Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DAN REMAJA

DENGAN HIV/AIDS

DIBUAT OLEH : KELOMPOK 3

1. Ririn Marbenti (21142019018.P) 6.Fadli Ariansyah (21142019034.P)


2. Nova Yulianti (21142019021.P) 7.Ayu Lestari (21142019028.P)
3. Lusi Satiawaty (21142019020.P) 8.Risa Riyani (21142019017.P)
4. Marlina (21142019019.P) 9.Risa Miranda (21142019030.P)
5. Juriyah (21142019035.P) 10.Vevi Nurhasanah(21142018012P)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan penelitian....................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Pengertian...............................................................................................3
2.2 Etiologi...................................................................................................3
2.3 Patofisiologi...........................................................................................3
2.4 Tanda dan Gejala....................................................................................4
2.5 Manifestasi Klinis..................................................................................7
2.6 Komplikasi.............................................................................................8
2.7 Pemeriksaan diagnostik..........................................................................8
2.8 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PADA ANAK DENGAN HIV


3.1 Pengkajian............................................................................................10
3.2 Diagnosa ............................................................................................13
3.3 Intervensi. ............................................................................................14
3.4 Implementasi ......................................................................................17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan...........................................................................................14
4.2 Saran ....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi HIV/AIDS ( Human immuno Deficiency Virus / Acquired Immune
Deficiency Syndrom ) pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981
pada orang dewasa homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. enam
tahun kemudian ( 1989 ), AIDS sudah termasuk penyakit yang mengancam
anak di amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan kematian pada lebih
dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1 orang setiap 10 detik,
karena itu infeksi HIV dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi akibat
satu jenis agen infeksius.
AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein dan
Amman pada tahun 1983 di Amerika serikat.Sejak itu laporan jumlah AIDS
pada anak di Amerika makin lama makin meningkat. Pada bulan Desember
di Amerika dilaporkan 1995 maupun pada anak yang berumur kurang dari 13
tahun menderita HIV dan pada bulan Maret 1993 terdapat 4480 kasus.
Jumlah ini merupakan 1,5 % dan seluruh jumlah kasus AIDS yang dilaporkan
di Amerika. Di Eropa sampai tahun 1988 terdapat 356 anak dengan AIDS.
Kasus infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa maupun pada anak – anak
tertinggi didunia adalah di Afrika.
Sejak dimulainya epidemi HIV/ AIDS, telah mematikan lebih dan 25 juta
orang, lebih dan 14 juta anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya
karena AIDS. Setiap tahun juga diperkirakan 3 juta orang meninggal karena
AIDS, 500 000 diantaranya adalah anak usia dibawah 15 tahun. Setiap tahun
pula terjadi infeksi baru pada 5 juta orang terutama di negara terbelakang
atau berkembang, dengan angka transmisi sebesar ini maka dari 37,8 juta
orang pengidap infeksi HIV/AIDS pada tahun 2005, terdapat 2,1 juta anak-
anak dibawah 15 tahun.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana konsep medis dari HIV AIDS pada anak ?
2) Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari HIV AIDS ?
2

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui konsep medis dari HIV AIDS pada anak ?
2) Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari HIV AIDS ?
BAB III
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala
dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa
ahli antara lain :
a. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana
mengalami penurunan sistem imun yang mendasar(sel T berjumlah 200
atau kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV.(Anwar
Hafis,2014)
b. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan
hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Anwar Hafis,2014)

2.2 Etiologi
Sindrom immunodefisiensi didapat pediatrik (AIDS) disebabkan oleh virus
immunodefisiensi manusia / Human Immunodeficiency virus (HIV) tipe 1
(HIV-1) yang melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+ , yang juga
ditemukan dalam jumlah yang lebih rendah pada monosit dan makrofag.
Resiko HIV utama pada anak-anak yaitu:
a. Air susu ibu yang merupakan sarana transmisi
b. Pemakaian obat oleh ibunya
c. Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena
d. Daerah asal ibunya yang tingkat infeksi HIV nya tinggi

