Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus), virus penyebab AIDS.
Yang merupakan masalah utama dalam kehamilan. Sekitar 25% wanita hamil
yang menderita infeksi ini menularkan kepada janinnya. Sedini mungkin
diberikan AZT (zidovudin) yang bisa menurunkan angka penularan kepada
janin. Jika terinfeksi, maka bayi segera menjadi sakit berat dan biasanya
meninggal akibat komplikasi AIDS sebelum usianya mencapai 2 tahun.
Transmisi infeksi HIV dari ibu ke bayi dapat diturunkan jika obat
antiretroviral diberikan pada ibu selama kehamilan dan kelahiran. Manifestani
klinis infeksi HIV bervariasi secara luas di antara bayi, anak-anak, dan remaja.
Penyakit Aquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan
penyakit yang latif baru tetapi menimbulkan banyak masalah kesehatan,
terutama sekali bila terjadi pada ibu hamil. Termasuk penyakit menular
seksual (PMS), tetapi dapat pula melalui darah atau produk darah yang
terinfeksi, tusukan atau luka benda tajam yang tercemar. Penyakit ini ditandai
dengan gangguan sistem kekebalan tubuh sehingga mudah terjadi infeksi oleh
mikroorganisme oportunistik dan timbulnya tumor spesifik. Transmisi dari ibu
ke janin dapat terjadi secara transplasenter, saat persalinan dan (jarang sekali)
melalui air susu ibu.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengertian dari infeksi HIV?
b. Bagaimana patofisiologi dari infeksi HIV?
c. Bagaimana tanda dan gejala dari infeksi HIV?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian dari infeksi HIV.
b. Untuk mengetahui patofisiologi dari infeksi HIV.
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari infeksi HIV.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HIV

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah RNA retrovirus yang


menyebabkan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), yaitu terjadi
kegagalan sistem imun progesif. Penyebab terbanyak adalah HIV-1. Virus ini
ditransmisikan melalui hubungan seksual, darah, produk yang terkontaminasi
darah, dan transmisi dari ibu ke bayi baik intrapartum dan perinatal. Pada
intrapartum, fetus dapat terinfeksi secara hematogen karena sirkulasi
uteroplasenta melalui membran amnion, terutama apabila membrane
mengalami inflamasi atau infeksi. Pada periode perinatal, infeksi vertical lebih
banyak terjadi. Semakin lama dan besar jumlah kontak neonatus dengan darah
ibu dan sekresi servikovaginal, risiko transmisi vertikal juga bertambah besar.
Prematuritas dan berat badan lahir rendah pada neonatus juga meningkatkan
risiko infeksi dalam persalinan karena menipisnya barrier pertahanan dari kulit
dan sistem imun (Bidan dan Dosen Kebidanan, 2018 : hal 433)

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sebuah retrovirus yang


menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia terutama sel-T, CD4+ dan
makrofag. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan
gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh yang disebabkan
oleh infeksi virus HIV. AIDS muncul setelah virus HIV menyerang kekebalan
tubuh manusia dalam jangka waktu 3 sampai 10 tahun (Erni dan Lia, 2017 : hal
147).

2.2 Patofisiologi HIV

Virus HIV tergolong retrovirus, yang merupakan standar RNA, tunggal


terbungkus. Bila memasuki tubuh, virus akan melekat pada reseptor CD4 sel
terinfeksi. Kemudian virus mempergunakan enzim reverse transcriptase, yang
mampu membentuk standar DNA ganda. Standar DNA ganda ini mampu
masuk sirkulasi sel menuju intinya dan bersatu dengan DNA inti sel yang asli.
DNA virus dapat membentuk RNA yang terinfeksi dan RNA yang akan
membawa tanda (berita) sehingga dapat membentuk protein.

Pertumbuhan virus HIV terbatas pada limfosit, monosit, makrofag, dan


sumber pembentuk sumsum tulang tertentu. Secara intraseluler, virus dapat
memecah diri sehingga setelah selnya hancur dapat dikeluarkan virus HIV baru
yang akan menyerang sel lainnya. Bentuk virus HIV selalu berubah-ubah,
sesuai dengan sel yang diserangnya sehingga sulit untuk membuat antibody
atau antigen agar mampu membuat vaksinnya. Oleh karena itu, obatnya masih
sulit untuk dibuat sampai saat ini.

Cara infeksinya adalah sebagai berikut :

1. HIV melekat dan masuk ke dalam limfosit CD 4, dengan mempergunakan


enzyme reverse transcriptase
2. Mengubah RNA menjadi DNA dan akhirnya bersatu dengan DNA pejamu
3. DNA nucleus memecah dan asam nukleat virus ikut serta memecah diri
sehingga limfosit CD 4 melemah
4. Limfosit CD 4 hancur dan virus yang telah bereplikasi ikut serta keluar
dan melekat serta masuk kembali ke limfosit CD 4 yang baru
5. Dalam beberapa hal replikasi virus berlangsung sedemikian rupa sehingga
dapat menimbulkan karsinoma atau sarcoma dan atau keganasan lainnya

Stadium klinis infeksi HIV sebagai berikut :

1. Stadium pertama
a. Virus HIV masuk dan menimbulkan gejala klinis seperti infeksi
mononucleosis
b. Berlangsung beberapa minggu
2. Stadium kedua atau fase laten atau phase asimptomatis
a. Virus memecah terus di kelenjar limpha
b. Tanpa dirasakan sakit
c. Sampai batas perkembangan maksimal dan terus memasuki stadium III
3. Stadium ketiga
a. Jumlah virus sudah sedemikian besarnya
b. Daya tahan tubuh dengan hancurnya limfosit CD 4, cukup besar
c. Dapat terjadi infeksi sekunder mulai dari bronchitis atau pneumonia
ringan sampai berat
d. Penderita masih dapat bertahan hidup
4. Stadium akhir
a. Gambaran penuh terjadi acquired immunodeficiency syndrome (AIDS)
b. Terjadi infeksi sekunder
c. Terjadi komplikasi berupa karsinoma atau sarcoma
d. Terjadi eksaserbasi infeksi semua bakteri komensal karena daya tahan
tubuh sudah sangat minimal
e. Umurnya hanya 3-4 tahun

Transmisi infeksi HIV dari ibu ke bayi dapat diturunkan jika obat
antiretroviral diberikan pada ibu selama kehamilan dan kelahiran dan bayi
setelah dilahirkan. Manifestasi klinis infeksi HIV bervariasi secara luas di
antara bayi, anak-anak, dan remaja. Pada banyak bayi, pemeriksaan fisik saat
lahir adalah normal. Gejala awal mungkin hampir tidak terlihat, seperti
limfadenopati dan hepatosplenomegali, atau spesifik seperti keterlambatan
pertumbuhan, diare kronis atau berulang, pneumonia interstisial, atau sariawan.

2.3 Tanda dan Gejala HIV

1. Penderita mengalami lemas, cepat lelah, dan mual muntah


2. Makan berkurang sehingga berat badan menurun

2.4 Penanganan HIV pada ibu hamil

1. Melakukan evaluasi tentang infeksi :


a. HIV
b. Infeksi TORCH dan infeksi sekunder lainnya
c. Melakukan ANC yang lebih teratur
d. Mengurangi rokok dan minuman keras dan ketagihan obat lainnya
e. Melakukan pemeriksaan sitology untuk kemungkinan karsinoma

2. Tata laksana persalinannya :


a. Konsep persalinan pervaginam
b. Mengurangi perlukaan kulit dan lainnya sehingga dapat menghindari
invasi infeksi langsung ke dalam tubuh

3. Penolong harus memerhatikan diri dengan pakaian yang dapat melindungi


diri sehingga tidak terjadi kontaminasi infeksi :

a. Disediakan sarung tangan beberapa pasang


b. Pakaian penolong tersendiri dan khusus yang dapat melindungi diri
sendiri dari kemungkinan kontaminasi langsung pada perlukaan

4. Alat-alat yang dipergunakan untuk pertolongan persalinan :

a. Harus diisolasi dengan cermat


b. Langsung mendapat antiseptic sehingga mengurangi sebanyak
mungkin kontak dengan barang lainnya sehingga tidak menimbulkan
infeksi nosocomial
c. Bayi sebaiknya diisolasi karena semua cairan tubuhnya adalah
infeksius
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah RNA retrovirus yang


menyebabkan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), yaitu terjadi
kegagalan sistem imun progesif. Penyebab terbanyak adalah HIV-1. Virus ini
ditransmisikan melalui hubungan seksual, darah, produk yang terkontaminasi
darah, dan transmisi dari ibu ke bayi baik intrapartum dan perinatal.

Transmisi infeksi HIV dari ibu ke bayi dapat diturunkan jika obat
antiretroviral diberikan pada ibu selama kehamilan dan kelahiran dan bayi
setelah dilahirkan. Manifestasi klinis infeksi HIV bervariasi secara luas di
antara bayi, anak-anak, dan remaja. Pada banyak bayi, pemeriksaan fisik saat
lahir adalah normal. Gejala awal mungkin hampir tidak terlihat, seperti
limfadenopati dan hepatosplenomegali, atau spesifik seperti keterlambatan
pertumbuhan, diare kronis atau berulang, pneumonia interstisial, atau sariawan.

3.2 Saran

Sebagai tenaga kesehatan, harus selalu peduli dengan lingkungan


sekitar, agar tercipta masyarakat yang sehat jasmani maupun rohani. Tenaga
kesehatan harus mewujudkan pengabdiannya kepada masyarakat.
Sebagai masyarakat, harus menerima informasi yang diberikan oleh
tenaga kesehatan. Karena, informasi-informasi dari tenaga kesehatan sangat
bermanfaat bagi kesehatan masyarakat itu sendiri. Masyarakat harus bisa
bersifat terbuka dengan tenaga kesehatan, dan masyarakat harus memiliki
kesadaran bersama demi mewujudkan bangsa yang sehat jasmani maupun
rohani.
DAFTAR PUSTAKA

Bidan dan Dosen Kebidanan. 2018. Kebidanan Teori dan Asuhan Volume
2. Jakarta: EGC

Erni dan Lia. 2017. Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta:


CV.TIM

Ida Ayu,, Gde Manuaba dan Fajar Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah
Obstetri. Jakarta: EGC

Ida Ayu,, Gde Manuaba dan Fajar Manuaba. 2012. Buku Ajar Patologi
Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai