Anda di halaman 1dari 18

Dosen Pengajar : Annisa Purnamasari S.Kep.,Ns.,M.

Kep

Tugas :

“KEPERAWATAN ANAK 1”

“ASKEP PNEUMONIA”

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Helen Fitriyana : P201901060


2. Sri Mulyani Pratiwi : P201901046
3. Ika Tasmawati : P201901053
4. Mila Alvio Risky : P201901066
5. Putri Anisa : P201901078
6. Dian Permata Susilo : P201901083
7. Muh. Nurjaya Alfitrah Mustari : P201901072

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

T.A 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Medis
1. Pengertian
Pneumonia adalah suatu proses inflamasi pada alveoli paru-paru disebabkan
olehmikroorganisme dan non mikroorganisme yaitu aspirasi makanan atau isi
lambung, hidrokarbon,bahan lipoid, reaksi hipersensititas, imbas obat dan radiasi.
Adapun mikroorganisme penyebabpneumonia ialah Streptococcus pneumoniae
(paling sering), Chlamidia pneumoniae dan Mycoplasma pneumoniae. Selain itu juga
dapat disebabkan oleh Streptococcuspyogenes, Staphylococcu s aureus,
Haemophyllus influenzae, Mycobactrium tuberculosis, Salmonella. Pada bayi dan
anak umur kurang dari 5 tahun 45% dari pneumonia disebabkan oleh virus dan yang
terbanyak yaitu virus influenzae dan respiratorysincitial virus, dan penyebab yang
lain ialah para influenzae virus, adeno virus, rhyno virus danmetapneumo virus.
(Widagdo, 2012)
Pada balita pneumonia ditandai dengan adanya gejala batuk dan atau kesukaran
bernapasseperti napas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK),
atau gambaranradiologi foto thorax/dada menunjukkan infiltrat paru akut sedangkan
demam bukan merupakangejala yang spesifik pada balita. (Kementerian Kesehatan
RI, 2012).
Menurut catatan rekam medis menunjukkan bahwa angka kejadian penderita
pneumoniapada tahun 2016, dengan jumlah penderita pneumonia anak sebanyak
1.557 orang.( Rekam Medis RSUD Moewardi Surakarta, 2016).
2. Klasifikasi
Menurut Nurarif (2015), klasifikasi pneumonia terbagi berdasarkan anatomi dan
etiologis dan berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia :
a. Pembagian anatomis
1) Pneumonia lobularis, melibat seluruh atau suatu bagian besar dari satu
atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena maka dikenal sebagai
pneumonial bilateral atau ganda.
2) Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk
membentuk bercak konsulidasi dalam lobus yang berada didekatnya,
disebut juga pneumonia lobularis.
3) Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di
dalam dinding alveolar (interstinium) dan jaringan peribronkial serta
interlobular.
b. Pembagian etiologis
1) Bacteria: Diploccocus pneumonia, pneumococcus, streptokokus
hemolytikus, streptococcus aureus, Hemophilus infuinzae, Bacilus
Friedlander, Mycobacterium tuberculosis.
2) Virus: Respiratory Syncytial Virus, Virus Infuinza, Adenovirus.
3) Jamur: Hitoplasma Capsulatum, Cryptococus Neuroformans,
Blastornyces Dermatitides
4) Aspirasi: Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), cairan
amnion,benda asing
5) Pneumonia Hipostatik
6) Sindrom Loeffler
c. Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia:
1) Usia 2 bulan – 5 tahun
a) Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang
dilihat dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
b) Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu
pada usia 2 bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau
lebih, dan pada usia 1-5 tahun 40 x/menit atau lebih.
c) Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa
dapat disertai dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada
bagian bawah dan tanpa adanya nafas cepat.
2) Usia 0 – 2 bulan
a) Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian
bawah atau nafas cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau
lebih.
b) Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada
bagian bawah dan tidak ada nafas cepat.
d. Berdasarkan inang dan lingkyngan Menurut Amin & Hardi (2015) :
1) Pneumonia komunitas
Terjadi pada pasien perokok, dan mempunyai penyakit penyerta
kardiopulmonal.
2) Pneumonia aspirasi
Disebabkan oleh bahan kimia yaitu aspirasi bahan toksik, dan akibat
aspirasi cairan dari cairan makanan atau lambung.
3) Pneumonia pada gangguan imun
Terjadi akibat proses penyakit dan terapi. Disebabkan oleh kuman
pathogen atau mikroorganisme seperti bakteri, protozoa, parasite,
virus, jamur dan cacing.
3. Etiologi
Menurut Padila (2013), etiologi pneumonia:
a. Bakteri
Pneumonia bakteri didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif seperti:
Streptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis.
Bakteri gram negative seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan
P. Aeruginosa.
a) Virus
Disebabkan virus influenza yang menyebar melalui droplet. Penyebab
utama pneumonia virus ini yaitu Cytomegalovirus.
d. Jamur
Disebabkan oleh jamur hitoplasma yang menyebar melalui udara yang
mengandung spora dan ditemukan pada kotoran burung, tanah serta
kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya pada pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves,
2013). Penyebaran infeksi melalui droplet dan disebabkan oleh streptococcus
pneumonia, melalui selang infus yaitu stapilococcus aureus dan pemakaian
ventilator oleh P. Aeruginosa dan enterobacter. Dan bisa terjadi karena
kekebalan tubuh dan juga mempunyai riwayat penyakit kronis.
Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia yaitu dari Non
mikroorganisme:
1) Bahan kimia.
2) Paparan fisik seperti suhu dan radiasi (Djojodibroto, 2014).
3) Merokok.