2.3 Patofisiologi
HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4,
yang bekerja sebagai reseptor viral.Subset limfosit ini, yang mencakup
limfosit penolong dengan peran kritis dalam mempertahankan responsivitas
imun, juga meperlihatkan pengurangan bertahap bersamaan dengan
perkembangan penyakit.Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan
penurunan sel CD4.
HIV secara istimewa menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan
CD4, yang bekerja sebagai reseptor viral.Subset limfosit ini, yang mencakup
linfosit penolong dengan peran kritis dalam mempertahankan responsivitas

3
4

imun, juga memperlihatkan pengurangan bertahap bersamaan dengan


perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan
penurunan sel CD4 ini tidak pasti, meskipun kemungkinan mencakup infeksi
litik sel CD4 itu sendiri; induksi apoptosis melalui antigen viral, yang dapat
bekerja sebagai superantigen; penghancuran sel yang terinfeksi melalui
mekanisme imun antiviral penjamu dan kematian atau disfungsi precursor
limfosit atau sel asesorius pada timus dan kelenjar getah bening. HIV dapat
menginfeksi jenis sel selain limfosit. Infeksi HIV pada monosit, tidak seperti
infeksi pada limfosit CD4, tidak menyebabkan kematian sel. Monosit yang
terinfeksi dapat berperang sebagai reservoir virus laten tetapi tidak dapat
diinduksi, dan dapat membawa virus ke organ, terutama otak, dan menetap
di otak. Percobaan hibridisasi memperlihatkan asam nukleat viral pada sel-
sel kromafin mukosa usus, epitel glomerular dan tubular dan astroglia.Pada
jaringan janin, pemulihan virus yang paling konsisten adalah dari otak, hati,
dan paru. Patologi terkait HIV melibatkan banyak organ, meskipun sering sulit
untuk mengetahui apakah kerusakan terutama disebabkan oleh infeksi virus
local atau komplikasi infeksi lain atau autoimun.
Stadium tanda infeksi HIV pada orang dewasa adalah fase infeksi akut,
sering simtomatik, disertai viremia derajat tinggi, diikuti periode penahanan
imun pada replikasi viral, selama individu biasanya bebas gejala, dan priode
akhir gangguan imun sitomatik progresif, dengan peningkatan replikasi viral.
Selama fase asitomatik kedua-bertahap dan dan progresif, kelainan fungsi
imun tampak pada saat tes, dan beban viral lambat dan biasanya stabil. Fase
akhir, dengan gangguan imun simtomatik, gangguan fungsi dan organ, dan
keganasan terkait HIV, dihubungkan dengan peningkatan replikasi viral dan
sering dengan perubahan pada jenis vital, pengurangan limfosit CD4 yang
berlebihan dan infeksi aportunistik.
Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak bergejala saat terakhir, meskipun
“ priode inkubasi “ atau interval sebelum muncul gejala infeksi HIV, secara
umum lebih singkat pada infeksi perinatal dibandingkan pada infeksi HIV
dewasa. Selama fase ini, gangguan regulasi imun sering tampak pada saat
tes, terutama berkenaan dengan fungsi sel B; hipergameglobulinemia dengan
produksi antibody nonfungsional lebih universal diantara anak-anak yang
terinfeksi HIV dari pada dewasa, sering meningkat pada usia 3 sampai 6
bulan. Ketidak mampuan untuk berespon terhadap antigen baru ini dengan
5

produksi imunoglobulin secara klinis mempengaruhi bayi tanpa pajanan


antigen sebelumnya, berperang pada infeksi dan keparahan infeksi bakteri
yang lebih berat pada infeksi HIV pediatrik.Deplesi limfosit CD4 sering
merupakan temuan lanjutan, dan mungkin tidak berkorelasi dengan status
simtomatik. Bayi dan anak-anak dengan infeksi HIV sering memiliki jumlah
limfosit yang normal, dan 15% pasien dengan AIDS periatrik mungkin
memiliki resiko limfosit CD4 terhadap CD8 yang normal. Panjamu yang
berkembang untuk beberapa alasan menderita imunopatologi yang berbeda
dengan dewasa, dan kerentanan perkembangan system saraf pusat
menerangkan frekuensi relatif ensefalopati yang terjadi pada infeksi HIV
anak.
6

Pathway

Tahan sitopatik HIV


HIV-1

Ibu
Jarum suntik Transfusi Hub sexual

Transplasental Perinatal

Sel Host Limfosit T Aliran darah / mukosa

Kel. Limfe
CD4+

Hiperplasi Replikasi Kel. Getah


Internalisasi
folikel virus masit bening perifer

Enzim RT-ase
Limfadenopati Viremia Lim B

Transkripsi terbalik Inf. Akut


Destruksi sel Kel. Sel. B
CD4
Mengubah RNA Laten
menjadi DNA Pe Ab Pe Ig
spesifik
Krisis total
Integritas DNA
provirus ke Host Hiper gamma
globulinemia
Transkripsi / translasi
& propagasi virus Respon IgM

me

Inf. Oportunistik

Keganasan sekunder

AIDS

Monosit Penyebaran patogenesis


makrorag

Gangguan fungsi monosit & makrofag SSP

- Kematoksis 
- Fagositosis 
7

2.4 Tanda dan Gejala


Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada
penderitaan AIDS
a. Panas lebih dari 1 bulan,
b. Batuk-batuk
c. Sariawan dan nyeri menelan,
d. Badan menjadi kurus sekali,
e. Diare,
f. Sesak napas,
g. Pembesaran kelenjar getah bening,
h. Kesadaran menurun,
i. Penurunan ketajaman penglihatan,
j. Bercak ungu kehitaman di kulit. (Anwar Hafis,2014)
Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena
dapat merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia,
misalnya gejala panas dapat disebabkan penyakit tifoid atau tuberkulosis
paru. Bila terdapat beberapa gejala bersama-sama pada seseorang dan ia
mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang mudah tertular AIDS, maka
orang tersebut dianjurkan untuk tes darah HIV. (Anwar Hafis,2014)

2.5 Manifestasi Klinis


Gambaran klinis infeksi HIV dapat disebabkan HIV-nya sendiri (sindrom
retroviral akut, demensia HIV), infeksi opurtunistik, atau kanker yang terkait
AIDS.Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan
keadaan klinis dan jumlah CD4. (Anwar Hafis,2014)
a. Infeksi retroviral akut
Frekuensi gejala infeksi netroviral akut sekitar 50-90%. Gambaran klinis
menunjukkan demam, pembesaran kelenjar, hepatosplenomegali, nyeri
tenggorokan, mialgia, rash seperti morbili,ulkus pada mukokutan, diare,
leukopenia, dan limfosit atipik, sindrom Gillian Barre, atau psikosis akut.
Sindrom ini biasanya sembuh sendiri tanpa pengobatan. (Anwar
Hafis,2014)
b. Masa Asimtomatik
8

Pada masa ini pasien tidak menunjukkan gejala, tetapi dapat terjadi
limfadenopati umum. Penurunan jumlah CD4 terjadi bertahap, disebut
juga masa jendela(window period). (Anwar Hafis,2014)
c. Masa gejala dini
Pada masa ini jumlah CD4 berkisar antar 100-300.Gejala yang timbul
adalah akibat infeksi pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan,
herpez zoster, leukoplakia, ITP, dan tuberkulosis paru. Masa ini dulu
disebut AIDS Related Complex(ARC). (Anwar Hafis,2014)
d. Masa gejala lanjut
Pada masa ini jumlah CD4, di bawah 200.Penurunan daya tahan ini
menyebabkan resiko tinggi rendahnya infeksi opurtunistik berat atau
keganasan. (Anwar Hafis,2014)

2.6 Komplikasi
Adapun komplikasi klien dengan HIV/AIDS. (Anwar Hafis,2014) antara lain :
a. Pneumonia pneumocystis(PCP)
b. Tuberculosis(TBC)
c. Esofagitis
d. Diare
e. Toksoplasmositis
f. Leukoensefalopati multifocal prigesif
g. Sarcoma kaposi
h. Kanker getah bening
i. Kanker leher rahim(pada wanita yang terkena HIV). (Anwar Hafis,2014)

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan diagnostik untuk penderita AIDS. (Anwar Hafis,2014)adalah :
a. Lakukan anamnesis gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait
dengan AIDS.
b. Telusuri perilaku berisiko yang memungkinkan penularan.
c. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker
terkait.jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan
funduskopi.
d. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosit total, antibodi HIV,
dan pemeriksaan rontgen. (Anwar Hafis,2014)
9

2.8 Pemeriksaan Penunjang


a. Elisa : Enzyme-linked imunosorbent assay (uji awal yang umum) –
mendeteksi antibodi terhadap antigen HIV (umumnya dipakai untuk
skrining HIV pada individu yang berusia lebih dari 2 tahun).
b. Western blot (uji konfirmasi yang umum) – mendeteksi adanya antibodi
terhadap beberapa protein spesifik HIV.
c. Kultur HIV – standar emas untuk memastikan diagnosis pada bayi.
d. Reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction [PCR]) –
mendeteksi asam deoksiribonukleat (DNA) HIV (uji langsung ini
bermanfaat untuk mendiagnosis HIV pada bayi dan anak.
e. Uji antigen HIV – mendeteksi antigen HIV.
f. HIV, IgA, IgM – mendeteksi antibodi HIV yang diproduksi bayi (secara
eksperimental dipakai untuk mendiagnosis HIV pada bayi).

Mendiagnosis infeksi HIV pada bayi dari ibu yang terinfeksi HIV tidak
mudah.Dengan menggunakan gabungan dari tes-tes di atas, diagnosis
dapat ditetapkan pada kebanyakan anak yang terinfeksi sebelum berusia 6
bulan.

a. Temuan laboratorium ini umumnya terdapat pada bayi dan anak-anak


yang terinfeksi HIV : Penurunan rasio CD4 terhadap CD8.
b. Limfopenia.
c. Anemia, trombositopenia.
d. Hipergammaglobulinemia (IgG, IgA, IgM).
e. Penurunan respon terhadap tes kulit (candida albican, tetanus).
f. Respon buruk terhadap vaksin yang didapat (dipteria, tetanus, morbili )
g. Haemophilus influenzae tipe B
h. Penurunan jumlah limfosit CD4+ absolut.
i. Penurunan persentase CD4+.
BAB III
ASUHAN KEPEAWATAN TEORI
PADA ANAK DENGAN HIV/ AIDS

3.1 Pengkajian
Pada pengkajian anak HIV positif atau AIDS pada anak rata-rata dimasa
perinatal sekitar usia 9 –17 tahun.
1) Keluhan utama dapat berupa :
Demam dan diare yang berkepanjangan, Tachipnae, Batuk, Sesak
nafas&Hipoksia
Kemudian diikuti dengan adanya perubahan :
Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik, Diare lebih dan satu bulan,
Demam lebih dan satu bulan, Mulut dan faring dijumpai bercak putih,
Limfadenopati yang menyeluruh, Infeksi yang berulang (otitis media,
faringitis ), Batuk yang menetap ( > 1 bulan )&Dermatitis yang mnyeluruh
2) Pada riwayat penyakit dahulu adanya riwayat transfusi darah ( dari orang
yang terinfeksi HIV / AIDS ). Pada ibu atau hubungan seksual. Kemudian
pada riwayat penyakit keluarga dapat dimungkinkan :
 Adanya orang tua yang terinfeksi HIV / AIDS atau penyalahgunaan
obat
 Adanya riwayat ibu selama hamil terinfeksi HIV ( 50 % TERTULAR )
 Adanya penularan terjadi pada minggu ke 9 hingga minggu ke 20 dari
kehamilan
 Adanya penularan pada proses melahirkan
 Terjadinya kontak darah dan bayi.
 Adanya penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI
 Adanya kejanggalan pertumbuhan (failure to thrife )

Pada pengkajian faktor resiko anak dan bayi tertular HIV diantaranya :

 Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual


 Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti
 Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena
 Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah yang
berulang

10
11

 Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas
yang tidak steril
 Anak remaja yang berhubungan seksual yang berganti-ganti
pasangan

