Anda di halaman 1dari 13

Dosen Pengajar : Asri Dwi Novianti, S.Kep., Ns., M.

Kep

KEPERAWATAN MATERNITAS II

“SIFILIS PADA WANITA”

Disusun Oleh Kelompok

Walia Dwi Kurnia : P201901047

Sri Mulyani Pratiwi : P201901046 (sedikit sekali aktif)

Kelas : T2 Keperawatan

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kelompok kami telah menyelesaikan tugas ini dengan lancar dan sesuai dengan
ketentuan yang diberikan oleh Dosen selaku Dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas II.

Tugas makalah ini merupakan salah satu tugas di bidang mata kuliah kami yang bertujuan
untuk memperoleh informasi tentang “Sifilis Pada Wanita”. Dan juga merupakan tugas untuk
memenuhi nilai ujian tengah semester Keperawatan Maternitas II

Dengan terselesaikannya tugas kami ini, maka kami berharap telah memenuhi tugas mata
kuliah kami dan mendapatkan respon yang baik dari dosen . Serta bermanfaat bagi teman-teman
sekalian. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Kendari, 02 April 2021

Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN

SIFILIS PADA WANITA

I. KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema Pallidum dan
mempunyai beberapa sifat, yaitu : perjalanan penyakutnya sangat kronis, dalam
perjalanannya dapat menyerang semua organ tubuh, dapat menyerupai macam-macam
penyakit, mempunyai masa laten, dapat kambuh kembali (rekuren), dan dapat
ditularkan dari ibu ke janinnya sehingga menimbulkan kelainan kongenital. Selain
melalui ibu ke janinnya dan melalui hubungan seksual, sefilis bisa juga ditularkan
melalui luka, tranfusi dan jarum suntuk. Sifilis ditandai dengan lesi primer diikuti
dengan erupsi sekunder pada kulit dan selaput lendir kemudian masuk ke dalam
periode laten diikuti dengan lesi pada kulit, lesi pada tulang, saluran pencernaan,
system saraf pusat dan system kardiovaskuler (Murtiastutik, 2008).
Menurut CDC than 2010 mendefinisikan sifilis sebagi penyakit sistemik yang
disebabkan oleh Treponema Pallidum. Berdasarkan temuan klinis, penyakit dibagi ke
dalam serangkaian kumpulan staging yang digunakan untuk membantu dalam panduan
pengobatan dan tidak lanjut.
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang sangat infeksius, disebabkan oleh
bakteri berbentuk spiral, Treponema Pallidum subspesies Pallidum. Penularan sifilis
biasanya melalui kontak seksual dengan pasangan yang terinfeksi, kontak langsung
dengan lesi/luka yang terinfeksi atau dari ibu yang menderita sifilis ke janinnya
melalui plasenta pada stadium akhir kehamilan (Efrida dalam Joklik, 1992).
Sifilis dapat disebabkan pada tahap awal infeksi, tetapi apabila dibiarkan
penyakit ini dapat menjadi infeksi yang sistemik dan kronik. Infeksi sifilis dibagi
menjadi sifilis stadium dini dan lanjut. Sifilis stadium dini terbagi menjadi sifilis
primer, sekunder, dan laten dini. Sifilis stadium lanjut termaksud sifilis tersier
(gumatous, sifilis kardiovaskuler dan neurosifilis) serta sifilis laten lanjut ( Prince SA,
2006).
Menurut Pedoman Tata Laksana Sifilis untuk pengendalian sifilis di Layanan
Kesehatan Dasar (2013), Sifilis merupakan salat satu IMS yang menimbulkan kondisi
cukup parah misalnya infeksi otak (neurosifilis), kecatatan tubuh (guma). Pada
populasi ibu hamil yang terinfeksi sifilis, bila tidak diobati dengan adekuat, akan
menyebabkan 67 % kehamilan terakhir dengan abortus, lahir mati, atau infeksi
nenonatus (sifilis kongenital). Walaupun telah tersedia teknologi yang relaktif
sederhana dan terapi efektif dengan biaya yang sangat terjangkau, sifilis masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang meluas di berbagai Negara di dunia .
bahkan sifilis masih merupakan penyebab utama merbiditas dan mortalitas perinatal di
banyak Negara.
Menurut Pedoman Tata lakana Sifilis untuk pengendalian sifilis di Layanan
Kesehatan Dasar (2013), sifilis sebagaimana IMS lainnya, akan meningkatkan risiko
tertular HIV (Human Immunodeficiency Virus). Pada ODHA (Orang Dengan
HIV/AIDS), sifilas meningkatkan daya infeksi HIV. Pada mereka yang belum
terinfeksi HIV, sifilis meningkatkan kerentanan tertular HIV. Berbagai penelitian di
banyak Negara melaporkan bahwa infeksi sifilis dapat meningkatkan risiko penularan
HIV sebesar 3-5 kali.