4) Debu, bau-bauan, dan polusi lingkungan (Ikawati, 2016).
4. Manifestasi Klinis
Menurut NSW Health Standard Paediatric Observations Charts (2018),
manifestasi klinik untuk pneumonia tergantung pada usia anak dan mikroorganisme
yang mendasarinya. Umumnya, anak-anak dengan pneumonia hadir dengan demam,
batuk dan meningkatnya laju pernapasan (Respiratory Rate/RR atau takipnea).
Gambaran klinis mengenai pneumonia ringan dan berat sebagai berikut (NSW,
2018:8):
a) Gambaran klinis pada pneumonia ringan
1) Memiliki temuan abnormal pada auskultasi
2) Suhu kurang dari 38,5 0C
3) Memiliki gangguan pernapasan ringan atau tidak ada
d. Memiliki pernapasan meningkat tetapi tidak menampilkan tanda-
tanda peningkatan upaya pernafasan
• Memiliki saturasi oksigen ≥ 95% di dalam ruangan
• Tidak memiliki sianosis (kondisi warna kebiru-biruan pada kulit
dan
• selaput lendir karena kekurangan oksigen dalam darah)
8) Memiliki detak jantung normal saat demam.
b) Gambaran klinis pada pneumonia berat
1) Suhu tubuh > 38,5 0C
2) Memiliki gangguan pernapasan sedang hingga berat
3) Memiliki takipnea dan peningkatan pernapasan sedang/berat
menderita takikardia
4) Mendengus, hidung melebar atau apnea
5) Menderita sianosis
6) Terjadi hipoksemia (rendahnya kadar oksigen dalam darah,
khususnya di arteri).
5. Pemeriksaan penunjang
a. Sinar x:mengidentifikasi distribusi struktural (misal:lobar,bronchiall);dapat
juga menyatakan abses
b. Biopsi paru:untuk menetapkan diagnosis
c. pemeriksaan gram/kultur,spatu dan darah:untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada
d. pemeriksaan serologi:membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus
e. pemeriksaan fungsi paru:untuk mengetahui paru-paru,menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan
f. spirometrik static untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
– bronkostopi:untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
b) Tanda & Gejala
Pada kasus pneumonia, penderita yang terinfeksi pneumonia akan mengalami
tanda gejala dan gejala yang bervariasi. Tanda dan gejala tersebut berbeda-beda
sesuai dengan klasifikasi dan penyebab pneumonia. Berikut tanda dan gejala yang
biasa dialami seseorang yang terinfeksi pneumonia:
1) Berdasarkan klasifikasinya tanda dan gejala pneumonia dapat dikelompak
menjadi:
1) Pneumonia Ringan Pneumonia ringan ditandai dengan batuk diikuti
kesulitan bernafas (nafas cepat).
2) Pneumonia Berat Pneumonia berat ditandai dengan gejala sesak nafas berat
hingga terjadi tarikan dinding dada bagian bawah kedalam, terdapat
pernafasan cuping hidung, kepala terangguk-angguk karena sesak. Hal ini
dapat ditegaskan dengan beberapa pemeriksaan fisik dan foto dada.
(Prihaningtyas, 2014:13)
b. Berdasarkan penyebabnya tanda dan gejala pneumonia dapat dikelompokkan
menjadi:
1) Pneumonia Bakterial
Pneumonia jenis ini biasanya disebabkan oleh bakteri
pneumococcus dan jenis bateri lainnya. Pneumonia bakterial biasanya
dialami oleh semua usia, namun paling banyak terjadi pada anak dibawah
usia 6 tahun. Gejala yang dialami penderita pneumonia jenis ini
yaitu onset mendadak, demam tinggi, tampak sakit sedang sampai berat,
nyeri perut atau dada, dan terdapat infitrat lokal pada x-ray dada (Udin,
2019:10).
2) Pneumonia Antipikal Infancy
Chlamyda trachomatis merupakan menjadi penyebab pneumonia
jenis ini. Pneumonia antipikal infancy biasanya dialami oleh anak dibawah
usia 3 bulan. Gejala yang timbul berupa takipnea, hipoksemia ringan,
jarang disertai demam, wheezing, dan terdapat infitrat intersitial
pada x- ray dada. (Udin, 2019:10).
3) Pneumonia Atipikal Anak
Penyebab dari penumonia atipikal anak biasanya karena
mycoplasma yang biasa menyerang anak-anak dibawah usia 5 tahun,
gejala yang timbul berupa onset perlahan, demam ringan, dan terdapat
infrat merata pada pada x-ray (Udin, 2019:10-11).
4) Pneumonia Virus
Pneumonia virus menyerang pada semua usia dan paling sering
terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun. Gejala yang timbul pada
pneumonia virus berupa munculnya gejala infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA), demam ringan atau tidak ada demam, mengalami wheezing, dan
terdapat infiltrate diffuse pada pada x-ray (Udin, 2019:1).
7. Patofisiologi
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena
eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus, saat saluran nafas bagian bawah
terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan obstruksi jalan nafas (Terry
& Sharon, 2013). Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel
inefektif seperti menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang
pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi
dihidung atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran
napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler dan juga dengan mekanisme imun sistemik
dan humoral. Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu
mekanisme pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah
melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus
maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah
besar. Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sistem
limpatik dapat mencapai bakteri sampai darah atau pleura viceral. Jaringan paru
menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran
darah menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-to-
left shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia. Kerja
jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia
(Nugroho T, 2011).
Pathway :