Gambaran klinis pada anak nonspesifik seperti :

 Gagal tumbuh
 Berat badan menurun
 Anemia
 Panas berulang
 Limpadenopati
 Hepatosplenomegali
 Adanya infeksi oportunitis yang merupakan infeksi oleh kuman,
parasit, jamur atau protozoa yang menurunkan fungsi immun pada
immunitas selular seperti adanya kandidiasis pada mulut yang dapat
menyebar ke esofagus, adanya keradangan paru, encelofati dll
3) Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Mata
 Adanya cotton wool spot ( bercak katun wol ) pada retina
 Retinitis sitomegalovirus
 Khoroiditis toksoplasma
 Perivaskulitis pada retina
 Infeksi pada tepi kelopak mata.
 Mata merah, perih, gatal, berair, banyak sekret, serta berkerak
 Lesi pada retina dengan gambaran bercak / eksudat kekuningan,
tunggal / multiple
b. Pemeriksaan Mulut
 Adanya stomatitis gangrenosa
 Peridontitis
 Sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak merah datar
kemudian menjadi biru dan sering pada platum (Bates Barbara
1998 )
c. Pemeriksaan Telinga
 Adanya otitis media
 Adanya nyeri
12

 Kehilangan pendengaran
d. Sistem pernafasan
 Adanya batuk yang lama dengan atau tanpa sputum
 Sesak nafas
 Tachipnea
 Hipoksia
 Nyeri dada
 Nafas pendek waktu istirahat
 Gagal nafas
e. Pemeriksaan Sistem Pencernaan
 Berat badan menurun
 Anoreksia
 Nyeri pada saat menelan
 Kesulitan menelan
 Bercak putih kekuningan pada mukosa mulut
 Faringitis
 Kandidiasis esofagus
 Kandidiasis mulut
 Selaput lendir kering
 Hepatomegali
 Mual dan muntah
 Kolitis akibat dan diare kronis
 Pembesaran limfa
f. Pemeriksaan Sistem Kardiovaskular
 Suhu tubuh meningkat
 Nadi cepat, tekanan darah meningkat
 Gejala gagal jantung kongestiv sekuder akibat
kardiomiopatikarena HIV
g. Pemeriksaan Sistem Integumen
 Adanya varicela ( lesi yang sangat luas vesikel yang besar )
 Haemorargie
 Herpes zoster
 Nyeri panas serta malaise
 Aczematoid gingrenosum
 Skabies
13

h. Pemeriksaan sistem perkemihan


 Didapatkan air seni yang berkurang
 Annuria
 Proteinuria
 Adanya pembesaran kelenjar parotis
 Limfadenopati
i. Pemeriksaan Sistem Neurologi
 Adanya sakit kepala
 Somnolen
 Sukar berkonsentrasi
 Perubahan perilaku
 Nyeri otot
 Kejang-kejang
 Encelopati
 Gangguan psikomotor
 Penururnan kesadaran
 Delirium
 Meningitis
 Keterlambatan perkembangan
j. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
 Nyeri persendian
 Letih, gangguan gerak
 Nyeri otot ( Bates Barbara 1998 )

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan HIV /
AIDS antara lain :
1. Resiko infeksi
2. Kurang nutrisi
3. Kurangnya volume cairan
4. Gangguan intregitas kulit
5. Perubahan atau gangguan membran mukosa
6. Ketidakefektifan koping keluarga
7. Kurangnya pengetahuan keluarga
14

