Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

HIV/AIDS

D
I
S
U
S
U
N

OLEH
SITI INTAN PRATIWI (221440101034)

DOSEN PEMBIMBING : Ns.Septi Viantri Kurdaningsih, M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH PALEMBANG


DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2023-2024
A. LAPORAN PENDAHULAN
1. Definisi

HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem


kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika makin
banyak sel CD4 yang hancur, daya tahan tubuh akan makin melemah sehingga
rentan diserang berbagai penyakit. HIV yang tidak segera ditangani akan
berkembang menjadi kondisi serius yang disebut AIDS (acquired
immunodeficiency syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari infek.

HIV adalah penyakit seumur hidup. Dengan kata lain, virus HIV akan
menetap di dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Meski belum ada metode
pengobatan untuk mengatasi HIV, tetapi ada obat yang bisa memperlambat
perkembangan penyakit ini dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita.si
HIV.

2. Anatomi fisiologi hiv/ aids


Konsep Anatomi Fisiologi HIV/AIDS
1.Imunologi system
A. Sistem imun : sistem pertahanan internal tubuh yang berperan dalam
mengenali dan menghancurkan bahan yang bukan “normal self” (bahan asing
atau abnormal cells)
B. Imunitas atau respon imun : Kemampuan tubuh manusia untuk melawan
organisme atau toksin yang berbahaya
.ada 2 macam RI yaitu
a..RI Spesifik : deskriminasi self dan non self, memori, spesifisitas.
b. RI non Spesifik : efektif untuk semua mikroorganisme
3.Sel- sel yang berperan dalam respon Imun
A.sel.B
Sel b adalah antigen spesifik yang berproliferasi untuk meresponsantigen.tertentu.
Sel b merupakan nama bursa fabrisius yaitu jaringan limfoid yangditemukan pada
ayam. jaringan sejenis yang ada pada mamalia yaitu sumsumtulang, jaringan limfe
usus dan limpa.Sel b matur bermigrasi ke organ & organ limfe perifer seperti
limpa nodus limfe bercak peyer pada saluran pencernaan dan amandel. Sel b
matur membawa molekul immunoglobulin permukaan yang terikat dengan
membran selnya.Saat diaktifasi oleh antigen tertentu dan dengan bantuan limfosit
T sel B akandiferensiasi melalui dua cara yaitu :
1. Sel plasma adalah: Sel ini mampu menyintesis dan mensekresi antibodi
untuk menghancurkan antigen tertentu.
2. Sel memori B adalah Sel memori menetap dalam Jaringan limfoid dan siap
merespons antigen perangsang yang muncul dalam pajanan selanjutnya dengan
respons imun sekunder yang lebih cepat dan lebih besar.
b.Sel.T
Sel T Juga menunjukan spesifisitas antigen dan akan berploriferai jika ada
antigen tetapi sel ini tidak memproduksi antibodi .Sel T mengenali dan
berinteraksi dengan antigen melalui reseptor sel T yaitu protein permukaan sel
yang terikat membran dan analog dengan antibodi. Sel T memproduksi ,Zat aktif
secara imulogis yang disebut limfokin. Sub type limfosit T berfungsi untuk
membantu limfosit merespons antigen membunuh sel-sel asing tertentu dan
mengatur respons imun. Respons sel T adalah : Sel T seperti sel B berasal dari sel
batang prekusor dalam sumsum tulang.
3. Etiologi
HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus yang melekat dan
memasuki limfosit T helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan
sel-sel imunologik lain dan orang itu mengalami destruksi sel CD4+ secara
bertahap (Betz dan Sowden, 2002). Infeksi HIV disebabkan oleh masuknya virus
yang bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus) ke dalam tubuh manusia
(Pustekkom, 2005).

