendekatan yang mencangkup penanganan infeksi yang berhu ungan dengan
HIV serta ma!ignansi# penghentian rep!ikasi virus HIV lewat preparat antivirus
dan penguatan serta pemulihan sistem imun melalui pengguanaan preparat
immunomodulator. Perawatan suportif merupakan tindakan yang penting karena
efek infeksi HIV dan penyakit AID yang sangat menurunkan keadaan umum
pasien efek tersebut menyangkup malnutrisi, kerusakan kulit, kelemahan dan
imobilisasi dan perubahan statusmental.
1. Identitas
Pasien
Inisial : An. R
Umur : 10 Tahun
Pendidikan : Belum sekolah
Status Pernikahan : Belum menikah
Alamat : Jl .bagus kuning, palembang
Dx Medik : HIV
No RM 004321
Penanggung Jawab Pasien
Inisial : Ny. N
Umur : 28 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Jl bagus kuning, Palemang
2. Pengkajian
Alasan Utama: ibu pasien mengatakan anaknya demam, sesak nafas, disertai
batuk terus menerus, adanya suara ronchi, sering rewel, tampak pucat dan ada bintik2
merah di kulit anak nya serta ruam .ibunya juga mengatakan anak nya diare dan tidak
nafsuh makan.
Keluhan utama : sesak nafas
Riwayat Penyakit Pada Saat Pengkajian : ibu pasein mengatakan anaknya sesak
nafas, disertai batuk terus menerus, demam , RR 35 ×/Menit dan terdengar suara
ronchi.
Riwayat Kesehatan Dahulu : tidak ada
Riwayat kesehatan keluarga : keluarga pasien mengatakan ibu dari pasien
mempunyai penyakit HIV
Genogam
Keteranagan:
: laki laki : pasien
: perempuan
-- : tinggalserumah
1 Nutrisi
Frekuensi 1 × sehari 1×sehari
Jenis Nasi Bubur
Jumlah 1/2 porsi 1/2 porsi
Masalah Kekurangan nutrisi
keperawatan
2 Minuman/Cairan
Frekuensi 4×sehari/ botol dot 4×sehari / botol
Jenis Air putih,teh dot
Jumlah 500 ml Air putih
Masalah Kekurangan cairan 1000 ml
keperawatan
3 Eliminasi
BAK
Frekuensi 2 ×sehari 3×sehari
Konsitensi Cair Cair
Warna Kuning pekat Kuning pekat
BAB
Frekuensi 6 ×sehari 5 × sehari
Konsitensi Cair Cair
Warna Kuning Kuning
Masalah diare
keperawatan
4 Personal Hygien
Mandi 2 ×sehari 2×sehari
Keramas 2 ×sehari 2×sehari
Gosok gigi 2×sehari 2×sehari
Potong kuku 1 minggu sekali Belum potong
kuku
Ganti pakaian 2 ×sehari 2× sehari
Masalah Tidak ada masalah
keperawatan keperawatan
5 Aktivitasistirahat
Lama tidur 2 jam 2 jam
siang
Lama tidur 6 jam 6 jam
malam
Gangguan tidur Tidak ada
gangguan tidur
3. Pengkajian Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran : composmentis
GCS : 15
E:4
M:6
V:5
Vital sign
TD : 130/90 mmhg BB Sebelum sakit : 20 kg
RR : 35 ×/menit BB setelah sakit : 14 kg
Nadi : 1 1 0 ×/ menit
Suhu : 39 ºC
Sakit atau Nyeri : tidak ada
Status Gizi : kurus ( bb ≤10 %)
Sikap : Gelisa
Personal higiene : mandi : 2×sehari
Kuku : bersih
Rambut : bersih
Kulit : bersih
Masalah keperawatan : kekurangan nutrisi dalam tubuh
Head ToeToe
Kulit
Warna : normal
Turgor : buruk
Teksture : kasar
Kelembapan : kering
Memar/luka : bintik2 merah
Kebersihan : kotor
Masalah keperawatan : integritas kulit
Kepala
Bentuk : normal
Rambut : normal
Warna : hitam
Distribusi :merata
Teksture : halus
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
Mata
Bentuk : normal
Konjungtiva : tidak ada
Sklera : tidak ada
Reaksi cahaya
Kanan : normal
Kiri : normal
Kebersihan :bersih
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
Hidung
Bentuk :normal
Fungsi : normal
Kebersihan : bersih
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
Telinga
Bentuk : normal
Fungsi : normal
Kebersihan : bersih
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
Mulut dan tenggorokan
Mukosa bibir : kering
Bibir : pucat
Sakit menelan : tidak ada
Lidah : normal
Tonsil : meradang
Kebersihan : kotor
Masalah Keperawatan : kekurangan cairan
Leher
Bentuk : normal
Kelenjar tiroid : tidak ada
Vena jugularis :tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
Dada
Inspeksi : normal
Palpasi : normal
Auskultasi :normal
Perkusi :normal
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
Paru paru
Inspeksi : rr : 35 × sehari
Irama pernafasan : takipnea
Palpasi : normal
Perkusi : normal
Auskultasi : Irama : tidak teratur
Suara nafas : ronchi
Kebersihan : kotor
Masalah keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif
Abdomen
Inspeksi : tidak ada
Auskultasi : peristaltik : 25 ×/ menit
Palpasi : normal
Perkusi : sonor
Masalah Keperawatan : diare
Genetalia
Vagina : normal
Anus : normal
Kebersihan : bersih
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
Ekstermitas Atas
Rentang gerak : normal
Kekuatan otot 4
Nyeri sendi : tidak ada
Edema : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatn
Ekstremitas bawah
Rentang gerak :normal
Kekuatan otot 4
Nyeri sendi : tidak ada
Edema : tidak ada
Masalah keperawatan :tidak ada masalah keperawatan
4. Psikologi : ibu pasien merasa cemas dengan kondisi anak nya tidak
membaik ,ibu pasien juga mengatakan tidak tau tentang penyakit anaknya.