3.3 Rencana Tindakan Keperawatan


1. Resiko infeksi
Resiko terjadinya infeksi pada anak dengan HIV /AIDS berhubungan dengan
adanya penurunan daya tahan tubuh sekunder AIDS.
o Tujuan :
Meminimalkan resiko terhadap infeksi pada anak
o Rencana tindakan keperawatan
1. Kaji perubahan tanda-tanda infeksi ( demam, peningkatan nadi,
peningkatan kecepatan nafas, kelemahan tubuh atau letargi )
2. Kaji faktor yang memperburuk terjadinya infeksi seperti usia, status nutrisi,
penyakit kronis lain
3. Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali, tanda vital merupakan
indikator terjadinya infeksi
4. Monitor sel darah putih dan hitung jenis setiap hari untuk monitor terjadinya
neutropenia
5. Ajarkan dan jelaskan pada keluarga dan pengunjung tentang pencegahan
secara umum ( universal ), untuk menyiapkan keluarga dan pengunjung
memutus rantai penularan
6. Instruksikan ke semua pengunjung dan keluarga untuk cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah memasuki ruangan pasien
7. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antibiotik, anyiviral,
antijamur,
8. Lindungi individu dan resiko infeksi dengan universal precaution
2. Kurang Nutrisi ( kurang dari kebutuhan )
Nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, diare,
nyeri
o Tujuan :
Kebutuhan nutrisi dan pasien terpenuhi
o Rencana tindakan keperawatan :
1. Kaji status perubahan nutrisi dengan menimbang berat badan setiap hari
2. Monitor asupan dan keluaran setiap 8 jam sekali dan turgor kulit
3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
4. Rencanakan makanan enternal dan parenteral
3. Kurangnya Volume Cairan
15

Kurangnya volume cairan tubuh pada anak berhubungan dengan adanya


infeksi oportunitis saluran pencernaan ( diare )
o Tujuan :
Volume cairan tubuh dapat terpenuhi
o Kriteria hasil :
a. Asupan dan keluaran seimbang
b. Kadar elektrolit tubuh dalam batas normal
c. Nadi perifer teraba
d. Penekanan darah perifer kembali dalam waktu kurang dan 3 detik
e. Keluaran urin minimal 1-3 cc/kg BB per jam
o Rencana tindakan keperawatan
1. Berikan cairan sesuai indikasi dan toleransi
2. Ukur masukan dan keluaran termasuk urin dan tinja
3. Monitor kadar elektrolit dalam tubuh
4. Kaji tanda vital turgor kulit, mukosa membran dan ubun-ubun tiap 4 jam
5. Monitor urin tiap 6-8 jam sesuai dengan kebutuhan
6. Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan
4. Gangguan intregitas kulit
Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan diare yang berkelanjutan
(kontak yang berulang dengan feces yang bersifat asam )
o Tujuan :
Tidak terjadi gangguan intregitas kulit
o Kriteria hasil :
Tidak ada tanda – tanda kulit terganggu serta kulit utuh, bersih
o Rencana tindakan keperawatan :
1. Ganti popok dan celana anak apabila basah
2. Bersihkan pantat dan keringkan setiap kali buang air besar
3. Gunakan salep atau lotion
5. Perubahan atau Gangguan Mukosa Membran Mulut
Gangguan mukosa membran mulut berhubungan dengan lesi mukosa
membran dampak dari jamur dan infeksi herpes
o Tujuan :
Tidak terjadi gangguan mukosa mulut
o Kriteria hasil
a mukosa mulut lembab
16

b tidak ada lesi


c kebersihan mulut cukup
d anak dan orang tua mampu mendemonstrasikan tekhnik kebersihan mulut
o Rencana Tindakan Keperawatan
1. Kaji membran mukosa
2. Berikan pengobatan sesuai dengan saran dan dokter
3. Lakukan perawatan mulut tiap 2 jam
4. Gunakan sikat gigi yang lembut
5. Oleskan garam fisiologis tiap 4 jam dan sesudah membersihkan mulut
6. Kolaborasi pemberian obat profilaksis ( ketokonazol, flukonazol ) selama
pengobatan
7. Gunakan antiseptik oral
8. Check up gigi secara teratur
6. Ketidakefektifan Koping Keluarga
Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan penyakit menahun
dan progresif
o Tujuan :
Koping keluarga efektif
o Kriteria hasil :
a Orang tua mapu mengekspresikan secara verbal tentang rasa takut
b Orang tua mampu mengambil keputusan yang tepat
c Orang tua tau cara memecahkan masalah serta menganalisis kekuatan diri
dan dukungan sosial
o Rencana tindakan keperawatan
1. Konseling keluarga
2. Observasi ekspresi orang tua tentang rasa takut, bersalah, dan kehilangan
3. Diskusikan dengan orang tua tentang kekuatan diri dan mekanisme koping
dengan mengidentifikasi dukungan sosial
4. Libatkan orang tua dalam perawatan anak
5. Monitor interaksi orang tua dan anak
6. Monitor tingkah laku orang
7. Kurang pengetahuan
Kurangnya pengetahuan pada keluarga berhubungan dengan perawatan
anak yang kompleks dirumah
o Tujuan :
17

Keluarga dapat mengungkapkan atau menjelaskan proses penyakit,


penularan pencegahan dan perawatan
o Kriteria hasil :
a Orang tua mampu menjelaskan secara global tentang diagnosism, proses
penyakit dan kebutuhan home care
b Orang tua memahami daftar pengobatan, efek samping, dan dosis obat
c Orang tua memahami tentang kebutuhan perawatan yang khusus bagi
anak dan mengetahui bagaimana HIV menular
o Rencana Tindakan keperawatan
1. Kaji pemahaman tentang diagnosis, proses penyakit dan kebutuhan home
care
2. Jelaskan daftar pengobatan, efek samping obat dan dosis
3. Jelaskan dan demonstrasikan cara perawatan khusus
4. Jelaskan cara penularan HIV dan bagaimana cara pencegahannya
5. Anjurkan cara hidup normal pada anak

3.4 Implementasi
 Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang
dibuat.
18

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana


mengalami penurunan sistem imun yang mendasar(sel T berjumlah 200 atau
kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV.(Anwar Hafis,2014)

Penyebab penyakit AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok
retrovirus yang biasanya menyerang organ – organ vital system kekebalan tubuh
manusia. Sindrom immunodefisiensi didapat pediatrik (AIDS) disebabkan oleh
virus immunodefisiensi manusia / Human Immunodeficiency virus (HIV) tipe 1
(HIV-1) yang melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+ , yang juga
ditemukan dalam jumlah yang lebih rendah pada monosit dan makrofag.

Resiko HIV utama pada anak-anak yaitu:


a. Air susu ibu yang merupakan sarana transmisi
b. Pemakaian obat oleh ibunya
c. Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena
d. Daerah asal ibunya yang tingkat infeksi HIV nya tinggi

Adapun komplikasi klien dengan HIV/AIDS. (Anwar Hafis,2014) antara lain :


a. Pneumonia pneumocystis(PCP)
b. Tuberculosis(TBC)
c. Esofagitis
d. Diare
e. Toksoplasmositis
f. Leukoensefalopati multifocal prigesif
g. Sarcoma kaposi
h. Kanker getah bening
i. Kanker leher rahim(pada wanita yang terkena HIV). (Anwar Hafis,2014)

Pemriksaan penunjang seperti : Tes untuk diagnose infeksi HIV.

1.  ELISA, latex agglutination


2.  Western blot (positif)
3.  Tes antigen P 24 (polymerase chain reaction) atau PCR
19

4.   Kultur HIV

4.2 Saran
1. Memberikan support kepada penderita HIV agar tidak putus asa
2. Mencegah penyebaran HIV dengan pemeriksaan kesehatan anda dan
anak secara rutin
3. Dan kita sebagai perawat terus memberikan asuhan keperawtan kepada
penderita agar mendapatkan pertolongan dalam pengobatan
20

DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul Hidayat. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:


Salemba Medika.
Behrman, dkk (1999) Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Jakatra : EGC
Betz, Cecily L (2002) Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC Blog Riyawan |
Kumpulan Artikel Farmasi & Keperawatan Doenges,
Judith M. Wilkinson. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan (Rivisi ed.).
Jakarta: EGC.
Marilyn E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawtan (3 ed.). Jakarta: EGC.
Marilynn E (2001) Rencana Keperawatan Maternal / Bayi. Edisi 2. Jakarta : EGC
Rampengan & Laurentz (1999) Ilmu Penyakit Tropik pada Anak. Jakarta :
EGC
Sujono Riyadi. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Wartono, JH (1999) AIDS Dikenal Untuk Dihindari. Jakarta : Lembaga
Pengembangan Informasi Indonesia

Anda mungkin juga menyukai