Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS GESTASIONAL

A. Konsep Media
1. Pengertian
Diabetes Melitus Gestasional (DMG) adalah suatu gangguan toleransi
karbohidrat yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan sedang
berlangsung. 1 Keadaan ini biasa terjadi pada saat 24 minggu usia kehamilan dan
sebagian penderita akan kembali normal pada setelah melahirkan. 2 Menurut
American Diabetes Association (ADA) tahun 2000, diabetes melitus gestasional
terjadi 7% pada kehamilan setiap tahunnya. Pada ibu hamil dengan riwayat
keluarga diabetes melitus, prevalensi diabetes gestasional sebesar 5,1%. 3
Diabetes mellitus gestasional menjadi masalah kesehatan masyarakat sebab
penyakit ini berdampak langsung pada kesehatan ibu dan janin (Rahayu dan
Rodiani, 2016).
2. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes dalam kehamilan masih memerlukan penyeragaman,
baik untuk tujuan epidemiologi dan klinis. World Health Organization (WHO)
dan National Diabetes Data Group (NDDG) dari National Institutes of Health
(NIH) telah mengesahkan klasifikasi berdasarkan etiologi. Klasifikasi WHO
berbeda hanya dengan memeriksa IGT (Intolerance Glucose Test) sebelum
kehamilan. Hal ini sederhana tapi bukan merupakan nilai prognostik. Klasifikasi
diabetes dalam kehamilan, menurut Pyke yaitu (10) diabetes pregestasional: pre-
existing diabetes tipe 1 atau tipe 2 atau sekunder, diabetes gestasional (diagnosis
dibuat setelah kehamilan atau toleransi glukosa normal). Klasifikasi lain yang
sering digunakan untuk diabetes dalamKlasifikasi lain yang sering digunakan
untuk diabetes dalam kehamilan adalah klasifikasi White. Berdasarkan klasifikasi
Pyke, pasien ini dapat dimungkinkan masuk golongan pre eksisting diabetes tipe 2
atau masuk golongan diabetes gestasional sehingga perlu monitoring lebih lanjut.
Apabila dilakukan evaluasi berdasar klasifikasi White maka pasien dapat
digolongkan dalam kelompok A yaitu diabetes gestasional tanpa vaskulopati
(Brahmantyo dkk., 2016).
3. Etiologi
Ada perubahan signifikan dalam metabolisme ibu selama kehamilan.
Selama fase pertama, perubahan ini sebagian besar merupakan
perubahan anabolik dengan peningkatan progresif jaringan adiposa
ibu, sedangkan pada akhir kehamilan perubahan katabolik terjadi
dengan peningkatan lipolisis dan peningkatan glikemia, insulinemia,
kadar asam lemak postprandial, dan penurunan simpanan lemak ibu.
Perubahan ini diinduksi, setidaknya sebagian, oleh hormon dan
mediator lain yang disekresikan oleh plasenta, yang memfasilitasi
terjadinya kondisi fisiologis resistensi insulin perifer yang dapat
diperburuk oleh usia ibu lanjut dan kelebihan berat badan sebelum
kehamilan, dua kondisi yang telah menjadi tipikal di negara-negara
Barat. Efek kehamilan pada homeostasis glukosa umumnya berkurang
setelah plasenta lahir, sehingga glikemia kembali ke tingkat normal
dalam 6-12 minggu pascapartum. Pengaruh negatif dari kelebihan
berat badan sebelum kehamilan atau obesitas pada GDM
digarisbawahi oleh pengamatan bahwa aktivitas fisik, baik sebelum
kehamilan maupun pada awal kehamilan, dengan memperbaiki
penurunan berat badan dan resistensi insulin, berbanding terbalik
dengan risiko GDM. Ketika sekresi insulin tidak meningkat secara
memadai untuk mengimbangi keadaan resisten insulin pada paruh
kedua kehamilan, intoleransi glukosa ibu muncul dan dapat
berkontribusi pada peningkatan risiko GDM (Gbr. 1). Dengan
demikian, gangguan sekresi sel β merupakan cacat kritis dalam
patofisiologi GDM. Cacat pada fungsi sel β tidak spesifik untuk
kehamilan karena mungkin terjadi sebelum dan sesudah kehamilan,
dan dalam kebanyakan kasus bersifat progresif, memberikan risiko
tinggi diabetes yang jelas setelah kehamilan pertama. Dengan
demikian, sebagaimana telah dikemukakan, GDM dapat dilihat
sebagai tahap awal DMT2 yang muncul selama kehamilan Sampai saat
ini, banyak bukti yang menunjukkan hubungan antara genetika dan
GDM. Diantaranya: fakta bahwa GDM berulang pada setidaknya 30%
wanita dengan riwayat GDM sebelumnya penelitian epidemiologi
yang berkembang yang menunjukkan beberapa perbedaan kelompok
etnis dalam risiko GDM, terlepas dari tempat tinggal; dan identifikasi
berbagai varian genetik pada banyak gen yang terlibat dalam sekresi
insulin dan resistensi insulin, serta dalam metabolisme lipid dan
glukosa, yang telah dikaitkan dengan risiko GDM. Secara khusus,
tentang poin terakhir ini, banyak varian yang diidentifikasi terkait
dengan peningkatan risiko T2DM, sehingga mendukung gagasan untuk
kontinum antara GDM dan T2DM.contoh varian gen yang
hubungannya dengan kerentanan terhadap GDM telah dilaporkan
dalam beberapa studi meta-analisis, di mana sebagian besar gen yang
terlibat ditemukan terkait dengan regulasi sekresi insulin dan resistensi
insulin perifer. Karena kesamaan patofisiologis antara GDM dan
T2DM, studi metabolomik GDM baru-baru ini dirancang untuk
mengidentifikasi biomarker penyakit. Meskipun penelitian lebih lanjut
diperlukan dalam populasi yang lebih besar dan berbeda secara etnis,
banyak metabolit yang diketahui terlibat dalam gangguan homeostasis
glukosa atau spesifik untuk inflamasi dan perubahan keseimbangan
redoks telah dikaitkan dengan GDM (Chiefari dkk., 2017)
4. Patofisiologi
Penyebab DMG belum diketahui pasti, tapi kemungkinan akibat
kombinasi genetika dan gaya, mungkin efek kumulatif dari faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan dimodifikasi. Faktor risiko
yang tidak dapat dimodifikasi termasuk riwayat diabetes di keluarga
dekat, etnisitas, dan usia ibu (58,78,138,151). Faktor risiko yang dapat
dimodifikasi untuk DMG meliputi ketidakaktifan fisik, obesitas /
kelebihan berat badan, DMG sebelumnya, dan riwayat bayi
makrosomik (> 4000 g). 7 berat badan di ibu hamil yang lebih tinggi
merupakan faktor prediktif kuat terjadinya DMG pada kehamilan
berikutnya. Hal ini berkaitan dengan faktor-faktor terkait gaya hidup
yang sebagian besar dapat dimodifikasi, seperti kelebihan berat badan
dan obesitas. Kenaikan berat badan yang lebih besar selama kehamilan
(0,27-0,41 kg / minggu atau lebih) memiliki peningkatan risiko
pengembangan DMG sebesar 43% -74%.8
Diduga kuat DMG terjadi pada trimester kedua dan seterusnya, hal ini
diakibatkan resistensi insulin yang biasanya lebih meningkat dalam
waktu kehamilan trimester satu dan dua. Yang diakibatkan adanya
pengaruh dari sekresi hormon-hormon progesteron, kortisollaktogen,
plasenta, prolaktin, dan hormon pertumbuhan yang dibantu oleh
plasenta, hal ini terjadi untuk meunjang fisiologis kehamilan pada ibu
dan janin.Pada diabetes gestasional, resistensi insulin terjadi secara
besar-besaran dan terjadi penurunan dari peningkatan kompensasi
dalam sekresiinsulin (Marcherya,Dkk 2018).

5. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada Diabetes mellitus memiliki tiga ciri khas yaitu:
poliuri, polifagia, polidipsi. Selain itu terdapat gejala-gejala lainnya
seperti penurunan BB, lemah, letih,lesu dan ketonuria (Khoir DR dan
Hertuida Clara, 2018).

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita DMG antara lain:
1. Terapi diet. Terapi ini merupakan strategi utama untuk mencapai
kontrol glikemik. Diet harus mampu menyokong pertambahan berat
badan ibu sesuai masa kehamilan, membantu mencapai normoglikemia
tanpa menyebabkan lipolisis (ketonuria). Latihan dan olah raga juga
menjadi terapi tambahan untuk mencapai target kontrol glikemik.1
2. Kontrol glikemik. Target glukosa pasien DMG dengan
menggunakan sampel darah kapiler adalah:
a. Preprandial (setelah puasa) <95 mg/dL (5,3 mmol/L) dan
b. 1 jam post-prandial (setelah makan)<140 mg/dL (7,8 mmol/L) atau
c. 2 jam post-prandial (setelah makan)<120 mg/dL (6,7 mmol/L)
3. Terapi insulin. Terapi insulin
dipertimbangkan apabila target glukosa plasma tidak tercapai setelah
pemantauan DMG selama 1 - 2 minggu.1
4. Obat hipoglikemik oral. Obat hipoglikemik oral seperti glyburide
dan metformin merupakan alternatif pengganti insulin pada
pengobatan DMG.1(Kurniawan LB, 2016).

7. Komplikasi
Wanita hamil dengan DMG memiliki risiko sebesar 41,3% menderita
DMG pada kehamilan berikutnya, sedangkan pada wanita yang tidak
memiliki riwayat DMG sebelumnya hanya 4,2%.9 Risiko menderita
diabetes 5 tahun setelah terdiagnosis DMG adalah 6,9% dan setelah 10
tahun menjadi 21,1%.10 Diabetes gestasional yang diterapi
akanmengurangirisikomakrosomia,distosia bahu, dan hipertensi
gestasional (Kurniawan LB, 2016).