4. Tanda dan gejala


Meski begitu, beberapa anak mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali
hingga berusia lebih dari 5 tahun. Maka dari itu, HIV pada anak sebenarnya
adalah kondisi yang cukup sulit untuk terdeteksi. Namun, secara umum ada
beberapa gejala HIV pada anak yang bisa dikenali, di antaranya:
1. Demam
Salah satu gejala pertama pada kondisi ini adalah demam atau naiknya suhu tubuh.
Seperti diketahui, demam seringkali muncul sebagai tanda terjadinya infeksi.
2. Masalah Tumbuh Kembang
HIV pada anak juga bisa memicu masalah pada tumbuh kembang. Selain itu,
infeksi HIV juga bisa menyebabkan anak mengalami malnutrisi atau masalah
pada penyerapan zat gizi.
3. Mudah Sakit
Anak-anak yang mengalami infeksi HIV cenderung menjadi lebih mudah jatuh
sakit. Kondisi ini membuat Si Kecil rentan mengalami sakit kepala, nyeri otot,
hingga gangguan pencernaan seperti diare. HIV juga membuat anak menjadi
mudah lelah dan sering terlihat lemas tidak bertenaga. HIV juga menyebabkan
anak menjadi mudah terserang infeksi lainnya.
4. Gangguan Kulit
Gejala lain yang bisa menjadi tanda HIV pada anak adalah gangguan pada kulit.
Penyakit ini bisa memicu munculnya ruam merah, bentol, dan gatal-gatal pada
permukaan kulit Si Kecil.
Jika tidak segera ditangani dengan tepat, HIV pada anak bisa memburuk dan
berkembang menjadi AIDS. Kalau sudah begitu, penyakit ini mungkin akan
memicu kondisi yang lebih berbahaya bahkan bisa menyebabkan kematian. AIDS
bisa ditandai dengan penurunan berat badan yang sangat cepat, pneumocystis
pneumonia, sarkoma kaposi, lymphoma, atau kanker di sel imun.
Kabar baiknya, dampak kesehatan akibat HIV pada anak bisa saja diminimalkan.
Syaratnya, pengobatan yang tepat harus diberikan secara teratur, sedini mungkin.
Hal ini akan membantu Si Kecil tumbuh dan berkembang dengan baik hingga usia
dewasa. Maka dari itu, pastikan orangtua mengenali tanda HIV pada anak dan
segera upayakan pengobatan.
Patogenesis infeksi HIV pada anak berbeda dengan orang dewasa, ditandai
dengan tingginya kadar muatan virus dan progresi penyakit yang lebih cepat.
Manifestasi yang berbeda mungkin berhubungan dengan sistem imun yang belum
matang (imature), mengakibatkan berubahnya respon penjamu terhadap infeksi
HIV. Perkembangan infeksi HIV pada bayi dan anak tidak dapat ditentukan
dengan pasti, sekitar 15 – 20% mempunyai perjalanan penyakit yang cepat dengan
AIDS dan kematian dalam empat tahun pertama.
Gejala mayor :
 Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
 Diare kronis lebih dan 1 bulan berulang maupun terus menerus
 Penurunan berat badan lebih dan 10% dalam 3 bulan ( 2 dan 3 gejala
utama ).
Gejala minor
 Batuk kronis selama 1 bulan
 Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candida albican
 Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh yang menetap
 Munculnya herpes zosters berulang
 Bercak – bercak dan gatal- gatal diseluruh tubuh

5. Patofisiologi

Patofisiologi infeksi HIV pada prinsipnya adalah defisiensi imunitas selular oleh
HIV yang ditandai dengan penurunan limfosit T helper (sel CD4). Terjadinya
penurunan sel T helper CD4 menyebabkan inversi rasio normal sel T CD4/CD8
dan disregulasi produksi antibodi sel B. Respon imun terhadap antigen mulai
menurun, dan host gagal merespon terhadap infeksi oportunistik maupun
organisme komensal yang seharusnya tidak berbahaya. Defek respon imun ini
terutama terjadi pada sistem imunitas selular sehingga infeksi cenderung bersifat
nonbakterial.

Virus HIV dan Sel T

HIV bereplikasi dalam sel T yang teraktivasi, kemudian bermigrasi ke limfonodi


dan menyebabkan gangguan struktur limfonodi. Gangguan jaringan dendritik
folikular di limfonodi yang diikuti kegagalan presentasi antigen secara normal ini
berperan dalam proses penyakit.