B. Klasifikasi Sifilis
Sifilis terbagi atas beberapa yaitu :
1. Sifilis Primer
Manifestasi klinis awal sifilis adalah papul kecil soliter, kemudian dalam
satu sampai beberapa minggu, papul ini berkembang menjadi ulkus. Lesi klasik
dari sifilis primer disebut dengan chancre, ulkus yang keras dengan dasae yang
bersih, tunggal, tidak nyeri, merah, berbatas tegas. Chancre dapat ditemukan
dimana daja tetapi paling sering dipenis, serviks, dinding vagina, rectum dam
anus (Erick Thungady, 2016).
2. Sifilis Sekunder
Gejala sifilis sekunder akan mulai timbul dalam 2 sampai 5 bulan setelah
pajanan, 2 sampai 8 minggu setelah Chancre muncul. Sifilis sekunder adalah
penyakit sistemik engan spirohaeta yang menyebar dari chancre dan kelenjar
limfe ke dalam aliran darah aliran darah dan ke sluruh tubuh, dan menimbulkan
beragam gejala yang jauh dari lokasi infeksi semula. System yang paling sering
terkena adalah kulit, limfe, saluran cerna, tulang, ginjal, mata, dan susunan saraf
pusat. Tanda tersering pada sifilis sekunder adalah ruam kulit makulopapula
yang terjadi pada 50%-70% kasus, papula 12% kasus, macula 10% kasus,
danpapula anula 6%-14% kasus (Efrifa;Elvinawaty,2014).
3. Sifilis Laten
Sifilis laten atau asimtomatik adalah periode hilangnya gejala klinis sifilis
sekunder sampai diberikan terapi atau gejala klinik tersier muncul. Sifilis laten
dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu sifilis laten dini dan lanjut. Sifilis laten dini
dianggap lebuh menular dari dari sifilis laten lanjut. Pemeriksaan serologi pada
stadium laten lanjut adalah positif, penularan seksual (Efrida;Elvinawaty, 2014)
4. Sifilis Tersier
Sifilis tersier dapat muncul sekitar 3-15 tahun setelah infeksi awal dan
dapat dibagi dalam tiga bentuk yaitu; sifilis gumatous sebanyak 15% neurosifilis
lanjut (6,5%) dan sifilis kardiovaskular sebanyak 10%. Sepertiga pasien
berkembang menjadi sifilis tersier tampa pengobatan (Efrida;Elvinawaty,2014)
5. Sifilis kongenital
Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuista (didapat). Sifilis
kongenital dibagi menjadi : dini (sebelum dua tahun), lanjut ( sesudah dua
tahun), dan stigmata. Sifilis akuista dapat fibagi menjadi dua cara secara klinis
dan epidemiologic. Menurut cara pertama sifilis dibagi menjadi tiga stadium :
stadium I (SI), stadium II(SII), dan stadium III (SIII) (Djuanda, 2016). Secara
epidemiologic menurut WHO dibagi menjadi (Djuanda, 2016). :
 Stadium dini menular (dalam satu sejak infeksui), terdiri atas SI,SII,
stadium rekuren, dan stadium laten dini).
 Stadium lanjut tak menular (setelah satu tahun sejak infeksi), terdiri atas
stadium laten lanjut dan SIII. Bentuk lain ialah sifilis kardiovaskuler dan
neurosifilis.
C. Etiologi
Pada Tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Schaudinn dan Hoffman yaitu
Treponema Pllidum. Treponema berupa spiral halus, panjang 5-15 mikron dan diameter
0,009-0,5 mikron, setiap lekukan gelombang berjarak 1 mikron dan rata-rata setiap
bakteri terdiri dari 8-14 gelombang dan bergerak secara aktif, karena spiralnya sangat
halus maka hanya dapat dilihat pada mikroskop lapangan gelap dengan menggunakan
teknik immunofluoresensi. Bakteri ini bersifat anaerob dan diantaranya bersifat
pathogen pada manusia (CDC,2010).
ada tiga macam antigen Treponema pallidum yaitu protein tidak tahan panas,
polisakarida, dan antigen lipoid. Dalam keadaan anaerob pada suhu 25 0C, Treponema
Pallidum dapat bergerak secara aktif dan tetap selama 4-7 hari dalam perbenihan cair
yang mengandung albumin, natrium karbonat, piruvat, sistein, ultrafiltrat serum sapi.
Treponema ini sukar diwarnai dengan zat warna lilin tetapi dapat mereduksi perak nitrat
menjadi logam perak yang tinggal melekat pada permukaan sel bakteri. Bakteri
berkembang baik dengan cara pembellahan melintang. Waktu pembelahan bakteri ini
kira-kira 30 jam (J Todd et al, 2001).
Sifilis adalah infeksi yang disebabkan oleh Treponema Pallidum subspecies
pallidum. Sifilis di transmisikan melalui kontak langsung dengan lesi yang ifeksius atau
melalui transmisi vertical (jalur trans-plasenta) selama kehamilan. Kira-kira sepertiga
dari kontak seksual dari kontak seksual dengan sifilis yang infeksius akan menyebabkan
penyakit (tingkat transmidi 10-60%). Fokal infeksi dari bakteri biasanya adalah genital
pada pasien heteroseksual tetapi tranmisi dari laki-laki yang berhubungan seksual
dengan laki-laki (LSL) mungkin terjadi melalui ekstragenital (anal,oral) melalui kontak
oral-anal atau genetal-anal. Pengguna narkoba suntuk dan tranfusi darah juga
merupakan jalur transmisi yang potensial. Transmisi secara vertical dapat terjadi pada
semua stadium kehamilan. Resiko dari transmisi bervariasi tergantung dari stadium
sifilis.

D. Patofisiologi
Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan lesi yang mengandung
treponema pallidum. Treponema dapat masuk melalui selaput lendir yang utuh atau
kulit dengan lesi, kemudian masuk ke pendarahan darah dan semua organ dalam tubuh.
Infeksi bersifat sistemik dan manifestasi akan tampak kemudian.
Perkembangan penyakit sifilis berlangsung dari satu stadium ke stadium
berikutnya. 10 sampai 90 hari (umumnya 3-4 minggu) setelah terjadi infeksi. Pada
tempat masuk Treponema pallidum timbul lesi primer yang bertahan 1-5 minggu dan
kemudian hilang sendiri. Kurang lebih 6 minggu (2-6 minggu). Setelah lesi primer
terdapat kelainan kulit dan selaput lendir yang pada permulaan menyeluruh, kemudian
mengadakan konfluensi dan berbentuk khas. Kadang-kadang kelainan kulit hanya
sedikit atau sepintas lalu.

E. Manifestasi Klinik
Banyaknya bentuk manifestasi klinik pada sifilis sekunder menuntut klinis dapat
membedakan dengan penyakit kulit lain yang menyerupainya, sehingga dapat
menegakkan diagnosis kasus sifilis sekunder.
Salah satu manifestasi klinis sifilis sekunder yang khas adalah kondiloma lata.
Kondiloma lata memerlukan perhatian yang khusus karena bersifat sangat infeksius dan
mengandung sangat banyak spirochaeta. Lesi ini ditemukan pada 10-20% pasien sifilis
sekunder. Penegakkan diagnosis sifilis sekunder sejak dini pada kehamilan sangatlah
penting untuk mencegah progresivitas penyakit menuju stadium yang lebih lanjut dan
mencegah morbiditas serta mortalitas bagi ibu maupun bayi.
Manifestasi akan timbul pada beberapa minggu atau bulan, muncul gejala
sistemik berupa demam yang tidak terlalu tinggi, malaise, sakit kepala, adenopati, dan
lesi kulit atau mukosa. Lesi sekunder yang terjadi merupakan manifestasi penyebaran
Treponema Pallidum secara hematogen dan limfogen.
Manifestasi klinis sifilis sekunder dapat berupa berbagai ruam pada kulit, selaput
lendir, dan organ tubuh. Lesi kulit biasanya simetris, dapat berupa macula, papula,
folikulitis, papuloskuamosa, dan pustule, jarang disertai keluhan gatal. Lesi dapat
ditemukan di trunkus dan ekstermitas, termaksud telapak tangan dan kaki. Papul
biasanya merah atau coklat kemerahan, diskret, diameter 0,5-2 cm, umumnya
berskuama tetapi kadang licin. Lesi vesikobulosa dapat ditemukan pada sifilis
kongenital.
F. Penatalaksanaan
Terapi farmakologi :
1. Sifilis primer atau sekunder :
 Tidak hamil atau hamil : penisilin G kerja-lama (penisilin bezatin) 2,4 juta U IM
dalam dosis tunggal pada hari diagnosis ditegakkan pada tahap apapun. Angka
kesembuhannya 98 %, dan obat ini mencegah sifilis kongenital.
 Penisili-alergik pada wanita tidak hamil : doksisiklin 100 mg PO 2x/hari selama
14 hari atau tetrasiklin 500 mg PO 4x/hari selama 14 hari.
 Penisilin-alergi pada wanita tidak hamil : pastikan alergi dengan melakukan uji
kulit. Setelah desensitisasi oral, obati dengan penilisilin G keja lama (penisilin
bezatin) 2,4 juta U IM dalam dosis tunggal karena hanya pesilin yang secara
adekuat mengobati janin.
2. Sifilis laten awal (tidak ada bukti memengaruhi SPP) :
 Penisilin G bentazim 2,4 juta U IM dalam dosis tunggal
 Alergi penisilin pada wanita tidak hamil : doksi-siklin 100 mg PO 2x/hari
selama 28 hari atau tetrasiklin 500 mg PO 4x/hari selama 28 hari.
 Alergi penisilin pada wanita hamil : pastikan alergi dengan melakukan uji
kulit. Setlah desensitisasi oral, obati dengan penisili G kerja lama (penisilin
benzatin) 2,4 juta U IM karena hanya penisilin yang mengobati janin secara
adekuat.

G. Komplikasi
1. Komplikasi Pada Janin Dan Bayi
Dapat menyebabkan kematian janin, partus immaturus dan partus premature.
Bayi dengan sifilis kongenital memiliki kelainan pada tulang, gigi, penglihatan,
pendengaran, gangguan mental dan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, setiap
wanita hamil sangat dianjurkan untuk memeriksakan kesehatan janin yang
dikandungnya. Karena pengobatan yang cepat dan tepat dapat menghindari
terjadinya penularan penyakit dari ibu ke janin.
2. Komplikasi Terhadap Ibu
 Menyebabkan kerusakan berat pada otak dan jantung
 Kehamilan dapat menimbulkan kelainan dan plasenta lebih besar, pucat,
keabu-abuan dan licin.
 Kehamilan <16 minggu dapat menyebabkan kematian janin
 Kehamilan lanjut dapat menyebabkan kelahiran premature dan menimbulkan
cacat.

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang sebagai pembantu diagnose sifilis yaitu :
1. Pemeriksaan T.pallidum
Pemeriksaan ini biasanya digunakan untuk mendiagnosis sifilis stadium I dan
II, dimana pemeriksaannya cukup mudah dan cukup valid untuk membuktikan
adanya bakteri Treponema Pallidum sebagai penyebab lesi. Pemeriksaan
dilakukan selama 3 hari berturut-turut, dengan mengambilan sampel serum pada
lesi, awalnya lesi yang akan diambil serumnya dibersihkan terlebih dahulu,
kemudian lesi ditekan hingga cairan serum keluar dan di tamping pada gelas alas
sebelum dibuat menjadi preparat.
Apabila lesi pada kulit sudah kering dan mulai sembuh, toreh bekas lesi
tersebujt dengan pisau bedah. Hentikan pendarahan kemudian keringkan stelah
kering baru dapat dilakukan pengambilan sampel. Hasil dari pemeriksaan negative
apabila jumlah dari bakteri Treponema pallidum pada sempel pemeriksaan
menggunakan mikroskop lapangan gelap keakuratnya tergantung dari pengalaman
petugas.
2. Tes serologic sifilis (T.S.S)
T.S.S dibagi menjadi dua berdasarkan antigen yang dipakai :
 Tes nontreponemal
 Tes fiksasi komplemen : Wasserman (WR), kolmer.
 Tes flokulasi : VDRL (Veneral Disease Reseaech Laboraturies), Kahn,
RPR (Rapit Plasma Reagin), ART (Automated Reagin Test), dan RST
(Reagin Screen Test) (Djuanda,2016)

Diantara tes-tes tersebut, yang dianjurkan ialah VDRL dan RPR secara
kuantitatif, karena teknis lebih murah dan lebih cepat dari pada tes fiksasi
komplemen, lebih sensitif dari pada tes Kolmer/Wasserman, dam baik untuk
menilai terapi Tes RPR dilakukan dengan antigen VDRL, kelebihan PRP
ialah flokulasi dapat dilihat secara makroskopik, lebih sederhana serta dapat
dibaca setelah seupuluh sehingga dapat dipakai untuk screening
(Djuanda,2016).