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukanmeliputi 4 hal yaitu:
1. Postprandial : Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum.
Angka diatas 130mg/dl mengindikasikan diabetes.
2. Hemoglobin glikosilat: Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk
menilai kadar gula darah selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C
yang melebihi 6,1% menunjukkan diabetes.
3. Tes toleransi glukosa oral : Setelah berpuasa semalaman kemudian
pasien diberi air dengan 75 grgula, dan akan diuji selama periode
24 jam. Angka gula darah yang normaldua jam setelah meminum
cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.
4. Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan
sebuah jarum, sample darah diletakkan pada sebuah strip yang
dimasukkan kedalam celah pada mesin glukometer, pemeriksaan
ini digunakan hanyauntuk memantau kadar glukosa yang dapat
dilakukan dirumah (Letuna Primus, 2019)

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan kegiatan menganalisis informasi yang
dihasilkan dari pengkajian skrining untuk menilai suatu keadaan
normal atau abnormal, kemudian nantinya akan digunakan sebagai
pertimbangan dengan diagnosa keperawatan yang berfokus pada
masalah atau risiko (Hidayat dan Sulis, 2014)
1. Anamnesa
a). Data dari klien
b). Data biologis fisiologis : Keluhan utama,riwayat keluhan utama
c). riwayat keluhan masa lalu
d). Riwayat kesehatan keluarga
e). riwayat reproduksi
f). riwayat kehamilan
g). data psikologis atau sosiologis : reaksi emosional setelah
penyakit diketahui
2. Pemeriksaan fisik
a). aktivitas istirahat
gejala : Kelemahan/kelelahan,perubahan pada pola tidur,adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti
nyeri,pekerjaan/profesi dengan pemajanan karsinogen
lingkungan,tinggkat stress tinggi.
b). integritas ego
gejala : Faktor stress, merokok alcohol,menunda mencari
pengobatan,menyangkal diagnosis,putus asa

2. Diagnosa
Diagnose diabetes mellitus gastisional menurut (Hidayat dan Sulis,
2014).
1. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan
nutrisi kurang tepat.
2. Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan
perubahan kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia,
hipoksia jaringan dan perubahan respon imun.
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi diabetes, prognosis dan
kebutuhan tindakan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan
informasi dan tidak mengenal sumber informasi.
4. Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin
berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal,
makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin.
5. Gangguan psikologis: ansietas berhubungan dengan situasi krisis
atau mengancam pada status kesehatan (maternal atau janin).

3. Intervensi Keperawatan
(Dwiyana Krista , 2019) Intervensi yang dapat dilakukan yaitu
NIC: Pengurangan Kecemasan. Intervensi yang dilakukan adalah
dengan :
(1) Intervensi : Kaji untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan.
(2) Lakukan usapan pada punggung/leher dengan cara yang tepat.
(3) Dukung penggunaan mekanisme koping yang sesuai.
(4) Berikan aktivitas pengganti senam hamil yang bertujuan untuk
mengurangi tekanan.
(5) Intruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi.
Dalam NIC peneliti menggunakan intervensi dengan mengajarkan
penggunaan terapi non farmakologi (hipnosis, relaksasi, terapi musik,
aromaterapi, dll) menggunakan Senam Hamil untuk menurunkan
kecemasan pada Ibu Hamil Trimester 3 (Dwiyana Krista , 2019)
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, A. dan Rodiani, 2016, Efek Diabetes Melitus Gestasional terhadap
Kelahiran Bayi Makrosomia, Jurnal Majority, 5(4):17-22.
Brahmantyo, H. P., Nurshanty, A. dan Sasiarini, L., 2017, Keterlambatan
Diagnosis Diabetes Mellitus pada Kehamilan. Jurnal Kedokteran
Brawijaya, 29(3):281-285.
Chiefari, E., B. Arcidiacono, D. Foti dan A. Brunetti, 2017, Gestational diabetes
mellitus: an updated overview, Journal of endocrinological investigation,
40(9):899-909.
Marcherya, A., Rodiani, R., & Prabowo, A. Y. (2018). Khasiat Senam Hamil
Sebagai Terapi dan Pencegahan Diabetes Melitus Gestasional. Jurnal
Majority, 7(2), 273-277.
Khoir, D. R., & Clara, H. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Diabetes Melitus Tipe 2. Buletin Kesehatan: Publikasi Ilmiah Bidang
kesehatan, 3(2), 133-147.
Kurniawan, L. B. (2016). Patofisiologi, Skrining dan Diagnosis Laboratorium
Diabetes Melitus Gestasional. Cermin Dunia Kedokteran, 43(11), 811-
813.
Yosmar, R., Almasdy, D., & Rahma, F. (2018). Survei Risiko Penyakit Diabetes
Melitus Terhadap Masyarakat Kota Padang. Jurnal sains farmasi & klinis,
5(2), 134-141.
Hidayat, A.T. dan Sulis R. , 2014, Asuhan Keperawatan Kehamilan Dengan
Diabetes Mellitus Gastasional, Jurnal Askep,1420753
Dwiyana, K. (2019). PENURUNAN KECEMASAN DENGAN SENAM HAMIL
PADA ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL TRIMESTER 3. DIII
Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai