Kep
Tugas :
LAPORAN PENDAHULUAN
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1
PRODI. S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA KENDARI
TA .2021
A. Konsep Medis
1. Pengertian
d. Herpes simplex atau herpes genitalia adalah infeksi virus herpes simpleks
pada atau disekitar vagina, vulva (bibir vagina) dan anus (wanita)(Robson, 2011).
Herpes dapat menyebabkan luka pada daerah mulut, dan hidung, pada daerah
kemaluan (laki-laki dan wanita) dan daerah anus, atau pada mata, jari dan tangan.
Terdapat dua jenis virus herpes simpleks yaitu herpes 1 dan 2 (Nugraheny, 2010).
2. Klasifikasi
Penularan dapat disebut penularan dari ibu ke anak (mother-to-child
transmission). Infeksi yang dapat ditularkan vertical dapat disebut infeksi perinatal
(perinatal infaction) jika ditularkan pada periode perinatal, yaitu periode yang dimulai
pada masa gestasional 22 minggu sampai 28 ( dengan variasi regional untuk definisi)
dan berakhir tujuh hari penuh setelah kelahiran. Istilah infeksi kongenital (congenital
infection) dapat digunakan jika infeksi uang ditularkan vertical itu masih terus
dialami setelah melahirkan. Contoh : Beberapa infeksi yang ditularkan vertikel
dimasukkan ke dalam kompleks TORCH, yang merupakan singkatan dari:
T- Toxoplasmosis / toxoplasma gondii
O- Other infections (see below)
R- Rubella
C- Cytomegalovirus
H- Herpes simplex virus-2 atau neonatal herpes simplex
Huruf O nerujuk pada other agentsatau penyebab lain termasuk :
Coxsackievirus, Chickenpox atau cacar air disebabkan oleh varicella zoster virus,
Parvovirus Chlamydia, HIV, Human T-lymphotropic virus, Syphilis Hepatitis B juga
dapat digolongkan sebagai infeksi yang ditularkan vertikal, tetapi virus hepatitis B
berukuran besar dan tidak dapat menembus ke plasenta, sehingga tidak dapat
menginfeksi janin kecuali ada kebocoran pada barier ibubayi, misalnya pada
pendarahan pada waktu melahirkan atau amniocentesis.
3. Etiologi
1) Infeksi pada kategori ini dapat disebabkan oleh berbagai virus.
Organisme lainnya seperti bakteri, spirokaeta. protozoa. atau jamur
juga bisa menyebabkan infeksi maternal, yang berbahaya untuk janin
yang berkembang. Meskipun infeksi pada ibu bisa sangat ringan
efeknya pada janin dapat berbahaya.
4. Patofisiologi
1) Toxoplasma Toxoplasma gondii mempunyai 3 fase dalam hidupnya. Tiga
fase ini terbagi lagi menjadi 5 tingkat siklus : fase proliferatif, stadium
kista, fase schizogoni, gematogoni, dan fase ookista. Siklus aseksual
terdiri dari fase proliferasi dan stadium kista.Fase ini dapat terjadi dalam
bermacam-macam inang, sedangkan siklus seksual secara spesifik hanya
terdapat pada kucing. Kucing menjadi terinfeksi setelah ia memakan
mamalia, seperti tikus yang terinfeksi. Kista dalam tubuh kucing dapat
terbentuk setelah infeksi kronis yang berhubungan dengan imunutas
tubuh.Kiista terbentuk intraseldan kemudian terdapat secara bebas di
dalam jaringan sebagai stadium tidak aktif dan dapat menetap dalam
jaringan tanpa menimbulkan reaksi inflamasi.Kista pada binatang yang
terinfeksi menjadi infeksius, jika termakan oleh kornivora dan
toksoplasma tersebut masuk melalui usus.Infeksi pada manusia dapat
terjadi saat makan daging yang kurang matang, sayur-sayuran yang tidak
di masak, makanan yang terkontaminasi kotoran kucing melalui lalat atau
serangga.Juga ada kemungkinan terinfeksi saat menghirup udara yang
terdapat ookista yang beterbangan. Cara penularang lain yang sangat
penting adalah pada jalur maternofetal. Ibu yang mendapat infeksi akut
saat kehamilannya dapat menularkannya pada janin melalui
plasenta.Imunitas maternal tampaknya memberikan perlindungan terhadap
penularan transplasental parasite tersebut.Dengan demikian,
toxoplasmosis kongenital dapat terjadi jika ibu mendapatkan infeksi
tersebut selama kehamilannya.
2) Rubella Virus sesudah masuk melalui saluran pernafasan akan
menyebabkan peradangan pada mukosa saluran pernafasan untuk
kemudian menyebar keseluruh tubuh. dari saluran pernafasan inilah virus
akan menyerang ke sekelilingnya. Pada infeksi rubella yang diperoleh post
natal virus rubella akan dieksresikan dari faring. pada rubella yang
kongenal saluran pernafasan dan urin akan tetap mengeksresikan virus
sampai usia 2 tahun. hal ini perlu diperhatikan dalam perawatan bayi di
rumah sakit dan di rumah untuk mencegah terjadinya penularan. Sesudah
sembuh tubuh akan membentuk kekebalan baik berupa antibodi maupun
kekebalan seluler yang akan mencegah terjadinya infeksi ulangan.
3) Cytomegalovirus Masa inkubasi CMV: a. Setelah lahir 3-12 minggu b.
Setelah tranfusi 3-12 minggu c. Setelah transplatasi 4 minggu – 4 bulan d.
Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa
tahun setelah infeksi.Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh
seseorang tetapi masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini beluum ada
imunisasi untuk mencegah penyakit ini
4) Herpes HSV-1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang
terasa nyeri pada mukosa mulut, wajah, dan sekitar mata.HSV-2 atau
herpes genital ditularkan melalui hubungan seksual dan menyebabkan
vegina terlihat seperti bercak dengan luka mungkin muncul iritasi,
penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan kekuningan pada kulit
(jaundice) dan kesulitan bernafas atau kejang.Biasanya hilang dalam 2
minggu infeksi, infeksi pertama HSV adalah yang paling berat dan
dimulai setelah masa inkubasi 4-6 hari.Gejala yang timbul meliputi nyeri,
inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema), dan diikuti dengan
pembentukan gelembung-gelembung yang berisi cairan bening yang
selanjutnya dapat berkembang menjadi nanah diikuti dengan pembentukan
keropeng atau kerang (scab).Setelah infeksi pertama, HSV memiliki
kemampuan unik untuk bermigrasi sampai pada syaraf sensorik tepi
menuju spinal ganglia dan berdormansi sampai diaktifasi kembali.
Pengaktifan virus yang berdormansi tersebut dapat disebabkan penurunan
daya tahan tubuh, stress, depresi, alergi pada makanan, demam, trauma
pada mukosa genital, menstruasi, kurang tidur, dan sinar ultraviolet.
5. Manifestasi Klinik
1) Toksoplasmosis Gejala klinik yang muncul pada ibu hamil sebagian
asimtomatik, limpadenopati disertai malaise,nyeri kepala, nyeri
tenggorokan, nyeri otot, dan kelelahan disertai demam. Sedangkan pada
bayi baru lahir tampak hidrosefalus, retardasi mental, chorioretinitis,
hepatitis, pneumonia, miositis, dan limpadenopati (fadlun, 2014). Nyeri
pada kelenjar limphe yang membesar, dapat disertai pneumonia,
polimiositis, dan miokarditis, serta limphafingitis (Nugraheny, 2010)
2) Rubella Gejala klinis infeksi virus rubella berupa pembengkakan pada
kelenjar getah benih, demam diatas 380C, mata terasa nyeri, muncul
bintik-bintik diseluruh tubuh, kulit kering, sakit pada persendian, sakit
kepala, dan hilang nafsu makan (Rukiyah, 2010).
3) Cytomegalovirus Pada umumnya infeksi CMV tidak menimbulkan gejala,
bila menimbulkan gejala, gejalanya tidak spesifik seperti flu dan sakit
tenggorokan (Esty, 2010). Gejala klinis infeksi cytomegalovirus seperti
mononukleosis; demam, pharingitis, poliarthritis, limfadenopati
(Manuaba, 2007).d. Herpes Gejalanya berupa luka yang terasa nyeri atau
benjolan berisi cairan disekitar bulu kemaluan,vagina,vulva atau anus.
Bisa juga terasa nyeri saat pipis. Serta gejala virus umumnya seperti
demam, rasa tidak enak badan serta sangat lelah. Luka herpes genital bisa
muncul di sekitar vagina, vulva, liang vagina atau anus, begitu terinfeksi
virus ini, virus akan menetap ditubuh dan bisa aktif berkali-kali. Gejala
awalnya bisa berupa rasa geli/gatal pada daerah yang terkena (Nugraheny,
2010).
6. Penatalaksanaan
1) Mata
Pada bagian mata, komplikasi yang dapat timbul adalah kebutaan, iridosiklitis
kronis, edema makula, neovaskularisasi pada koroid, katarak, glaukoma (sekunder)
dan ablasio retina.[30]
2) Saraf
Pada bagian saraf, komplikasi yang dapat timbul adalah penurunan kesadaran
hingga koma, manifestasi neurologis fokal maupun multifokal dan kematian.[11]
3) Komplikasi pada Ibu Hamil
Komplikasi yang timbul pada ibu hamil dengan toksoplasma adalah penularan
secara vertikal ke bayinya.
4) Komplikasi pada Pasien Imunokompromais
Pada pasien imunokompromais, toxoplasmosis dapat menyebabkan
ensefalitis, korioretinitis, miokarditis, dan pneumonitis.[5,23]
8. Pemeriksaan Penunjang
Keempat jenis penyakti infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi
diderita oleh ibu hamil. Kini, diagnosis untuk penyakit infeksi telah berkembang antar
lain ke arah pemeriksaan secara imunologis. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah
deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik taerhadap kuman penyebab infeksi
tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda asing (kuman).
Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin
G (IgG).
1. Pengkajian
- Identitas klien:
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan:
Suhu tubuh meningkat
Malaise
Sakit tenggorokan
Mual dan muntah
Nyeri otot
c. Riwayat kesehatan dahulu:
1. Kliensering berkontak langsung dengan binatang
2. Klien sering mengkonsumsi daging setengah matang
3. Klien pernah mendapatkan tranfusi darah
d. data psikologis
e. data spiritual
f. data social dan ekonomi
g. Pemeriksaan fisik
Mata : Nyeri
Perut : Diare, mula dan muntah
Integument: suka berkeringat malam, suhu tubuh meningkat, timbulnya
rash pada kulit
Muskuloskletal: Nyeri dan kelemahan
Hepar : Hepatomegali dan icterus
2. Diagnosa