5. Sosial : tidak dikaji
6. Spritual : ibunya selalu berdoa atas kesembuhan anak nya dan menjalankan
sholat 5 waktu serta berzikir.
7. Data Penunjang (Lab, USG, EKG, dll)
C. MASALAH KEPERAWATAN :
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekret yang tertahan d.d batuk terus menerus, suara
ronchi, takipnea, dan sesak nafas
2. defisit nutrisi b.d faktor psikologis ( mis stres, kengganan untuk makan ) d.d BB tidak
normal, tidak nafsu makan dan diare
3. Gangguan integritas kulit b.d perubahan status nutrisi d.d adanya bintik2 merah dan ruam
pada kulit .
E. PRIORITAS MASALAH :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekret yang tertahan d.d batuk terus menerus, suara
ronchi, takipnea, dan sesak nafas
2. defisit nutrisi b.d faktor psikologis ( mis stres, kengganan untuk makan ) d.d BB tidak
normal, tidak nafsu makan dan diare
3. Gangguan integritas kulit b.d perubahan status nutrisi d.d adanya bintik2 merah dan ruam
pada kulit .
F. RENCANA KEPERAWATAN
RencanaKeperawatan
No Diagnosa
Tujuan dan KriteriaHasil Intervensi
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Observasi
tidak efektif b.d sekret tindakan keperawatan 1. identifikasi kemampuan batuk
yang tertahan d.d batuk 1x24 jam bersihan 2. Monitor adanya retensi sputum
terus menerus, suara jalan nafas efektif, Terapeutik
ronchi, takipnea, dan dengan kriteria hasil 1. Atur posisi fowler atau semi fowler
sesak nafas -batuk efektif 2. Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien
-produksi sputum 3. Buang sekret pada tempat sputum
menurun Edukasi
-tidak ada suara 1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
ronchi 2. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4
-pola nafas membaik detik, ditahan selama 2 detik,kemudian keluarkan dari mulut
-rr dalam rentang dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
normal (16-24×/ 3. Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3×
menit ) 4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarikan
nafas dalam yang ke-
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspetoran
2. defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi
faktor psikologis 1× 24 jam diharapkan 1. Identifikasi status nutrisi
(mis stres, kebutuhan nutrisi membaik 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
kengganan untuk Dengan kriteria hasil 3. Identifikasi makanan yang disukai
makan ) d.d berat -nafsuh makan membaik 4. Monito asupan makanan
badan tidak normal, -Porsih makan dihabiskan 5. Monitor berat badan
tidak nafsu makan -Diare menurun Terapeutik
dan diare -BB kembali normal dalam 1. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
rentang ( 17-20 kg) 2. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri,antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan , jika perlu
3. Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan Observasi
kulit b.d perubahan 1× 24 jam diharapkan 1. Identifikasi penyebab gangguan intergritas kulit (mis
status nutrisi d.d gangguan intergritas kulit perubahan sirkulasi, perubahan status, perubahan nutrisi,
adanya bintik2 merah membaik penurunan kelembapan suhu dan linkungan ekstrim,
dan ruam pada kulit . Dengan ktiteria hasil penurunan mobilitas
-kemerahan menurun Teraupetik
-Kerusakan 1. Bersihkan perineal dengan air hangat terutama selama
jaringan menurun periode diare
-elastisitas kulit meningkat 2. Gunakan produk bahan petrolium atau minyak pada kulit
kering
3. Hindari produk bahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis.lotion, serum )
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan mengingatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan mengingatkan asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
KASUS TERKAIT PENYAKIT
Seorang ibu datang ke rumah sakit pada tanggal 12 oktober 2023 inisial Ny.n usia 28 tahun,
ibu rumah tangga, menikah, pendidikan terakhir SMA, alamat jl bagus kuning dan anak nya
An .R umur 10 tahun dengan keluhan anaknya demam, sesak nafas, disertai batuk terus menerus,
sering rewel, tampak pucat dan ada bintik2 merah di kulit anak nya serta ruam .ibunya juga
mengatakan anak nya diare dan tidak nafsuh makan. Keluarganya mengatakan ibunya
mempunyai riwayat penyakit hiv.
dari hasil Hasil pemeriksaan fisik Kesadaran: composmentis Tekanan darah: 130/90,
pernafasan : 35 ×/ menit, nadi 11 0 ×/ menit, suhu :39 ºC BB Sebelum sakit 20 kg, BB
setelahsakit : 14 kg, turgor buruk , kulit kering, mukosa bibir kering, bibir pucat. Adanya suara
ronchi pada jalan pernafasan , auskultasi :tidak teratur, inspeksi: takipnea. Abdomen : adanya
bunyi peristaltik 25 ×/ menit.
Saat berada di rumah hanya makan 1/2 porsih di habiskan , 1× sehari. Minum 1000 ml ,
eliminasi bab: 6× sehari ,konsentasi cair, kuning. Dari permeriksaan penunjang : dilakukan tes
leukosit : 2,7 ribu/ul trombosit : 55 ribu/ul, hemoglobin 7 g/dl,tes anti body anti-HIV ( tes Ellisa )
menunjukan terinfeksi HIV atau tidak, atau dengan menguji antibodi anti HIV. Tes ini meliputi
tes Elisa, Lateks, Agglutination,dan western blot. Penilaian elisa dan latex menunjukan orang
terinfeksi HIV atau tidak, apabila dikatakan positif harus dibuktikan dengan tes western blot.