 Tes Troponemal
Tes ini bersifat spesifik karena antigennya ialah Treponema atau ekstraknya
dan dapat digolongkan menjadi empat kelompok yaitu tes imobilasi yaitu
TPI (Treponemal Pallidum Imubilization Test), Tes fiksasi komplemen yaitu
RPCF (Reiter Protein Complement Fixation Test, Tes hemoglutinasi :
TPHA (Treponema pallidum Hemabsorption Assay) (Djuanda, 2016).
3. Pemeriksaaan yang lain
Sinar Rontgen dipakai untuk kelainan khas pada tulang, yang dapat terjadi
pada SII,SIII, dan sifilis kongenital. Juga pada sifilis kardiovaskuler, misalnya
untuk melihat aneurisma aorta (Djuanda,2016).

II. KONSEP KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Perawat menghubungkan riwayat sifilis dengan kategori berikut :
 anamnesa
1. Tanyakan kepada klien sejak kapan mengeluh nyeri.
2. Bagaimana dan berupa apa saja kelainan pada awalnya dan apakah
menyebar/menetap
3. Apakah ada sensasi panas, gatal serta cairan yang menyerupai
4. Obat apa saja yang telah dipakai dan bagaimana pengaruh obat tersebut
apakah membaik, memburuk, atau menetap.
5. Apakah klien mengeluh adanya nyeri pada tulang, nyeri pada kepala,
mengeluh kesemutan, mati rasa (sebagai tanda kerusakan neorologis).
6. Tanyakan social ekonomi keluarga, jumlah anggota keluarga, gaya hidup dan
penyakit keluarga/individu sekitarnya.
7. Bagaimana aktivitas seksual (pernah/sering melakukan seks beresiko missal
berganti-gantian pasangan, oral/anal seks, homo seksual, melakukan dengan
PSK).
8. Apakah ada tanda-tanda kelainan pada alat kelamin pasangan seperti
kemerahan, muncul benjolan, dan vesikel.
9. Bagaimana dengan urin klien apakah bercampur darah, urin tidak lancar, nyeri
saat berkemih.
10. Apa disertai dengan febris, anoreksia
11. Pada sifilis kongietal selain anamnesia diatas, perlu ditanya orang tua apakah
pernah keluar secret bercamput darah dari hidung, perforasi palatum durum,
gangguan penglihatan dan pendengaran, gangguan berjalan, serta
keterlambatan tumbuh kembang.
 Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
- Adanya eritma dan papula, macula, postula, vesikula dan ulkus
- Timbulnya lesi pada alat kelamin ekstra genital, bibir, lidah, tosil, jari dan
anus
- Kelainan selaput lender dan limfa denitis
- Kelainan pada mata dan telinga.
- Kelainan pada tulang dan gaya berjalan
2. Palpasi
Adanya pembesaran lemfe, adanya nyeri tekan
3. Auskultasi
Perubahan suara pada paru-paru, jantung da system pencernaan

B. Diagnosa
Resiko kehamilan tidak dikehendaki berhubungan dengan hubungan seksual sedarah
(incest).
C. Intervensi
Resiko kehamilan tidak dikehendaki berhubungan dengan hubungan seksual sedarah
(incest).
Intervensi :
1. Edukasi Seksualitas
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
- Jelaskan anatomi dan fisiologi system reproduksi laki-laki dan perempuan
- Jelaskan perkembangan seksualitas sepanjang siklus kehidupan
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Harapan, Nurfadillah arif. 2017. ” Karakteristik penderita siflis dipuskesmas teladan kecematan
medan kota tahun 2015-2016”. Skripsi. Kesehatan masyarakat. Universitas Sumatra utara.
Medan

Deviantri, karlina. 2020. “gambaran hasil pemeriksaan uji saring (skiring test) pada dara donor di
UTD Pembina PMI provingsi lampung tahun 2009”. Prodi teknologi laboratorium medis.
Analis kesehatan. Universitas politeknik kesehatan tanjung karang. Lampung

Thungady, Erick. 2016. “pengobatan terbaru pada sifiis”. Kedokteran UNUD/RSUP sanglah.
Program pendidikan dokter spesialis 1. Iniversitas denpasar. Denpasar.

Batan, nilla W. puspawati, dwi. 2019. “kondiloma lata sebagai manifestasi klinis sifilis sekunder
pada kehamilan trimester kedua”. Medina. 50. 2: 249-254.

Melliya, eny. Wahyuningsih, esty. 2009. “buku saku kebidanan”. Jakarta. EGL

Syaifudin, A.B. 2002. “Buku acuan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal”. Jakarta :
yayasan bina pustaka

Anda mungkin juga menyukai