Mikroorganisme

Inhalasi Aspirasi

Mekanisme pertahanan
inang

Bronkiolus dan alveolus

Infeksi

Fungsi paru Peradangan pada membrane paru Alveoli penuh


menurun (alveoli) cairan/Akumulasi sekret

Hipoventilasi

Hipoksemia

Kebersihan jalan tidak efektif


Terganggunya jalan nafas

Kesulitan dalam bernafas/ Rendahnya kadar O2 dalam darah


sesak dan nyeri

Sianosis, Asidosis respiratorik Adanya penyumbatan karena


dan kematian dahak
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit pneumonia didasarkan pada tiga tipe pasien yaitu
pasien rawat jalan, rawat inap di ruangan biasa dan pasien rawat inap di
ruangan intensif. Tindakan yang dilakukan adalah pengobatan
suportif/simptomatik dan pengobatan dengan antibiotik seperti berikut (PDPI,
2014:23):
a. Pengobatan suportif/simptomatik
1) Pasien rawat jalan:
- Istirahat di tempat tidur
- Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
- Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
- Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran.
2) Pasien rawat inap di ruang rawat biasa:
- Pemberian terapi oksigen
- Pemasangan infus untuk dehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
- Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik.
3) Pasien rawat inap di ruang rawat intensif/ICU:
- Pemberian terapi oksigen
- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
8. Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik dan mukolitik.
– Pengobatan dengan antibiotik
Pengobatan pneumonia pada umumnya menggunakan terapi antibiotik
yang dimulai secara empiris dengan antibiotik spektrum luas sambil
menunggu hasil
kultur. Setelah bakteri patogen diketahui, antibiotik diubah menjadi
antibiotik yang berspektrum sempit sesuai patogen.
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus :
anak D (4 Tahun) dibawah ke rs oleh ibunya Ny. T (42 thn), ibunya mengatakan bahwa
anaknya dengan kondisi sesak nafas yang dialami sejak 3 hari yang lalu, demam, batuk
berdahak yang kental dan sulit dikeluarkan,dan suara napas anak berbunyi (mengi) anak
pernah di rawat di puskesmas selama 2 hari tetapi tidak kunjung sembuh, ibunya
mengatakan semenjak dirawat anaknya nampak lemas dan tidak nafsu makan sehingga
mengalami penurunan berat badan. Berdasarkan hasil pemeriksaan Tanda-Tanda vitalnya
Tekanan darah : 110/20 mmHg, Suhu : 39 0C, Nadi : 105x/menit, Nafas : 45x/menit

a. Analisa Data
No Symptom Etiologi Masalah keperawatan
1 DS : Sekresi yang Ketidakefektifan bersihan
- Ny T mengatakan bahwa anaknya dengan tertahan jalan nafas
kondisi sesak nafas
- Ny T mengatakan anaknya mengalami batuk
berdahak yang kental dan sulit untuk
dikeluarkan
DO :
- Terderngar suara napas bunyi ( mengi)
- Nampak dahak kental
2 DS : - Ny T mengatakan anaknya demam sejak 3 hari dehidrasi hipertermi
yang lalu DO :
- TD : 110/20 mmHg
- Suhu : 39 C֠ ,
- Nadi : 105x/menit,
- Nafas : 45x/menit
- Napas bunyi ( mengi)

b. Diagnosa Keperawatan :
Diagnosa 1 :
- Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan ditandai
dengan
Data Subjetif :
1. Ny T mengatakan bahwa anaknya dengan kondisi sesak nafas
2. Ny T mengatakan anaknya mengalami batuk berdahak yang kental dan sulit untuk
dikeluarkan

Data Objektif :
1. Terdengar suara napas bunyi ( mengi)
2. Nampak dahak kental
Diagnosa 2 :
- Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi yang ditandai dengan Data Subjektif :
1. Ny T mengatakan anaknya demam sejak 3 hari yang lalu
Data Objetif :
1. TD : 110/20 mmHg
2. Suhu : 39 ֠C,
3. Nadi : 105x/menit,
4. Nafas : 45x/menit
5. Napas bunyi ( mengi)
Diagnosa 3 :
- Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan ditandai dengan
Data Subjektif:
1. Ny T mengatakan anaknya lemas, tidak nafsu makan serta berat badannya menurun

Data Objektif : -

NANDA NOC NIC


Diagnosa 1: Setelah dilakukan intervensi Penghisapan Lendir Pada
Ketidakefektifan bersihan 2x24 jam diharapkan Jalan Nafas :
jalan nafas berhubungan ketidakefektifan bersihan - Lakukan tindakan cuci
dengan sekresi yang tertahan jalan nafas dapat teratasi, tangan
ditandai dengan : NOC : status pernafasan : - Gunakan Alat
DS : kepatenan jalan nafas Pelindung Diri
1. Ny T mengatakan Kriteria hasil : - Tentukan perlunya
bahwa anaknya - Irama Pernafasan dari suction mulut atau
dengan kondisi sesak Deviasi berat dari trakhea
nafas kisaran normal (1)
2. Ny T mengatakan akan ditingkatkan - Auskultasi suara nafas
anaknya mengalami menjadi tidak ada sebelum dan sesudah
batuk berdahak yang deviasi dari kisaran tindakan suction
kental dan sulit untuk normal (5) - Aspirasi nasopharynx
dikeluarkan - Kedalaman inspirasi dengan kanul suction
DO : dari deviasi yang sesuai dengan
1. Terdengar suara napas cukup cukup berat dari kebutuhan
bunyi ( mengi) kisaran normal - Gunakanan angka
2. Nampak dahak kental (2) akan ditingkatkan terendah pada dinding
menjadi tidak ada suction yang
deviasi dari kisaran diperlukan untuk
normal (5) membuang sekresi.
- Kemampuan untuk Manajemen Jalan Nafas :
mengeluarkan sekret - Buka jalan nafas
dari deviasi berat dari
dengan teknik chin lift
kisaran normal (1)
atau jaw thrust
akan ditingkatkan
sebagaimana mestinya
menjadi tidak ada
deviasi dari kisaran
- Gunakan teknik yang
normal (5) menyenangkan untuk
memotivasi bernafas
dalam kepada anak-
anak (misal ; meniup
gelembung, meniup
kincir, peluit,
harmonika, balon,
meniup layaknya
pesta; buat lomba
meniup dengan bola
pimpong, meniup
bulu)
- Auskultasi suara
nafas, catat area yang
ventilasinya menurun
atau tidak ada dan
adanya suara
tambahan.