Beberapa protein HIV menganggu fungsi sel T secara langsung, baik melalui
gangguan siklus sel maupun melalui penurunan regulasi molekul CD4. Efek
sitotoksik langsung dari replikasi virus bukanlah penyebab utama penurunan sel T
CD4, melainkan karena apoptosis sel T sebagai bagian dari hiperaktivasi imun
dalam merespon infeksi kronik. Sel yang terinfeksi juga dapat terdampak oleh
serangan imun tersebut. HIV menyebabkan siklus sel berhenti sehingga
menganggu produksi profil sitokin. Pada infeksi HIV terjadi penurunan IL-7, IL-
12, IL-15, FGF-2, dan peningkatan TNF-alpha, IP-10.

Gut-Associated Lymphoid Tissue (GALT)

Gut-associated lymphoid tissue (GALT) juga berperan penting dalam replikasi


HIV. Meskipun portal masuk HIV melalui inokulasi darah secara langsung atau
paparan virus ke mukosa genital, traktus gastrointestinal memiliki banyak jaringan
limfoid yang ideal untuk replikasi HIV. GALT diketahui merupakan tempat
penempelan awal virus dan pembentukan reservoir proviral.

Fase Infeksi HIV

Infeksi HIV terdiri dari 3 fase, yaitu fase serokonversi akut, fase asimtomatik, dan
fase Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

Fase Serokonversi Akut

Viremia plasma yang cepat disertai penyebaran virus yang luas terjadi 4-11 hari
setelah virus masuk ke dalam mukosa. Virus cenderung akan berintegrasi pada
area dengan transkripsi aktif. Hal ini dimungkinkan terjadi karena area tersebut
memiliki kromatin terbuka yang lebih banyak dan deoxyribonucleic acid (DNA)
yang lebih mudah diakses.

Selama fase ini, proses infeksi mulai terjadi dan


terbentuk reservoir proviral. Reservoir ini mengandung sel yang terinfeksi
(makrofag) dan mulai melepaskan virus. Beberapa virus yang terbentuk mengisi
kembali reservoir, beberapa melanjutkan proses infeksi aktif. Reservoir proviral
ini sangat stabil. Besarnya reservoir proviral berkorelasi dengan viral load yang
stabil dan berbanding terbalik dengan respon sel T CD8 anti-HIV.

Pada fase ini, viral load sangat tinggi (sangat menular) dan jumlah sel T CD4
menurun cepat. Dengan munculnya respon sel T CD8 dan antibodi anti-HIV, viral
load turun dan jumlah sel T CD4 kembali ke rentang normalnya namun sedikit
lebih rendah dibandingkan sebelum infeksi.
Fase Asimtomatik

Pada fase asimtomatik, pasien yang terinfeksi menunjukkan sedikit atau bahkan
tidak ada gejala sama sekali selama beberapa tahun sampai 1 dekade atau lebih.
Meski begitu, HIV tetap dapat ditularkan pada fase ini.

Replikasi virus tetap berlangsung. HIV tetap aktif namun diproduksi dalam
jumlah sedikit. Respon imun melawan virus juga terjadi, yang ditandai dengan
munculnya limfadenopati generalisata persisten pada beberapa pasien.

Selama fase ini, jika tidak diterapi, viral load akan tetap stabil (tidak meningkat
atau menurun), dan sel T CD4 akan menurun. Fase ini dapat berlangsung sampai
1 dekade atau lebih. Pada akhir fase asimtomatik, viral load akan meningkat,
jumlah sel CD4 menurun, mulai muncul gejala, dan memasuki fase AIDS.[3,6]

Fase AIDS

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) terjadi jika sistem imun telah
rusak dan muncul infeksi oportunistik. Pasien didiagnosis AIDS jika Sel T CD4 di
bawah 200/µL atau ada infeksi oportunistik.

Pada fase AIDS, sel CD4 terus turun sehingga terjadi immunosupresi yang
menyebabkan infeksi oportunistik. Viral load pada fase ini tinggi dan sangat
infeksius. Tanpa pengobatan, kesintasan hidup pasien dengan AIDS adalah sekitar
3 tahun.
6. Pathway
7. Komplikasi
menurut burnner dan suddarth (1%,) manifestasi klinis penyakit AID-
menyebar luas dan pada dasarnya dapat mengenai setiap sistem organ. Penyakit
yang berkaitan dengan infeksi HIV dan penyakit AID- terjadi akibat tinfeksi
ma!ignasi dan atau efek langsung HIV pada jaringan tubuh pembahasan berikut
ini diatasi pada manifestasi klinis dan akiat infeksi HIV berat yang paling sering
ditemukan.
a.respiratori
neumonia neumocytis carini gejala nafas yang pendek sesak nafas(dispnea)
batuk- batuk, nyeri dada dan demam akan menyertai berbagai infeksi oportunistik
seperti yang disebabkan oleh mycobacterium aviumintracellulare (MAI),
sitomegaLovirus (SMV) dan Legionella Walaupun begitu infeksi yang paling
sering ditemukan pada penderita AID- adalah pneumonia pneumocytis carinii
(PPC) yang merupakan penyakit oportunistik pertama yang dideskripsikan
Berkaitan dengan AID Gambaran klinik PPC pada pasien AID- umumnya tidak
begitu akut jika dibandingkan dengan pasien gangguan kekebalan karena keadaan
lain.Periode waktu antara awitan gejala dan penegakan diagnosis yang benar bisa
beberapa minggu hingga beberapa bulan. Penderita AID- pada mulanya hanya
memperlihatkan tanda-tanda dan geja!a yang tidak khas seperti demam, menggigil
batuk non produktif nafas pendek dispnea dan kadang-kadang nyeri dada.
konsentrasi oksigen dalam darah arterial pada pasien yang bernafas dengan udara
ruangan dapat mengalami penurunan yang ringan keadaan ini menunjukkan
keadaan hipoksemia minimal. Bila tidak diatasi PPc akan berlanjut dengan
menimbulkan kelainan paru yang signifikan dan pada akhirnya kegagalan
pernafasan
b.gastrointerstinal
manifestasi gastrointerstinal penyakit AID- menyangkup hilagnya selera makan
mual, vomitus, kondisi asis oral serta esofagus, dan diare kronis.lagi pasien AID-
diare dapat membawa akibat yang serius sehubungan dengan terjadinya
penurunan berat badan yang nyata (lebih dari 10% berat badan) gangguan
keseimbnagan cairan dan elektrolit ekskoriasis kulit periana!, kelemahan dan
ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan yang biasa dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari.
c. kanker
d. Neurologik
e. Struktur intergumen
infeksi virus yang ditandai oleh pembentukan plak yang disertai deformitas.
Dermatitis seboreika akan disertai ruam yang difusi dengan indurasi yang
mengenai kulit kepala serta wajah.Terlepas dari penyebab ruam ini pasien akan
mengalami gangguan rasa nyaman dan menghadapi peningkatan resiko untuk
menderita infeksi tambahan akibat rusaknya keutuhan kulit.

8. Pemeriksaaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
a. Tes untuk diagnosa infeksi HIV
1) ELISA
2) Western blot
3) P24 antigen test
4) Kultur HIV
Tes untuk deteksi gangguan system imun
1) Hematokrit.
2) LD
3) CD4 Limfosit
4) Rasio CD4/CD Limfosit
5) Serum mikroglobulin B2
6) Hemoglobulin
9. Penatalaksana medis dan keperawatan
menurut burner dan suddarth upaya penanganan medis meliputi beberapa cara
pendekatan yang mencangkup penanganan infeksi yang berhu ungan dengan
HIV serta ma!ignansi# penghentian rep!ikasi virus HIV lewat preparat antivirus
dan penguatan serta pemulihan sistem imun melalui pengguanaan preparat
immunomodulator. Perawatan suportif merupakan tindakan yang penting karena
efek infeksi HIV dan penyakit AID yang sangat menurunkan keadaan umum
pasien efek tersebut menyangkup malnutrisi, kerusakan kulit, kelemahan dan
imobilisasi dan perubahan statusmental.

Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah


pencegahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi apabila terinfeksi
HIV maka terapinya yaitu :
1. Pengendalian infeksi oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi
oportuniti, nosokomial, atau sepsis, tindakan ini harus dipertahankan bagi
pasien di lingkungan perawatan yang kritis.
2. Terapi AZT (Azitomidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim
pembalik transcriptase.
3. Terapi antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistem immun dengan menghambat replikasi
virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-
obatan ini adalah: didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4
dapat larut.
4. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron
5. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat replikasi HIV.
6. Rehabilitasi bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis,
membantu megubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang
berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan cara hidup sehat dan
mempertahankan kondisi hidup sehat.
7. Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan
yang sehat, hindari sters, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu
fungsi imun. Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien
bagaimana menghadapi kenyataan ketika anak mengidap AIDS dan
kemungkinan isolasi dari masyarakat.
A. PENGKAJIAN
Tangal Masuk Pasien : 12 Oktober 2023
TangalPengkajian : 12 Oktober 2023

1. Identitas
 Pasien
Inisial : An. R
Umur : 10 Tahun
Pendidikan : Belum sekolah
Status Pernikahan : Belum menikah
Alamat : Jl .bagus kuning, palembang
Dx Medik : HIV
No RM 004321
 Penanggung Jawab Pasien
Inisial : Ny. N
Umur : 28 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Jl bagus kuning, Palemang

2. Pengkajian
 Alasan Utama: ibu pasien mengatakan anaknya demam, sesak nafas, disertai
batuk terus menerus, adanya suara ronchi, sering rewel, tampak pucat dan ada bintik2
merah di kulit anak nya serta ruam .ibunya juga mengatakan anak nya diare dan tidak
nafsuh makan.
 Keluhan utama : sesak nafas
 Riwayat Penyakit Pada Saat Pengkajian : ibu pasein mengatakan anaknya sesak
nafas, disertai batuk terus menerus, demam , RR 35 ×/Menit dan terdengar suara
ronchi.
 Riwayat Kesehatan Dahulu : tidak ada
 Riwayat kesehatan keluarga : keluarga pasien mengatakan ibu dari pasien
mempunyai penyakit HIV
 Genogam

Keteranagan:
: laki laki : pasien
: perempuan

-- : tinggalserumah

 Riwayat Pengobatan dan Alergi:


a. Riwayat Pengobatan : Tidak ada
b. Riwayat Alergi : Tidak ada

 Akifitas Sehari Hari

No Kegiatan Sebelum RS Sesudah RS

1 Nutrisi
 Frekuensi 1 × sehari 1×sehari
 Jenis Nasi Bubur
 Jumlah 1/2 porsi 1/2 porsi
 Masalah Kekurangan nutrisi
keperawatan
2 Minuman/Cairan
 Frekuensi 4×sehari/ botol dot 4×sehari / botol
 Jenis Air putih,teh dot
 Jumlah 500 ml Air putih
 Masalah Kekurangan cairan 1000 ml
keperawatan
3 Eliminasi
BAK
 Frekuensi 2 ×sehari 3×sehari
 Konsitensi Cair Cair
 Warna Kuning pekat Kuning pekat
BAB
 Frekuensi 6 ×sehari 5 × sehari
 Konsitensi Cair Cair
 Warna Kuning Kuning
 Masalah diare
keperawatan
4 Personal Hygien
 Mandi 2 ×sehari 2×sehari
 Keramas 2 ×sehari 2×sehari
 Gosok gigi 2×sehari 2×sehari
 Potong kuku 1 minggu sekali Belum potong
kuku
 Ganti pakaian 2 ×sehari 2× sehari
 Masalah Tidak ada masalah
keperawatan keperawatan
5 Aktivitasistirahat
 Lama tidur 2 jam 2 jam
siang
 Lama tidur 6 jam 6 jam
malam
 Gangguan tidur Tidak ada
gangguan tidur
3. Pengkajian Fisik
 Keadaan Umum
Kesadaran : composmentis
 GCS : 15
E:4
M:6
V:5
 Vital sign
TD : 130/90 mmhg BB Sebelum sakit : 20 kg
RR : 35 ×/menit BB setelah sakit : 14 kg
Nadi : 1 1 0 ×/ menit
Suhu : 39 ºC
 Sakit atau Nyeri : tidak ada
 Status Gizi : kurus ( bb ≤10 %)
 Sikap : Gelisa
 Personal higiene : mandi : 2×sehari
Kuku : bersih
Rambut : bersih
Kulit : bersih
Masalah keperawatan : kekurangan nutrisi dalam tubuh
Head ToeToe
 Kulit
Warna : normal
Turgor : buruk
Teksture : kasar
Kelembapan : kering
Memar/luka : bintik2 merah
Kebersihan : kotor
Masalah keperawatan : integritas kulit
 Kepala
Bentuk : normal
Rambut : normal
Warna : hitam
Distribusi :merata
Teksture : halus
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
 Mata
Bentuk : normal
Konjungtiva : tidak ada
Sklera : tidak ada
Reaksi cahaya
Kanan : normal
Kiri : normal
Kebersihan :bersih
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
 Hidung
Bentuk :normal
Fungsi : normal
Kebersihan : bersih
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
 Telinga
Bentuk : normal
Fungsi : normal
Kebersihan : bersih
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
 Mulut dan tenggorokan
Mukosa bibir : kering
Bibir : pucat
Sakit menelan : tidak ada
Lidah : normal
Tonsil : meradang
Kebersihan : kotor
Masalah Keperawatan : kekurangan cairan
 Leher
Bentuk : normal
Kelenjar tiroid : tidak ada
Vena jugularis :tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
 Dada
Inspeksi : normal
Palpasi : normal
Auskultasi :normal
Perkusi :normal
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
 Paru paru
Inspeksi : rr : 35 × sehari
Irama pernafasan : takipnea
Palpasi : normal
Perkusi : normal
Auskultasi : Irama : tidak teratur
Suara nafas : ronchi
Kebersihan : kotor
Masalah keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif
 Abdomen
Inspeksi : tidak ada
Auskultasi : peristaltik : 25 ×/ menit
Palpasi : normal
Perkusi : sonor
Masalah Keperawatan : diare
Genetalia
Vagina : normal
Anus : normal
Kebersihan : bersih
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
 Ekstermitas Atas
Rentang gerak : normal
Kekuatan otot 4
Nyeri sendi : tidak ada
Edema : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatn
 Ekstremitas bawah
Rentang gerak :normal
Kekuatan otot 4
Nyeri sendi : tidak ada
Edema : tidak ada
Masalah keperawatan :tidak ada masalah keperawatan

4. Psikologi : ibu pasien merasa cemas dengan kondisi anak nya tidak
membaik ,ibu pasien juga mengatakan tidak tau tentang penyakit anaknya.
5. Sosial : tidak dikaji
6. Spritual : ibunya selalu berdoa atas kesembuhan anak nya dan menjalankan
sholat 5 waktu serta berzikir.
7. Data Penunjang (Lab, USG, EKG, dll)

Jenis pemeriksaaan Hasil pemeriksaan Nilai normal

Leukosit 2.7 ribu/ ul (5.0-10.0 ribu / ul

Trombosit 55 riu /ul ( 150 - 440 ribu/ul

Hemaglobin 7 g/dl (13.2 - 17.3 g/dl )


Tes antibodi HIV Positif (+) HIV
B. ANALISA DATA

NamaPasien : An. R DiagnosaMedis : HIV

JenisKelamin : Perempuan No MR : 004321

No. Bed/Kamar : Hari, Tanggal :Kamis,12oktober 2023

No Data Penunjang Etiologi MasalahKeperawatan

1 DS. Ibu menyusuhi pada anak Bersihan jalan nafas tidak


Ibu pasien mengatakan ↓ efektif
anaknya sesak nafas, Merusak sel tubuh
disertai batuk , dan ↓
demam Meinfeksi sel yang
DO mempunyai molekul CD4
Adanya suara ronchi (limfosit T4 monosit,sel
takipnea dendrit, sel langerhans
RR : 35 ×/ Menit ↓
Td : 130/ 90 mmhg Inti virus berhasil masuk ke
Nadi : 110 ×/menit sitoplasma
Suhu : 39 º C ↓
RNA virus berintegrasi
dengan DNA host

Integrasi DNA virus pada T4
dan membentuk provirus

pembentukan virus baru

imunitas menurun

infeksi oportunistik

Sistem pernafasan

Mycobakterium tb

Phenumonia

demam, batuk

Bersihan jalan nafas tidak
efektif
2. DS Ibu menyusuhi pada anak Defisit nutrisi
Ibu pasien mengatakan ↓
anaknya tidak nafsuh Merusak sel tubuh
makan, makananya ↓
tidak pernah habis, dan Meinfeksi sel yang
mengalami diare mempunyai molekul CD4
DO (limfosit T4 monosit,sel
Pasien tampak pucat dendrit, sel langerhans
bibir pucat ↓
Inti virus berhasil masuk ke
Peristaltik usus :
sitoplasma
25×/ menit

Bb sebelum sakit : 20
RNA virus berintegrasi
kg
dengan DNA host
Bb setelh sakit : 14 kg

Integrasi DNA virus pada T4
dan membentuk provirus

pembentukan virus baru

imunitas menurun

infeksi oportunistik

Sistem pencernaan

kuman,
salmonela,clostnidium,candida

mengiritasi mukosa saluran
pernafasan

Peningkatan peristaltik

Diare

Gg nutrisi kurang dari
kebutuhan
3. DS Ibu menyusuhi pada anak Gg intergritas kulit
Ibu pasien mengatakan ↓
anaknya sering rewel Merusak sel tubuh
dan ada ruam ↓
DO Meinfeksi sel yang
Ada bintik2 merah di mempunyai molekul CD4
kulit , turgor buruk , (limfosit T4 monosit,sel
tekstur kulit kasar dendrit, sel langerhans

Inti virus berhasil masuk ke
sitoplasma

RNA virus berintegrasi
dengan DNA host

Integrasi DNA virus pada T4
dan membentuk provirus

pembentukan virus baru

imunitas menurun

infeksi oportunistik

Herpes oster +herpersimpleks

Dermatitis

Ruam, kemerahan

Gg kerusakan kulit

C. MASALAH KEPERAWATAN :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif


2. defisit nutrisi
3. gangguan integritas kulit

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekret yang tertahan d.d batuk terus menerus, suara
ronchi, takipnea, dan sesak nafas
2. defisit nutrisi b.d faktor psikologis ( mis stres, kengganan untuk makan ) d.d BB tidak
normal, tidak nafsu makan dan diare
3. Gangguan integritas kulit b.d perubahan status nutrisi d.d adanya bintik2 merah dan ruam
pada kulit .

E. PRIORITAS MASALAH :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekret yang tertahan d.d batuk terus menerus, suara
ronchi, takipnea, dan sesak nafas
2. defisit nutrisi b.d faktor psikologis ( mis stres, kengganan untuk makan ) d.d BB tidak
normal, tidak nafsu makan dan diare
3. Gangguan integritas kulit b.d perubahan status nutrisi d.d adanya bintik2 merah dan ruam
pada kulit .
F. RENCANA KEPERAWATAN

NamaPasien :An.R DiagnosaMedis : HIV

JenisKelamin :perempuan No MR : 004321

No. Bed/Kamar : Hari, Tanggal : kamis,12 oktober 2023

RencanaKeperawatan
No Diagnosa
Tujuan dan KriteriaHasil Intervensi
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Observasi
tidak efektif b.d sekret tindakan keperawatan 1. identifikasi kemampuan batuk
yang tertahan d.d batuk 1x24 jam bersihan 2. Monitor adanya retensi sputum
terus menerus, suara jalan nafas efektif, Terapeutik
ronchi, takipnea, dan dengan kriteria hasil 1. Atur posisi fowler atau semi fowler
sesak nafas -batuk efektif 2. Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien
-produksi sputum 3. Buang sekret pada tempat sputum
menurun Edukasi
-tidak ada suara 1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
ronchi 2. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4
-pola nafas membaik detik, ditahan selama 2 detik,kemudian keluarkan dari mulut
-rr dalam rentang dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
normal (16-24×/ 3. Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3×
menit ) 4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarikan
nafas dalam yang ke-
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspetoran
2. defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi
faktor psikologis 1× 24 jam diharapkan 1. Identifikasi status nutrisi
(mis stres, kebutuhan nutrisi membaik 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
kengganan untuk Dengan kriteria hasil 3. Identifikasi makanan yang disukai
makan ) d.d berat -nafsuh makan membaik 4. Monito asupan makanan
badan tidak normal, -Porsih makan dihabiskan 5. Monitor berat badan
tidak nafsu makan -Diare menurun Terapeutik
dan diare -BB kembali normal dalam 1. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
rentang ( 17-20 kg) 2. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri,antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan , jika perlu
3. Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan Observasi
kulit b.d perubahan 1× 24 jam diharapkan 1. Identifikasi penyebab gangguan intergritas kulit (mis
status nutrisi d.d gangguan intergritas kulit perubahan sirkulasi, perubahan status, perubahan nutrisi,
adanya bintik2 merah membaik penurunan kelembapan suhu dan linkungan ekstrim,
dan ruam pada kulit . Dengan ktiteria hasil penurunan mobilitas
-kemerahan menurun Teraupetik
-Kerusakan 1. Bersihkan perineal dengan air hangat terutama selama
jaringan menurun periode diare
-elastisitas kulit meningkat 2. Gunakan produk bahan petrolium atau minyak pada kulit
kering
3. Hindari produk bahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis.lotion, serum )
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan mengingatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan mengingatkan asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
KASUS TERKAIT PENYAKIT

Seorang ibu datang ke rumah sakit pada tanggal 12 oktober 2023 inisial Ny.n usia 28 tahun,
ibu rumah tangga, menikah, pendidikan terakhir SMA, alamat jl bagus kuning dan anak nya
An .R umur 10 tahun dengan keluhan anaknya demam, sesak nafas, disertai batuk terus menerus,
sering rewel, tampak pucat dan ada bintik2 merah di kulit anak nya serta ruam .ibunya juga
mengatakan anak nya diare dan tidak nafsuh makan. Keluarganya mengatakan ibunya
mempunyai riwayat penyakit hiv.
dari hasil Hasil pemeriksaan fisik Kesadaran: composmentis Tekanan darah: 130/90,
pernafasan : 35 ×/ menit, nadi 11 0 ×/ menit, suhu :39 ºC BB Sebelum sakit 20 kg, BB
setelahsakit : 14 kg, turgor buruk , kulit kering, mukosa bibir kering, bibir pucat. Adanya suara
ronchi pada jalan pernafasan , auskultasi :tidak teratur, inspeksi: takipnea. Abdomen : adanya
bunyi peristaltik 25 ×/ menit.
Saat berada di rumah hanya makan 1/2 porsih di habiskan , 1× sehari. Minum 1000 ml ,
eliminasi bab: 6× sehari ,konsentasi cair, kuning. Dari permeriksaan penunjang : dilakukan tes
leukosit : 2,7 ribu/ul trombosit : 55 ribu/ul, hemoglobin 7 g/dl,tes anti body anti-HIV ( tes Ellisa )
menunjukan terinfeksi HIV atau tidak, atau dengan menguji antibodi anti HIV. Tes ini meliputi
tes Elisa, Lateks, Agglutination,dan western blot. Penilaian elisa dan latex menunjukan orang
terinfeksi HIV atau tidak, apabila dikatakan positif harus dibuktikan dengan tes western blot.

Anda mungkin juga menyukai