Diagnosa 2 : Setelah dilakukan intervensi Perawatan Demam :


Hipertermia berhubungan 2x24 jam diharapkan - Pantau suhu dan TTV
dengan Dehidrasi yang Hipertermia dapat teratasi, lainnya
ditandai dengan : NOC : termoregulasi - Monitor warna kulit
DS : Kriteria Hasil : dan suhu
- Merasa merinding saat - Monitor asupan dan
1. Ny T mengatakan
dingin sangat keluaran, sadari
anaknya demam sejak
terganggu (1) akan perubahan kehilangan
3 hari yang lalu
ditingkatkan ke tidak cairan yang tak
DO :
terganggu (5). dirasakan
1. TD : 110/20 mmHg
- Peningkatan suhu kulit - Jangan beri aspirin
2. Suhu : 39 C֠ ,
berat (1) akan di untuk anak-anak
3. Nadi : 105x/menit,
tingkatkan ke tidak ada - Dorong konsumsi
4. Nafas : 45x/menit
(5) cairan
5. Napas bunyi ( mengi)
- Dehidrasi Cukup berat Manajemen Cairan :
(1) akan ditingkatkan ke - Timbang berat badan
(5) setiap hari dan monitor
status pasien
- Hitung atau timbang
popok dengan baik
- Jaga intake/asupan
yang akurat dan catat
output pasien
- Monitor status hidrasi
(misalnya, membran
mukosa lembab,
denyut nadi adekuat,
dan tekanan darah
ortostatik

Diagnosa 3 : Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi :


Ketidakseimbangan nutrisi : 2x24 jam diharapkan - Tentukan status gizi
Ketidakseimbangan nutrisi :
kurang dari kebutuhan tubuh pasien dan
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kemampuan pasien
dapat teratasi,
ketidakmampuan mencerna untuk memenuhi
NOC : Status Nutrisi
makanan yang ditandai kebutuhan gizi
Kriteria Hasil :
dengan : - Asupan gizi banyak Bantuan Peningkatan Berat
DS : menimpang dari Badan :
1. Ny T mengatakan rentang normal (2) - Bantu pasien untuk
anaknya lemas, tidak akan ditingkatkan ke makan atau suapi
nafsu makan serta tidak menyimpang dari pasien
berat badannya rentang normal (5)
menurun - Asupan makanan
sangat menyimpang
DO : -
dari rentang normal
(1) akan ditingkatkan
ke tidak menyimpang
dari rentang normal (5)
- Asupan cairan banyak
menyimpang dari
rentang normal (2)
akan ditingkatkan ke
tidak menyimpang
dari rentang normal
(5)
- Energi sangat
menyimpang dari
rentang normal (1)
akan ditingkatkan ke
tidak menyimpang dari
rentang normal (5)
- Resiko berat
badan/tinggi badan
cukup menyimpang
dari rentang normal
(3) akan ditingkatkan
ke tidak menyimpang
dari rentang normal (5)
DAFTAR PUSTAKA

Ranggo, Andriyanti dkk. “ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


PNEUMONIA ET CAUSA POST COVID-19 DENGAN INTERVENSI KOMBINASI
DEEP BREATHING DAN HUMMING UNTUK MENGURANGI SESAK NAFAS DI
RUANG ICU RSUD AM. PARIKESIT TENGGARONG”. 2020

Pajang, Maria Yolanita. “EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN


PNEUMONIA BALITA DI PUSKESMAS BAKUNASE KOTA KUPANG”. 2020

Khusnusl, Immah. Ssiana, sensus. “ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ANAK DENGAN


PENEUMONIA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI”. 2019

Ludji, Yuyun Aprilya Dimun.” ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. R. F DENGAN


PNEUMONIA DI RUANG KENANGA RSUD Prof. Dr. W. Z. JOHANNES KUPANG”
2019

Larasati, Fatati. Arif Hargono. “Perbedaan Risiko Pneumonia Berdasarkan Pola Asuh dan

Paparan Asap Rokok”. Vol. 7 No. 2 (2019)

Hidayani, Wuri Ratna. “ Pneumonia : Epidemologi, faktor risiko pada Balita”. 2020

Anda mungkin juga menyukai